Disusun Oleh :
Diva Syafikri (200511633204)
Faizzol Hafids As Syafiq (200511633218)
Indika Rizky Putra Ramadhan (200511633224)
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................................4
B. Tujuan.......................................................................................................................................5
C. Manfaat.....................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI............................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengecoran adalah proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan
cetakan untuk membuat bagian-bagian yang bentuknya mirip dengan produk jadi.
Proses ini banyak digunakan di industri karena keunggulannya yaitu dapat
menghasilkan produk dengan bentuk yang kompleks dari bentuk yang sederhana
dengan berbagai bobot mulai dari gram hingga ton, dan dengan proses finishing
yang minimal untuk mengurangi biaya dan waktu pengerjaan. Paduan aluminium
adalah paduan yang banyak digunakan dalam industri pengecoran. Ini karena
aluminium memiliki karakteristik aliran tinggi, proses pengecoran mudah,
kepadatan rendah, ketahanan aus dan korosi yang sangat baik, koefisien ekspansi
termal yang rendah, dan sifat mekanik yang sangat baik. Selain itu, tingginya
penggunaan aluminium di industri karena bobotnya yang ringan sehingga
mengurangi konsumsi bahan bakar. Salah satu produk yang diproduksi dalam
proses pengecoran paduan aluminium adalah asbak dan puli bertingkat. Asbak
adalah sebuah wadah yang digunakan sebagai tempat pembuangan abu rokok dan puntung
rokok. Sedangkan pully adalah suatu alat mekanis yang digunakan sebagai sabuk
untuk menjalankan sesuatu kekuatan alur yang berfungsi menghantarkan suatu
daya.
Proses Pengecoran (Casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk
dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam
rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu:
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam
cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Proses pengecoran pada dasarnya ialah penuangan logam cair kedalam cetakan yang
telah terlebih dahulu dibuat pola, hingga logam cair tersebut membeku dan kemudian
dipindahkan dari cetakan.
Untuk membuat coran harus dilakukan proses-proses seperti: pencairan logam,
membuat cetakan, menuang, membongkar, membersihkan dan memeriksa coran (gambar 1).
Pencairan logam dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, misal dengan tanur induksi,
kupola, atau lainnya. Cetakan biasanya dibuat dengan memadatkan pasir yang diperoleh dari
alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan
tidak mahal asal dipakai pasir yang sesuai. Cetakan dapat juga terbuat dari logam, biasanya
besi dan digunakan untuk mengecor logam-logam yang titik leburnya di bawah titik lebur
besi.
Pada pengecoran logam, dibutuhkan pola yang merupakan tiruan dari benda yang
hendak dibuat dengan pengecoran. Pola dapat terbuat dari logam, kayu, stereofoam, lilin, dan
sebagainya. Pola mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari ukuran benda yang akan dibuat
dengan maksud untuk mengantisipasi penyusutan selama pendinginan dan pengerjaan
finishing setelah pengecoran. Selain itu, pada pola juga dibuat kemiringan pada sisinya
supaya memudahkan pengangkatan pola dari pasir cetak.
Cetakan adalah rongga atau ruang di dalam pasir cetak yang akan diisi dengan logam
cair. Pembuatan cetakan dari pasir cetak dilakukan pada sebuah rangka cetak. Cetakan terdiri
dari kup dan drag. Kup adalah cetakan yang terletak di atas dan drag adalah cetakan yang
terletak di bawah. Hal yang perlu diperhatikan pada kup dan drag adalah penentuan
permukaan pisah yang tepat.
Rangka cetak yang dapat terbuat dari kayu ataupun logam adalah tempat untuk
memadatkan pasir cetak yang yang sebelumnya telah diletakkan pola di dalamnya. Pada
proses pengecoran dibutuhkan dua buah rangka cetak yaitu rangka cetak untuk kup dan
rangka cetak untuk drag. Proses pembuatan cetakan dari pasir dengan tangan dapat dilihat
pada gambar 2.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan Pengecoran
Pasir cetak
Air
Serbuk kapur dan Karbon
Model (asbak & puli)
Rangka cetak (flask)
Palu kayu
Timbangan
Pengayak pasir
Saluran tuang (Downsprue)
Saluran masuk (Runner)
Saluran udara (Raiser)
Cetok
Dapur kopula
Nozzle
Gas elpiji dan perlengkapannya
Logam aluminium
Fluks
Degasser
Ladel
Penjepit
Mini Grinder
Kikir
Ampelas
B. Langkah Pengecoran
1. Pembuatan Rangka Cetak
a. Siapkan semua bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan rangka
cetakan
Gambar 1 Contoh alat dan bahan yang dibutuhkan
c. Langkah kedua adalah mencampur pasir yang telah diayak dengan air. Banyak
air yang kami gunakan adalah untuk satu cetakan pasir 6% dari 15 kg pasir. Saat
proses pencampuran air dengan pasir, pastikan mencampur dengan merata agar
hasil pengecoran bisa maksimal.
Gambar 3 Takaran air dan proses pencampuran
e. Setelah pasir cetakan bawah dirasa sudah cukup padat, ratakan bagian atasnya
lalu balik cetakan dan taburkan serbuk kapur lagi pada permukaan cetakan.
Langkah selanjutnya adalah membuat cetakan bagian atas, sebelumnya pasang
cetakan atas pada cetakan bawah terlebih dahulu. Kemudian susun raiser dan
sprue pada cetakan atas. Jika sudah tersusun isikan pasir kedalamnya secara
perlahan dan bertahap sambil sesekali dipukul agar padatnya merata
f. Setelah itu pisahkan cetakan atas dengan cetakan bawah secara perlahan.
Kemudin lepas model, raiser, runner, dan sprue pada cetakan secara hati-hati.
Setelah selesai melepas semuanya, pasang kembali cetakan atas dengan cetakan
bawah. Dengan ini proses pembuatan cetakan telah selesai.
c. Hasil pengecoran ketiga (puli) dengan menggunakan pasir tingkat kehalusan rendah
Cetakan Rontok
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kekuatan tekan cetakan dipengaruhi oleh ukuran butir dan kadar
pengikat.
2. Penambahan kadar pengikat memberikan pengaruh meningkatkan
kekuatan tekan cetakan pasir
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain:
1. Tingkat kepadatan cetakan pasir penting untuk diperhatikan agar tidak
terjadi kegagalan dalam pembuatan cetakan pasir. Selain itu keseragaman
ukuran specimen satu dengan yang lainnya juga perlu dijaga agar seragam
sehingga data pengujian dan hasil analisis yang diperoleh lebih akurat.
2. Pengolahan campuran pasir dan kadar pengikat perlu hati-hati karena
sangat berpengaruh pada kekuatan tekan.
DAFTAR PUSTAKA
https://samadpower.co.id/artikel-pengecoran-logam/
https://www.mechajtm.org/index.php/mecha/article/
download/24/22
https://wira.co.id/pengecoran-logam/
https://stellamariscollege.org/pengecoran-logam/
https://teknikjaya.co.id/pengecoran-logam/