Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dosen:
Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd
( 195309161986011001 )

Disusun Oleh:
Diva Syafikri ( 200511633204 )
Fadil Alfi Rachmad ( 200511633236 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya Sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PENERAPAN MANAJEMEN K3 ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Prof. Dr. Ir.
Djoko Kustono, M.Pd pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

eJakarta, 11 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 PP 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3..........................................................................6
2.2 Kebijakan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan SMK3.........................................7
2.3 Fungsi dan Tatakerja P2K3....................................................................................................10
2.4 Tatacara dan Pelaksanaan AUDIT SMK3............................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kenyataannya dalam dunia industi, perlindungan terhadap tenaga kerja masih

jauh dari yang diharapkan karena masih banyak terjadi kecelakaan kerja serta potensi bahaya

kerja serta potensi bahaya kerja yang dapat membahayakan tenaga kerja. Terkait masalah

perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan kerja, perusahaan menetapkan system manajemen

yang dapat melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan menghindari kerugian yang

besar terhadap perusahaannya. Salah satu system manajemen yang harus diterapkan adalah

system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) (Ramli,2013).

Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012

Pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja

sebanyak 100 orang atau lebih atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi wajib

menerapkan SMK3 di perusahaannya”. Hal tersebut untuk mewujudkan Zero Accident,

sehingga kelangsungan dari usaha dapat berjalan lebih produktif, aman dan ramah lingkungan

(Susihono, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Ulasan PP 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3?
2. Apa saja Kebijakan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan SMK3?
3. Apakh yang dimaksud Fungsi dan Tatakerja P2K3?
4. Tatacara dan Pelaksaan Audit K3?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui isi dan kelemahan dari PP 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3
2. Untuk mengetahui Kebijakan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan SMK3
3. Untuk mengetahui fungsi Tatakerja P2K3
4. UNtuk mengetahui tatacara dan pelaksanaan audit K3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PP 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3

PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah kebijakan nasional sebagai pedoman perusahaan untuk penerapan K3 yaitu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

Aktivitas sosial dan kerja saat pandemi atau musim wabah misalnya memiliki potensi bahaya,
“potensi bahaya” adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat,
instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi
menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran,
dan penyakit akibat kerja.

Penerapan Sistem Manajemen dan Keselamatan Kerja - SMK3 diatur dalam PP 50 tahun
2012. PP 50 tahun 2012 berisi tentang Kebijakan nasional tentang SMK3 yang tertuang dalam
Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 50 tahun 2012.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditetapkan di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 April 2012. PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 -
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja diundangkan Menkumkam Amir
Syamsudin pada tanggal 12 April 2012 di Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 diundangkan dan
ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 100. Penjelasan Atas
PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5309. Agar setiap orang mengetahuinya.

Penjelasan umum tentang PP SMK3:


Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat dalam segala
aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya mempersyaratkan adanya perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, tidak terlepas
dari upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan
terintegrasi melalui SMK3 guna menjamin terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien dan produktif.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui SMK3 telah berkembang di berbagai
negara baik melalui pedoman maupun standar. Untuk memberikan keseragaman bagi setiap
perusahaan dalam menerapkan SMK3 sehingga perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi tenaga kerja, peningkatan efisiensi, dan produktifitas perusahaan dapat terwujud maka perlu
ditetapkan Peraturan Pemerintah yang mengatur penerapan SMK3.

Peraturan Pemerintah ini memuat:

 ketentuan umum;
 sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
 penilaian SMK3;
 pengawasan;
 ketentuan Peralihan; dan
 ketentuan Penutup.

2.2 Kebijakan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan SMK3

 Kebijakan K3

Sesuai Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan, dan Kerja. Bagaian kedua Penetapan
Kebijakan K3:

Pasal 7 :

1. Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a


dilaksanakan oleh pengusah.
2. Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling
sedikit harus:
a) Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1) Identifikasi bahaya, peilaian dan pengendalian risiko.
2) Petimbangan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain lebih
baik.
3) Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.
4) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan, dan.
5) Penilain efesiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan
b) Memperlihatkan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus
c) Memperlihatkan masukan dari pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
buruh
3. Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a) Visi
b) Tujuan perusahaan
c) Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
d) Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh yang bersifat umum atau operasional

Pasal 8 :
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada
seluruh pekerja/buruh, oranglain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan,
dan pihak lain yang terkait.

 Perencanaan K3

Sesuai Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan, dan Kerja. Bagaian ketiga Perencanaan
K3

Pasal 9 :

1. Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b dilakukan untuk
menghasilkan rencana K3.
2. Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan K3
yang telah doitetapkan sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1).
3. Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengusaha harus
mempertimbangkan:
a) Hasil penelaahan awal
b) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
c) Peraturan perundang-undang dan persyaratan lainya
d) Sumber daya yang dimiliki
4. Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
melibatkan ahli K3, panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, pihak lain yang terkait oleh
perusahaan.
5. Rencana K3 paling sedikit memuat:
a) Tujuan dan sasaran
b) Skala prioritas
c) Upaya pengendalian bahaya
d) Penerapan sumber daya
e) Jangka waktu pelaksanaan
f) Indicator pencapaian
g) System pertanggungjawaban

 Pelaksanaan K3

Sesuai Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan, dan Kerja. Bagaian keempat Pelaksanaan
Rencana K3:

Pasal 10:
1. Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha berdasarkan rencana K3 sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf c dan pasal 9
2. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia
dibidang K3 sarana dan prasarana
3. Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki
a) kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat

b) kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi


dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.

4. Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri dari
a) Organisasi atau unit yang bertanggung jawab dibidang K, sarana dan prasarana
b) Anggaran yang memadai
c) Prosedur operasi/kerja, informasi dan pelapor serta pendokumentasian
d) Instruksi kerja
 Pengawasan SMK3
Sesuai Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan, dan Kerja. Bagaian kelima
pengawasan SMK3

Pasal 14:
1. Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3
2. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh
sumber daya manusia yang kompeten.
3. Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam menggunakan jasa
phak lain.
4. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan kepada pengusahan
5. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan
6. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dlakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau standar.

2.3 Fungsi dan Tatakerja P2K3

Dalam sebuah perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja >100 orang atau pekerjaaan
dengan tingkat bahaya risiko tinggi (seperti : mengguanakan bahan , proses dan instalasi yang
mempunyai risiko potensi besar akan terjadi peledakan, kebakaran, keracunan, dan penyinaran
radioaktif) di tempat kerja perlu adanya pencegahan terjadinya gangguan keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, perlu penerapan keselamatan kerja, higienis perusahaan dan kesehatan
kerja di perusahaan dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja.

Untuk mewujudkan hal tersebut, perusahan perlu memiliki Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) untuk membantu pimpinan perusahaan dalam penerapan keselamatan
kerja, higienis perusahaan dan Kesehatan Kerja.

Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus2 wajib membentuk
P2K3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang biasanya disebut P2K3 adalah
sebuah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha atau
pengurus dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Bagaimana struktur organisasi P2K3?

Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari
ketua, sekretaris dan anggota. Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja3 dari
perusahaan yang bersangkutan. P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas
usul dari pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.

Apa saja tugas dan fungsi P2K3?

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) mempunyai tugas memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai
masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Sedangkan fungsi dari P2K3 adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja,
2. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta
cara penanggulangannya.
b. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
c. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja
d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan
e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
higienis perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomic
4. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja
dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higienis perusahaan, kesehatan
kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
2.4 Tatacara dan Pelaksanaan AUDIT SMK3
Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja serta efektivitas Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit internal dilaksanakan oleh Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mengetahui dimana Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja telah diterapkan dan dipelihara secara tepat.

Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional perusahaan
dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga menjadi dasar dalam
menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian aktivitas operasional perusahaan,
area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja yang memerlukan perhatian manajemen
Perusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.

Pelaksanaan audit internal mencakup seluruh area dan aktivitas dalam ruang lingkup
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Frekuensi dan
cakupan audit internal juga berkaitan dengan kegagalan penerapan beberapa elemen dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, ketersedian data kinerja penerapan sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hasil tinjauan manajemen dan perubahan-
perubahan dalam manajemen Perusahaan. Pelaksanaan audit internal secara umum ialah minimal
satu kali dalam kurun waktu satu tahun dari audit internal sebelumnya.

Audit tambahan dapat dilaksanakan apabila terdapat kondisi-kondisi sebagaimana hal-hal


berikut :

1. Terdapatnya perubahan pada penilaian bahaya/resiko K3 Perusahaan.


2. Terdapat indikasi penyimpangan dari hasil audit sebelumnya.
3. Adanya insiden tingkat keparahan tinggi dan peningkatan tingkat kejadian insiden.
4. Kondisi-kondisi lain yang memerlukan audit internal tambahan.

Pelaksanaan audit internal didasarkan pada kegiatan-kegiatan berikut, antara lain :

1) Pembukaan Audit.
 Menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.
 Pemilihan auditor dan timnya untuk tujuan objektivitas dan kenetralan audit.
 Menentukan metode audit.
 Konfirmasi jadwal audit dengan peserta audit ataupun pihak lain yang
menjadi bagian dari audit.
2) Pemilihan petugas auditor.
 Auditor harus independen, objektif dan netral.
 Auditor tidak diperkenankan melaksanakan audit terhadap pekerjaan/tugas
pribadinya.
 Auditor harus mengerti benar tugasnya dan berkompeten melaksanakan audit.
 Auditor harus mengerti mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan.
 Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja di tempat kerja.
 Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit beserta
aktivitas-aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai kinerja K3 dan
menentukan kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3) Meninjau dokumen dan persiapan audit.
 Dokumen yang ditinjau meliputi:
 Struktur organisasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan
kesehatan Kerja.
 Kebijakan K3.
 Tujuan dan Program-Program K3.
 Prosedur audit internal Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan.
 Prosedur dan Instruksi Kerja K3.
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.
 Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
 Laporan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan.
 Persiapan audit internal meliputi hal-hal sebagai berikut antara lain :
 Tujuan audit.
 Kriteria audit.
 Metodologi audit.
 Cakupan maupun lokasi audit.
 Jadwal audit.
 Peran dan tanggung jawab peserta/anggota audit internal.
4) Pelaksanaan audit.
 Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.
 Pengumpulan dan verifikasi informasi.
 Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.
 Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai:
 Rencana pelaksanaan audit.
 Perkembangan pelaksanaan audit.
 Permasalahan-permasalahan dalam audit.
 Kesimpulan pelaksanaan audit.
5) Persiapan dan komunikasi laporan audit.
 Tujuan dan cakupan audit.
 Informasi mengenai perencanaan audit (anggota audit internal, jadwal audit
internal serta area-area/lokasi-lokasi audit internal).
 Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang digunakan
pada pelaksanaan audit internal.
 Detail temuan ketidaksesuaian.
 Keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan :
 Konfirmasi penyusunan perencanaan penerapan K3 di tempat kerja.
 Penerapan dan pemeliharaan.
 Pencapaian Kebijakan dan Tujuan K3 Perusahaan.
 Komunikasi kepada semua pihak mengenai hasil audit internal termasuk
kepada pihak ke tiga yang berhubungan dengan Perusahaan untuk dapat
mengetahui tindakan perbaikan yang diperlukan.
6) Penutupan audit dan tindak lanjut audit.
 Menyusun pemantauan tindak lanjut audit internal.
 Penyusunan jadwal penyelesaian tindak lanjut audit internal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

B. Saran
Semua perusahaan wajib memberikan perlindungan bagi para pekerjanya. Agar

pekerja bisa tenang saat melakukan pekerjaannya dan selalu merasa di lindungi. Jika ada

perusahaan yang tidak memberikan perlindungan bagi pekerjanya sebaiknya secepat di

laporkan kepada pihak yang terkait agar segera di tindak lanjuti. Karen pekerja adalah
sesuatu yang sangat penting dalam proses berjalannya perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://mawisaranasamawi.com/p2k3/#:~:text=Panitia%20Pembina%20Keselamatan%20dan
%20Kesehatan%20Kerja%20(P2K3)%20mempunyai%20tugas%20memberikan,masalah
%20keselamatan%20dan%20kesehatan%20kerja.&text=Cara%20dan%20sikap%20yang%20benar
%20dan%20aman%20dalam%20melaksanakan%20pekerjaannya.

https://www.jogloabang.com/ekbis/pp-50-2012-penerapan-smk3

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/audit-internal-sistem-
manajemen-k3.html

Anda mungkin juga menyukai