Anda di halaman 1dari 61

ELEMEN MESIN III

(PERENCANAAN TRANSMISI RODA GIGI)

DISUSUN OLEH:

ASRUL M
032 2018 0109

JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
TUGAS ELEMEN MESIN III

FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN MESIN - UMI

NAMA : Hendro

STAMBUK : 03220210026

DAYA : 20 Ps

PUTARAN : 8026 rpm


YAYASAN WAKAF UMI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN MESIN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Kampus II UMI: Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Telp. (0411) 314818, Makassar.

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Elemen Mesin III “PERENCANAAN TRANSMISI RODA GIGI” yang

disusun oleh:

Nama : Asrul M.

Stambuk 032 2018 0109

Fakultas
: Teknik
Jurusan
: Mesin
Telah diperiksa dan disetujui olehAsisten Pemberi tugas dan disetujui oleh

Koordinator Pemberi tugas.

Dengan nilai : A B C D

Makassar, Juni 2020

Koordinator Tugas, Asisten Tugas,

(Dr. Ir. Faisal Habib, M.T.) (Ir. M. Natsir Hamid)


YAYASAN WAKAF UMI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN MESIN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Kampus II UMI: Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Telp. (0411) 314818, Makassar.

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Asrul M. Tugas : Elemen Mesin III


Stambuk : 032 2018 0109 Mengenai : Transmisi Roda Gigi

No. Tanggal Keterangan Paraf

Makassar, Juni 2020

Asisten

(Ir. M. Natsir Hamid)


NOMEN KLATUR

Simbol Keterangan Satuan

N Daya HP

n Putaran rpm

σ Tegangan tarik kg/mm²

τ Tegangan geser kg/mm²

s Faktor pemasangan

β Faktor dinamis

μ Efisiensi mekanis

kc Koefisien konstruksi

kd Koefisien dinamis

kw Faktor keausan

yp Faktor gigi penggerak

Z Jumlah gigi

λ Factor pemasangan

τ Tegangan tarik

b Lebar mm

l Panjang mm

h Tinggi mm

d Diameter mm

i Angka perbandingan

m Hubungan antara lebar gigi dan modul

’ Lebar gigi mm

T Tinggi spie yang berada dalam poros mm

t1
v
t2 Tinggi spie yang berada dalam lajur roda gigi mm

a Jarak sudut kemiringan roda gigi kerucut mm

M Momen puntir kg.cm

Dp Diameter poros mm

v Kecepatan keliling m/s

F Gaya kg

h' Adendum mm

h” Dedendum mm

r Jari-jari mm

x Koefisien perubaha kepala

hk Tinggi kepala pinyon mm

hf Tinggi kaki pinyon mm

θk Sudut kepala pinyon mm

θf Sudut kaki pinyon mm

δk Sudut kerucut kepala mm

Dk Diameter lingkaran kepala mm

x' Diameter lingkaran kaki mm

W Gaya aksial kg

C Kapasitas nominal dinamis spesifik kg

C0 Kapasitas nominal statis spesifik kg

fn Faktor kecepatan bantalan bola rpm

fh Faktor umur bantalan

Lh Umur nominal h

Wm Berat blok bantalan kg

Cm Panas jenis blok bantalan KCal/kg ºC

vi
γ0 Berat jenis minyak Kg/m²

ti Temperature minyak masuk ºC

ta Temperature minyak keluar ºC

j Perbandingan kerugian daya

Q Kerja gesekan bantalan KCal/min

Qm Panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature KCal/ºC

Δt Kenaikan temperature ºC/min

H Kerja gesekan Kg.m/s

q Jumlah aliran minyak cc/min

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur Penulis panjatkan berkat kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan TUGAS ELEMEN MESIN III ini.

Di dalam tugas ini Penulis secara khusus membahas mengenai Perencanaan


Transmisi Roda Gigi. Tugas ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
Pembaca dan juga bagi Penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Faisal Habib, M.T. dan
Bapak Ir. M. Natsir Hamid, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu untuk pembuatan tugas ini sehingga Penulis dapat menyelesaikannya.

Penulis menyadari, tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan Penulis nantikan demi kesempurnaan
tugas ini.

Sorowako, Juni 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

HALAMAN SOAL..................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

LEMBAR ASISTENSI...........................................................................................iv

NOMEN KLATUR..................................................................................................v

KATA PENGANTAR..........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4

2.1 Poros.........................................................................................................4

2.1.1 Fungsi Poros.......................................................................................5

2.1.2 Perencanaan Poros..............................................................................5

2.1.3 Pembebanan Pada Poros.....................................................................7

2.2 Spie dan Spline.........................................................................................9

2.2.1 Jenis Jenis Spie...................................................................................9

2.3 Roda Gigi................................................................................................11

2.3.1 Jenis-Jenis Roda Gigi.......................................................................12

2.3.2 Nama-Nama Bagian Roda Gigi........................................................18

2.3.3 Profil Roda Gigi dan Kelakuannya...................................................18

2.4 Bantalan..................................................................................................20

2.4.1 Klasifikasi Bantalan (Bearing Classification)..................................21

2.4.2 Jenis Bantalan...................................................................................24

2.4.3 Keuntungan dan Keburukan Bantalan Guling..................................25

ix
BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN RODA GIGI.......................27

3.1 Perencanaan Poros..................................................................................27

3.2 Perencanaan Spie....................................................................................33

3.3 Perencanaan Roda Gigi...........................................................................36

3.4 Perencanaan Bantalan.............................................................................43

Perhitungan bantalan 1 pada poros 1............................................................43

BAB IV PENUTUP...............................................................................................47

4.1 Kesimpulan.............................................................................................47

4.2 Saran.......................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49

x
BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini semakin meningkatkan manusia akan keberadaan teknologi


dan informasi yang memacu keinginan untuk ikut serta dalam kompetisi
kecanggihannya khususnya dalam bidang teknologi.Teknologi sangat membantu
serta mengambil satu penting dalam kemajuan suatu bangsa dan kemampuan
suatu Negara untuk mengedepankan teknologi merupakan hal yang terus-menerus
berlanjut yang tanpa disadari membawa akibat yang negatif.Terlepas hal tersebut
teknologi juga memberikan konstribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan umat
manusia, diamana pada awalnya teknologi merupakan inspirasi, integrasi dan
aplikasi dari seluruh komponen ilmu pengetahuan yang melahirkan suatu
perkembangan teknologi modern hingga kini.

Sebagai contoh pengaplikasian kemajuan teknologi adalah konstruksi dari


system transmisi daya roda gigi (wheel teeth), dimana dapat menurunkan daya
input sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan daya output yang
ditransmisikan adalah merupakan dari konsep dari peningkatan ilmu pengetahuan
dan teknologi mesin.Dalam suatu perencanaan struktur, dimungkinkan terjadinya
suatu struktur mengalami kegagalan.

Faktor yang memungkinkan suatu struktur mengalami suatu kegagalan struktur,


yaitu sebagai berikut:

1. Beban Lingkungan
Untuk suatu struktur yang terdapat disuatu perairan maka hal yang
mempengaruhi tentu saja gelombang serta pengaruh lingkungan yang korosif.
2. Bentuk Struktur
Struktur akan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kegagalan struktur pada
struktur tersebut suatu permukaan yang tidak menerus ataupun halus dalam
artian terhadap suatu takikan baik itu dikarenakan oleh kesalahan

1
fabrikasiataupun proses produksi dimana pada daerah ini akan terjadi
konsentrasi tenaga sehingga distribusi tegangan pada struktur tidak merata.
3. Bentuk Cacat
Diakibatkan pengejaran yang kurang sempurna dimana pada proses
pembentukan akan terjadi cacat sehingga kegagalan struktur akan mungkin.
4. Material
Pemilihan material struktur akan berpengaruh dimana kegagalan sebagian dan
keseluruhan perencanaan berawal dari pemilihan material yaitu material yang
dipilih tidak sesuai dengan beban yang diterima sehingga kegagalan akan
terjadi.

Kegagalan struktur dapat dihindari apabila menanggapi fungsi dan


merumuskan syarat-syarat tersebut, membutuhkan pengkajian tentang konstruksi
dan pengenalan mengenai penggunaannya. Ada beberapa fungsi yang dimaksud
sebagai beikut:

1. Fungsi menyambung yaitu mengantar dan meneruskan gaya yang tidak


disertai gerakan. Menerapkan karakteristik dari sambungan paku keling, las,
press, kerucut, dan sambungan ulir.
2. Fungsi merangkaikan yaitu mengantar atau memindahkan gaya yang
disertai dengan gerakan. Merupakan karakteristik untuk kopling, poros, rem,
bantalan luncur, dan bantalan gelinding, roda gigi, roda gesek, sabuk, senar
rantai.
3. Fungsi mendukung yaitu meneruskan gaya tanpa disertai gerakan,
merupakan karakteristik untuk kerangka dan pondasi.
4. Fungsi menuntun yaitu terdapat pada pengantar kepala silang, bantalan
luncur dan bantalan gelinding, sudut dalam saluran pipa dengan perlengkapan
bantuanya.
5. Fungsi melumas yaitu karakteristik untuk bahan pelumas padat, bahan
pelumas cair dan bahan pelumas gas.

2
6. Fungsi melindungi yaitu seperti pada lapisan tahan aus, lapisan cat dan
lapisan-lak.

Fungsi elemen mesin hampir selalu bersifat mekanik, sering ditambah sifat
termal, sifat kimia dan sifat elektrik. Dari sini timbul suatu keharusan untuk
menguasai pengetahuan tentang statika, kinematika, dan dinamika zat padat, zat
cair dan berbentuk gas, demikian tentang ilmu alam, ilmu kimia, ilmu
thermodinamika, dan eletroteknik.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Poros
Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang, pada umumnya
berpenampang lingkaran, berfungsi memindahkan putaran atau mendukung
sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya. Poros adalah suatu bagian
stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-
elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen
pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban
tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu
dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983).
Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada
perancangan poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang
besarakan mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya
missalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa
dihitung hanya pada posisi tertentu yang ditinjau dengan mengetahui beban dan
penampang poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang terjadi, harus diketahui
terlebih dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam merancang poros,
pertama kali yang dilakukan adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru
kemudian menghitung defleksi berdasar geometri yang telah ditentukan.
Perancangan poros juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi poros pada
pembebanan bending dan torsi terhadap frekuensi pembebanan terhadap waktu.
Jika frekuensi pembebanan mendekati frekuensi pribadi poros, akan terjadi
resonansi,sehingga timbul getaran, tegangan dan defleksi yang besar.
Pemilihan bahan poros selain diarahkan menurut beban yang dikenakan
dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi
pemasangannya, contohnya pada poros rituel yang bahannya dipilih setelah untuk
roda giginya. Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran
darurat memegang perangkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan

4
menurun (kepekaan takikan lebih tinggi).Design pada poros diarahkan menurut
bagian tetap yang mana poros atau gandar dihubungkan (bantalan, sil dan naf dari
piringan atau roda yang dipasang). Sebagai gambaran maka tempat sambungan
yang dibuat dengan benaryang peralihannya dibuatkan dengan baik, yaitu
umumnya pada perlemahan dariberbagai pengaruh takikan.

2.1.1 Fungsi Poros


Poros dalamsebuahmesinberfungsiuntukmeneruskantenaga bersama-sama dengan
putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperticakara tali, puli sabuk mesin,
piringan kabel, tromol kabel, roda jalan
danrodagigi,dipasangberputarterhadapporosdukungyangtetap ataudipasang tetap
pada poros dukung yang berputar. Contoh sebuah poros dukung yang berputar,
yaitu poros roda kereta api, as gardan, dan lain-lain.

2.1.2 Perencanaan Poros


Untukmerencanakansebuahporos,makaperludiperhatikanhal-halsebagai berikut.

1. Kekuatan poros
Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabunganantara puntir dan lentur.Jugaadaporos yangmendapatkan beban tarik
atau tekan, seperti poros baling-baling kapal atau turbin.Kelelahan
tumbukanataupengaruhkonsentrasiteganganbila diameterporosdiperkecil
(poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan.
Jadi, sebuah poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan beban-
beban yang terjadi.
2. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan
dan defleksi puntirannya terlalu besar, maka hal ini akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada
turbin dan kotak roda gigi).

5
3. Putaran kritis
Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran
tertentu sehingga dapat terjadi getaran yang terlalu besar. Hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian yang lainnya. Untuk
itu, maka poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran
kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila
terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros
yang terancam kavitas dan poros mesin yang sering berhenti lama.
5. Bahan poros
Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon konstruksi
mesin, sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai untuk meneruskan
putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan
pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya
adalah baja khrom nikel, baja khrom, dan baja khrom molybdenum.

Yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros ini diantaranya :


1. Gandar diam dapat ditahan jauh lebih ringan daripada poros yang
berputaryang diputar.
2. Poros dari baja kekuatan tinggi tidak sekaku seperti dari St.42
yangsemacam itu (modulus E sama), hanya kekuatan tekuk berubah-ubah
atau kekuatan torsi berubah-ubah yang lebih besar, kalau pengaruh takikan
yang tajam dihindarkan.
3. Poros berlubang dengan d1 = 0,5d beratnya hanya 75%, tetapi
tahananmomennya 94% dari poros pejal.
4. Poros berputar yang kencang berlubang kencang memerlukan kekuatanyang
baik, bantalan yang kaku dan pembentukan yang kaku.
5. Panjang konstruksi dari mesin seringkali sangat tergantung pada panjangdari
tap bantalan, naf dan sil.

6
Pengamanan poros dan gandar terhadap pergeseran memanjang diperoleh
melalui peralihan poros pada tempat bantalan atau cincin pengaman.
Pengamanmemanjang dari bantalan, naf, dan piringan dapat diperoleh
seperti melaluipemutaran satu sisi, melalui mur poros atau cincin pengaman,
kadang-kadangbentuk sambungan tidak meminta pengamanan memanjang
(dudukan pres dansebagainya).

2.1.3 Pembebanan Pada Poros


Beberapa poros dengan bahan yang diterima akan disajikan dan dibahas
dalam bagian dengan beberapa konsep perencanaan sebagai berikut :

1. Poros dengan beban puntir


Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban
lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil dari pada
yang dibayangkan. Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi
pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan maka kemungkinan adanya
pembebanan tambahan tersebut perlu diperhitungkan. Dalam factor keamanan
yang diambil.
2. Poros dengan beban lentur
Jika suatu poros dibebani dengan pembebanan lentur saja tanpa dibebani
dengan pembebanan lainnya, maka dikatakan bahwa poros mengalami
pembebanan lentur murni.
3. Poros dengan beban puntir dan lentur
Poros pada umunya meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi dan rantai.
Dengan demikian poros tersebut menerima beban puntir dan lentur sehingga
pada permukaan poros akan terjadi tegangan geser (τ) = T/Zp karena momen
puntir T dan tegangan Tarik (σ) = M/Z karena momen lentur.

7
Untuk bahan yang liat seperti pada poros, dapat dipakai tegangan geser
maksimum pada rumus :
2+4σ2.........................................................................................................................................
Τmax = √σ I.1
2

Pada poros yang pejal dengan penampang bulat, σ = 32 M/πd3s dan τ = T/πd3s
sehingga,

Tmax = (5,1/d3s) √M2 + T2……………………………..………………II.2

Beban yang bekerja pada poros umumnya adalah beban berulang, jika
poros tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya besar maka kejutan
berat akan terjadi pada saat mulai atau sedang berputar. Disini factor koreksi (Kt)
untuk meomen puntir dan faktor lenturan (Cb) dalam perhitungan ini tidak dipakai
dan sebagai gantinya dipergunakan faktor koreksi (Km) untuk momen lentur yang
dihitung.

Pada poros yang berputar dengan pembebanan momen lentur yang tetap,
besarnya faktor (Km) adalah 1,5 untuk beban dengan tumbukan ringan (Km)
terletak antara 1,5 dan 2,0 dan beban dengan tunbukan berat (Km) terletak antar 2
dan 3)

Gambar II.1 Poros dengan Beban Puntir dan Lentur

8
2.2 Spie dan Spline
Seperti halnya dengan baut maka spie atau pasak itu dianggap juga sebagai
alat penyambung, spie biasanya ditempatkan pada hubungan antara roda gigi
dengan poros. Pada umunya spie itu dipakai untuk meneruskan putaran dari roda
atau sebaliknya. Dari sekian banyak macamnya maka yang banyak dipakai adalah
spie datar.

Gambar II.2 Spie Datar (Benam)

2.2.1 Jenis Jenis Spie


Beberapa jenis spie atau pasak dapat dibedakan berdasarkan letak dan
bentuk pasak antara lain sebagai berikut:

1. Pasak benam rata


Pasak ini merupakan pasak memanjang yang paling banyak diterpkan baik
untuk konstruksi roda harus digeserkan pada poros maupun pada konstruksi,
dimana roda harus disambung dengan poros yang tak bergerak.
Pasak dan lebar alur harus sisesuaikan dengan teliti, sebab jika tidak terutama
pada arah gaya tertukar akan terjadi tumbukan dan pasak. Terancam mnjadi
terlepas.

9
Gambar II.3 Pasak Benam Rata

2. Pasak belah
Pasak belah juga dinamakan pasak Woodruff lebih murah ditinjau dari sudut
pembuatnya, tetapi membuat poros jauh lebih lemah. Pasak ini juga masih
digunakan untuk momen puntir yang kecil.

Gambar II.4 Pasak Belah

3. Pasak tirus
Pasak ini dipasang pada naf dan poros yang dipres satu sama lain, dengan
demikian suatu momen puntir dapat dipindahkan lewat gesekan. Gesekan
sekaligus mencegah bergesernya naf pada poros sehingga suatu penahan
terhadap pergesaran aksial kebanyakan dianggap tidak perlu lagi karena jenis
ini tidak cocok untuk pekerjaan teliti, seperti pemindahan dengan rida gigi.

10
Gambar II.5 Pasak Tirus

4. Pasak Tangensial
Pasak ini memberikan sambungan mati dimana naf danporos dalam arah
keliling diperteganng sehingga momen puntir tumpuk dapat dipindahkan
kedua arah dibawah dipertegangan (tanpa ruang bebas)

Gambar II.6 Pasak Tangensial

2.3 Roda Gigi


Roda gigi adalah bagian dari mesin yang berputar yang berguna
untuk mentransmisikan daya. Roda gigi memiliki gigi-gigi yang saling
bersinggungan dengan gigi dari roda gigi yang lain. Dua atau lebih roda gigi yang
bersinggungan danbekerjabersama-samadisebutsebagaitransmisirodagigi,
danbisa menghasilkan keuntungan mekanis melalui rasio jumlah gigi. Roda gigi

11
mampu mengubah kecepatan putar, torsi, dan arah daya terhadap sumber daya.
Tidak semua roda
gigi berhubungan dengan roda gigi yang lain, salah satu
kasusnya
adalah pasangan roda gigi dan pinion yang bersumber dari atau
menghasilkan gaya translasi, bukan gaya rotasi.

Transmisi roda gigi analog dengan transmisi sabuk dan puli. Keuntungan
transmisi roda gigi terhadap sabuk dan puli adalah keberadaan gigi yang mampu
mencegah slip, dan daya yang ditransmisikan lebih besar. Namun, roda gigi tidak
bisa mentransmisikan daya sejauh yang bisa dilakukan sistem transmisi roda dan
puli kecuali ada banyak roda gigi yang terlibat di dalamnya. Ketika dua roda gigi
dengan jumlah gigi yang tidak sama dikombinasikan, keuntungan mekanis bisa
didapatkan, baik itu kecepata putar maupun torsi, yang bisa dihitung dengan
n
persamaan yang sederhana.
Roda gigi dengan jumlah gigiyanglebihbesar
berperan
dalam mengurangi kecepata putar namun meningkatkan torsi.
n

2.3.1 Jenis-Jenis Roda Gigi


1. Spur
Spur adalah roda gigi yang paling sederhana, yang terdiri dari silinder atau
piringan dengan
gigi-gigi yang terbentuk secara radial. Ujung dari gigi-
giginya lurus dan tersusun paralel terhadap aksis rotasi. Roda gigi ini hanya
bisa dihubungkan secara paralel.

Gambar II.7 Roda Gigi Spur

12
2. Roda Gigi Dalam
Roda gigi dalam (atau roda gigi internal, internal gear) adalah roda gigi yang
gigi-giginya terletak di bagian dalam dari silinder roda gigi.Berbeda dengan
roda gigi eksternal yang memiliki gigi-gigi di luarsilindernya. Roda
gigi internal tidak mengubah arah putaran.

Gambar II.8 Roda Digi Dalam

3. Roda gigi Heliks


Gigi-gigi yang bersudut menyebabkan pertemuan antar gigi-
a
gigimenjadi perlahan sehingga pergerakan dari roda gigi menjadi halus

danminim getaran. Berbeda dengan spur di


mana pertemuan gigi-
giginyadilakuka
secara langsung memenuhi ruang antara gigi
n
sehinggamenyebabkn tegangan dan
getaran. Roda gigi heliks mampu
dioperasikan pada kecepatan tinggi dibandingkan spur karena kecepatan putar
yang
tinggi dapat menyebabkan spur mengalami getaran yang tinggi. Spur
lebih baik digunakan pada putaran yang rendah. Kecepatan putar dikatakan
tinggi jika kecepatan linear dari pitch melebihi 25 m/detik Roda gigi heliks
bisa disatukan secara paralel maupun melintang.Susunan secara paralel umum
dilakukan, dan susunan secara melintang biasanya disebut dengan skew.

13
Gambar II.9 Roda Gigi Heliks

14
4. Roda gigi bevel
Rodagigibevel(bevelgear)berbentuksepertikerucutterpotong dengan gigi-gigi
yang terbentuk dipermukaannya.Ketikaduarodagigi bevel mersinggungan, titik
ujung kerucut yang imajiner akan berada pada satu titik, dan aksis poros akan
salin berpotongan. Sudut antara kedua roda gigi bevel bisa berapa saja
g
kecuali 0 dan 180. Roda gigi bevel dapat berbentuk lurus seperti spur atau
spiral
seperti roda gigi heliks. Keuntungan dan kerugiannya sama seperti
perbandingan antara spur dan roda gigi heliks.

Gambar II.10 Roda Gigi Bevel

5. Roda gigi hypoid


Roda gigi hypoid mirip dengan roda gigi bevel, namun kedua aksisnya tidak
berpotongan.

Gambar II.11 Roda Gigi Hypoid

15
6. Roda gigi mahkota
Roda gigi mahkota (crown gear) adalah salah satu bentuk roda gigi bevel yang
gigi-giginya sejajar dan tidak bersudut terhadap aksis. Bentuk gigi-giginya
menyerupai mahkota. Roda gigi
mahkota hanya bisa dipasangkan
secara akurat dengan roda gigi bevel atau spur.

Gambar II.12 Roda Gigi Mahkota

7. Roda gigi cacing/worm gear


Roda
gigi cacing (worm gear) menyerupai screw berbentuk batang yang
dipasangkan dengan roda gigi biasa atau spur. Roda gigi cacing merupakan
salah
satu cara termudah untuk mendapatkan rasio torsi yang tinggi dan
kecepatan putar yang rendah. Biasanya, pasangan roda gigi spur atau heliks
memiliki rasio maksimum
10:1, sedangkan rasio roda gigi cacing mampu
mencapai 500:1. Kerugian dari roda gigi cacing adalah adanya gesekan yang
menjadikan roda gigi cacing memiliki efisiensi yang rendah sehingga
membutuhkan pelumasan. Roda gigi cacing mirip dengan roda gigi heliks,
kecuali pada sudut gigi-giginya yang mendekati 90 derajat, dan bentuk
badannya biasanya memanjang mengikuti arah aksial. Jika ada setidaknya satu
gigi yang mencapai satu putaran mengelilingi badan roda gigi, maka itu adalah
roda gigi cacing. Jika tidak, maka itu adalah roda gigi heliks. Roda gigi cacing
memiliki setidaknya satu gigi yang mampu mengelilingi badannya
beberapa kali. Jumlah gigi
pada roda gigi cacing biasanya disebut dengan

16
thread. Dalam
pasangan roda gigi cacing, batangnya selalu bisa

17
menggerakkan roda gigi spur. Jarang sekali ada spur yang mampu
menggerakkan roda gigi cacing. Sehingga bisa dikatakan bahwa pasangan
roda gigi cacing merupakan transmisi satu arah.

Gambar II.13 Roda Gigi Cacing

8. Roda gigi non sirkular


Roda gigi non-sirkular dirancang untuk tujuan tertentu. Roda gigi biasa
dirancang untuk mengoptimisasi transmisi daya dengan minim getaran
dan keausan, roda gigi non sirkular dirancang untuk variasi rasio, osilasi, dan
sebagainya.

Gambar II.14 Roda Gigi Non-sirkular

18
9. Roda gigi pinion
Pasangan roda gigi pinion terdiri dari roda gigi, yang disebut pinion, dan
batang bergerigi yang disebut sebagai rack. Perpaduan rack dan pinion
menghasilkanmekanismetransmisitorsiyangberbeda,torsi ditransmisikan dari
gaya putar ke gaya translasi atau sebaliknya. Ketika pinion berputar, rack akan
bergerak lurus. Mekanisme ini digunakan pada beberapa jenis kendaraan
untuk mengubah rotasi dari setir kendaraan menjadi pergerakan ke kanan dan
ke kiri dari rack sehingga roda berubah arah.

Gambar II.15 Roda Gigi Pinion

10. Roda gigi episiklik


Roda gigi episiklik (planetary gear atau epicyclic gear) adalah
kombinasi roda gigi yang menyerupai pergerakan planet dan matahari. Roda
gigi jenis ini digunakan untuk mengubah rasio putaran poros secara aksial,
bukan paralel. Kombinasi dari beberapa roda gigi episiklik dengan mekanisme
penghentian pergerakan roda gigi internal menghasilkan rasio yang dapat
berubah-ubah. Mekanisme ini digunakan dalam kendaraan dengan transmisi
otomatis.

Gambar II.16 Roda Gigi Episiklik

19
2.3.2 Nama-Nama Bagian Roda Gigi
Adapun ukuran roda gigi dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi,
lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran roda gigi dinyatakan
dengan “jarak bagi lingkaran” yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak bagi diantara
profil dua sisi yang berdekatan.

2.3.3 Profil Roda Gigi dan Kelakuannya


Rodagigi memindahkan momen melalui kontak luncur antar permukaan
gigi yang berpasangan yang berarti putaran harus dapat berlangsung dengan halus
dan dengan perbandingan yang tepat.

Profil sikloida ini sangat baik jika ditinjau dari getaran yang rendah, tetapi
dari kekuatan terhadap proses lenturan dan pembuatan kurang menguntungkan
dibandingkan dengan profil involut, profil lingkaran atau busur lingkaran involta
dipergunakan pada roda gigi jam.

Lintasan silinder simana permukaan solinder akan membentuk involut


lingkaran silinder, dimana benang digulung disebut. “lingkaran dasar”. Keliling
lingkaran dapat dibagi oleh jumlah gigi tanpa memberikan sisa. Masing-masing
involut bermula dari titik bagi tersebut, jarak antara (Te) dua kurva yang
berdekatan disebut jarak bagi normal, jika diameter lingkaran dasar dinyatakan
dengan (d2) (mm) dan jumlah gigi (Z), maka (Te) dapat ditulis dengan :

................................................................................................
Te =π.d I.3
Z

Sudut (θ) yaitu sudut kemiringan garis tekan disebut sudut toleransi yang
merupakan arah tekanan pada permukaan roda gigi.

20
Hubungan antara diameter lingkaran dasar (Dg) dan diameter jarak bagi (d) adalah
sebagai berikut :

Dg = d . cos α..........................................................................................I.4

Dimana : cos α = sudut Ph2.I2

Persamaan berikut memberikan hubungan antara jarak bagi normal (Te) dan jarak
bagi lingkaran (r) dimana :

Te = π.d.cos α = Te cos α ………………………………………………II.5


Z

Profil tebal gigi standar mempunyai tebal gigi π.m


leher ruang. Pada garis dalam,
2

diameter luar (dk) dan tinggi atau kedalaman pemotongan gigi (H) dapat ditulis :

Dk = (Z+2).m …………………………………………………………II.6

H = 2.m+ck …………………………………………………...……….II.7

21
2.4 Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk menumpu
poros yang berbeban, sehingga putaran atau gesekan bolak baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman dan tahan atau memisahkan antara bagian yang
berputar dengan bagian yang diam.

Bantalan tersebut dapat memikul beban radial, aksial dan kombinasi serta
harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh
system akan menurun atau tidak dapat bekerja secara baik. Jadi, bantalan dalam
permesinan dapat diartikan dengan pondasi pada sebuah gedung. Pada
perencanaan pada bantalan yang dapat berfungsi sebagai anti gesekan dihadapkan
dengan persoalan dalam merencanakan sekelompok elemen yang membentuk
sebuah bantalan rol ; elemen-elemen ini harus direncanakan untuk masuk kedalam
suatu ruang yang ukurannya sudah tertentu, ini direncanakan untuk menerima
suatu beban yang mempunyai karakter tertentu dan elemen ini harus direncanakan
untuk umur yang memuaskan bila dioperasikan pada suatu kondisi tertentu.

Para tenaga ahli di bidang perancangan (design), bantalan harus


mempertimbangkan hal-hal seperti berikut:

- Pembebanan lelah
- Panas
- Gesekan (friction)
- Ketahanan terhadap korosi
- Kinematik. Sifat-sifat bahan
- Teloransi pengerjaan mesin
- Pelumasan
- Pemasangan
- Pemakaian
- Biaya

22
2.4.1 Klasifikasi Bantalan (Bearing Classification)
Bantalan dapat di klasifikasikansebagai berikut :

1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros.


a. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan
lapisan pelumas.
Pada bantalan ini :
- Bekerja pada permukaan pelumasan yang besar
- Peredaman ayunan
- Kejutan dan kebisingan
- Kurang peka terhadap goncangan dan kemasukan debu (pelumasan
gemuk sebagai pencegah debu).
Keuntungan Bantalan Luncur :
- Mudah dipasang
- Pada putaran tinggi
- Mudah dibuat
- Pada goncangan dan getaran kuat
- Jauh lebih murah dari bantalan gelinding
- Memerlukan diameter pemasangan yang lebih kecil.

Gambar II.17 Poros Engkol

23
Pada bantalan luncur tidak ada elemen lain antara bantalan dengan
bagian yang bergerak. Bantalan ini dipakai pada poros-poros yang berputar
dengan kecepatan tinggi dan contoh pemakaiannya adalah pada poros
engkol (crankshaft).

b. Bantalan Gelinding

Gambar II.18 Bantalan Gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau
rol jarum dan rol bulat.

Sifat dari Bantalan Gelinding:


- Gerakan awal jauh lebih kecil
- Gesekan kerja lebih kecil sehingga penimbulan panas lebih kecil pada
pembebanan yang sama.
- Pelumasan yang terus menerus yang sederhana.
- Kemampuan dukung yang lebih besar setiap lebar bantalan.

Gambar II.19 Bentuk BantalanGelinding

24
Kelemahan Bantalan gelinding :
- Kebisingan pada bantalan
- Bantalannya dipecah-pecah
- Kejutan yang kuat pada putaran bebas

Gambar II.20 Gesekan Pada Bantalan Luncur dan Gelinding

Kerja gesekan (kerja yang hilang) pada bantalan gelinding


ditimbulkan secara bersama-sama dari :
- Kehilangan histerisis (peredaman bahan pada perubahan bentuk
elastis).
- Luncuran dari badan gelinding pada sarangan dan pinggirannya.
- Tahan melalui benda asing (debu dan serpihan)
- Kerugian ventilasi(gesekan udara) pada bantalan kecepatan tinggi.

Kerja yang hilang tersebut dapat dikurangi melalui:


- Pendekapan yang efektif, sehingga benda asing dari luar tidak dapat
masuk.
- Menggunakan gesekan cairan pada permukaan luncur.
- Jumlah dan viskositas yang cukup dari bahan pelumas dan system
pelumas yang sesuai.
- Pemilihan bantalan yang sesuai dengan mesin / alat yang digunakan.

Bagian terpenting dari bantalan gelinding:


- Ring luar dan ring dalam
- Bola atau bagian yang menggelinding
- Ring pemisah (untuk memisahkan bola satu dengan yang lain)

25
2. Atas dasar arah beban terhadap poros.
a. Bantalan Radial
Apabila gaya reaksi atau arah beban jauh lebih banyak mengarah tegak
lurus pada garis sumbu poros.
b. Bantalan Aksial
Arah beban atau gaya reaksi jauh lebih banyak mengarah sepanjang garis
sumbu poros.
c. Bantalan Gelinding khusus.
Bantalan ini dapat menumpu baban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
sumbu poros.

2.4.2 Jenis Bantalan.


Bantalan dibuat untuk menerima beban radial murni, beban aksial murni
atau gabungan keduannya. Tata nama dari bantalan peluru seperti pada gambar
dibawah ini:

Gambar II.21 Bantalan peluru

Penggolongan dari bantalan menurut arah gaya.

a. Bantalan Radial
- Melintang
- Dukung.......................(untuk gaya radial)
b. Bantalan Aksial
- Memanjang
- Spur...........................(untuk gaya aksial)

26
c. Menurut Bahan
- Logam putih
- Perunggu
- Logam Sinter
- Logam ringan
- Besi tuang merah
- Bantalan press
d. Menurut Design
- Mata
- Tetap
- Penutup
- Cakram
- Kotak
- Ayun
e. Menurut Penggunaannya
- Mesin perkakas
- Transmisi
- Kotak roda
- Turbin & motor
f. Pelumasan
- Bantalan Gemuk
- Bantalan Udara
- Bantalan Air
- Bantalan Minyak

2.4.3 Keuntungan dan Keburukan Bantalan Guling


Salah satu sifat yang penting dari bantalan guling adalah gesekan yang
kecil. Pada bantalan luncur poros meluncur pada film minyak dalam sebuah
tabung bantalan. Pada bantalan guling jika poros memutar maka cincin dalam
menggelinding pada benda-benda guling dalam cincin luar.Pada beban yang sama
gesekan bantalan guling lebih kecil dari pada bantalan luncur. Memperlihatkan

27
jalannya koefisien gesekbantalan luncur yang dilumasi dengan baik, terhadap
koefisien gesek dari bantalan guling.

Keuntungan Bantalan guling terhadap bantalan luncur adalah:

a. Gesekan kecil pada semua frekwensi putaran.

Gambar II.22Koefisien Gesek Bantalan Guling Pada Bantalan Luncur

b. Tahananawal kecil
c. Pemakaian energi rendah
d. Dalam proses-proses pabrik nilainnya tinggi dan dapat dipercaya
e. Penyusunan lebar yang kecil
f. Pemakaian bahan pelumas yang rendah
g. Umur yang diharapkan pada beban yang diizinkan dapat dihitung
h. Oleh normalisasi didapat ukuran-ukuran standar,dimana bantalan-bantalan
dapat ditukar tukar.

Keburukan bantalan guling terhadap bantalan luncur.

a. Kurang cocok untuk menerima beban -beban kejut


b. Ukuran-ukuran radial yang besar
c. Memerlukan persyaratan montase yang teliti dan rapi
d. Dalam beberapa hal sukar dirakit, karena bantalan guling tidak terdiri dari
dua bagian seperti pada bantalan luncur yang terbagi dua bagian.

28
BAB III
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN RODA GIGI

ANALISA DATA

- Daya (P) : 19 Hp = 19 x 746 =14174 watt


- Putaran (n) : 7019 rpm
- Bahan Poros St 40 (σ) : 4000 kg/cm2
- Faktor Keamanan (s) : ( 5 – 8 ) dipilih 8
- Faktor Dinamis (β) : (1,2 – 1,5 ) dipilih 1,5
- Faktor Keamana (fc) : (1,2 – 2) dipilih 1,2
-

3.1 Perencanaan Poros


1. Perhitungan Momen
a. Poros 1 roda gigi 1
 Untuk roda gigi 1
N1 = fc . P
= 1,2 x 14914
= 17008,8 watt

N1/1000(2πn/60)
Nd = 102

= 17008,8/1000(2.
3,14.7019/60)
102

= 122,568 kg.mm/s

Mp1 = 71620 Nd
n

122,568
= 71620 7019

= 1250,651 kg.mm

= 125,06 kg.cm

29
2. Perhitungan Diameter Poros

 Tegangan yang diizinkan ( σ boll II )

σ lim it
(σ) bol II = s

4000
= 8

= 500 kg/cm2

(σ) bol I = σ1,73


bol

500
= 1,738

= 285,71 kg/cm2

 Kecepatan putaran ( n1 )

n
n1 =
i1

dimana i = perbandingan putaran

i1 = z1
z2

40
= 30 = 1,333

7019
n1 = 1,333

= 5265,56 rpm

30
Diameter Poros I

3 5.β.Mp1
dp1 =√
σ boll

=√
3 5x1,5.x125,06
285,71

= 1,49 cm

= 14,9 mm

 Karena menggunakn spie, maka :

dp1 = 14,9+ 0.5

= 15,4 mm

b. Poros II untuk roda gigi 2,3,4 dan 5


 Kecepatan putaran ( n2 )
n1
n =
2
i2

dimana i = perbandingan putaran

i2 = z3
z4

38
= 36 = 1,05

5265,56
n2 = 1,05

= 5014,82 rpm

 Untuk roda gigi ( 2 )


N2 = fc Nd
= 1,2 x 122,568
= 147,08 kg.mm/s

31
 Untuk Puntir ( Mp2 )
Mp2 = 71620N2
n2

147,08
= 716205014,82
= 2100,55 kg.mm
= 210,05 kg.cm

Diameter Poros II
3 5.β.Mp2
dp2 =√
σ boll

= √ 285,71
3 5.1,5.210,05

= 1,766 cm
= 17,6 mm
 Karena menggunakan spie, maka
dp2 = 17,6+ 0,5
= 18,1 mm
c. Poros III untuk roda gigi 3
 Untuk roda gigi ( 3 )
N3 = fc . N2
= 1,2 x 147,08
= 176,496 kg.mm/s
 Kecepatan Putaran ( n3 )
n2
n =
3
i3

dimana i = perbandingan putaran

i3 = z5
z6

64
= 38 = 1,68

5014,82
n3 = 1,68 = 2985,01 rpm

32
 Momen Puntir ( Mp3 )
Mp3 = 71620N3
n3

176,496
= 716202985,01
= 4234,707 kg.mm
= 423,47 kg.cm

Diameter poros III


3 5βMp3
dp3 =√
σ bol I

=√
3 5.1,5.423,47
285,71

= 2,23 cm
= 22,3 mm
 Karena Menggunakan spie, maka :
dp3 = 22,3 + 0,5
= 22,8 mm
d. Poros IV untuk roda gigi 6
 Untuk roda gigi ( 6 )
N4 = fc . N3
= 1,2 x 176,496
= 211,79 kg.mm/s
 Kecepatan Putar ( n4 )
n3
n =
4
i4

dimana i = perbandingan putaran

i4 = z7
z8

30
= 60 = 0,5

2985,01
n4 = 0,5 = 5970,02 rpm

33
 Momen Puntir ( Mp4 )
Mp4 = 71620N4
n4

211,79
= 716205970,02
= 2540,76 kg.mm
= 254,08 kg.cm

Diameter poros IV
3 5βMp4
dp4 =√
σ bol I

= √ 285,71
3 5.1,5.254,08

= 1,88 cm
= 18,8 mm
 Karena menggunakan spie, maka :
dp4 = 18,8+ 0,5
= 19,3 mm

34
3.2 Perencanaan Spie
Untuk perencanaan spie diketahui table 1.8 dari buku sularso hal 108
- Lebar spie (b) = 6 mm
- Panjang spie (l) = 25 mm
- Tinggi spie (h) = 6 mm
- Tinggi bagian spie yang berada dalam poros = 3,5 mm
- Tinggi bagian spie yang berada dalam lajur roda gigi (t2) = 2,5 mm
- Bahan yang digunakan pada spies St =37–39, Dipilih St 37
- Dimana spie yang digunakan adalah spie persegi
-

1. Spie pada poros I


a. Kecepatan keliling (v1)
π. n1. dp1
v1 = ( )
J
3,14 . 5265,56. 0,0154
=( )
60
= 4,24 m/s
b. Gaya yang menekan spie (F)
2Mp1
F =( )
dp1
2 . 1250,651
=( )
14,9
= 167,87 Kg/mm2
c. Tegangan geser yang diizinkan (rg)
F
rg = ( )
l. b
167,87
=( )
25 . 6
= 1,12 Kg/mm2

35
2. Spie pada poros II
a. Kecepatan keliling (v2)
π. n2. dp2
v2 = ( )
J
3,14 . 5014,82. 0,0181
=( )
60
= 4,75 m/s
b. Gaya yang menekan spie (F)
2Mp2
F =( )
dp2
2 . 2209,01
=( )
24,6
= 179,59 Kg/mm2
c. Tegangan geser yang diizinkan (rg)
F
rg = ( )
l. b
179,59
=( )
28 . 12
= 0.53 Kg/mm2

3. Spie pada poros III


a. Kecepatan keliling (v3)
π. n3. dp3
v3 = ( )
J
3,14 . 3023,71 . 0,0227
=( )
60
= 10,15 m/s
b. Gaya yang menekan spie (F)
2Mp3
F =( )
dp3
2 . 4453,23
=( )
22,7
= 76,57 Kg/mm2

36
c. Tegangan geser yang diizinkan (rg)
F
rg = ( )
l. b
76,57
=( )
28 . 12
= 0.23 Kg/mm2

4. Spie pada poros IV


a. Kecepatan keliling (v4)
π. n4. dp4
v4 = ( )
J
3,14 . 5970,02 . 0,0193
=( )
60
= 6,03 m/s
b. Gaya yang menekan spie (F)
2Mp4
F =( )
dp4
2 . 2540,76
=( )
19,3
= 263,29 Kg/mm2
c. Tegangan geser yang diizinkan (rg)
F
rg = ( )
l. b
263,29
=( )
25 x 6
= 1,75 Kg/mm2

37
3.3 Perencanaan Roda Gigi

1. Roda Gigi Lurus


- Koefisien konstruksi (kc) =4
- Koefisien dinamis (kd) = 1,3
- Faktor keausan (kw) = 1,3
- Faktor cara pemasangan (λ) = 7,8
- Faktor gigi penggerak (yp) = 0,32
- Hubungan antara lebar gigi dan modul (m) = 12
- Tegangan Tarik (τ) = 6000 kg.cm
- Perbandingan roda gigi (i) =Z1 = 40 = 1,333
Z2 30

- Cos β = 10 ÷ 20 = Cos 20

a. Roda gigi (1) untuk poros I


Modul (m)
3
m = 1,28. Mp1.kd.kc.kw

z1.i.h.yp.τ

3
= 1,28 x √ 125,06 x 1,3 x 4 x 1,3
40 x 1,33 x 7,8 x 0,32 x 6000

= 0,13 cm

= 1,3 mm

b. Dimensi roda gigi


- Lebar gigi (t)
t = π. m
= 3,14 x 1,3
= 4,09 mm

38
- Addendum (h’)
h’ = 0,55 . t
= 0,55 x 4,09
= 2,25 mm
- Dedendum (h”)
h” = h’ . m
= 2,25 x 1,3
= 2,9 mm
- Diameter tusuk (dt)
dt = z1 . m
= 40 x 1,3
= 52 mm
- Diameter luar (dl)
dl = m (z1 + 2)
= 1,3 (40 + 2)
= 54,6 mm
- Diameter dalam (dd)
dd = m (z – 2,5)
= 1,3 (40 – 2,5)
= 48,75 mm
- Lebar permukaan gigi (b)
b =λ.m
= 7,8 x 1,3
= 10,14 mm
- Jari – jari bulatan (r)
r = 0,2 . m
= 0,2 x 1,3
= 0,26 mm

39
Tabel III.1 Roda Gigi Lurus Pada Gigi 1 dan Gigi 2
Roda m h’ h’’ dt dl dd b t r
Gigi (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 1,3 2,25 2,9 52 54,6 48,75 10,14 4,09 0,26
2 0,98 1,69 2,2 39,1 41,1 36,65 7,62 3,07 0,19

c. Gaya yang bekerja pada roda gigi (1)


- Gaya keliling (Ps)
2.Mp1
Ps = dt

2 x 1250,651
= 52
= 48,1 kg

d. Gaya normal (Pn)


2.Mp1
Pn =dt cos 20

2 x 1250,651
= 52 x 0,939
= 51,23 kg

- Gaya radial (Pr)


Pr = Ps . tan 20
= 48,1 x 0,363
= 17,42 kg

Tabel III.2 Gaya Pada Roda Gigi 1 dan Roda Gigi 2

Ps Pn Pr
Roda Gigi
(Kg) (Kg) (Kg)
1 48,1 51,23 17,42
2 36,16 38,51 13,1

40
2. Roda Gigi Payung / Kerucut

- Koefisien Konstruksi (Kc) =4


- Koefisien Dinamis (Kd) = 1,3
- Faktor kehausan (Kw) = 1,3
- Cos β = 8º ÷ 15º = 15º
- Faktor pemasangan (λ) 8º÷ 15º = 8º
- Faktor gigi penggerak (Yp) = 0,32
- Tegangan Tarik (τ) = 6000 kg.cm
- Perbandingan Transmisi = Z3
= 38 = 1,06
Z4 36

- Bahan St. = 6000 kg.cm

a. Roda gigi (3) pada poros II

- Modul (m)
3
m = 1,15 . cos 15º. Mp2.kd.kc.kw
√ z3.i2.h.yp.τ

3 210,05 x 1,3 x 4 x 1,3


= 1,15 . cos 15º . √ 38 x 1,06 x 8 x 0,32 x 6000

= 0,146 cm
= 1,46 mm
- Diameter lingkaran jarak bagi (dl)
dl = m. z3
= 1,46 x 38
= 55,48 mm
- Koefisien perubahan kepala (x)
x = 0,46 [1 – Z3 2
( ) ]
Z4
= 0,46 [1 – 38 2
( ) ]
36

= 0,057

41
- Tinggi kepala pinyon (hk)
hk = (1 + x) m
= (1 + 0,057) . 1,46
= 1,54 mm
- Tinggi kaki pinyon (hf)
hf = (1 - x)(m + ck)
dimana :
ck = 0,18 . m
= 0,18 . 1,46
= 0,26
hf = (1 – 0,057) (1,46 + 0,26)
= 1,62 mm

- Sudut kepala pinyon (θk)


θk = tan-1 ( hk ) Dimana : R = dl

R 2sin஑

1
α = tan-1( )
i2
1
= tan ( -1
)
1,06
= 43,33˚

54,6
R = (2sin43,33 )
= 39,8
= tan-1 1,54
( )
39,8

=2,21˚

- Sudut kerucut kepala (θf)


θf = tan-1 (hf )
R
= tan-1
1,62
( 39,8 )

= 2,33˚

42
- Sudut kerucut kepala (߲k)
߲k = α + θk
= 43,33˚ + 2,21˚

= 45,54˚

- Diameter lingkaran kepala (dk)


dk = dl + (2. hk) + cos α
= 55,48 + (2 . 1,54 ) + cos 43,33˚

= 59,29 mm
- Diameter lingkaran kaki (x’)
x’ =
dl
- (hk . sin α)
()
2
55,48
=( 2
) - (1,54 . sin 43,33˚)

= 26,68 mm
- Lebar kaki (h)
h = 2 (m + ck)
= 2. (1,46 + 0,26)
= 3,44 mm
- Lebar permukaan gigi (b)
b =λ.m
= 8 . 1,46
= 11,68 mm

Tabel III.3 Roda Gigi Payung Pada Roda Gigi 3,4,5 dan Roda Gigi 6

Roda m α dl X hk hf θk θf ߲k dk x’ b h
gigi (mm) (º) (mm) (mm) (mm) (º) (º) (º) (mm) (mm) (mm) (mm)

3 1,46 43,33 55,48 0,057 1,54 1,62 2,21 2,33 45,54 59,29 26,68 11,68 3,44
4 1,38 40,87 52,26 0,053 1,45 1,53 2,21 2,33 45,54 55,93 25,17 11,02 3,24

5 2,46 74,77 93,32 0,094 2,59 2,73 2,21 2,33 45,54 99,87 44,95 19,68 5,78

6 1,46 44,51 55,56 0,05 1,54 1,62 2,21 2,33 45,54 59,45 26,75 11,71 3,44

43
a. Gaya yang bekerja pada roda gigi (3)
- Gaya keliling (Ps)in-
2 . Mp2
Ps = dl

2 x 2100,5
= 55,48

= 75,72 kg
- Gaya normal
2 . Mp2
Pn = dl cos β

2 x 2100,5
= 55,48 cos 20
= 80,58 kg
- Gaya radial (Pr)
Pr = Ps . tan 20º
= 75,72 tan 20º
= 27,55 kg

Tabel III.4 Gaya Pada Roda Gigi 3,4, 5dan Roda Gigi6

Ps Pn Pr
Roda Gigi
(kg) (kg) (kg)
3 75,72 80,58 27,55
4 71,43 76,01 25,99
5 127,55 135,73 46,41
6 75,92 80,79 27,62

44
3.4 Perencanaan Bantalan

Perhitungan bantalan 1 pada poros 1


Ukuran bantalan sesuai dengan ukuran poros berdasarkan table bantalan
bila pada buku Elemen Mesin oleh Sularso dan Kiyokatsu suga.
Jenis Bantalan yang digunakan yaitu bantalan gelinding atau bantalan bola
jenis terbuka :
- Gaya aksial (W) = 1200 kg
- Puratan poros (n) = 7019 rpm
- Diameter luar (D) = 35 mm
- Diamater dalam (d) = 15 mm
- Lebar bantalan = 11 mm
- Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 2030 kg
- Kapasitas nominal Dinamis spesifik (Co) = 1280 kg

a. Faktor Kecepatan bantalan bola (fn)

33,3
Fn =( )1/3
n

33, 1/3
3 )
=(
7019

= 0,168 rpm

b. Faktor umur bantalan (fh)


C W
Fh = Fn ( ) → Dimana ∶ P = ( )
P l.d
l = 1,2 . d
= 1,2 . 1,5
l = 1,8 mm

W 1200
P=( ) = 1,8 x 1,5 )
l.
(d

= 4,44 kg

45
Fh = Fn (C )
P

Fh = 0.167 ( 2030
)
44,44

= 0.167 ( 2030
)
308,64

= 76,35

c. Umur nominal (Lh)


Lh = 500 . fh3
= 500 x 76,353
Lh = 222534386
Jadi 1 tahun = 365 hari x 24 jam
= 8760 jam/hari
Beroperasi selama 12 jam maka :

8760
=( )
12
= 730 jam/hari

- Maka umur bantalan yaitu :


222534386
=( )
730
= 304841 Tahun

46
Jumlah minyak pelumas yang dibutuhkan

Jumlah minyak pelumas yang dibutuhkan pada bantalan 1


- Berat blok bantalan (Wm) = 10 kg
- Koefisien gesekan (μ) = 0.06
- Panas jenis blok bantalan (Cm) = 0,11 Kcal / kg oC
- Panas jenis minyak (γo) = 890 kg/m2
- Temperatur minyak masuk (ti) = 20oC
- Temperatur minyak keluar (ta) = 50oC
- Perbandingan kerugian daya (j) = 1,00
- Joule (J) = 427 kg.m/KCal

a. Kerja gesekan bantalan


(Q)
π. d.n
μ. W.V
Q=( ) → Dimana V = 60 . 1000 )
( J
3.14 x 15 x 7019
V=( )
60 x 1000
V = 5,51
0.06 x 1200 x 5,51
=( )
427
= 0,92 Kcal/min

b. Panas yang diperlukan untuk menaikan temperature (Qm)

Qm = Cm . Wm
= 0,11 . 10
= 1,1 Kcal / oC
c. Kenaikan temperature yang di alami karena kerja gesekan (∆t)
Q
Δt = ( )
Qm
0,92
=( )
1,1
= 0,84 oC/min

47
d. Kerja gesekan (H)
π. d.n
H = μ. W. ( )
60.1000
3,14 x 18 x 7019
= 0,06 x 1200 x )
60 x 1000
(

= 476,06 kg. m/s

e. Daya yang diserap (PH)


H
PH = ( )
102
476,06
=( )
102
= 4,67 kW

f. Kenaikan temperature
∆T = ta - ti
= 50 - 20
= 30 oC

g. Jumlah aliran minyak (q)


j. μ. W.V
q=( )
γo.. Co. ΔT.J
1,00 x 0,06 x 1200 x 6,698
=( )
890 x 1280 x 30 x 427
= 0,033 cc/min

48
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam merencanakan sebuah roda gigi terlebih dahulu menentukan bahan
atau jenis material yang akan digunakan untuk material roda gigi dan proros serta
komponen lain yang mendukung, kemudian menentukan koefisien-koefisien
tertentu seperti jumlah roda gigi dan jumlah gigi serta bentuk, untuk
mempermudah perencanaan tersebut.

Pada pencapaian ini ada beberapa data yang menjadi acuan perencanaan sebagai
berikut:
- Daya (P) = 19 HP
- Putaran (n) = 7019 rpm

1. Poros
Dari hasil perhitungan, maka untuk diameter poros diperoleh antara lain:
Diameter poros I = 14,9 mm
Diameter poros II = 17,6 mm
Diameter poros III= 22,8 mm
Diameter poros IV= 19,3 mm

2. Spie/Pasak dan spline


Ukuran spiedan spline diperoleh berdasarkan dari diameter poros, dimana spie
dan spline terjadi tegangan geser, sedangkan didapat tegangan geser yang
diizinkan, maka untuk semua spie dan spline dinyatakan aman.

3. Roda gigi
Roda gigi merupakan suatu komponen untuk menghubungkan satu poros
dengan poros yang lainnya dengan jumlah putaran dan arah sumbu yang

49
berbeda. Roda gigi lurus merupakan roda gigi yang paling mendasar dengan
jalur yang sejajar dengan poros dan memiliki suatu sumbu yang lurus unutk
memindahkan gerak putar.

4. Bantalan
Bantalan yang digunakan adalah bantalan bola radial alur dalam baris tunggal
yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter poros yang terdapat didalam
table bantalan bola pada buku Elemen Mesin oleh Ir. Sularso, MSME. dan
Kiyokatsu Suga sehingga umur nominal bantalan dari hasil perhitungan dapat
memenuhi syarat standar perusahaan.

4.2 Saran
a. Dalam perencanaan suatu elemen mesin sebaiknya dilakukan seteliti
mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang mana hal ini akan
mempengaruhi faktor keamanan dan umur dari suatu bahan yang
direncanakan.
b. Hasil dari perhitungan seharusnya lebih kecil dari nilai ketetapan
perhitungan atau perencanaan.
c. Nilai tabel yang diambil dari perhitungan disesuaikan dengan hasil
perhitungan sebelumnya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, Muhammad 03220110004. 2016. Tugas Besar Elemen Mesin


(Perencanaan Transmisi Roda Gigi). Makassar: Universitas Muslim Indonesia.

Dullah, Buchary. Elemen Mesin Volume II Sistem Trnasmisi Daya. Ujung


Pandang. Koperasi Mahasiswa Universitas Hasanuddin.

51

Anda mungkin juga menyukai