Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGECORAN LOGAM

PEMBUATAN BENDA KERJA COR ASBAK DAN PULLY

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Teknik Pengecoran Logam
Yang diampu oleh Didin Zakariya Lubis, S.Pd, M.Eng.

Disusun Oleh :
Diva Syafikri (200511633204)
Faizzol Hafids As Syafiq (200511633218)
Indika Rizky Putra Ramadhan (200511633224)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
APRIL 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayahnya yang telah diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
teknik pengecoran logam asbak dan pully. Laporan ini digunakan untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknik pengecoran logam yang
wajib ditempuh oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin pada
semester empat ini.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama penyusunan laporan ini.
Ucapan terima kasih kami tujukan kepada :
1. Bapak Didin Zakariya Lubis, S.Pd, M.Eng. Selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Teknik Pengecoran Logam.
2. Teman-teman yang telah berperan dalam penulisan laporan ini.
Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan dan
tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penyusun. Penyusun menyadari bahwa
laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua

Malang, 10 April 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................................4
B. Tujuan.......................................................................................................................................5
C. Manfaat.....................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI............................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengecoran adalah proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan
cetakan untuk membuat bagian-bagian yang bentuknya mirip dengan produk jadi.
Proses ini banyak digunakan di industri karena keunggulannya yaitu dapat
menghasilkan produk dengan bentuk yang kompleks dari bentuk yang sederhana
dengan berbagai bobot mulai dari gram hingga ton, dan dengan proses finishing
yang minimal untuk mengurangi biaya dan waktu pengerjaan. Paduan aluminium
adalah paduan yang banyak digunakan dalam industri pengecoran. Ini karena
aluminium memiliki karakteristik aliran tinggi, proses pengecoran mudah,
kepadatan rendah, ketahanan aus dan korosi yang sangat baik, koefisien ekspansi
termal yang rendah, dan sifat mekanik yang sangat baik. Selain itu, tingginya
penggunaan aluminium di industri karena bobotnya yang ringan sehingga
mengurangi konsumsi bahan bakar. Salah satu produk yang diproduksi dalam
proses pengecoran paduan aluminium adalah asbak dan puli bertingkat. Asbak
adalah sebuah wadah yang digunakan sebagai tempat pembuangan abu rokok dan puntung
rokok. Sedangkan pully adalah suatu alat mekanis yang digunakan sebagai sabuk
untuk menjalankan sesuatu kekuatan alur yang berfungsi menghantarkan suatu
daya.
Proses Pengecoran (Casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk
dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam
rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu:
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam
cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair

Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran


dengan sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan
permanent (permanent Mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold.
Karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan
tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenis-
jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau.
Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan
atau air gelas.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum teknik pengecoran logam adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan dunia teknik tentang penggunaan
proses-proses pengecoran yang ada.
2. Mahasiswa dapat menganalis benda kerja muali dari awal pembuatan hingga akhir
pengecoran.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktikan teknik dan cara pengecoran logam
menggunakan cetakan pasir
C. Manfaat
Manfaat dari hasil praktikum teknik pengecoran logam ini diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui tentang berbagai macam jenis pengecoran logam yang
ada, terutama pengecoran logam menggunakan pasir dari berbagai macam variasi.
Mahasiswa dapat menganalisis benda kerja yang akan dibuat mulai dari awal
pembuatan sketsa hingga pengecoran dan terakhir finishing.
BAB II
LANDASAN TEORI

Proses pengecoran pada dasarnya ialah penuangan logam cair kedalam cetakan yang
telah terlebih dahulu dibuat pola, hingga logam cair tersebut membeku dan kemudian
dipindahkan dari cetakan.
Untuk membuat coran harus dilakukan proses-proses seperti: pencairan logam,
membuat cetakan, menuang, membongkar, membersihkan dan memeriksa coran (gambar 1).
Pencairan logam dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, misal dengan tanur induksi,
kupola, atau lainnya. Cetakan biasanya dibuat dengan memadatkan pasir yang diperoleh dari
alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan
tidak mahal asal dipakai pasir yang sesuai. Cetakan dapat juga terbuat dari logam, biasanya
besi dan digunakan untuk mengecor logam-logam yang titik leburnya di bawah titik lebur
besi.
Pada pengecoran logam, dibutuhkan pola yang merupakan tiruan dari benda yang
hendak dibuat dengan pengecoran. Pola dapat terbuat dari logam, kayu, stereofoam, lilin, dan
sebagainya. Pola mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari ukuran benda yang akan dibuat
dengan maksud untuk mengantisipasi penyusutan selama pendinginan dan pengerjaan
finishing setelah pengecoran. Selain itu, pada pola juga dibuat kemiringan pada sisinya
supaya memudahkan pengangkatan pola dari pasir cetak.

Cetakan adalah rongga atau ruang di dalam pasir cetak yang akan diisi dengan logam
cair. Pembuatan cetakan dari pasir cetak dilakukan pada sebuah rangka cetak. Cetakan terdiri
dari kup dan drag. Kup adalah cetakan yang terletak di atas dan drag adalah cetakan yang
terletak di bawah. Hal yang perlu diperhatikan pada kup dan drag adalah penentuan
permukaan pisah yang tepat.

Rangka cetak yang dapat terbuat dari kayu ataupun logam adalah tempat untuk
memadatkan pasir cetak yang yang sebelumnya telah diletakkan pola di dalamnya. Pada
proses pengecoran dibutuhkan dua buah rangka cetak yaitu rangka cetak untuk kup dan
rangka cetak untuk drag. Proses pembuatan cetakan dari pasir dengan tangan dapat dilihat
pada gambar 2.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan Pengecoran
 Pasir cetak
 Air
 Serbuk kapur dan Karbon
 Model (asbak & puli)
 Rangka cetak (flask)
 Palu kayu
 Timbangan
 Pengayak pasir
 Saluran tuang (Downsprue)
 Saluran masuk (Runner)
 Saluran udara (Raiser)
 Cetok
 Dapur kopula
 Nozzle
 Gas elpiji dan perlengkapannya
 Logam aluminium
 Fluks
 Degasser
 Ladel
 Penjepit
 Mini Grinder
 Kikir
 Ampelas

B. Langkah Pengecoran
1. Pembuatan Rangka Cetak
a. Siapkan semua bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan rangka
cetakan
Gambar 1 Contoh alat dan bahan yang dibutuhkan

b. Langkah pertama adalah mengayak pasir. Pasir yang dibutuhkan adalah 15 kg


untuk setiap cetakan. Kelompok kami membuat tiga cetakan dengan variasi
tingkat kehalusan pasir yang berbeda, karena kami ingin melakukan eksperimen
menggunakan teknik pengecoran logam dengan variasi kehalusan pasir.

Gambar 2 Proses mengayak pasir

c. Langkah kedua adalah mencampur pasir yang telah diayak dengan air. Banyak
air yang kami gunakan adalah untuk satu cetakan pasir 6% dari 15 kg pasir. Saat
proses pencampuran air dengan pasir, pastikan mencampur dengan merata agar
hasil pengecoran bisa maksimal.
Gambar 3 Takaran air dan proses pencampuran

d. Langkah ketiga adalah membuat cetakan bagian bawah. Sebelum meletakan


model taburkan serbuk kapur terlebih dahulu, dengan tujuan agar pasir cetakan
tidak terlalu menempel dengan cetakan bagian atas. Kemudian lumuri asbak
dengan karbon dan letakkan beserta runner pada cetakan bawah dengan posisi
terbalik, lalu masukkan pasir dan tumbuk hingga padat.

Gambar 4 Posisi peletakan model dan runner


Gambar 5 Proses pemadatan pasir

e. Setelah pasir cetakan bawah dirasa sudah cukup padat, ratakan bagian atasnya
lalu balik cetakan dan taburkan serbuk kapur lagi pada permukaan cetakan.
Langkah selanjutnya adalah membuat cetakan bagian atas, sebelumnya pasang
cetakan atas pada cetakan bawah terlebih dahulu. Kemudian susun raiser dan
sprue pada cetakan atas. Jika sudah tersusun isikan pasir kedalamnya secara
perlahan dan bertahap sambil sesekali dipukul agar padatnya merata

Gambar 6 Proses awal pembuatan cetakan atas

f. Setelah itu pisahkan cetakan atas dengan cetakan bawah secara perlahan.
Kemudin lepas model, raiser, runner, dan sprue pada cetakan secara hati-hati.
Setelah selesai melepas semuanya, pasang kembali cetakan atas dengan cetakan
bawah. Dengan ini proses pembuatan cetakan telah selesai.

2. Proses Peleburan dan Penuangan Logam


a. Pertama, pastikan terlebih dahulu memakai perlengkapan keselamatan kerja
pengecoran logam. Selanjutnya siapkan semua bahan dan alat yang akan digunakan
saat melakukan proses peleburan dan penuangan seperti fluks, boraks, piston
(logam alumunium), ladel, dan dapur kopula.
b. Kemudian panaskan terlebih dahulu dapur peleburannya. Setelah dipanaskan,
masukkan logam ke dalam dapur peleburan secara bertahap dan sesekali bersihkan
logam cair dari kotoran – kotoran dengan cara menyaringnya menggunakan alat
yang disediakan.
c. Setelah logam cair sudah siap, langkah selanjutnya adalah proses penuangan.
Caranya adalah ambil logam cair dengan menggunakan ladel sampai penuh dan
tuang pada cetakan dengan melalui sistim saluran masuk. Lakukan penuangan secara
cepat untuk menghindari turbulensi atau penurunan suhu yang sangat cepat.

Gambar 7 Proses penuangan logam

d. Selanjutnya tunggu cetakan logam dingin, kemudian bongkar cetakan.

Gambar 8 Proses pembongkaran cetakan

3. Proses Finishing Model


Ketika hasil pengecoran sudah mendingin, langkah yang terakhir adalah
finishing dengan cara memotong bagian yang terbentuk karena raiser, runner, dan
sprue, kemudian haluskan sisa pemotongan menggunakan ampelas, kikir atau mini
grinder.
Gambar 9 Proses finishing mengunakan kikir

C. Analisis Hasil Pengecoran


Dalam praktikum pengecoran ini kami membuatan tiga model dengan bentuk berbeda,
yakni dua asbak dengan bentuk yang berbeda dan puli. Ketiga model yang kami buat semua
mengalami penyusutan atau cacat pada hasil pengecorannya. Berikut ini adalah analisis dari
penyusutan dan cacat pada ketiga hasil pengecoran, dengan menggunakan teknik pengecoran
logam variasi kehalusan pasir yang berbeda setiap cetakan.
1. Penyusutan Hasil Pengecoran
a. Hasil pengecoran pertama (asbak 1) dengan menggunakan pasir tingkat kehalusan tinggi

Gambar 10 Perbandingan penyusutan hasil pengecoran pertama


b. Hasil pengecoran kedua (asbak 2) dengan menggunakan pasir tingkat kehalusan sedang

Gambar 11 Perbandingan penyusutan hasil pengecoran kedua

c. Hasil pengecoran ketiga (puli) dengan menggunakan pasir tingkat kehalusan rendah

Gambar 12 Perbandingan penyusutan hasil pengecoran ketiga


Berdasarkan gambar diatas, rata-rata penyusutan dari hasil pengecoran pertama
dengan model adalah 3,9%, rata-rata penyusutan dari hasil pengecoran kedua dengan
model adalah 2,04%, dan rata-rata penyusutan dari hasil pengecoran ketiga dengan
model adalah 1,94%. Jadi dapat disimpulkan, salah satu faktor yang mempengaruhi
perbedaan penyusutan pada hasil pengecoran adalah tingkat kehalusan pasir dan bentuk
model pegecoran.
2. Cacat Pada Hasil Pengecoran

Bentuk cacat hasilan Penyebab Pencegahan


 Bagian cetakan yang  Lebih cermat serta
lemah runtuh teliti saat pembuatan
 Cetakan runtuh cetakan
pada saat pearikan
pola
 Kemiringan pola tidak
cukup
 Cetakan kurang
padat Kekuatan pasir
cetak kurang

Cetakan Rontok

 Coran terlalu tipis  Temperatur tuang harus


 Temperatur tuang tinggi
terlalu rendah  Kecepatan penuangan
 Kecepatan penuangan tinggi
terlalu lambat  Perencanaan
 Aliran logam cair tidak sistem saluran
sama karena sistem yang baik
saluran yang jelek.
 Lubang angin
 Lubang angin pada
ditambah
cetakan kurang
 Memperbaiki sistem
 Sistem penambah
Cacat salah alir penambah
yang tidak sempurna

 Logam cair teroksidasi  Diusahakan pada saat


 Saluran cerat dan ladel pencairan menjaga alas
kurang kering kokas supaya logam
tidak berada di daerah
 Temperatur penuangan
oksidasi.
terlalu rendah Temperature tuang logam
 Penuangan terlalu lambat sebelum melakukan
 Cetakan kurang kering penuangan, dipastikan
 Permeabilitas pasir cetak sudah sesuai dan
belum sempurna penuangan dengan cepat.
 Terlalu banyak  Pembuatan cetakan yang
cairan keluar dari teliti baik permeabilitas,
pemadatan yang cukup,
cetakan
lubang angin yang
 Lubang angin belum cukup
memadai  tekanan di atas dibuat
 Tekanan di atas terlalu tinggi
 Rendah
Cacat Lubang udara
dan lubang jarum

D. Benda Hasil Pengecoran

Gambar 13 Model dan hasil pengecoran pertama


Gambar 14 Model dan hasil pengecoran kedua

Gambar 15 Model dan hasil pengecoran ketiga


Bab IV
Penutup

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kekuatan tekan cetakan dipengaruhi oleh ukuran butir dan kadar
pengikat.
2. Penambahan kadar pengikat memberikan pengaruh meningkatkan
kekuatan tekan cetakan pasir

B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain:
1. Tingkat kepadatan cetakan pasir penting untuk diperhatikan agar tidak
terjadi kegagalan dalam pembuatan cetakan pasir. Selain itu keseragaman
ukuran specimen satu dengan yang lainnya juga perlu dijaga agar seragam
sehingga data pengujian dan hasil analisis yang diperoleh lebih akurat.
2. Pengolahan campuran pasir dan kadar pengikat perlu hati-hati karena
sangat berpengaruh pada kekuatan tekan.
DAFTAR PUSTAKA

https://samadpower.co.id/artikel-pengecoran-logam/
https://www.mechajtm.org/index.php/mecha/article/
download/24/22
https://wira.co.id/pengecoran-logam/
https://stellamariscollege.org/pengecoran-logam/
https://teknikjaya.co.id/pengecoran-logam/

Anda mungkin juga menyukai