Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN OBSERVASI PENGINSTALAN PADA MESIN

GERINDA BUBUT DAN LAS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perakitan dan Instalasi Mesin
Yang diampu oleh Puteri Ardista Nursisda Mawangi, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Diva Syafikri (200511633204)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

MEI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Penulis berharap dengan makalah ini dapat memberi masukan
yang sangat berharga bagi para pembaca serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan,
bimbingan, dukungan dan saran. Maka melalui kesempatan ini perkenankan penulis
menyampaikan rasa hormat yang setinggi tingginya, terimakasih yang begitu mendalam yang
tulus kepada Puteri Ardista Nursisda Mawangi, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu mata
kuliah Perakitan dan Instalasi Mesin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia biasa tentunya tidak akan
luput dari kekurangan dan keterbatasan, dengan segenap kerendahan hati, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya bila dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan
harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pihak lain
yang memanfaatkan dan dapat berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Malang, Mei 2022


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................4

1.2. Topik Bahasan.....................................................................................................................4

1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6

2.1. Mesin Gerinda......................................................................................................................6

2.2. Mesin Bubut.......................................................................................................................13

2.3. Mesin Las............................................................................................................................36

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................52

3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................52

3.2. Saran...................................................................................................................................52

DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................................53
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di bidang industri, keberadaan mesin sangat berperan, terutama dalam
industri pemesinan. Misalnya dalam industri otomotif,mesin bubut berperan dalam
pembuatan komponenkomponen kendaraan seperti mur , baut , roda gigi,poros ,
tromol dan lain sebagainya. Melihat begitu pentingnya mesin dalam industri
pemesinan membuat harga mesin ini sangat mahal.

Laporan ini disusun berdasarkan kunjungan ke bengkel Universitas Negeri


Malang. Disana banyak sekali mesin yang digunakan pada mahasiswa untuk
melakukan praktikum mesin tersebut meliputi: 1) Mesin Bubut, 2) Mesin las 3) Mesin
Gerinda, 4) Mesin bor, 5)Mesin Frais, 6) Mesin Gerinda. Pada topik pada laporan ini
hanya akan membahas mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.

1.2. Topik Bahasan


Dari latar belakang diatas maka topic yang akan kita bahas adalah:

1. Fungsi dari mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.


2. Nama bagian-bagian dan fungsi dari mesin bubut, mesin las, dan mesin
gerinda.
3. Cara kerja dari mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.
4. Cara melepas bagian-bagian pada mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.
5. Langkah-langkah memasang mesin pada dudukannya
6. Leveling pada mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.
7. Perawatan pada mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.

1.3. Tujuan Penulisan


Dari topik bahasan diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi dari mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.
2. Untuk mengetahui nama bagian-bagian dan fungsi dari mesin bubut, mesin
las, dan mesin gerinda.
3. Untuk mengetahui cara kerja dari mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.
4. Untuk mengetahui cara melepas bagian-bagian pada mesin bubut, mesin las,
dan mesin gerinda.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah memasang mesin pada dudukannya
6. Untuk mengetahui leveling pada mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.
7. Untuk mengetahui perawatan pada mesin bubut, mesin las, dan mesin gerinda.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Mesin Gerinda
Mesin gerinda (grinding machines) merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk proses pemotongan logam secara abrasive melalui gesekan antara material
abrasive dengan benda kerja/ logam. Selain untuk memotong logam/ benda kerja
sesuai ukuran, proses gerinda ini juga untuk finishing (memperhalus dan membuat
ukuran yang akurat pada permukaan benda kerja). Menggerinda dapat juga digunakan
untuk mengasah benda kerja seperti pisau dan pahat, serta dapat juga digunakan
untuk menyiapkan permukaan benda kerja yang akan dilas. Mesin gerinda terutama
dirancang untuk menyelesaikan suku cadang yang permukaannya silindris, datar atau
penyelesaian permukaan dalam. Menggerinda merupakan perbandingan antara
memutar dan menggilas, dimana usia siklus kerja roda tidak dapat ditentukan dari
standart tabel atau grafik. Kepastian presisi dalam menggerinda menjadi proses dalam
penyelesaian dengan bentukan chip pada dimensi submicron yang terjadi oleh proses
ekstruksi, ini cenderung akan memberikan proses variabilitas pada permukaan benda
kerja yang tidak seimbang. Hal ini dipengaruhi oleh sistem yang tidak stabil,
pendinginan yang tidak konsisten, dll. Meskipun demikian, dengan peralatan
penggerindaan yang lebih kompeten maka performanya dapat dikontrol dan
diperhitungkan didalam suatu daerah yang diijinkan

2.1.1. Fungsi mesin gerinda


Dengan beragam manfaat dan fungsi dari gerinda tersebut maka
diperlukan pengembangan batu gerinda untuk menunjangnya. Penggerindaan
bukan suatu proses yang lepas dari permasalahan. Permasalahan tersebut ialah
kerusakan yang berkenaan dengan panas, permukaan kasar, vibrasi-vibrasi
dan keausan roda gerinda yang cepat. Untuk menanggulangi permasalahan ini
dengan tepat maka dibantu oleh pemahaman yang benar dan saling
mempengaruhi dari faktor-faktor menggerinda.
2.1.2. Bagian-Bagian Mesin Gerinda Duduk Dan Fungsinya
a. Switch (Saklar)
Tombol switch atau saklar adalah bagian dari mesin gerinda duduk yang
berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan putaran mesin. Tombol switch
ini berada di depan mesin, dimaksudkan agar memudahkan dalam
mengoperasikan mesin gerinda duduk tersebut.
b. Mesin Penggerak
Sumber penggerak dari mesin gerinda duduk yaitu dinamo atau eletromotor.
Pada dinamo penggerak tersebur biasanya dilengkapi dengan adanya kapasitor
starting yang berfungsi sebagai pengangkat awal putaran mesin gerinda duduk
tersebut.
c. Shaft Batu Gerinda
Dudukan batu gerinda pada mesin gerinda duduk sebenarnya juga merupakan
shaft (as) dinamo yang melebar keluar. Pada kedua ujung as tersebut berupa
ulir yang bertujuan untuk memudahkan dalam pemasangan batu gerinda yang
dilengkapi dengan mur pengencang pada setiap ujung as dudukan tersebut.
d. Kaca Pelindung
Pada area dudukan batu gerinda, akan terpasang penutup dan kaca pelindung.
Kaca pelindung tersebut berfungsi sebagai pelindung dari percikan gesekan
batu gerinda dengan benda kerja ketika mesin gerinda duduk tersebut
dihidupkan.
e. Batu Gerinda
Batu gerinda merupakan bagian paling utama dari mesin gerinda duduk.
Dengan batu gerinda inilah kita dapat mengasah, membentuk, mengkilapkan,
dan membersihkan sisa cetakan pada besi tuang. Jenis dari batu gerinda duduk
ini sangat beragam sesuai dengan kebutuhannya. Dan contoh dari jenis batu
gerinda duduk, antara lain :

1. Batu Gerinda Asah


Batu gerinda asah ini terbuat dari serbuk pasir yang melekat pada setiap
roda mata gerinda. Batu gerinda asah ini digunakan untuk membentuk,
mengasah, dan membersihkan bram (sisa cetakan besi).
Gambar 1. Batu gerinda asah

Sumber: teknikece.com

2. Batu Gerinda Serat


Batu gerinda serat ini terbuat dari serat-serat kayu yang memiliki
permukaan halus. Jenis batu gerinda ini biasanya dipakai untuk
mengkilapkan permukaan benda kerja yang memiliki permukaan rata.

Gambar 2. Batu gerinda asah

Sumber: digilib.polban.ac.id

3. Batu Gerinda Kain


Jenis berikutnya yaitu batu gerinda kain. Sesuai dengan namanya, batu
gerinda ini terbuat dari setumpukan kain yang didesain khusus untuk
menghaluskan dan mengkilapkan benda kerja yang permukaannya tidak
rata (bergelombang).
Gambar 3. Batu gerinda asah

Sumber: indonesian.alibaba.com

2.1.3. Cara kerja mesin gerinda

Mesin gerinda duduk adalah salah satu jenis mesin gerinda digunakan
untuk mengasah, menghaluskan, serta menajamkan berbagai alat potong
seperti pahat tangan, pahat bubut, pahat sekrap, dan lain-lain. Prinsip kerja
mesin gerinda duduk hampir sama dengan mesin gerinda tangan, yakni batu
gerinda berputar, kemudian menempel pada benda, sehingga terjadi
pengikisan pada permukaan benda tersebut.
Dalam menggunakan mesin gerinda duduk, perlu memperhatikan
beberapa hal penting untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan. Misalnya memahami bagian-bagian mesin gerinda duduk dan
fungsinya dengan benar. Berikut adalah langkah-langkah menggunakan mesin
gerinda duduk:
a. Langkah pertama, pastikan mesin gerinda dalam keadaan normal (tidak
rusak).
b. Gunakan perlengkapan alat pelindung diri yang benar, seperti masker,
sarung tangan, kacamata, helm kerja, pakaian kerja, dan sepatu safety.
c. Siapkan benda yang akan digerinda beserta perlengkapannya. Jika benda
berukuran kecil, gunakan penjepit untuk menghindari panas dan benda
terlempar.
d. Jika seluruh perlengkapan sudah siap, mulailah dengan menancapkan
kabel power pada sumber listrik yang tersedia.
e. Kemudian tekan tombol on untuk menghidupkan mesin. Tunggulah
beberapa saat hingga kecepatan putaran mesin bergerak stabil.
f. Tutuplah mika(kaca pelindung) untuk menghindari percikan sisa gerinda
ke badan.
g. Kemudian pegang benda dengan kuat menggunakan kedua tangan.
h. Arahkan benda ke batu gerinda yang berputar secara perahan dan berhati-
hati.
i. Dalam mengarahkan benda, harus memperhatikan posisi dan
kemiringannya, sehingga percikan yang dihasilkan dari proses
menggerinda menuju ke arah yang benar (ke bawah).
j. Janganlah mengarahkan benda dengan posisi tegak lurus dengan batu
gerinda, karena dapat menyebabkan benda terpantul dan berbalik arah
yang dapat membahayakan keselamatan kerja.
k. Jangan menekan benda kerja dengan keras, cukup pelan-pelan saja agar
hasilnya rata dan sesuai dengan ukurannya.
l. Setelah selesai menggerinda, matikan mesin dengan menekan tombol off
dan mencabut kabel power dari colokannya.
m. Bersihkan mesin gerinda dan tempat sekitarnya.
2.1.4. Cara melepas bagian-bagian mesin gerinda
a. Keselamatan Kerjaa.
1) Gunakan kunci dengan benar dan tepat.
2) Gunakan peralatan dengan benar dan sesuai dengan fungsinya.
3) Tempatkan semua komponen yang dibongkar pada tempat yang
khusus.
4) Hindarkan penggunaan gaya-gaya yang berlebih dalam pembongkaran
dan pemasangan komponen mesin.
b. Alat dan Bahan
1) Buku pedoman penggunaan dan perawatan mesin bubut.
2) Kunci pasringsatu set ukuran metris.
3) Kunci L satu set ukuran metris.
4) Kunci pas ring satu set
5) Obeng minus ukuran (-) dan (+)
c. Langkah kerja
1) Pilih dan Siapkan peralatan yang akan digunakan dengan tepat dan
benar.
2) Sediakan tempat khusus untuk penempatan komponen.
3) Siapkan buku petunjuk/pedoman penggunaan dan perawatan mesin.
4) Bongkar mesin bubut mulai dari komponen bagian Iuar sampai dengan
komponen bagian dalam.
5) Urutkan komponen-komponen tersebut sesuai dengan urutan
pembongkaran pada tempat komponen yang telah disediaka
d. Cara melepas atau mengganti batu gerinda
1) Buka mur dengan kunci pas ring kombinasi
2) Keluarkan batu gerinda dan tempatkan mur pada bautnya.
3) Simpanlah batu gerinda pada rak penyimpanan.
2.1.5. Cara memasang bagian-bagian mesin gerinda
a. Keselamatan Kerjaa.
1) Gunakan kunci dengan benar dan tepat.
2) Gunakan peralatan dengan benar dan sesuai dengan fungsinya.
3) Tempatkan semua komponen yang dibongkar pada tempat yang
khusus.
4) Hindarkan penggunaan gaya-gaya yang berlebih dalam pembongkaran
dan pemasangan komponen mesin.
b. Alat dan Bahan
1) Buku pedoman penggunaan dan perawatan mesin bubut.
2) Kunci pasringsatu set ukuran metris.
3) Alat-alat pembersih.
4) Kunci ring kombinasi satu set
5) Kunci L satu set ukuran metris.
6) Obeng minus ukuran (-) dan (+)
c. Langkah kerja
1) Pilih dan Siapkan peralatan yang akan digunakan dengan tepat dan
benar.
2) Siapkan komponen-komponen yang akan dipasangkan.
3) Siapkan buku petunjuk/pedoman penggunaan dan perawatan mesin.
4) Urutkan komponen-komponen tersebut sesuai dengan urutan.
5) Pasang bagian-bagian mesin gerinda mulai dari komponen dinamo
penggerak mesin gerinda sampai dengan pemasangan batu gerinda dan
dudukan pada mesin gerinda.

d. Cara memasang atau mengganti batu gerinda


1) Setelah di lepas batu gerinda, ambilah batu gerinda yang masih baru
2) Masukan batu gerinda pada as poros gerinda yang nantinya akan
memutar batu gerinda
3) Kencangkan mur untuk menghindari batu gerinda terlepas dari as
porosnya
4) Pastikan melakukan double check untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja
2.1.6. Langkah-langkah memasang mesin gerinda pada dudukanya
Langkah-langkah memasang mesin pada dudukannya yang digunakan
tergatung pada jenis pengikatan mesin dengan landasan. Pemasangan pada
dudukan mesin gerinda :

1) Atur posisi mesin


2) Letakkan mesin gerinda pada bagian atas dudukan yang terbuat dari besi yang
berukuran tinggi 110cm
3) Posisikan penumpu mesin sejajar dengan dudukanya
4) Melakukan levelling agar mesin bertempu dengan tepat
5) Pasangkan washer dan mur pada batang berulir dengan alat penumpu mesin.
2.1.7. Perawatan mesin gerinda
a. Bersihkan Mesin Gerinda Setelah Pemakaian
Dalam hal ini membersihkan mesin gerinda sering di sepelekan, Oleh
karena itu sering terjadi kesalahan teknis pada saat menggunakannya jika
tidak kunjung melakukan kegiatan ini. Seperti halnya tuas atau saklar power
yang macet, mesin yang terdengar kasar, dan filter udara yang tersumbat jika
tidak dibersihkan. Tentunya bisa mengakibatkan mesin mudah panas.

Membersihkan mesin gerinda setelah pemakaian membuat motor atau


mesin gerinda tetap terjaga. Karena logikanya jika debu menumpuk pada
gerinda terutama pada mesin, maka kinerja mesin akan semakin berat dan
tentunya mebuat mesin akan cepat memanas. Karena banyak sekali partikel
yang bisa menghambat jika tidak dibersihkan.

b. Berikan Gemuk Pada Mesin Secara Berkala


Secara teknis mesin gerinda memiliki mekanis gerigi pada mesinnya
yang membuat mesin berputar. Oleh karena itu penting untuk memelihara
gerigi-gerigi rotasinya, agar tetap bekerja maksimal. Jika tidak pernah
memberikan gemuk dengan cara menambah atau menganti pada mesin
gerinda.

Maka menyebabkan gerigi pada rotasi mesin akan mudah terkikis.


Berbeda dengan melakukan perawatan, dengan memberikan gemuk pada
mesin secara berkala. Membuat gerigi pada mesin gerinda tetap terjaga dan
tidak mudah terkikis. Maka membuat mesin gerinda akan tetap awet dan bisa
membuat daya pakainya semakin lama.

Gambar 4. Batu gerinda asah

Sumber: tehniqdotcom

2.2. Mesin Bubut


Membubut adalah proses pembubutan benda kerja dengan menggunakan
mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan
gerakan utama berputar. Gerakan berputar inilah yang menyebabkan terjadinya
penyayatan oleh alat potong terhadap benda kerja. Mesin bubut di gunakan untuk
mengerjakan bidang-bidang silindris luar dan dalam (membubut lurus dan mengebor),
bidang rata (membubut rata), bidang tirus (kerucut), bentuk lengkung (bola) dan
membuat ulir. Mesin bubut adalah mesin yang, gunanya untuk membentuk benda
kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah berputar. Di bidang industri
keadaan mesin bubut sangat berperan,terutama di dalam industri permesinan.

2.2.1. Fungsi mesin bubut


Menurut Amstead (1989), dijelaskan jika mesin bubut pada awalnya
dibuat untuk memproduksi suatu benda dengan bentuk silindris. Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat diketahui jika mesin bubut merupakan suatu mesin
yang berfungsi untuk memotong sebuah benda kerja yang diputar. Proses
pemotongan benda kerja ini bisa disebut dengan proses pemakanan. Proses
pemakanan pada mesin bubut dapat terjadi ketika benda kerja yang telah
berputar dikenakan pada pahat telah sejajar dengan sumbu putar benda kerja
dan digerakkan secara translasi. Sebagai mesin yang memotong benda kerja
yang di mana benda kerja di cekam oleh chuck yang berputar sedangkan tool
kerja atau pahat di cekam di eretan yang bergerak maju mundur atau ke kanan
ke kiri menyesuaikan dengan alur proses kerja yang di inginkan. Standar
prinsipnya pengerjaan mesin bubut, yaitu untuk: membubut muka/ facing, rata
lurus/ bertingkat, tirus, alur, ulir, bentuk, mengebor, memperbesar lubang,
mengkartel, memotong dll

Gambar 5. Fungsi Mesin Bubut, Sumber : Teknik Pemesinan Bubut 1


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

2.2.2. Nama bagian-bagian dan fungsi dari mesin bubut


a. Bagian utama mesin bubut
1. Kepala tetap
Kepala tetap (head stock) adalah bagian utama dari mesin bubut
yang digunakan untuk menyangga poros utama, yaitu poros yang
digunakan untuk menggerakan spindel. Dimana di dalam spindel tersebut
dipasang alat untuk menjepit benda kerja. Spindel ini merupakan bagian
terpenting dari sebuah kepala tetap. Selain itu, poros yang terdapat pada
kepala tetap ini digunakan sebagai dudukan roda gigi untuk mengatur
kecepatan putaran yang diinginkan. Dengan demikian, dalam kepala tetap
terdapat sejumlah rangkaian roda gigi transmisi yang meneruskan putaran
motor menjadi putaran spindel.

Gambar 6. Kepala tetap (head stock)


2. Kepala lepas
Merupakan bagaian mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan
bagi beberapa peralatan tambahan seperti senter putar, senter tetap, cekam
bor, dan alat peralatan tambahan lainnya.

Gambar 7. Kepala Lepas (Tail Stock)

3. Meja mesin
Meja mesin adalah bagian mesin bubut yang berfungsi sebagai
tumpuan gaya pemakanan pada saat melakukan proses pembubutan.
Fungsi lain dari meja mesin adalah sebagai dudukan bagi kepala lepas dan

eretan.
Gambar : Meja mesin

4. Eretan

Eretan mesin bubut secara umum memiliki fungsi untuk


memberikan gerak pemakanan pada benda kerja. Eretan mesin bubut
terdiri dari tiga bagian yaitu, eretan memanjang, eretan melintang, dan
eretan atas. Fungsi dari masing – masing eretan adalah sebagai berikut:

Gambar 8. Eretan Mesin Bubut


a) Eretan alas
Eretan alas memanjang memmiliki fungsi untuk melakukan gerakan
pemakanan dalam lintasan memanjang menjauhi atau mendekati benda
kerja dengan bertumpu pada meja mesin. Gerakan eretan memanjang
juga berfungsi sebagai dudukan bagi eretan melintang.
b) Eretan melintang

Eretan melintang memiliki fungsi untuk melakukan gerak pemakanan


benda kerja secara melintang dengan arah menjauhi atau mendekati
sumbu senter. Bagian atas eretan melintang juga difungsikan sebagai
dudukan bagi eretan atas.
c) Eretan atas

Eretan atas letaknya ada di bagian atas eretan melintang. Fungsi dari
eretan atas adalah melakukan pemakanan secara manual kearah sudut
yang diinginkan sehingga dapat melakukan proses pemakanan pada
benda kerja. Selain itu, pada bagian eretan atas juga terdapat dudukan
tempat rumah pahat.

5. Rumah pahat (Tools post)

Penjepit/pemegang pahat (Tools Post) digunakan untuk menjepit


atau memegang pahat. Bentuknya atau modelnya secara garis besar ada
dua macam yaitu, pemegang pahat standar dan pemegang pahat dosetel
(justable tool poss).

Gambar 9. Penjepit/pemegang pahat (Tools Post)

6. Poros transportir dan poros pembawa

Fungsi dari poros transportir adalah untuk membawa eretan pada


saat melakukan pembubutan secara otomatis. Poros pembawa pada suatu
mesin bubut memiliki fungsi sebagai pembawa sekaligus menjadi
penyokong eretan pada mesin bubut. Dengan adanya poros pembawa,
maka eretan akan dapat terpasang dengan lebih kokoh sehingga proses
pembubutan dapat berlangsung dengan lebih aman karena poros
transportir tidak berdiri sendiri.
Gambar 10. Poros transportir dan poros pembawa

7. Tuas mesin

Tuas merupakan perangkat mesin bubut yang berfungsi untuk


menghubungkan roda gigi sehingga pengaturan pada mesin bubut dapat
dirubah sesuai dengan keinginan operator.

Gambar 11. Tuas Mesin

8. Tabel

Fungsi dari tabel pada mesin bubut adalah sebagai acuan dalam
menentukan kecepatan putar spindle, kecepatan pemotongan, serta sebagai
acuan dalam membuat ulir.
Gambar : Tabel mesin bubut

b. Perlengkapan mesin bubut


1. Alat pencekam/ pengikat benda kerja

Gambar : Cekam rahang tiga


Alat pecekam benda kerja digunakan untuk mencekam atau
mengikat benda kerja agar posisinya tepat dan kuat, sehingga pada saat
dilkukan proses pemotongan posisinya tidak berubah dan stabil. Alat ini
juga dapat disebut dengan Chuck
2. Cekam bor (Drill chuck)
Gambar : Cekam bor dengan pengunci

Cekam bor (drill chuck) adalah salah satu alat bantu pencekam/
pengikat alat potong pada proses pembubutan diantaranya untuk
mencekam/ mengikat: senter bor (centre drill), mata bor (twist drill),rimer
(reamer), konterbor (counterbore), dan kontersing (counter sink).

3. Center mesin bubut

Gambar: center putar

Digunakan untuk mendukung benda kerja yang akan dibubut agar


tidak terjadi getaran atau stabil, yang posisi pemasangannya pada kepala
lepas. Bahan/ material senter mesin bubut terbuat dari bahan baja paduan
yang dikeraskan dan bahkan pada ujung senternya ada yang disisipkan
dari bahan jenis carbida agar lebih tahan terhadap gesekan. Terdapat dua
jenis senter mesin bubut, yaitu senter tetap/ mati (dead centre) yang posisi
ujung senternya diam tidak berputar pada saat digunakan dan senter putar
(rotary centre) yang posisi ujung senternya selalu berputar pada saat
digunakan. Contoh beberapa jenis senter tetap
4. Alat pembawa

Gambar: Pelat pembawa permukaan bertangkai dan pelat pembawa rata

Alat pembawa pada mesin bubut, digunakan untuk membawa


benda kerja agar ikut berputar bersama spindel mesin. Yang termasuk alat
pembawa pada mesin bubut adalah, pelat pembawa dan pembawa(lathe
doc).
5. Alat penyangga atau penahan benda kerja
Gambar: Alat penyangga tetap

Penyangga/penahan benda kerja adalah salah satu alat pada mesin


bubut yang digunakan untuk menyangga atau menahan benda kerja yang
memilki ukuran relatif panjang. Benda kerja yang berukuran panjang ,
pada saat dilakukan proses pembubutan jika tidak dipasang alat
penyangga, kemungkinan hasil diameternya akan menjadi elips/oval, tidak
silindris dan tidak rata karena terjadi getaran akibat lenturan benda kerja.
Penyangga/ penahan pada mesin bubut standar ada dua macam yaitu,
penyangga tetap (steady rest)dan penyangga jalan (follow rest)

2.2.3. Cara Kerja Mesin Bubut

Cara atau Prinsip Kerja Mesin Bubut ialah dengan melakukan


pemakanan matrial benda kerja menggunakan alat pahat,dengan pencekaman
benda kerja pada kepala tetap atau ragum. setelah dirasa kekuatan
pencekaman sudah pas, benda kerja akan diputar menggunakan motor
penggerak sesuai kecepatan yang dibutuhkan. Pemilihan kecepatan putar ini
sudah ada rumus tersendiri biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
besar kecilnya diameter benda kerja,bahan dasar benda kerja,pahat atau jenis
pembubutan yang dilakukan dan masih banyak lagi perhitungan untuk
menentukan kecepatan putar.
Proses pemakanan dilakukan saat benda kerja berputar kemudian mata
pahat kita gerakakan menggunakan eretan pada linier arah sejajar dengan
sumbu putar benda kerja.dengan mekanisme tersebut maka dapat kita
simpulkan bahwa mesin bubut dipergunakan untuk melakukan pengerjaan
benda kerja berbentuk silinder.

Dalam pembubutan bentuk ulir kita lakukan dengan menyetel engkol


pada panel kepala tetap sesuai dengan petunjuk,sehingga piringan pembawa
memutar roda gigi pada poros spindel dan melalui roda gigi penghubung akan
memutar roda gigi poros ulir, pada klem ulir putarannya diubah menjadi gerak
translasi pada ertan pembawa pahat pemotong, Pergerakan ini membuatan
bentuk sayatan pada benda kerja berbentuk ulir. Adapun Macam jenis operasi
pada mesin bubut antaralain:

a. Pembubutan Silindris
Pembubutan silindris merupakan proses penyayatan di mana
gerakan pahat bubut sejajar dengan sumbu putar benda kerja. Metode
pembubutan ini digunakan untuk membuat bentuk dengan diameter
seragam (seperti poros lurus).

Gambar 1. Pembubutan Silindris.

(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

Langkah-langkah yang dapat dilakukan ketika proses bubut silindris :

1) Menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk proses pembubutan


seperti pahat, dan senter putar.

2) Memasang pahat pada toolpost.

3) Memasang senter putar pada kepala lepas.

4) Memasang benda kerja pada cekam mesin bubut.

5) Melakukan bubut facing hingga permukaan benda kerja rata.

6) Melakukan bor center pada permukaan benda kerja. Memasang senter


putar pada bagaian benda kerja yang telah di bor.

7) Melakukan proses penyayatan pada benda kerja dengan menggerakkan


eretan memanjang. Membalik benda kerja dan melakukan penyayatan
pada bagian belakang benda kerja hingga seluruh permukaan benda kerja
rata.

b. Pembubutan Muka (Facing)


Pembubutan muka merupakan proses penyayatan di mana gerakan
pahat bubut tegak lurus dengan sumbu putar benda kerja (radial). Metode
pembubutan muka digunakan untuk menyayat permukaan ujung benda
kerja serta mengurangi panjang benda kerja. Ketika melakukan
pembubutan kasar (roughing) gerakan pahat dari luar ke dalam lebih
disukai. Sebaliknya melakukan finishing, gerakan pahat dari dalam ke luar
lebih cocok diterapkan.

Gambar . Facing.

(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

c. Cutting Off
Cutting off merupakan pemotongan benda kerja dengan pahat
bubut. Pada proses cutting off, pahat bubut yang digunakan memiliki
ujung potong yang miring. Oleh karena itu, pahat bubut ini memiliki sudut
kurang dari 90°. Dengan bentuk ujung potong yang miring, akan diperoleh
permukaan pemotongan tanpa sisa (permukaan yang rata) pada ujung
benda kerja.

Gambar . Cutting Off.

(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

d. Recessing
Recessing merupakan penyayatan pada benda kerja yang bertujuan
untuk membentuk sebuah alur. Ujung potong pahat yang digunakan
biasanya sejajar dengan sumbu benda kerja (sudut pahat 90°). Recessing
mirip dengan cutting off. Perbedaan keduanya hanya terletak pada bentuk
atau sudut pahat saja. Recessing biasanya digunakan untuk membuat alur
pemisah antara bentuk pembubutan silindris dan ulir.

Gambar . Recessing.

(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

e. Parting

Parting merupakan pembubutan di mana pahat bubut bergerak


sejajar maupun tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Sesuai dengan
namanya, parting digunakan untuk memotong/memisahkan benda kerja.
Beberapa juga mengenal parting sama dengan cutting off.
f. Biting

Biting merupakan pembubutan ujung atau muka, di mana


arah pemakanan ujung pahat sejajar dengan sumbu benda kerja.
Metode biting biasanya digunakan untuk membuat alur atau
lubang besar pada permukaan ujung benda kerja.
Gambar 5. Biting.

(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi)

g. Pembubutan Bentuk (Form Turning)

Pada pembubutan bentuk, ujung potong pahat bubut berukuran


besar membentuk kontur pada benda kerja. Teknologi pembubutan
bentuk mirip seperti recessing, perbedaannya terdapat pada bentuk pahat
yang unik pada pembubutan bentuk. Bentuk pahat yang unik ini dapat
disebut dengan istilah pahat bubut bentuk.

Gambar 6. Pembubutan Bentuk.

(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

h. Pembubutan Tirus

Pembubutan tirus merupakan penyayatan silindris yang


menghasilkan perbedaan diameter secara konstan. Metode pembubutan
tirus digunakan untuk membuat poros tirus/konis. Teknik pembubutan
tirus bisa dilakukan dengan memiringkan eretan atas, menggeser
tailstock, menggunakan taper attachment, dan menggunakan alat potong
berbentuk miring.

Gambar 7. Pembubutan Tirus.


(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:
Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

i. Pembubutan Ulir

Pembubutan ulir merupakan penyayatan yang menghasilkan


bentuk ulir. Pembubutan ulir terdiri dari pembubutan ulir luar dan ulir
dalam. Pembubutan ulir tergolong dalam pembubutan silindris di mana
pemakanannya sama dengan pola kisar ulir dari ulir yang akan dibuat.

Gambar 8. Pembubutan Ulir.

(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

j. Chamfering

Chamfering merupakan pembubutan pada sudut benda kerja


menggunakan ujung pahat. Hasil dari chamfering dikenal dengan istilah
chamfer.

Gambar 9. Chamfering.
(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:
Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

k. Boring

Boring merupakan pembubutan dengan gerakan pemakanan sejajar


dengan sumbu benda kerja. Menurut arah pemakanannya boring mirip
dengan pembubutan silindris. Namun, perbedaaanya adalah boring
dilakukan pada bagian dalam benda kerja. Boring bertujuan untuk
memperbesar diameter lubang pada benda kerja.

Gambar 10. Boring.

(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:


Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

l. Pengeboran (Drilling)

Pengeboran dapat juga dilakukan pada mesin bubut. Kebalikan


dengan pengeboran pada mesin bor, pengeboran dengan mesin bubut
menggunakan mata bor yang tidak berputar (yang berputar benda
kerjanya).
Gambar 11. Pengeboran.

(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:


Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

m. Reaming
Reaming mirip dengan drilling. Reaming bertujuan untuk
memperbesar diameter lubang hasil pengeboran (drilling). Selain itu,
reaming juga digunakan untuk memperhalus permukaan lubang. Proses
reaming merupakan proses lanjutan dari drilling (meskipun tidak wajib
dilakukan proses reaming)

n. Knurling

Knurling sebenarnya bukan termasuk proses penyayatan. Knurling


merupakan proses pembentukan logam yang digunakan untuk membuat
pola arsiran yang bersilangan pada permukaan benda kerja. Biasanya pola
hasil knurling digunakan pada pegangan supaya tidak licin.

Gambar 12. Knurling.

(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:


Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

2.2.4. Cara melepas bagian-bagian mesin bubut


a. Keselamatan Kerjaa.
1) Gunakan kunci dengan benar dan tepat.
2) Gunakan peralatan dengan benar dan sesuai dengan fungsinya.
3) Tempatkan semua komponen yang dibongkar pada tempat yang
khusus.
4) Hindarkan penggunaan gaya-gaya yang berlebih dalam pembongkaran
dan pemasangan komponen mesin.
b. Alat dan Bahan
1) Buku pedoman penggunaan dan perawatan mesin bubut.
2) Kunci pasringsatu set ukuran metris.
3) Palu konde 2 kg.Alat-alat pembersih.
4) Kunci L satu set ukuran metris.
5) Obeng minus ukuran (-) dan (+)
c. Langkah kerja
1) Pilih dan Siapkan peralatan yang akan digunakan dengan tepat dan
benar.
2) Sediakan tempat khusus untuk penempatan komponen.
3) Siapkan buku petunjuk/pedoman penggunaan dan perawatan mesin.
4) Bongkar mesin bubut mulai dari komponen bagian Iuar sampai dengan
komponen bagian dalam.
5) Urutkan komponen-komponen tersebut sesuai dengan urutan
pembongkaran pada tempat komponen yang telah disediakan

d. Cara melepas cekam mesin bubut


1) Masukkan roda gigi pada kerja ganda pada saat mesin berhenti (agar
sumbu utama mesin berat diputar).
2) Beri alas/bantalan dari kayu untuk menjaga bed mesin dari
kemungkinan terjatuh chuck.
3) Buka mur dengan kunci pas sambil dipegang chucknya.
4) Keluarkan pelat chuck dan tempatkan mur pada bautnya.
5) Simpanlah chuck pada rak penyimpanan.
e. Cara melepas bearing unit
1) Sebelumnya gunakan terlebih dahulu alat pelindung diri seperti sarung
tangan, helmet safety, dan sepatu safety.

2) Kemudian siapkan alat bantu kerja seperti palu, pahat, treker bearing,
kunci inggris, pelumas seperti WD atau yang sejenis, Amplas dan
majun.

3) Selanjutnya bersihkan terlebih dahulu shaft dudukan bearing dari karat


dan luka agar bearing unit bisa lepas dengan mudah.

4) Kemudian setting alat bantu treker untuk melepas bearing unit.

5) Dorong putar semaksimal mungkin head ulir treker sampai bearing


geser dan terlepas.

6) Apabila bearing tidak bergeser sedikitpun, maka palulah kepala head


ulir treker atau pada body bearing unit sebagai tenaga getar agar
bearing geser.

7) Apabila menggunakan treker bearing masih tidak bisa melepas bearing


unit, maka bisa menggunakan cara yang lain yaitu bearing unit di
belah dengan menggunakan Gerinda tangan atau gas cutting.

8) Jika melepas bearing unit menggunakan gerinda tangan atau gas


cutting, maka harus menggunakan proteksi api yang lengkap seperti
Apar, Air dalam ember, spray water dan kain anti api.

9) Proteksi diri pada saat melepas bearing unit menggunakan gerinda


tangan atau gas cutting harus lengkap juga seperti masker, face shield,
helmet safety, sepatu safety dan sarung tangan kulit.

10) Setelah bearing unit bisa terlepas, kemudian lakukan kebersihan area
kerja dan singkirkan benda - benda asing dari area kerja.

11) Simpan kembali dengan di tata rapih semua alat bantu kerja, alat
pemadan api dan alat pelindung diri pada tempat yang sudah di
sediakan.
2.2.5. Cara memasang bagian-bagian mesin bubut
a. Keselamatan Kerjaa.
1) Gunakan kunci dengan benar dan tepat.
2) Gunakan peralatan dengan benar dan sesuai dengan fungsinya.
3) Tempatkan semua komponen yang dibongkar pada tempat yang
khusus.
4) Hindarkan penggunaan gaya-gaya yang berlebih dalam pembongkaran
dan pemasangan komponen mesin.
b. Alat dan Bahan
1) Buku pedoman penggunaan dan perawatan mesin bubut.
2) Kunci pasringsatu set ukuran metris.
3) Palu konde 2 kg.
4) Alat-alat pembersih.
5) Kunci L satu set ukuran metris.
6) Obeng minus ukuran (-) dan (+)
c. Langkah kerja
1) Pilih dan Siapkan peralatan yang akan digunakan dengan tepat dan
benar.
2) Siapkan komponen-komponen yang akan dipasangkan.
3) Siapkan buku petunjuk/pedoman penggunaan dan perawatan mesin.
4) Urutkan komponen-komponen tersebut sesuai dengan urutan
pemasangan pada tempat komponen yang telah disediakan.
5) Pasang bagian-bagian mesin bubut mulai dari komponen bagian dalam
sampai dengan komponen bagian luar.
d. Cara memasang cekam
1) Bersihkan semua kotoran yang terdapat pada plens, sumbu utama dan
lubang-lubang pengikat.
2) Keluarkan mur-mur dari pelat cekam.
3) Masukanlah roda gigi pada kerja ganda waktu mesin berhenti. Hal ini
agar sumbu utama sulit diputar.
4) Cocokan dan masukan baut-baut pelat cekam pada lubang pengikat
sambil memasang mur dengan tangan.
5) Kencangkan mur dengan kunci pas.
e. Cara memaang bearing unit
1) Pastikan menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap seperti
helmet safety, sarung tangan dan sepatu safety agar terhindar dari
segala potensi bahaya.
2) Siapkan segala alat bantu yang di butuhkan seperti palu, pahat, balok
kayu, kunci Inggris, pelumas WD, baut pendorong bearing.
3) Kemudian pastikan kondisi shaft dudukan bearing dalam kondisi
bersih, tidak berkarat dan tidak rusak atau lecet.
4) Selanjutnya lumasi shaft benda kerja tersebut dengan WD atau oli
pelumas agar pada saat memasang bearing unit lebih mudah.
5) Kemudian masukkan bearing dengan di palu kira2 1 - 2mm saja agar
kondisi bearing benar - benar lurus.
6) Selanjutnya pasang baut ulir sebagai treker dorong pada centre shaft
benda kerja untuk mendorong bearing unit agar masuk ke shaft benda
kerja.
7) Dorong dengan pelan - pelan kepala baut ulir treker dorong tersebut
sampai bearing unit benar - benar masuk dengan maksimal sesuai
kebutuhan.
2.2.6. Langkah-Langkan memasang mesin pada dudukannya

Dalam instalasi mesin perlu beberapa persiapan yang harus dilakukan,


antaralain :

a. Analisis Instlasi
1) Data mesin

Informasi tentang mesin yang akan diinstal perlu diketahui,sehingga


dapat dipersiapkan tentang lay out penempatan mesin,cara mengangkut dan
cara meletakan pada pondasi. Data mesin yang diperlukan yaitu, dimensi,
berat, dan service (penyediaan),

2) Penyiapan tempat
a) Penyiapan layout,
b) Penyiapan lantai,
c) dan Pembuatan tanda (marking out)
3) Pengangkatan mesin
a) Crane dan Travelling host
b) Trolley
c) Fork Lift
d) Roller
b. Pemasangan pada dudukan

Langkah-langkah memasang mesin pada dudukannya yang digunakan


tergatung pada jenis pengikatan mesin dengan landasan.
Pemasangan pada dudukan mounting :
1) Atur posisi mesin
2) Letak kan alas mesin pada suatu balok dari kayu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi total dari mounting.
3) Angkat mesin dengan menggunakan dongrak, crane, fork lift, maupun yang
sejenisnya.
4) Posisikan penumpu mesin sejajar secara fertikal dengan dudukan mounting
5) Turunkan mesin pelan-pelan sesuai tempat yang sudah di rencanakan
6) Melakukan levelling agar mesin bertempu dengan tepat
7) Pasangkan washer dan mur pada batang berulir dengan alat penumpu mesin.
2.2.7. Ujicoba dan Penyetelan Mesin
Uji coba dan menyetel mesin bubut dilakukan setelah proses
pemasangan atau instalasi dianggapa selesai. Uji coba dilakukan dengan
tujuan agar mesin bubut dapat digunakan dengan sebagaimana semestinya.
Selain itu ujicoba juga dilakukan untuk pengecekan akhir apakah proses
instalasi perlu dilakukan evaluasi pemasangan atau tidak.
Uji coba dan penyetelan dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan
kerja. Penyetelan mesin dilakukan agar mesin bubut berada dalam posisi
yang baik sehingga menghasilkan proses pembubutan yang presisi. Proses uji
coba dan menyetel mesin bubut tantara lain:
a. Memastikan kondisi pondasi dan dudukan mounting tidak mengalami
kerusakan ataupun pergeseran setelah dilakukanya pemasangan.
b. Memastikan perangkat pendukung ter instal dengan baik seperti jalur dan
supplay listrik, debit air coolant pada penampung, oli gear box, dan parameter
maupun indikator lainnya berfungsi dengan baik.
c. Mengoprasikan mesin dengan waktu tertentu untuk memastikan kondisi mesin
bubut dapat dioprasikan dengan semestinya.
d. Melakukan pengecekan putaran mesin bubut.
e. Melakukan pengecekan fungsi gear box
f. Melakukan pengecekan emergency stop.
g. Melakukan pengecekan safety plate.
h. Melakukan pengecekan speed mesin
i. Melakukan pengecekan fungsi air cooler.

j. Melakukan kalibrasi-kalibrasi yang perlu dilakukan.


2.2.8. Cara Merawat Mesin Bubut

Adapun prawatan-perawatan yang harus dilakukan agar mesin bubut memiliki


umur yang panjang :
a. Sebelum digunakan
1) Memastikan semua bagian mesin bubut dalam kondisi baik dan siap
digunakan
2) Memeriksa terlebih dahulu bagian-bagian bergerak dan atau
bergesekan dan memastikan kondisi pelumasan masih baik, misal:
semua eretan, kepala lepas, cekam, dan handle pengatur.
3) Mencoba putaran mesin terlebih dahulu pada putaran rendah.
4) Mencoba fungsi pengereman mesin dan memastikan bahwa masih
berfungsi dengan baik

b. Selama dioperasikan

1) Memastikan benda kerja dicekam dengan kuat dan alat potong/pahat


juga diikat dengan baik.
2) Mengoperasikan mesin bubut sesuai dengan parameter pembubutan
yang benar, putaran mesin, feed rate dan ketebalan pemakanan.
3) Segera menghentikan mesin ketika terdengar suara atau terjadi kondisi
yang tidak semestinya dan segera laporkan pada teknisi.
4) Operator tidak diperbolehkan melakukan perbaikan sendiri terhadap
kerusakan yang terjadi pada mesin.
c. Setelah Selesai Digunakan
1) Membersihkan semua bagian mesin dari bram/tatal atau kotoran lain
akibat pengoperasian mesin bubut.
2) Melepaskan benda kerja dan semua alat potong maupun alat bantu
lainnya setelah selesai menggunakan mesin bubut.
3) Memeriksa dan memastikan semua bagian mesin kembali semula
seperti pada saat sebelum digunakan.
4) Menempatkan kepala lepas dan eretan pada posisi paling kanan dari
meja.
5) Memposisikan saklar power pada posisi OFF dan memastikan semua
aliran listrik pada mesin bubut sudah mati.
d. Perawatan Komponen mesin bubut yang perlu diperhatikan diantaranya:
1) Perawatan Alat/tool

2) Pengecekan Pahat/pisau Bubut, ukuran sudut pemakanan sesuai atau


tidak
3) Pengecekan rumah pahat, ukuran lubang tidak mengalami kelonggaran

4) Pengecekan senter kepala lepas

5) Pemeriksaan handel pengubah transmisi daya/ kecepatan putar

e. Perawatan harian :

Membersihkan chip dari bed dan permukaan mesin Sebaiknya


gunakan kuas yang lembut dan vacum cleaner. Hindari menggunakan
hembusan udara bertekanan dari kompresor karena dapat merusak
komponen chip
Membersihkan chip dari turret, housing, komponen yang berputar
dan batang ulir pembawa. Untuk hal ini, setidaknya pastikan bahwa
perangkat pelindung untuk keselamatan kerja terpasang dengan baik.
Melakukan pengecekan apakah level oli (pelumas) sesuai dengan
kapasitas yang ditentukan
f. Perawatan Mingguan

Cek keseluruhan perangkat mesin otomatis apakah berfugsi sesuai


standar kinerja mesin .Melakukan pemeriksaan pelumas pada kaca
kontrol. Jika terlihat kurang, sebaiknya segera tambahkan pelumas dan
lakukan analisa apakah terdapat kebocoran perangkat
Memeriksa tekanan oli dari pompa hidrolik jika menggunakan
sistim hidrolik. Membersihkan seluruh permukaan mesin dengan
menggunakan pembersih yang kandungannya tergolong ringan. Sebaiknya
hindari menggunakan pembersih berpelarut. Untuk chip, gunakan bak
penampung coolant

g. Perawatan Bulanan
Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap komponen
mesin, terutama dari bagian yang bergerak dan bergesekan. Jangan lupa
berikan pelumas jika diperlukan
Mengganti cairan coolant Sebelum mengganti cairan coolant,
sangat disarankan untuk membersihkan sisa kerak coolant yang lama dari
dalam tank dan Membersihkan pompa coolant dan yang terakhir
Memeriksa level oli pelumas gearbox. Jika kurang, tambahkan oli pelumas
sampai level tercukupi.

h. Prosedur Perawatan Mesin Bubut.


Untuk menjaga agar mesin tidak cepat rusak diperlukan perawatan
dan pengoperasian yang benar dan seksama. Prosedur perawatan mesin
bubut ini adalah:
1) Mesin bubut ini tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung

2) Dalam pelaksanaan perawatan seperti pengantian oli pelumasan mesin


dan pemberian grease,diharuskan memakai oli yang dipersyaratkan
oleh pabrik pembuat mesin
3) Setelah selesai mengoperasikan mesin,bersihkan bagian-bagian mesin
dari beram-beram hasil pemotongan dan cairan pendingin
4) Untuk pemasangan benda kerja pada poros utama,tidak diperkenakan
memukul benda kerja secara keras dengan mengunakan palu/hammer
5) Jaga dan perhatikan secara seksama selama pengoperasian
mesin,jangan sampai beram-beram yang halus dank eras terutama
beram besi tulang jatuh ke meja mesin dan terbawa oleh eretan.
6) Setelah selesai mengoperasikan mesin,atur semua handel-handel pada
posisi netral dan mematikan sumber tenaga mesin.
2.3. Mesin Las
Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu proses penyambungan
material (material joining). Definisi dari proses pengelasan mengacu pada AWS
(American Welding Society),dimana proses pengelasan adalah proses penyambungan
antara metal atau non-metal yang menghasilkan satu bagian yang menyatu, dengan
memanaskan material yang akan disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu,
dengan atau tanpa penekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.
Salah satunya adalah dengan Las Listrik Busur Manual (Shield Metal Arc
Welding) Las tistrik ini menggunakan alektroda berselaput sebagai bahan tambah.
Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan
ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan
mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur
Iistri dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan
selaput elektroda yang membeku akan menutupi permukaan Ias yang juga berfungsi
sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.
Las Listrik Busur Manual (Shield Metal Arc Welding-SMAW) Proses
pengelasan dibedakan menjadi beberapa jenis, dan SMAW merupakan salah satu
proses pengelasan yang umum digunakan, utamanya pada pengelasan singkat dalam
produksi, pemeliharaan dan perbaikan, dan untuk bidang konstruksi.
2.3.1. fungsi Mesin las
Beragam bentuk pekerjaan las dan fabrikasi logam, menuntut agar
suatu sambungan yang dikerjakan dapat sesuai dengan desain dan kekuatan
yang diharapkan. Karena itu bentuk-bentuk sambungan harus dirancang
sedemikian rupa supaya memenuhi kebutuhan tersebut Secara umum
sambungan las ada dua macam, yaitu sambungan sudut (fillet) dan sambungan
tumpul (butt). Adapun macam-macam bentuknya adalah sebagai berikut :
a. Sambungan sudut dalam (T-joint atau L-joint)
b. Sambungan sudut luar ( Corner joint)
c. Sambungan tumpang (lap joint)
d. Sambungan sumbat (Plug joint)
e. Sambungan celah (Slot joint)
f. Sambungan tumpul (Butt joint)
2.3.2. Nama bagian-bagian dan fungsi dari mesin las
a. Transformator DC/AC
Mesin las merupakan alas pengelasan listrik yang paling utama.
Mesin las adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi listrik
menjadi energi panas. Energi panas ini dimanfaatkan untuk melelehkan
elektroda dan logam induk atau logam dasar. Kemudian keduanya akan
memadat menjadi satu dan jadilah sambungan pengelasan.

Mesin las listrik dalam proses las SMAW, GMAW, GTAW dan
SAW memiliki peralatan pendukung yang relatif sama. Perbedaannya
dapat dilihat dari kemampuan komponen yang dapat digunakan untuk
ampere tinggi khususnya untuk proses las GMAW dan SMAW.

Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai semua


kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin las DC atau mesin las
AC. Jenis mesin las ini sering digunakan untuk bengkel-bengkel yang
mempunyai jenis pekerjaan yang bervariasi, sehingga tidak perlu berganti
mesin las untuk pengelasan yang berbeda.

Keluaran arus bolak-balik diambil dari terminal lilitan sekunder


transformator melalui regulator arus. Adapun arus searah diambil dari
keluaran alat perata arus. Pengaturan keluaran arus bolak-balik atau arus
searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya dengan memutar alat
pengatur arus dari mesin las.
b. Kabel Massa
Kabel massa adalah kabel yang berfungsi untuk mengalirkan arus
listrik dari mesin las ke benda kerja atau logam induk. Kabel las biasanya
dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi Yang
disebut kabel las ada tiga macam yaitu : kabel elektroda, kabel massa,dan
kabel tenaga.

c. klem massa

Digunakan sebagai alat penghubung kabel massa ke logam induk, alat ini
biasanya terbuat dari tembaga atau logam lain yang mempunyai sifat
penghantar listrik yang baik. Selain itu klem massa juga terdapat pegas
yang berfungsi untuk menjepit benda kerja dengan baik agar tidak mudah
terlepas.

d. Palu las

Digunakan sebagai alat penghubung kabel massa ke logam induk, alat ini
biasanya terbuat dari tembaga atau logam lain yang mempunyai sifat
penghantar listrik yang baik. Selain itu klem massa juga terdapat pegas
yang berfungsi untuk menjepit benda kerja dengan baik agar tidak mudah
terlepas.

e. Kabel Elektroda

Kabel elektroda adalah kabel berfungsi mengalirkan arus listrik dari mesin
las ke holder atau ke elektroda yang akan membuat busur listrik menyala
ketika disentuhkan ke benda kerja. Untuk Kabel las ini harus mempunyai
sifat yang fleksibel (mudah digerakkan). Didalamnya juga terdapat
beberapa bagian seperti lead, lapisan karet dan kawat tembaga

f. Elektroda
Elektroda adalah suatu material yang digunakan dalam pengelasan listrik
yang berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala

g. Pemegang kawat las atau Holder


Holder adalah alat berfungsi sebagai pemegang kawat las (elektroda) saat
digunakan welder untuk proses pengelasan. Holder harus terbuat dari
bahan yang memiliki ketahanan panas yang tinggi. Karena posisinya

berdekatan dengan kawat las (elektroda) yang mencair dan temperaturenya


bisa mencapai hingga 2000℃. Selain itu didalam holder ini terdapat pegas
yang berfungsi untuk mengunci atau menjepit elektroda agar tidak lepas
atau bergerak saat digunakan mengelas.

h. Sikat Baja

Sikat baja adalah sikat khusus yang digunakan untuk membersihkan


permukaan benda yang akan dilas dari zat pengotor seperti karat, oli, dan
pengotor lainnya. Karena terkadang kotoran tersebut mengganggu aliran
listrik yang mengalir pada saat proses pengelasan. Selain itu sikat ini juga
digunakan untuk membersihkan hasil lasan dari debu dan slag.
2.3.3. Cara kerja mesin las

Proses pengelasan dengan energi listrik ini akan menghasilkan busur


listrik pada saat ujung elektroda bersentuhan dengan bagian pada logam induk.
Adanya aliran listrik tersebut akan menimbulkan terjadinya sebuah arus
pendek yang selanjutnya diterima mesin las dan dialihkan menjadi energi
panas. Energi panas yang dihasilkan dari proses tersebutlah yang nantinya
digunakan untuk melelehkan elektroda serta logam induk yang akan
disambung.

Mesin las listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar, tetapi
dengan tegangan yang aman ( kurang dari 45 volt ). Cara kerja mesin las ini
adalah dengan mengalirkan listrik yang tertumpu pada busur listrik sehingga
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi. Sehingga akan mudah
mencairkan logam yang disentuhnya. Untuk menjalankan mesin las ini adalah
dengan menempelkan atau menjepit elektroda dengan clamp yang beraliran
listrik plus, dan menempelkan atau menjepit logam yang akan di las dengan
clamp yang beraliran plus. Jika kedua clamp ini tidak dipasangkan sesuai
dengan posisinya, maka mesin las tidak akan dapat digunakan. Berikut adalah
penjelasan berupa gambar, mengenai cara kerja mesin las listrik ini:
a. Pasangkan clamp jepit yang berwarna hitam seperti gambar dibawah ini
pada lubang listrik aliran Plus

b. Pasangkan clamp jepit yang berwarna hitam seperti gambar dibawah ini
pada lubang listrik aliran Minus

c. Clamp minus dipasangkan pada logam yang yang di las, dan clamp plus
dipasangkan pada elektroda dan tempelkan elektroda pada sambungan
logam yang akan disambung
 

Dari keterangan gambar diatas, kami harapkan anda dapat mengerti


beberapa tata cara dalam menggunakan mesin las ini dengan benar. Tentunya
gambar diatas tidak boleh menjadi patokan, karena gambar diatas belum bisa
mewakili semua tata cara menggunakan mesin las ini secara lengkap.

Sebelum menggunakan mesin las, diharapkan mengikuti kursus atau


latihan khusus untuk mengetahui tata cara menggunakan las listrik yang benar,
dan setelah itu juga menyarankan untuk membaca buku petunjuk penggunaan
dari mesin las tersebut. Hal ini kami rasa sangat penting karena tiap-tiap mesin
las diproduksi berbeda-beda.

2.3.4. Cara memasang bagian-bagian mesin las


a. Pasang clamp massa pada terminal (-) dan tang pemegang elektroda pada
terminal (+).
b. Pilih ampere sesuai benda kerja yang akan dilas. Semakin besar ampere
semakin besar juga panas yang dihasilkan yang membuat benda kerja
mudah bolong.

c. Jepit elektroda pada tang. Sebelum mengelas gunakanlah kacamata las


yang sesuai karena sinar ultraviolet sangat berbahaya untuk mata.
Kacamata las yang benar sangat gelap dan kita tidak bisa melihat apapun
keculai sinar ultraviolet. Workshop Pakeotac menggunakan helm las
dengan model autodarkening sehingga kacamata akan otomatis berubah
menjadi gelap apabila ada cahaya terang saja.

d. Selanjutnya jepit tang massa pada objek yang akan dilas/sambung. Letakan
elektroda pada objek untuk memulai pengelasan. Pertama-tama mungkin
sulit untuk mendapatkan hasil pengelasan yang bagus, tetapi dengan
belajar terus kita akan semakin mahir dan menjadi terbiasa.

e. Biasanya saat membeli alat las, kita diberikan alat dengan besi di bagian
ujung dan sikat pada bagian belakang, alat itu berguna untuk memecahkan
flux yang membungkus hasil pengelasan, ketok dan sikat untuk mendapat
hasil las yang rapi dan bersih.

2.3.5. Langkah-Langkan memasang mesin pada dudukannya

a. Bahan kawat las harus sesuai dengan bahan objek yang akan dilas.

b. Objek yang akan dilas sebaiknya diletakan pada tempat yang mendatar,
sehingga memudahkan welder untuk mengelasnya.

c. Disarankan menggunakan arus las DC, karena DC tidak memercikan api


berlebihan sehingga mudah untuk mengatur seberapa besar atau kecilnya
percikan itu dibutuhkan. Dan juga kebanyakan kawat las membutuhkan
arus DC.

d. Untuk melakukan pengelasan, sebaiknya objek yang akan dilas ditekan


atau dirapatkan. Sehingga saat pengelasan tipis saja sudah dapat
merapatkan, menutup, bahkan menyambungkan objek tanpa harus
memiliki bekas las yang sangat tebal.

e. Pengaturan besarnya arus sangat dibutuhkan, karena jika arus terlalu kecil
itu tidak dapat mendapatkan hasil las yang maksimal. Bahkan hasil las
tidak akan kuat, sehingga kemungkinan hasil las akan terlepas.
f. Jarak saat melakukan pengelasan sebaiknya 2-3mm dari objek, karena jika
terlalu dekat ataupun jauh. Hasil pengelasan tidak akan maksimal.

g. Disaat pengelasan berjalan dan tiba-tiba welder memutuskan untuk


berenti, sebelum memulai lagi disarankan bersihkan kerak pada hasil las
dengan menggetok-getokan palu kepada objek pengelasan.

h. Hindari pendinginan tiba-tiba setelah selesai melakukan pengelasan,


contohnya disiram dengan air. Ini sangat tidak dianjurkan, karena beberapa
bahan akan mudah retak.

i. Sebaiknya sebelum melakukan 8 tahap diatas, persiapkan juga penutup


wajah yang dikhususkan saat melakukan pengelasan. Karena percikan api
saat melakukan pengelasan itu sangat berbahaya.

2.3.6. Ujicoba dan penyetelan mesin las

Pengelasan yang benar dan sesuai merupakan salah satu hal terpenting
untuk mencapai kualitas pengelasan secara maksimum dan efisien/ ekonomis.
Oleh sebab itu sebelum dilakukan pengelasan, maka perlu ditetapkan terlebih
dahulu prosedur pengelasannya agar proses dan hasil las dapat mencapai
standar yang diharapkan. Secara umum, prosedur-prosedur yang harus
dilakukan setiap kali akan, sedang dan setelah pengelasan adalah meliputi hal-
hal berikut ini :

a. Adanya prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K ) dan


prosedur penanganan kebakaran yang jelas/tertulis.

b. Periksa sambungan-sambungan kabel las, yaitu dari mesin las ke kabel las
dan dari kabel las ke benda kerja / meja las serta sambungan dengan tang
elektroda.. Harus diyakinkan, bahwa tiap sambungan terpasang secara
benar dan rapat.

c. Periksa saklar sumber tenaga, apakah telah dihidupkan.

d. Pakai pakaian kerja yang aman.

e. Konsentasi dengan pekerjaan.

f. Setiap gerakan elektroda harus selalu terkontrol.


g. Berdiri secara seimbang dan dengan keadaan rileks.

h. Periksa, apakah penghalang sinar las/ ruang las sudah tertutup secara
benar.

i. Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.

j. Selalu gunakan kaca mata pengaman ( bening ) selam bekerja.

k. Bersihkan terak dan percikan las sebelum melanjutkan pengelasan


berikutnya.

l. Matikan mesin las bila tidak digunakan.


m. Jangan meninggalkan tempat kerja dalam keadaan kotor dan kembalikan
peralatan yang dipakai pada tempatnya.

Posisi pas

Terlalu tegak Arah gerakan Terlalu miring

a. Sumber Arus Las

Ada tiga macam sumber arus las dan menghasilkan dua macam arus las
seperti dapat dijelaskan dibawah ini :

1) Transformator Las menghasilkan arus bolak - balik

2) Penyearah Las menghasilkan arus searah

3) Generator Las menghasilkan arus searah


Sumber arus las secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Tegangan las rendah (15 sampai dengan 100 volt)

2) Arus las tinggi (15 sampai dengan 400 ampere)


3) Arus las dapat distel

4) Jaminan keamanan terhadap hubungan pendek lingkaran arus las

5) Kerugian arus las selama pengelasan, sekecil mungkin


Untuk memenuhi persyaratan tersebut dibutuhkan mesin las. Sumber
listrik menyediakan tegangan dan arus yang butuhkan untuk menghasilkan
busur las. Arus yang dibutuhkan sangat tinggi untuk dapat mencairkan
permukaan benda kerja dan ujung elektroda. Pengaturan Arus (Ampere)
Pengelasan
Besar kecilnya amper las terutama tergantung pada besarnya diameter
elektroda dan tipe elektroda. Kadang kala juga terpengaruh oleh jenis bahan
yang dilas dan oleh posisi atau arah pengelasan. Biasanya, tiap fabrik pembuat
elektroda mencantumkan tabel variabel penggunaan arus las yang disarankan
pada bagian luar kemasan elektroda.
Di lain sisi, seorang operator las yang berpengalaman akan dengan
mudah menyesuaikan arus las dengan mendengarkan, melihat busur las atau
hasil las. Namun secara umum pengaturan amper las dapat mengacu pada
ketentuan berikut :

DIAMETER ELEKTRODA BESAR ARUS

1/16 Inchi 1,5 mm 20 – 40 Amper


5/64 Inchi 2,0 mm 30 – 60 Amper
3/32 Inchi 2,5 mm 40 – 80 Amper
1/8 Inchi 3,2 mm 70 – 120 Amper
5/32 Inchi 4,0 mm 120 – 170 Amper
3/16 Inchi 4,8 mm 140 –240 Amper
1/4 Inchi 6,4 mm 200 – 350 Amper

b. Prosedur Pemasangan Las Listrik Manual

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diijinkan, misalnya kerusakan


atau kecelakaan yang ditimbulkan oleh aliran listrik, maka dalam
memasang/setting perangkat las listrik harus mengikuti aturan-aturan
keselamatan kerja, sehingga kerusakan/kecelakaan fatal dapat dicegah /
dihindari.
Dibawah ini skema yang menggambarkan setting perangkat las listrik yang
paling mendasar:

5
9
8
3

7 2

Keterangan :

1) Stop kontak ke jaringan listrik umum


2) Sumber arus las ( mesin las )
3) Kabel penghantar arus las (untuk elektroda)
4) Kabel penghantar arus las (untuk benda kerja)
5) Penegang elektroda
6) Meja kerja
7) Klem benda kerja
8) Benda kerja
9) Elektroda

Catatan :
1) Stop kontak, kabel penghantar listrik dan pemegang elektroda harus
terisolasi dengan baik.
2) Klem benda kerja harus kuat jepitannya.
Langkah - langkah pemasangan :

1) Menyiapkan mesin las dan perlengkapannya pada tempatnya.


2) Memasang kabel-kabel arus las (lengkap dengan pemegang elektroda dan
klem benda kerja sesuai keperluan) pada mesin las. Pilih panjang las

3) Menggelar kabel-kabel las (tidak boleh dalam keadaan gulungan).

4) Menempatkan pemegang elektroda pada tempatnya (tidak menyebabkan


hubungan pendek).

5) Mengikatkan klem benda kerja dengan kuat dan diikat dengan daerah
pengelasan.

6) Memasang stop kontak ke jaringan Listrik Umum.

7) Menghidupkan mesin

8) Menyetel amper

9) Memasang elektroda

10) Pengelasan siap dilaksanakan

2.3.7. Perawatan mesin las

Pada pengelasan, mesin busur las harus ada dan merupakan komponen


penting. Mesin las busur dan peralatan disekelilingnya mempunyai banyak
bagian yang bergerak yang biasanya mudah aus atau keropos. Adanya tahap
pemeriksaan dan pemeliharaan harian akan menolong untuk memperpanjang
umur peralatan dan juga akan membuat mesin menghasilkan kapasitas
maksimum. Berdasarkan struktur busur las dapat dibedakan antara mesin las
busur AC dan mesin las busur DC, untuk metode inspeksinya bervariasi.
Proses-proses untuk memeriksa dan memelihara busur las adalah :

a. memeriksa tombol sumber listrik dan tombol inspeksi apakah berfungsi


dengan benar dan apakah terjadi suara berisik pada bagian yang bergerak,
penggerak dan kipas pendingin. Melumasi daerah yang berputar dari tuas
pengatur arus dan permukaan gesek untuk menghindari keausan.
permukaan gesek untuk menghindari keausan.
b. Apabila terkumpul debu didalam, maka berakibat fungsi pendinginan dan
kapasitas isolasi dari kumparan transformer menjadi menurun. Maka
bersihkan kumparan dengan meniup debu dengan udara kompresi.
mengukur tahanan isolasi dan tahanan pembumian dari kumparan secara
tetap dan dinyatakan bahwa pengukurannya memuaskan.
c. Memeriksa sisi kabel input dan output, apakah bungkusnya mengelupas,
penyambungannya kendor dan kondisi isolasinya. Pemeriksaan dan
pemeliharaan harian adalah penting untuk keamanan dan pengoperasian
yang efisien dari mesin las busur. Mengikuti rincian instruksi dari
petunjuk operasional dan menegaskan sebelum mulai pemeriksaan, apakah
sumber dayanya sudah hidup. Mencatat bahwa test tekanan atau
pengukuran tahanan isolasi dari mesin las sehubungan dengan berbagai
bagian elektronik, misalnya IC tidak boleh dilaksanakan dengan
sembarangan, jika  tidak dilakukan dapat berakibat pelindung kondensor
yang rusak.

Contoh pemeriksaan mesin busur las adalah misalnya untuk harian :


Apakah kipas pendingan mulai jalan ketika saklar utama dinyalakan,
Sambungan kabel dan isolasinya, Sambungan kabel dan isolasinya. Setiap 3
bulan : Apakah isolasinya memadai, Kelonggaran dari sekrup pada
sambungan listrik (sebelah dalam), Penumpukan debu di dalam, Periksa klem
kendor dan rusak ,dan tahunan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil observasi di bengkel Universitas Negeri Malang dapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama bengkel Ialah suatu tempat bekerja atau tempat usaha
yang bergerak dalam bidang manufaktur berbagai jenis logam dengan berbagai cara,
baik itu manual menggunakan mesin bubut, mesin frais, mesin gerinda, dan mesin las.
Bengkel Las juga merupakan suatu tempat untuk membuat, merakit, dan memperbaiki
segala macam benda yang terbuat dari logam ataupun plat, baik itu berbahan besi,
stainless steel, ataupun allumunium.
3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber–sumber yang lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR RUJUKAN
Abdillah, Hamid. 2017. Pengetahuan dan Perawatan Mesin “Maintenance Mesin Bubut”
Anni Faridah, dkk. Teknik Pembentukan Pelat-jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan,-Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah-Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Cristian Guilino, Fachkunde Bauschlosser-Stahlbauer-Schmelzschweisser.
Verlag Handwerk und Technik GmbH, Hamburg, 1986.
DIPI. Ing. Eddy D. Harjapamekas, Pengetahuan bahan dalam pengerjaan logam,. Angkasa
Bandung.
Europa Lehrmittel, Fachkunde Metall, Nourmy, Vollmer GmbH & Co.
Finley, Ellenkate. 2022. How to Remove Lathe Chuck. Diakses pada 30 April 2022 di
https://sawshub.com/how-to-remove-lathe-chuck/
Furkoni, Muhammad Reza. 2021. Cara Memasang Pahat Bubut. Diakses pada 30 April 2022
dihttps://teknikece.com/mesin-bubut/cara-memasang-pahat-bubut/#Cara_memasang_
pahat_bubut_yang_baik_dan_benar Carakerja.com. 2021.
Hajime Shudo, Material Testing (Zairyou Shiken).. Uchidarokakuho, 1983.
HANDAYANI, TUT WURI. "TEKNIK PEMESIN TEKNIK PEMESINAN."
Harianto, Dedy. "Perancangan Alat Bantu Gerinda pada Tool post Mesin Bubut
Konvensional." Majalah Teknik Industri 27.1 (2019): 1-5
https://izzadhani.blogspot.com/2020/07/mesin-gerinda-datar-surface-grinding.html
Hercus PF, 1980, Text book of turning, F.W. Hercus PTY. Limited, Thebarton South
Australia.
Jhon Gain, (1996). Engenering Whorkshop Practice. An International Thomson Publishing
Company. National Library of Australia
Lascoe N P, 1973, Machine shop operation and setup. American Technical Publisher, Inc.
Ilionis.
Nurdjito & Achmad Arifin. 2015. Handout Pemesinan Bubut. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
PMS, 1978, Teknik Bengkel 2. PMS Bandung Taufiq Rochim, Proses Pemesinan. HEDSP,
Bandung
Prakticher Lehrgang Spengler fuer Einfuehrungskurse und Betriebe, SSIV (Schweizerischer
Spengler – und Installateur – Veband, Zuerich, 1984.
RAHDIYANTA, Dwi. Proses Bubut (Turning). Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2010.
RAHDIYANTA, Dwi. Buku 2 Proses Bubut (Turning). Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA, 2010.
Ramli Soehatman, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, Dian Rakyat,
Jakarta, 2010.
Rizal Sani, Las Busur Manual 1, PPPG Teknologi Bandung, 1997
Strength of Materials. William Nash. Schaum’s Outlines, 1998.
Teknik Pemesinan Bubut 1 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Teknik Pemesinan Bubut 1 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
The Lincoln Electric Company, The Procedure Handbook of Arc Welding, The Lincoln
Electric Company, 1973
Tormach. 2015. Chuck/Face Plate Installation. Diakses pada 30 April 2022 di
https://tormach.com/media/asset/t/d/td10245_d1-4_chuck_install_0315a.pdf
Tormach. 2014. Adjustable Tailstock Install for Lathe. Diakses pada 30 April 2022 di
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/td10297_adj_tail_stk_install_0916a_web.pdf
Waluyo, Joko. 2007. Buku panduan praktikum proses produksi 1. Jurusan Teknik Mesin: FTI
IST AKPRIND. Yogyakarta
Werkststtlehrgang fuer Spengler, SSIV (Schweizerischer Spengler – und Installateur –
Veband, Zuerich, 1973.
Widarto, (2088), Teknik Pemesinan Juilid 1, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional
Widiasarana indonesia, 2021.
William D. Callister Jr., Material Science and Engineering: An Introduction. John
Wiley&Sons, 2004.
Wirawan Sumbodo dkk, (2008).Teknik Produksi Mesin Industri jilid II. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktirat Jendral Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Yunianto, Arif. Teknik Pemesinan Gerinda SMK/MAK Kelas XII. Gramedia
Yogaswara, Eka. 2000 Mesin Bubut Konvensional dan CNC. Armico; Bandung.
Yoto. 2017. Ringkasan Materi Kuliah “Perakitan dan Instalasi Mesin Semester IV 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai