GEARBOX DAIHATSU
GRANDMAX
Disusun Oleh:
Tugas ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Mesin pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Disusun oleh:
Nama : Meda Aji Saputro
NIM : D. 200 140 266
Mengesahkan Menyetujui
Koordinator Dosen Pembimbing
Tugas
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ii
KATA PENGANTAR
Pembuatan tugas ini masih jauh dari sempurna, karena itu sangat
diharapkan kritk dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
perbaikan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan perencanaan transmisi roda gigi ini bermanfaat
bagi orang-orang yang membacanya, khususnya mahasiswa teknik mesin.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
LEMBAR SOAL.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
DAFTAR SIMBOL.................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
2.2 Poros.................................................................................................8
2.3 Pasak...............................................................................................12
2.4 Bantalan..........................................................................................13
1
3.2 Diagram Transmisi Roda Gigi........................................................23
BAB IV PENUTUP.............................................................................................57
1.1 Kesimpulan.......................................................................................57
1.2 Saran-saran........................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.4 Diagram SFD dan BMD arah vertikal poros I............................. 37
Gambar 3.5 Diagram SFD dan BMD arah horisontal poros I......................... 38
Gambar 3.7 Diagram SFD dan BMD arah vertikal poros II ........................... 42
Gambar 3.8 Diagram SFD dan BMD arah horisontal poros II ....................... 43
1
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinis
Tabel 6 Tegangan lentur yang diijinkan (n) pada bahan roda gigi
1
DAFTAR SIMBOL
2
F Gaya radial N
A Sudut tekan gigi Derajat
L Panjanjg poros mm
Fv Gaya dukung poros arah vertikal N
FH Gaya dukung poros arah horisontal N
M Momen poros Nmm
DW Diameter peluru mm
Q Gaya dukung poros N
Ko Pembebanan spesifik
Z Jumlah peluru
q2 Faktor badan gelinding
dm Diameter menengah bantalan mm
F Pembebanan nominal N
Fr Pembebanan radial N
Fa Pembebanan aksial N
MR Momen puntir Nmm
NR Beban gesek W
P Beban dinamis N
L Umur nominal bantalan Jutaan putaran
Co Gaya dukung statis N
C Gaya dukung dinamis N
Lh Umur bantalan Jam
2
2
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Tujuan Perencanaan
1. Macam – macam roda gigi, cara kerja roda gigi, dasar teori perencanaan
poros, pasak, bantalan, serta anisa perhitungannya.
2. Transmisi manual pada mobil Daihatsu GranMax
1.4 Manfaat Perencanaan
2
BAB II
DASAR TEORI
2
reduksi kecepatan keliling dan gaya yang dipindahkan dapat diperbesar,
akan tetapi pembuatan roda gigi ini sangat sulit.
d. Roda gigi alur luar
Roda gigi akan memungkinkan putaran yang berlawanan antara poros
yang digerakkan dan poros yang menggerakkan.
e. Roda gigi dalam dan Pinyon
Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi ukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak dalam roda
gigi itu.
f. Batang gigi dan pinyon
Batang gigi merupakan profil pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi
dan pinyon dipergunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus
atau sebaliknya.
2
a. Roda gigi miring silang
Roda gigi miring silang mempunyai perbandingan reduksi yang besar
b. Roda gigi cacing silindris
Ciri yang menonjol pada roda gigi cacing silindris adalah kerjanya halus,
hampir tidak berbunyi serta memungkinkan meneruskan putaran dengan
perbandingan reduksi besar. Untuk pemakaian daya kecil, roda gigi
cacing silindris lebih sering dipakai.
c. Roda gigi cacing selubung ganda (globoid)
Untuk meneruskan daya yang besar, biasanya roda gigi ini sering dipakai
d. Roda gigi hipoid
Roda gigi hipoid adalah seperti pada roda gigi diferential mobil. Roda
gigi ini mempunyai alur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
permukaan gigi dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung
secara meluncur dan menggelinding.
2
Bagian-bagian utama roda gigi diberikan dan dijelaskan dalam
gambar. Tentang ukurannya dinyatakan dalam diameter lingkaran jarak
bagi. Yaitu lingkaran khayal yang mengelinding tanpa adanya slip. Ukuran
gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkaran yaitu jarak sepanjang lingkaran
jarak bagi antara profil dua roda gigi yang berdekatan.
dimana :
i = perbandingan reduksi atau rasio kecepatan
n1 = putaran masuk ( rpm)
n2 = putaran keluar ( rpm)
2
c. Daya rencana ( Pd)
Pd = fc x P.............................................................................................. ( 3 )
dimana :
fc = faktor koreksi
P = Daya maksimum
2
ck = 0,25 x m
j. Kecepatan keliling (V1)
.d .n ........................................................................................
V1 = 1 o1 1
( 10 )
60.1000
2.2. Poros
Dalam pengertian umum poros dimaksudkan sebagai batang logam
berpenampang lingkaran yang berfungsi untuk memindahkan perputaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya pada transmisi
roda gigi. Peranan poros sangat penting dalam transmisi daya, jadi poros
merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
3
b. Spindel
Merupakan poros transmisi yang relatif pendek seperti poros utama
mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan
bentuk serta ukurannya harus teliti.
3
2.2.2. Hal-hal penting dalam perencanaan poros
a. Daya Rencana (P)
Jika daya ditransimisikan pada putaran poros N, rpm maka daya yang
besar mungkin dapat diperlukan pada saat start, atau beban yang besar
terus bekerja setelah start. Dengan demikian seringkali dilakukan koreksi
pada daya rata-rata yang sering digunakan faktor koreksi pada daya
perencanaan. Oleh karena itu faktor koreksinya pada satuan internasional
(SI) dan (Kw).
Pd = fc x P...............................................................................( 12 )
dimana :
Pd = Daya rencana (Kw)
fc = Faktor koreksi
P = Daya nominal (Kw)
b. Momen Puntir Rencana (T)
𝑃𝑑
T = 9,74 × 105 (Kg mm)......................................................( 13 )
𝑛
dimana :
Maka besarnya 𝑟a :
3
𝑟o = 𝜎𝛽
................................................................ ( 15 )
S𝐹1𝑥 𝑆𝑓2
dimana :
ds = Diameter poros (mm)
kt = Faktor koreksi beban. Harganya = 1, jika beban dikenakan secara
halus = 1,0 – 1,5, jika beban terjadi tumbukan kejut = 1,5 – 3,0, jika
beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan.
Cb = Faktor koreksi lenturan . Jika dimungkinkan ada beban lenturan
dimasa akan datang, maka dipakai faktor Cb yang harganya = 1,2 –
2,3 (jika tidak ada beban lentur Cb = 1,0)
Dimana :
𝑟 = Tegangan geser (kg/mm)
ds = Diameter poros (mm)
2.3. Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, pulley, kopling dan poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak adalah seplain (spline) dan gerigi.
3
Menurut leteknya pada poros dapat dibedakan antara poros pelana,
pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung yang pada umumnya
berpenampang segi enam. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatic
atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatic ada yang khusus dipakai sebagai
pasak luncur. Disamping macam diatas ada pula pasak tembereng dan pasak
jarum.
Pasak luntur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi pada
porosnya, seperti pada spline, yang paling umum dipakai adalah pasak benam
yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan,
dapat dipakai pasak singgung.
Dimana:
F = gaya tangensial (kg)
ds = diameter poros (mm)
Dimana:
k = tegangan geser yang ditimbulkan (kg/mm2)
b x l = luas penampang (mm2)
3
c. Tegangan geser yang diijinkan (ka)
𝑟𝑘𝑎 = 𝜎𝑠
...................................................................................... ( 20 )
𝑆𝑓1𝑥𝑆𝑓2
Dimana :
ka = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
Sfk = faktor keamanan
2.4. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran/gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung sacara halus,
aman, dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. (Sularso, 1997).
a. Klasifikasi bantalan
Atas dasar gerakan terhadap porosnya
- Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh poros dan bantalan
dengan perantara lapisan pelumas.
- Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi geseran gelinding antara
bagian yang berputar dengan melalui elemen gelinding seperti bola
peluru, rol atau rol jarum dan perantara lapisan pelumas. Bantalan ini
disusun dari benda-benda guling antara cincin bergerak tinggal diam.
Benda-benda yang mengguling terdapat masing-masing dalam sebuah
sangkar atau kurungan untuk menjaga jarak-jaraknya. Berbagai macam
bagian bantalan guling harus tahan terhadap timbulnya kejenuhan beban.
Untuk itu bagian cincin luar dan dalam dipilih baja khrom bernilai tinggi,
dengan kandungan carbon (c) 1% khrom (Cr) 1,5% dan juga ditambah
silisium dan mangan. Benda-benda gelinding (peluru, rol, jarum) juga
dibuat dari khrom. Benda-benda gelinding ini mempunyai kekerasan 60
s/d 66 HRC. Bahan sangkar ialah baja, dalam beberapa hal perunggu atau
3
besi tuang tempa. Sangkar yang terbuat dari bahan sintesis mendaptkan
peningkatan.
Cincin luar B
Peluru
Sangkar
Cincin dalam d D
D = diameter luar
d = diameter dalam
B = Lebar
Pr = X.Fr + Y.Fa..................................................................................( 21 )
3
b. Umur nominal
n = putaran mesin
fh = fn 𝑐
……………………………………………....……….… ( 23 )
𝑃𝑟
- Keadaan Umur
Ln = 𝑎1 × 𝑎2 × 𝑎3 × Lh......................................................................( 25 )
𝑎2 = faktor baban
𝑎3 = faktor kerja
Lh = umur nominal
3
BAB III
ANALISA PERHITUNGAN
= 79 2.𝑎 = 50
2.𝑎.𝑖1 2.100.3,769 = 2.100.1
Z = = Z =
2 8
(1+3,769)2 (1+1)2
(1+𝑖1)𝑚 2.100 (1+𝑖1)𝑚 2.100
Z3 = 2.𝑎 = = 33 Z9 = 2.𝑎 = = 54
(1+𝑖 )𝑚 (1+2,045)2 (1+𝑖 )𝑚 (1+0,838)2
1 1
3
3.2. Perencanaan roda gigi
3
3.2.1. Sketsa transmisi Daihatsu Grand Max
Z9 Z7
Z1Z3 Z5
Z11
OUT IN
i1 i2iR
i3 i5 i4
Z15
Z2 Z4 Z12 Z6 Z10Z8
7160 rpm
𝑖5
𝑖4
6000 rpm 6000 rpm
𝑖3
𝑖2 4360 rpm
𝑖1 2934 rpm
𝑖𝑟 1592 rpm
1453 rpm
4
P d = fc x P
maka,
Pd = 1,0 x 71,320 kW
= 71,320 kW
4
dk = do + (2xm)
dimana :
ck = 0,25 x m
= 0,25 x 2
= 0,5
h = (2 x m) + ck
= (2 x 2 ) + 0,5
= 4 + 0,5
= 4,5
4
7. Faktor Bentuk Gigi (Y)
Z1 = 21, Y1 = 0,327 dari tabel 6.5, Sularso Kiyokatsu
79−75
Z2 = 79, Y2 = 0,434 + (0,446 – 0,434) = 0,435
100−75
3
Z3 = 33, Y3 = 0,358 + (0,371 – 0,358) = 0,367
4
7
Z4 = 67, Y4 = 0,421 + (0,434 – 0,421) = 0,427
15
4
Z5 = 42, Y5 = 0,383 + (0,396 – 0,383) = 0,393
5
8
Z6 = 58, Y6 = 0,408 + (0,421 – 0,408) = 0,418
10
Z7 = 50, Y7 = 0,408
Z8 = 50, Y8 = 0,408
4
Z9 = 54, Y9 = 0,408 + (0,421 – 0,408) = 0,413
10
3
Z10 = 46, Y10 = 0,396 + (0,408 – 0,396) = 0,401
7
.do2.n2 3,14.158.1592
V2 = =
60.1000 60.1000
= 13,16 m/s
.do3.n3 3,14.66.6000
V3 = =
60.1000 60.1000
= 20,73 m/s
.do4.n4 3,14.134.2934
V4 = =
60.1000 60.1000
= 20,59 m/s
v
.do5.n5 3,14.84.6000
V5 = =
60.1000 60.1000
= 26,38 m/s
.do6.n6 3,14.116.4360
V6 = =
60.1000 60.1000
= 26,48 m/s
.do 7 3,14.100.6000
V7 = =
.n7 60.1000
60.1000
= 31,41 m/s
.do8.n8 3,14.100.6000
V8 = =
60.1000 60.1000
= 31,41 m/s
.do9 .n 3,14.108.6000
V9 = =
9 60.1000
60.1000
= 33,92 m/s
V10 = .do10.n10 =
3,14.92.7156
60.1000 60.1000
= 34,50 m/s
V11 = .do11.n11 =
3,14.40.6000
60.1000 60.1000
= 12,56 m/s
.do12.n12 3,14.150.1454
V12 = =
60.1000 60.1000
= 12,17 m/s
vi
9. Gaya Tangensial (ft)
w Ft
102.Pd
F t= v
= 551,35 N = 231,56 N
Ft2 = 102.Pd =
102.71,320 Ft8 = 102.Pd =
102.71,320
v2 13,16 v8 31,41
= 552,78 N = 231,56 N
Ft3 = 102.Pd =
102.71,320 Ft9 = 102.Pd =
102.71,320
v3 20,73 v9 33,92
= 350,92 N = 214,46 N
Ft4 = 102.Pd =
102.71,320 Ft10 = 102.Pd = 102.71,320
v4 20,59 v10 34,50
= 353,48 N = 210,92 N
vi
Ft5 = 102.Pd 102.71,320 Ft11 = 102.Pd = 102.71,320
=
v5 26,38 v11 12,56
= 275,76 kg = 579,19 kg
= 274,722 kg = 597,75 kg
Fv1 6 6
= =
6 v1 6 13,19
= 0,312 m/s
Fv2 6 6
= =
6 v2 6 13,16
= 0,313 m/s
5,5 5,5
Fv3 =
5,5 v3 5,5 20,73
= 0,547 m/s
5,5 5,5
Fv4 = =
5,5 v4 5,5 20,58
= 0,547 m/s
5,5 5,5
Fv5 = =
5,5 v5 5,5 26,48
= 0,516 m/s
5,5 5,5
Fv6 = =
5,5 v6
vi
5,5 26,48
= 0,516 m/s
ix
5,5 5,5
Fv7 = =
5,5 v7 5,5 31,415
= 0,495 m/s
5,5 5,5
Fv8 = =
5,5 v8 5,5 31,415
= 0,495 m/s
5,5 5,5
Fv9 =
5,5 v9 5,5 33,92
= 0,485 m/s
5,5 5,5
Fv10 = =
5,5 v10 5,5 34,49
= 0,483 m/s
6 6
Fv11 = =
6 v11 6 12,56
= 0,608 m/s
6 6
Fv12 = 6 v =
12 6 12,17
= 0,611 m/s
x
12. Beban lentur yang diijinkan per-satuan lebar ( F’b )
F’B = a x m x Y1 x Fv
Dimana :
a1 = 60 kg/mm2 ( baja khrom nikel SNC 3 )
Transmisi 1
F’b1 = a . m . Y1 . Fv1 = 60 . 2 . 0,327 . 0,312 =6,60 N/mm2
F’b2 = a . m . Y2 . Fv2 = 60 . 2 . 0,435 . 0,313 =16,33 N/mm2
Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar
Transmisi 2
Transmisi 3
Transmisi 4
Transmisi 5
Transmisi R
Ft2 Ft8
b2 = b8
F 'b2 F 'b8
=
350,92 214,46
= = 33,832 mm = = 9,554 mm
16,338 24,235
Ft3 =
b3 = b9
F 'b3
xi
Ft9 F 'b9
275,76 214,46
= = 14,56 mm = = 8,922 mm
24,089 24,036
xi
Ft4 Ft
b4 = b10 = F 'b10
F 'b4 10
353,48 210,920
= = 12,61 mm = = 9,074 mm
28,028 23,241
Ft5 Ft
b5 = b11 = F 'b11
F 'b5 11
275,76 579,19
= = 11,32 mm = = 24,80 mm
24,33 23,347
Ft6 Ft
b6 = b12 = F 'b12
F 'b6 12
274,722 597,75
= = 10,614 mm = = 18,69 mm
25,882 31,96
Roda gigi 1
Roda gigi 4
Roda gigi 5
Roda gigi 6
Roda gigi 7
Ft7 231,56
b7 = = 9,55x2x0,408
bxmxY
7
= 29,700 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman
x
Roda gigi 8
Roda gigi 9
Roda gigi 10
Roda gigi 11
Roda gigi 12
xvi
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman
xvi
3.3 Perhitungan Poros
Bahan poros direncanakan dari baja khrom nikel SNCM25 dengan σB = 120
Kg/mm2
Pd
Mt = 9,74.105 .
n
Dimana:
Pd = 71,295 kw
71,295
Mt = 9,74.105.
6000
= 11573,555 kg.mm
FH Mt
d
=
01/2
Mt 11573,555
F1H = 551,121 kg
d01/2 42/2
Mt 11573,555 350,173 kg
F3H
d 03 66/2
= /2
xvi
F7H Mt 11573,555 231,471 kg
d 07 100/2
=
/2
xix
Mt 11573,555 214,325 kg
F9H
d 07 108/2
= /2
FV = tan . FH
A FHB
B
FvA
FvB
xx
25 40 20 40 20 40 20
4. Gaya Dukung poros pada tumpuan A (FVA dan FHA )
FvA Fv1 (180) Fv3 (140) Fv11 (120) Fv5 (80) Fv9 (60) Fv7 (20)
= 205
FvA =
200,591(180) 127,649(140) 210,621(120) 127,649(80) 78,087(60) 84,248(20)
205
FvA = 456,808 Kg
FBA =
551,121(180) 350,313(140) 578,677(120) 275,560(80) 214,325(60) 231,471(20)
205
FHA = 1255,008 Kg
Fv7 (185) Fv9 (145) Fv5 (125) Fv11(85) Fv3 (65) Fv1 (25)
FvB =
205
FvB
=
84,248(185) 78,087(145) 100,295(125) 210,621(85) 127,649(65) 200,591(25)
205
FvB = 344,687 Kg
FH 7 (185) FH 9 (145) FH 5 (125) FH11(85) FH 3 (65) FH1
FHB
(25)
= 205
xxi
FHB =
231,471(185) 214,325(145) 275,560(125) 578,677(85) 350,313(65) 551,121(25)
205
FHB = 946,859 Kg
Cek Σ FV = FVA + FVB – FV1 – FV3 – FV11 – FV5 – FV9 – FV7
= 0 , Oke
= 0 , Oke
xxi
SFD
256,212
128,568
456,808
-344,683
-82,053
-182,348
-260,435
BMD
6893,670
11420,188 18996,049
21668,848
20958,059
24240,199
xxi
SFD
703,887
1255,008
353,174
-225,503
-946,859
-501,863
-715,388
BMD
18937,188
31375,190 52182,143
59530,655
57573,991
66594,127
MR = √(MV)2 + (MH)2
MR1 = √(11420,188)2 + (31375,190 )2 =33388,969 kg.mm
xxi
8. Tegangan Geser yang diijinkan ( τa )
Kt = 1 untuk beban halus, 1,0 – 1,5 untuk sedikit kejutan, 1,5 – 3,0
untuk beban kejut yang besar .
= 37,022
xx
Mt
FH
d
= 01/2
11573,555 146,50 kg
Mt 158/2
FH2 d02/2
11573,555 172,73 kg
= Mt 134/2
d04/2
FH4
Mt 11573,555
FH6 = 116/2 199,54 kg
d06/2
Mt 11573,555 231,471 kg
FH8
d 07 100/2
= /2
FH10
Mt 11573,555
= 251,59 kg
d07 /2 92/2
Mt 11573,555
FH12 = 160/2 144,66 kg
d012/2
FV = tan . FH , = 20
A FHB
B
FvA
FvB
25 40 20 40 20 40 50
Fv2 (210) Fv4 (170) Fv12 (150) Fv6 (110) Fv10 (90) Fv8
FvA =
(50) 235
FvA
=
53,321(210) 62,868(170) 52,651(150) 72,626(110) 91,571(90) 84,248(50)
235
FvA = 213,725 Kg
FBA
=
146,50(210) 172,73(170) 144,66(150) 199,54(110) 251,59(90) 231,47(50)
xx
235
FHA = 587,163 Kg
xx
FV 8 (185) FV 10 (145) FV 6 (125) FV 12 (85) FV 4 (65) FV 2
FvB =
(25)
235
FvB
=
84,248(185) 91,571(145) 72,616(125) 52,651(85) 62,868(65) 53,371(25)
235
FvB = 203,560 Kg
FH 8 (185) FH10 (145) FH 6 (125) FH12 (85) FH 4 (65) FH 2
FHB
(25)
= 205
FHB =
231,47(185) 251,59(145) 199,54(125) 144,66(85) 172,73(65) 146,50(25)
205
FHB = 559,207 Kg
Cek Σ FV = FVA + FVB – FV1 – FV3 – FV11 – FV5 – FV9 – FV7
= 0 , Oke
= 0 , Oke
xxi
Mv6 = 559,207.(110) – 231,470.(60) – 251,470.(20) = 42595,172 kg.mm
Mv10 = 559,207.(90) – 231,470.(40) = 38755,132 kg.mm
Mv8 = 559,207.(50) = 27960,351 kg.mm
xx
160,404
97,576 SFD
44,885
213,725
-203,560
-27,711
-119,312
BMD
13709,967
5343,44
11759,256
14108,040
13709,967 15505,349
xx
440,663
267,933 SFD
587,163
123,273
-76,267
-559,207
-327,857
BMD
14679,074 2796,351
34379,230
38755,132
37664,257
42595,172
MR = √(MV)2 + (MH)2
MR2 = √(5343,114)2 + (14679,074 )2 =15621,271 kg.mm
xxxii
16. Tegangan Geser yang diijinkan ( τa )
Kt = 1 untuk beban halus, 1,0 – 1,5 untuk sedikit kejutan, 1,5 – 3,0
untuk beban kejut yang besar .
= 32,765
xxxiii
Dengan diameter poros 40 mm, maka ukuran bantalan menurut tabel 4.14
(Sularso& Kiyokatsu Suga, Elaman Mesin, 1997)didapatkan data – data sebagai
berikut :
Diameter dalam (d ) = 40 mm
Diameter luar (D ) = 68 mm
Tebal bearing (B ) = 15 mm
Radius sudut (r) = 1,5 mm
Beban dinamis diijinkan (C) = 1310 kg
Beban statis diijinkan (Co) = 1010 kg
Sehingga berdasarkan data diatas didapatkan jenis bantalan yang digunakan
adalah bantalan roll dengan nomor nominal 6408ZZ
Dimana : 6 = tipe bearing (bantalan dengan alur bola tunggal)
4 = seri bearing/ ketahanan bearing (heavy)
08 = diameter dalam bearing ( 08 x 5 = 40 mm)
ZZ = jenis bahan penutup bearing (bearing ditutup dengan plat
ganda)
Fa
V.
xxxiv
X =
0,56
Y =
2,30
e =
= V .e
xxxv
Fa
Fr
V.e
= 8,08
=
1 0,19
= 42,52 kg
Pr = X Fr + Y Fa
= 42,39 kg
2. Perhitungan Umur Nominal Bantalan (Lh)
Faktor kecepatan (fn)
1
33,3 3
fn =
n
1
33,3 3
=
3400
= 0,21
Faktor umur untuk bantalan (fh)
C
fh = fn x
Pr
1310
= 0,21 x
42,39
= 6,48
Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 x (fh)3
= 500 x (6,48)3
= 136.663.18 jam
= 15,5 tahun
xxxvi
Diameter dalam (d ) = 35 mm
Diameter luar (D ) = 62 mm
Tebal bearing (B ) = 14 mm
Radius sudut (r) = 1,5 mm
Beban dinamis diijinkan (C) = 1250 kg
Beban statis diijinkan (Co) = 915 kg
Sehingga berdasarkan data diatas didapatkan jenis bantalan yang digunakan
adalah bantalan roll dengan tipe SKF 6407ZZ
Dimana : 6 = tipe bearing (bantalan dengan alur bola tunggal)
4 = seri bearing/ ketahanan bearing (heavy)
07 = diameter dalam bearing ( 07 x 5 = 35 mm)
ZZ = jenis bahan penutup bearing (bearing ditutup dengan plat
ganda)
xxxvi
F
a
xxxix
12,81
=
1 0,26
= 49,27 kg
Pr = X Fr + Y Fa
= 40,91 kg
4. Perhitungan Umur Nominal Bantalan (Lh)
Faktor kecepatan (fn)
1
33,3 3
fn =
n
1
33,3 3
=
6000
= 0,18
3.6.2.2 Faktor umur untuk bantalan (fh)
C
fh = fn x
Pr
1250
= 0,18 x
40,91
= 5,5
3.6.2.3 Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 x (fh)3
= 500 x (5,5)3
= 83187,5 jam
Direncanakan dalam 1 tahun = 366 hari
83187,5
Lh = 227,28 = 227 Tahun
366
= BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
xl
Dari data-data hasil perhitungan perencanaan transmisi Daihatsu
GranMax dapat disimpulkan sebagai berikut :
do dk df
Z
(mm) (mm) (mm)
roda gigi 1 21 42 46 37
roda gigi 2 79 158 162 153
roda gigi 3 33 66 70 61
roda gigi 4 67 134 138 129
roda gigi 5 42 84 88 79
roda gigi 6 58 116 120 111
roda gigi 7 50 100 104 95
roda gigi 8 50 100 104 95
roda gigi 9 54 108 112 103
roda gigi 10 46 92 96 87
roda gigi 11 20 40 44 35
roda gigi 12 75 150 154 145
xli
Poros I
Bantalan yang digunakan adalah tipe SKF 6408ZZ (bantalan roda)
Poros II
Bantalan yang digunakan adalah tipe SKF 6407ZZ (bantalan roda)
4.2. Saran
1. Perlunya efisiensi waktu dalam menyusun perencanaan mesin
2. Perlunya data langsung dari spesifikasi mesin
3. Perbanyak referensi atau dasar teori yang harus mendukung dalam
penyusunan perencanaan mesin
4. Perlunnya ketelitian dalam setiap penyusunan perencanaan mesin
5. Dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
xlii
xliii
LAMPIRAN
xliv
(Sumber : Sularso, 1997)
(sumber : Sularso,1997)
xlv
(Sumber : Sularso,1997)
xlvi
(Sumber :Sularso,1997)
(Sumber : Sularso,1997)
xlvii
(Sumber : Sularso,1997)
(Sumber :Sularso,1997)
xlviii