DAYA (P) : 88 PS
PUTARAN (n) : 6000 RPM
Disusun Oleh:
DAYA (P) : 88 PS
PUTARAN (n) : 6000 RPM
Disusun Oleh:
i
HALAMAN SPESIFIKASI
TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN
Rancanglah, satu unit kopling dan roda gigi Toyota Raize, dengan Daya
(P) = 88 PS, Putaran (n) = 6000RPM. Rancangan Kopling meliputi: Bagian-
bagian utama, Poros, Spline dan Naff, Plat Gesek, Pegas, Bantalan, Baut dan Mur,
Paku Keling. Dan rancangan Roda Gigi meliputi: Poros, Spline dan Naaf,
Perencanaan roda gigi,Perhitungan roda gigi pada kecepatan pertama, Perhitungan
roda gigi pada kecepatan kedua, Perhitungan roda gigi pada kecepatan ketiga,
Perhitungan roda gigi pada kecepatan keempat, Perhitungan roda gigi pada
kecepatan kelima, Perhitungan roda gigi pada kecepatan mundur, Bantalan, Baut
dan Mur.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah
keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin yang
meliputi Perencanaan Kopling dan Roda Gigi pada mobil Toyota Raize dengan
Daya : 88 PS dan Putaran : 6000 RPM.
iii
Tugas Rancangan Elemen Mesin ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif
untuk menjadi bahan pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan.
Semoga Tugas Rancangan Elemen Mesin ini dapat bermanfaat bagi dunia
konstruksi Teknik Mesin.
iv
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................1
1.2. Tujuan.......................................................................................1
1.3. Batasan Masalah........................................................................2
1.4. Sistematika Penulisan................................................................2
v
3.1.3 Plat Gesek.....................................................................31
3.1.4 Pegas.............................................................................38
3.1.5 Bantalan........................................................................44
3.1.6 Baut dan Mur................................................................50
3.1.7 Paku Keling..................................................................55
3.2 Roda Gigi..................................................................................59
3.2.1 Poros..............................................................................59
3.2.2 Spline dan Naaf.............................................................60
3.2.3 Perencanaan Roda Gigi.................................................61
3.2.4 Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan Pertama.........63
3.2.5 Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan Kedua............66
3.2.6 Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan Ketiga............70
3.2.7 Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan Keempat........74
3.2.8 Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan Kelima...........77
3.2.9 Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan Mundur.........80
3.2.10 Bantalan.........................................................................85
3.2.11 Baut dan Mur.................................................................91
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 3.6 Baut dan Mur................................................................................2
Gambar 3.7 Paku Keling...................................................................................2
Gambar 3.8 Poros.............................................................................................2
Gambar 3.9 Spline dan Naaf.............................................................................2
Gambar 3.10 Nama-nama Bagian Roda Gigi...................................................2
Gambar 3.11 Bantalan Gelinding Radial dan Aksial........................................2
Gambar 3.12 Baut dan Mur..............................................................................2
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Diluar transmisi di atas ada pula cara lain untuk memindahkan daya,
misalnya dengan sabuk dan rantai, tetapi transmisi dengan roda gigi jauh lebih
unggul dibandingkan dengan sabuk dan rantai sebab faktor slip pada roda gigi
kecil dan putaran lebih tinggi dan tepat serta daya yang dipindahkan lebih besar.
Meskipun demikian dalam dunia industri tidak selalu dipakai roda gigi sebagai
alat transmisi karena roda gigi memerlukan ketelitian yang besar dalam waktu
pembuatan, pemasangan maupun waktu pemeliharaannya.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum dari sistem kopling dan roda gigiadalah :
Agar dapat menghitung tegangan yang terjadi pada kopling dan roda gigi.
1
Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan kopling dan roda gigi.
Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling dan
pada tiap-tiap roda gigi.
Batasan-batasannya adalah :
1. Daya (N) = 88 PS
2. Putaran (n) = 6000 rpm
2
- Poros
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopling
4
2.1.3 Kopling Tetap
Kopling tetap adalah penerus daya dan putaran yang dapat dilakukan pada
saat kopling bekerja dengan baut pengikat. Pemindahan daya dan putaran kopling
ini adalah secara pasti atau tidak terjadi slip dan kedua sumbunya harus segaris.
Kopling tetap mencakup kopling kaku yang tidak mengizinkan sedikit
ketidaklurusan sumbu poros dan kopling universal digunakan bila kedua poros
membentuk sudut yang cukup besar.
5
Gambar 2.2Kopling Bus Sumber (Sularso 2004)
B. Kopling Luwes
Bentuk rumah kopling ini sama dengan flens kaku tetapi pemasangan
poros tidak dapat menonjol ke rumah yang satu lagi.
Pada baut pengikat tidak terdapat kejutan yang besar (kejutan kecil).
Contoh :
6
Gambar 2.5 Kopling Karet Bintang Sumber (Sularso 2004)
C. Kopling Universal
Pada kopling ini penghubung poros kopling ini digunakan kopling silang.
Contohnya :
7
Gambar 2.8 Kopling Universal Hook Sumber (Sularso 2004)
A. Kopling Cakar
Kopling cakar ini dapat meneruskan momen dengan kontak positif (tanpa
perantara gerakan) sehingga tidak terjadi slip.
Kontruksi kopling ini paling sederhana dari antara kopling tidak tetap yang
lainnya, dan kopling cakar persegi ini dapat meneruskan momen dalam dua arah
8
tetap, tidak dapat di hubungkan dalam berputar, dengan demikian sepenuhnya
berfungsi sebagai kopling tetap.
Baik dalam satu putaran saja, karena timbulnya tumbukan yang besar jika
dihubungkan dalam keadaan berputar, maka cara menghubungkan semacam ini
hanya dilakukan jika poros penggerak mempunyai putaran kuran dari 50 rpm
kopling ini dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.
B. Kopling Plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan suatu plat atau lebih
yang di pasang di antara kedua poros, serta membuat antar sesamanya. Konstruksi
kopling cuku sederhana dimana dapat dihubungkan atau di lepas dalam keadaan
berputar.
9
2. Kopling Plat Banyak
Cara manual
Cara hidrolik
Cara pneumatic
Cara elektromagnetik
Serta dapat juga dibagi atas kopling basah dan kopling kering. Kopling
kering yaitu apabila plat-plat bekerja dalam keadaan kering, sedangkan kopling
basah adalah apabila gesekan bekerja dalam keadaan basah atau dilumasi minyak
pelumas dan ini semua dipilih tergantung pada tujuan kondisi kerja lingkungan
dan sebagainya.
C. Kopling Kerucut
10
Gambar 2.12 Kopling Kerucut Sumber (Sularso 2004)
D. Kopling Friwil
Jika poros penggerak berputar melawan arah jarum jam atau jika poros
digerakkan berputar lebih cepat maka bola-bola atau rol-rol akan lepas dari jepitan
sehingga tidak terjadi meneruskan momen lagi. Kopling ini sangat banyak
digunakan dalam otomatis mekanis.
Termasuk golongan ini adalah misalnya kopling fluida kering atau kopling
serbuk, yang meneruskan momen dengan perantara gaya sentripugal pada butiran-
butiran baja di dalam suatu rumah, dan kopling fluida yang bekerja atas daya
sentripugal pada minyak pengisian. Karena kopling tersebut tidak dapat
dilepaskan hubungannya pada waktu berputar, maka dapat digolongkan dalam
kopling tetap.
11
2.1.4 Assembling Kopling
Keterangan gambar :
1. Roda Penerus ( FlyWheel )
2. Plat gesek
3. Baut Pengikat FlyWheel dengan poros penggerak
4. Plat pembawa
5. Bantalan radial
6. Paku keeling untuk plat pembawa dan Naaf
7. Baut pengikat FlyWheel dengan penutup kopling
8. Plat penekan
9. Paku keeling untuk penutup kopling dan pegas matahari
10. Pegas kejut
11. Plat pembawa
12. Bantalan aksial
13. Poros
14. Naaf
12
15. Pegas matahari
16. Paku keeling untuk plat pembawa dan lingkar pembawa
17. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
Diluar transmisi diatas ada pula cara lain untuk memindahkan daya,
misalnya dengan sabuk (belt) dan rantai (chain), tetapi transmisi dengan roda gigi
jauh lebih unggul dibanding dengan sabuk atau rantai, faktor slip pada roda gigi
jauh lebih kecil dan putaran lebih tinggi tepat serta daya yang dipindahkan lebih
besar, walaupun roda gigi mempunyai kelebihan sepertin di atas tetapi didalam
industri tidak selalu dipakai roda gigi sebagai alat transmisi karena roda gigi
memerlukan ketelitian yang besar dalam waktu pembuatannya, pemasangannya
maupun pemeliharaannya.
13
Berfungsi untuk meneruskan tenaga putaran dari kopling ke transmisi.
b. Output Shaft
Berfungsi untuk meneruskan tenaga putar yang keluar dari transmisi yang
selanjutnya di pindahkan ke propeller shaft.
c. Gigi Percepatan (Gear)
Gigi percepatan yang terdapat pada poros output yang berputar terhadap
poros input. Fungsi dari gigi-gigi percepatan ini adalah untuk menentukan
gear ratio yang terjadi pada transmisi yang akan merubah momen yang
keluar dari transmisi.
d. Counter Gear dan Shaft
Berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari input shaft ke gigi.
e. Reserver Idle Gear dan Shaft
Berfungsi untuk merubah arah putaran output shaft sehingga berlawanan
dengan putaran input shaft agar kendaraan berjalan mundur.
A. Clutch Hub
Berfungsi untuk memutarkan output shaft. Clutch Hub berkaitan dengan
output shaft pada alur-alurnya. Sehingga apabila clutch hub berputar maka
output shaft juga nurut berputar.
B. Clutch Hub Sleeve
Berfungsi untuk menghubungkan gigi-gigi percepatan dengan clutch hub.
Clutch hub sleeve dapat bergerak maju mundur pada alur bagian luar
clutch hub, sedangkan bagian luar dari clutch hub sleeve berkaitan dengan
shift fork.
C. Syncronizer Ring
14
Berfungsi untuk menyamakan putaran gigi percepatan dan hub sleeve
dengan jalan mengadakan pengereman terhadap gigi percepatan (bagian
yang tirus) pada saat shift fork menekan hub sleeve.
D. Key Spiring
Berfungsi untuk menekan shifting key agar tetap tertekan kearah hub
sleeve.
E. Shifting Key
Berfungsi meneruskan gaya tekan dari hub slevee yang selanjutnya
diteruskan ke synchronizer ring agar terjadi pengereman pada bagian yang
tirus gigi percepatan.
F. Interlocking Pins
Berfungsi untuk mencegah shift fork maju bersamaan pada saat
memasukan gigi transmisi.
G. Chamber dan Lock Ball (mekanisme pencegah gigi loncat)
Berfungsi untuk mencegah agar gigi tidak kembali netral (loncat) setelah
memasukan gigi transmisi dimana chamber adalah bentuk daru hub slevee
spline.
15
putaran lebih tinggi dan daya yang lebih besar. Kelebihan ini tidak selalu
menyebabkan diplihnya roda gigi disamping cara yang lain karena memerlukan
ketelitian yang lebih besar dalam pembuatan, pemasangan maupun
pemeliharaannya.
16
Gambar 2.15 Roda Gigi Lurus Sumber (Sularso 2004)
17
Gambar 2.17 Roda Gigi Miring Ganda Sumber (Sularso 2004)
Merupaka dasar profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi
dan pinyon digunakan untuk merubah gerak putar menjadi lurus atu sebaliknya.
18
Adalah roda gigi yang paling mudah dan paling sering digunakan/ dipakai,
tetapi sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. Konstruksinya
juga tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung porosnya.
Merupakan bagian dari roda gigi dengan poros berpotongan yang bagian
permukaan giginya rata.
19
Roda gigi miring seperti gambar ini mempunyai kemiringan 70 sampai 230 ,
digunakan untuk mentransmisikan daya yang lebih besar dari pada roda gigi lurus.
Roda gigi jenis ini digunakan untuk mentransmisika daya dan putaran
yang lebih besar tanpa mengurangi dayanya, kemiringan antara 250 - 450 roda gigi
ini banyak dipakai pada sistem kemudi.
Gambar 2.24 Roda Gigi Cacing Silindris dan Globoid Sumber (Sularso 2004)
Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut
yang sumbunya saling bersilangan dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding. Roda gigi ini dipakai pada
deferensial.
20
BAB 3
PERHITUNGAN BAGIAN UTAMA
3.1 Kopling
3.1.1 Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin
yang biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen
stasioner yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami
beban puntir dan lentur atau gabungannya.
D L
Gambar 3.26 Poros Sumber (Sularso 2004)
Daya (P) = 88 PS
21
Dimana :
1 PS = 0,735 kW
P = 88 x 0,735 kW
P = 64,68 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor
keamanan dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel
3.1) maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut :
(kW)
= Faktor koreksi
= Daya
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2 diambil fc = 1,1
22
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (Lit 1, hal 7)
T = 11.550 kg.mm
Dimana :
23
= tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
poros, harga sebesar 1,3 – 3,0 maka di ambil 1,5 (lit. 1 hal 8)
Bahan poros di pilih baja karbon konstruks mesin S35C dengan kekuatan tarik
maka :
dimana :
24
1,5 - 3,0(diambil 1,5)
(diambil 1,2).
25
95
Sumber : lit. 1 hal 9, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan
dipasang bantalan gelinding.
Pada diameter poros di atas mm, maka tegangan geser yang terjadi pada poros
adalah :
dimana :
T=
= 0,92
26
S TAR T
kekuatan tarik : σB = 52
kg/mm2
6. Tegangan geser yang diizinkan : τa = 5,7 kg/mm2
Faktor keamanan Sf1 = 6,0Sf2
= 1,73
momen puntir Kt = 3
10.
<
STOP 27
END
3.1.2 Splin dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan
daya dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung
dengannya, ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau
menjadi bagian dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah
dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan
standar SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal
ini menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan
konsentrasi tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.
28
Gambar 3.27 Spline
https://teknikmesinpedia.blogspot.com/2018/11/spline.html
Diameter Ringan DIN 5462 Menengah DIN 5463 Berat DIN 5464
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d1 (mm) (I) d2 (mm) b (mm) (I) d2 (mm) b (mm) (I) d2 (mm) b (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 9 mm
Diameter luar ( d2 ) = 50 mm
29
3.1.2.1 Perhitungan Spline dan Naaf
Tinggi ( H ) =
= =
Panjang ( L ) = 2d3/d32
= (50)3/(40)2 = 78,13 mm
= =
dimana :
= gaya yang bekerja pada spline (kg)
= momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 11550,02
kg.mm
= jari-jari spline sebesar (mm)
maka :
30
dimana :
= tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
= gaya yang bekerja pada spline (kg)
= jumlah gigi spline
= jarak antar spline (mm)
= panjang spline (mm)
maka :
= 0,0295 kg/mm2
dimana :
maka :
31
Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
(aman)
S TAR T a
8. Faktor keamanan = 10
1. Diameter poros : ds = 40 mm
Diameter luar : d2 = 40 mm
10.
3. Tinggi : H = 5 mm, jari-jari : Rm = 25 mm
32
4. Gaya pada spline : F = 462kg
STOP
END
a
3.1.3 Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak
dengan poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus juga
sebagai penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
33
https://www.kitapunya.net/kopling-gesek-plat-tungga/
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes.
Dengan asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada
temperatur tinggiyaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di
bawah ini :
(kg/
Bahan Permukaan Kontak
Kering Dilumasi mm2)
Bahan cor dan besi cor 0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes (ditenun) 0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
Besi cor dan serat 0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
Sumber : lit. 1 hal 63, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Diketahui : P = 88 PS
n = 6000 rpm
ds = 40 mm ( diameter poros )
Daya yang ditransmisikan P :
Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk
mendapatkan daya dalam (kW).
Dimana : 1 PS = 0,735 kW
Maka :
P = 88 x 0,735 kW
P = 64,68 kW
Putaran poros n1 = 6000 rpm
Daya rencana Pd :
34
Momen puntir rencana T :
Perbandingan diameter dalam bidang gesek dan diameter luar bidang gesek
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga tekanan
permukaan yang diizinkan pada bidang gesek
maka :
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
koefisien gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil
maka :
35
Maka diameter luar bidang gesek = 283,2 mm
Nomor
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Kopling
Momen gesek
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
statis (kg.m)
GD2 sisi rotor
(kg.m2) 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
GD2 sisi stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
(kg.m )2
Diameter lubang 15 20 25 30 40 50 60 70
Alur pasak 5x2 5x2 7x3 7 x 3 10 x 3,5 15 x 5 15 x 5 18 x 6
A 90 110 140 175 220 260 315 380
B - - - - 144 150 180 205
C 25 35 42 50 70 85 100 120
L 60 75 90 115 132 157 168 192
U 50 60,3 69 85 95,3 109 123 138
S 0,3 0,3 0,3 0,4 0,5 0,7 0,7 0,8
Berat (kg) 1,5 2,4 4,5 9,0 16 25 38,5 56
Sumber : lit. 1 hal 68, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 40 dari tabel di atas.
maka :
GD2
36
Waktu penghubung sebesar 0,2 – 1 detik (s), kopling macam apa saja dapat
dipakai, diambil (te = 0,7 s)
dimana :
= momen start (kg.m)
= efek total roda gaya terhadap poros kopling 0,0353 (kg.m2)
= kecepatan putaran relatif 6000(rpm)
= waktu penghubungan rencana 0,7 (s)
= momen beban pada saat start 14,02 (kg.m)
maka :
, baik
37
Setengah logam (5 - 10) x 10-7
Dengan mengambil nomor tipe kopling 45, maka dapat diambil volume
keausan yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
S TAR T b a
sesungguhnya : = 0,29 s
3. Daya rencana : =71,15 KW
12. :
38
4. Momen puntir rencana:T = 11550,02
Kw.mm
>
END
b a
3.1.4 Pegas
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan
dan meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas
kejut pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan
menyimpan energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang
dibentuk dingin atau kawat yang ditemper dengan minyak.
H
f
39
Gambar 3.29Pegas Kejut
https://www.omesin.com/2020/03/menggambar-teknik-mesin-pegas.html
Harga G
Bahan Lambang
( kg/mm2 )
Sumber : lit. 1 hal 313, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Beban maksimum :
40
..................... ( Lit 1, hal 315 )
maka :
Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
Tegangan geser :
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang
diizinkan , Modulus geser (berdasarkan
tabel 3.9.)
Tegangan rencana :
41
Jumlah lilitan yang bekerja :
Lendutan total :
Tinggi bebas :
Maka :
42
Lendutan awal terpasang :
Lendutan efektif :
Tinggi mampat
, baik
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil
<
43
Diameter kawat
Bahan pegas ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif
Lendutan total
Tinggi tekan
Beban awal terpasang
44
Diagram aliran pegas
START
a
b
1. Beban maksimum : Wl = 1168kg
11. Beban awal terpasang : Wo = 583 kg
ujung 1
2. Taksiran awal :
Indeks pegas : c = 6
13. Tinggi mampat : Hc = 52 mm
Diameter kawat : d = 8 mm
>
3. Faktor tegangan : K = 1,2525
14. <
<
Perlakuan panas
Lilitan mati 1 45
Lendutan efektif : h =10,4 mm
3.1.5 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban
sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
bekerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
https://masdianjaya.wordpress.com/2018/09/26/bantalan/
46
Momen yang ditransmisikan dari poros dan putaran (n)
= 6000 rpm.
47
6209 6209ZZ 6209VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 10ZZ 10VV 50 90 20 2 2750 2100
6300 6300ZZ 6300VV 10 35 11 1 635 365
6301 01ZZ 01VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 02ZZ 02VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303ZZ 6303VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 04ZZ 04VV 20 52 15 2 1250 785
6305 05ZZ 05VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306ZZ 6306VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 07ZZ 07VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 08ZZ 08VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309ZZ 6309VV 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 10ZZ 10VV 50 110 27 3 4850 3650
Sumber : lit. 1 hal 143, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Nomor bantalan
Diameter bantalan :
Lebar bantalan :
48
Kapasitas nominal dinamis spesifik :
bawah ini :
Tabel 3.12Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0
X X
V X Y X Y X Y Y0 Y0
0 0
49
= 0,11
= 0,17 1,15 1,15 0,38
= 0,28 1,04 1,04 0,42
= 0,42 1,00 1,00 0,44
= 0,56
Α
0,43 1,00 1,09 0,7 1,6 0,57 0,42 0,84
= 20o
Bantalan 0,41 0,87 0,92 0,6 1,4 0,68 0,38 0,76
= 25o
bola 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,6 1,2 0,80 0,5 0,33 1 0,66
= 30o
sudut 0,37 0,66 0,66 0,6 1,0 0,95 0,29 0,58
= 35o
0,35 0,57 0,55 0,5 0,9 1,14 0,26 0,52
= 40o
Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial dengan
menggunakan persamaan :
maka :
50
= harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam tabel 3.11.
di atasmaka :
Jika (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan bantalan adalah :
0,177
51
Diagram aliran bantalan gelinding
S TAR T
spesifik : C = 1118 kg
∑ Fa / V . ∑ Fr : faktor X = 0,56
faktor Y = 1,99
4. faktor kecepatan
Beban ekivalen dinamis :: fP
n = 0,177
= 102,87 kg
Faktor umur : fh = 1,92
6. Lh atau Ln : Lha
<
umur bantalan
STOP
END
52
3.1.6 Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.
http://technicdrawing27.blogspot.com/2012/11/mur-dan-baut.html
pada bantalan
53
Tabel 3.13Ukuran standar ulir kasar metris
Ulir dalam
Ulir Diameter Diameter Diameter
Jarak Tinggi
luar D efektif D2 dalam D1
bagi kaitan
Ulir luar
p H1
1 2 3 Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
54
M 24 5 2,706 52,000 48,752 46,587
M 27 5,5 2,977 56,000 52,428 50,046
M 30 5,5 2,977 60,000 52,428 54,046
M64 6 3,248 64,000 60,103 57,505
M68 6 3,248 68,000 60,103 61,505
Sumber : lit. 1 hal 290, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
diambil 0,7
maka :
Tinggi mur
55
Tegangan geser akar ulir baut
(dimana )
(dimana )
Tegangan geser akar ulir baut dan tegangan geser akar ulir mur lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.Bahan baut dan mur baja liat dengan
kadar karbon 0,22 %.Diameter nominal ulir : Baut = M 7, Mur = M 7, tinggi mur
= 4 mm.
Diagram aliran baut dan mur
S TAR T b a
τn : τa
6. Pemilihan ulir standar
Diameter luar : d = 7 mm ≤
Tinggi mur : H = 4 mm
Tegangan permukaan yang
STOP
8. Diameter luar :ulir
diizinkan qa =dalam : D =2 7 mm
3 kg/mm
END
a
3.1.7 Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap / mati. Dalam banyak kasus
penggunaannya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las karena
sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada sambungan las
yang lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling terlihat jauh lebih
aman dan mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih baik (dibunyikan
dengan pukulan). Khususnya untuk sambungan logam ringan orang lebih
menyukai pengelingan, untuk menghindarkan penuruna kekuatan disebabkan
tingginya suhu seperti karena pengelasan (pengaruh dari struktur pengelasan).
Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi
untuk meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke
poros.
57
Gambar 3.32 Paku Keling
http://industrial-engineering-new.blogspot.com/2017/01/sambungan-las-paku-
keling-dan-baut-pada.html
dimana :
= jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
= diameter dalam plat gesek 141,6 (mm)
= diameter luar plat gesek 177 (mm)
maka :
dimana :
= gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
= momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 14020kg.mm
58
=jarak antara paku keling (mm)
maka :
dimana :
= gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
= gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
= banyaknya paku keling yang direncanakan
maka :
59
Tegangan geser yang diizinkan :
S TAR T
5. Faktor keamanan 9
6. Tegangan tarik : τb = 37
kg/mm2
60
10. τgi>τg
STOP
END
61
3.2 Roda Gigi
2.2.1. Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin
yang biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen
stasioner yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami
beban puntir dan lentur atau gabungannya.
D L
Gambar 3.33 Poros
https://adoc.pub/perancangan-poros-roda-gigi-sebagai-pengatur-gerak-maju-mund.html
62
2.2.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spilne adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan
daya dan putaran dari poros ke komponen-komponen lain yang terhubung
dengannya, ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau
menjadi bagian dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah
dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan
standar SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal
ini menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan
konsentrasi tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.
http://riniftpub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Pasak-dan-Spline.pdf
63
2.2.3. Perencanaan Roda Gigi
I 3.307
II 1,750
III 1,171
PERBANDINGAN GIGI
IV 0,853
V 0,727
R 3,307
64
Tabel 3.15 Faktor Bentuk Gigi
Kecepatan
Rendah
Kecepatan
Sedang
Kecepatan
Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3 Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3
0,1 3,5
0,15 4 3,75
0,2 4,5
0,25 5
0,3 5,5
0,35 6 6,5
0,4 7
65
0,45 8
0,5 9
0,55 10
0,6 11
0,65 12
0,7 14
0,75 16
0,8 18
0,9 20
1 22
1,25 25
1,5 28
1,75 32
2 36
2,25 40
2,5 45
2,75 50
3
3.25
Sumber : lit. 1 hal 216, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Keterangan :Dalam pemilihan utamakan seri ke-1 ; jika terpaksa baru dipilih
serike-2 dan seri ke-3.
n1=6000 rpm
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
66
.......................... ( Lit 1, hal 216 )
Diambil z = 6
Perbandingan gigi :
Kelonggaran puncak :
Diameter kepala :
67
Diameter kaki :
Kedalaman pemotongan :
Kecepatan keliling :
Gaya tangensial :
Faktor dinamis :
68
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik
Kekerasan permukaan gigi (rata-rata)
Tegangan lentur yang diizinkan :
S 35 C :
FC 20 :
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
....................... ( Lit 1, hal 240 )
n1 = 6000 rpm
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
69
Diameter sementara lingkaran jarak bagi :
Modul Pahat (m) = 6 = (di ambil dari Harga Modul pada kecepatan satu)
Jumlah gigi :
Perbandingan gigi :
Perbandingan gigi :
70
Kelonggaran puncak :
Diameter kepala :
Diameter kaki :
Kedalaman pemotongan :
Kecepatan keliling :
Gaya tangensial :
71
Faktor dinamis :
72
Harga minimum dari
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
Modul Pahat (m) = 6 = (di ambil dari Harga Modul pada kecepatan satu)
Jumlah gigi :
Perbandingan gigi :
73
Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :
Kelonggaran puncak :
74
Diameter kepala :
Diameter kaki :
Kedalaman pemotongan :
Kecepatan keliling :
Gaya tangensial :
Faktor dinamis :
75
Kekuatan tarik
Kekerasan permukaan gigi (rata-rata)
n1=6000 rpm
76
i= 0,853 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,1
Daya rencana Pd :
Modul Pahat (m) = 6 ≈ (di ambil dari Harga Modul pada kecepatan satu)
Jumlah gigi :
Perbandingan gigi :
77
Kelonggaran puncak :
Diameter kepala :
Diameter kaki :
Kedalaman pemotongan :
Kecepatan keliling :
Gaya tangensial :
78
Faktor dinamis :
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, .
79
Harga minimum dari
Modul Pahat (m) = 6 ≈ (di ambil dari Harga Modul pada kecepatan satu)
Jumlah gigi :
80
Perbandingan gigi :
Kelonggaran puncak :
Diameter kepala :
Diameter kaki :
Kedalaman pemotongan :
81
Kecepatan keliling :
Gaya tangensial :
Faktor dinamis :
82
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :
n1 = 6000 rpm
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
83
Modul Pahat (m) = 6 = (di ambil dari Harga Modul pada kecepatan satu)
Jumlah gigi :
Perbandingan gigi :
Kelonggaran puncak :
Diameter kepala :
84
Diameter kaki :
Kedalaman pemotongan :
Kecepatan keliling :
Gaya tangensial :
Faktor dinamis :
85
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik
Kekerasan permukaan gigi (rata-rata)
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
86
S TAR T a
2.2.10. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban
sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
87
bekerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
https://gadabinausaha.wordpress.com/2011/01/19/bantalan-sebagai-elemen-mesin/
88
6008 6008ZZ 6008VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200ZZ 6200VV 10 30 9 1 400 236
6201 01ZZ 01VV 12 32 10 1 535 305
6202 02ZZ 02VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203ZZ 6203VV 17 40 12 1 750 460
6204 04ZZ 04VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 05ZZ 05VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206ZZ 6206VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 07ZZ 07VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 08ZZ 08VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209ZZ 6209VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 10ZZ 10VV 50 90 20 2 2750 2100
6300 6300ZZ 6300VV 10 35 11 1 635 365
6301 01ZZ 01VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 02ZZ 02VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303ZZ 6303VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 04ZZ 04VV 20 52 15 2 1250 785
6305 05ZZ 05VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306ZZ 6306VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 07ZZ 07VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 08ZZ 08VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309ZZ 6309VV 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 10ZZ 10VV 50 110 27 3 4850 3650
Sumber : lit. 1 hal 143, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
89
Kapasitas nominal dinamis spesifik : C = 1310 kg
bawah ini :
Tabel 3.19Faktor - Faktor V, X, Y dan X0, Y0
Y
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0
0
0,
43
0,
α = 20o 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84
Banta 41
= 25 o
0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
lan 0,
= 30o 1 1,2 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
bola 39
= 35 o
0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
sudut 0,
= 40 o
0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52
37
0,
35
Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
90
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial dengan
menggunakan persamaan :
maka :
Jika (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan bantalan adalah :
0,38
91
Umur nominal dari bantalan :
S TAR T
spesifik : C = 1118 kg
∑ Fa / V . ∑ Fr : faktor X = 0,56
faktor Y = 1,99
4. faktor
Beban kecepatan
ekivalen dinamis :: fP
n =
=0,177
102,87 kg
6. Lh atau Ln : Lha
<
umur bantalan
STOP 92
END
2.2.11. Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.
http://gambarteknik.blogspot.com/2008/12/baut-mur-dlm-gambar-teknik.html
pada bantalan
93
Faktor koreksi (fc) = 1,2
Ulir dalam
Ulir Diameter Diameter Diameter
Jarak Tinggi
luar D efektif D2 dalam D1
bagi kaitan
Ulir luar
p H1
1 2 3 Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
94
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
95
diambil 0,5
maka :
Tinggi mur
(dimana )
(dimana )
96
Tegangan geser akar ulir baut dan tegangan geser akar ulir mur
lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan , maka baut dan mur
yangdirencanakan aman terhadap tegangan geser.Bahan baut dan mur baja liat
dengan kadar karbon 0,22 %.Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6,
tinggi mur = 3 mm.
97
Diagram aliran baut dan mur
a
START b
///
///
/
//
//
/
/ >
//
//
//
//
/
//
/
98
BAB 4
PERAWATAN
4.1 Kopling
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala
yang di lakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi :
Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes yang
biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat yang
timbul karena usia atau waktu.
Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena waktu
atau jangka pemakaian.
Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
99
Untuk mencegah terjadinya hal ini dalam perencanaan ini kita gunakan
bahan pelumas yaitu minyak yang pada umumnya disebut oli.Permukaan roda
gigi berguna untuk melunasi bagian permukaan yang saling bergerak atau
bergesekan agar keausan dapat dicegah / dikurangi dan juga berguna sebagai
pendingin.
100
BAB 5
KESIMPULAN
Dari perhitungan rancangan Kopling TOYOTA RAIZE dapat diambil
kesimpulan:
1. Perhitungan Poros
101
5. Perhitungan Bantalan
Diameter luar ( D ) =6 mm
Diameter efektif ( D2 ) =5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) =4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) =1 mm
Jarak bagi ( p ) =1 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) =0,541mm
Tinggi mur ( H ) =2 mm
7. Perhitungan Paku Keling
102
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) =5,58kg/mm
Roda Gigi 2
Bahan roda gigi =FC 20
Jumlaah gigi ( z1) =24
Diameter lingkaran jarak bagi(d01 ) =142mm
Diameter kepala ( dk1 ) =156mm
Diameter kaki ( df1 ) =129mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) =6,50kg/mm
Roda Gigi 3
Bahan roda gigi =FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) =31
Diameter lingkaran jarak bagi(d01 ) =186mm
Diameter kepala ( dk1 ) =198mm
Diameter kaki ( df1 ) =171mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) =6,60kg/mm
Roda Gigi 4
Bahan roda gigi =FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) =39
Diameter lingkaran jarak bagi(d01 ) =243mm
Diameter kepala ( dk1 ) =246mm
Diameter kaki ( df1 ) =219mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) =6,02 kg/mm
Roda Gigi 5
Bahan roda gigi =FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) =15
Diameter lingkaran jarak bagi(d01 ) =90mm
Diameter kepala ( dk1 ) =102mm
Diameter kaki ( df1 ) =75mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) =6,02kg/mm
103
Bahan roda gigi =FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) =15
Diameter lingkaran jarak bagi(d01 ) =90mm
Diameter kepala ( dk1 ) =102mm
Diameter kaki ( df1 ) =75mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) =5,587kg/mm
2. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) =68mm
Lebar bantalan ( B ) =15mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) =74,19kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) =151055jam
104
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi Bangunan
Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
105