DISUSUN OLEH:
ASRUL M
032 2018 0109
MAKASSAR
2020
TUGAS ELEMEN MESIN III
NAMA : Hendro
STAMBUK : 03220210026
DAYA : 20 Ps
LEMBAR PENGESAHAN
disusun oleh:
Nama : Asrul M.
Fakultas
: Teknik
Jurusan
: Mesin
Telah diperiksa dan disetujui olehAsisten Pemberi tugas dan disetujui oleh
Dengan nilai : A B C D
LEMBAR ASISTENSI
Asisten
N Daya HP
n Putaran rpm
s Faktor pemasangan
β Faktor dinamis
μ Efisiensi mekanis
kc Koefisien konstruksi
kd Koefisien dinamis
kw Faktor keausan
Z Jumlah gigi
λ Factor pemasangan
τ Tegangan tarik
b Lebar mm
l Panjang mm
h Tinggi mm
d Diameter mm
i Angka perbandingan
’ Lebar gigi mm
t1
v
t2 Tinggi spie yang berada dalam lajur roda gigi mm
Dp Diameter poros mm
F Gaya kg
h' Adendum mm
h” Dedendum mm
r Jari-jari mm
W Gaya aksial kg
Lh Umur nominal h
vi
γ0 Berat jenis minyak Kg/m²
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur Penulis panjatkan berkat kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan TUGAS ELEMEN MESIN III ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Faisal Habib, M.T. dan
Bapak Ir. M. Natsir Hamid, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu untuk pembuatan tugas ini sehingga Penulis dapat menyelesaikannya.
Penulis menyadari, tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan Penulis nantikan demi kesempurnaan
tugas ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN SOAL..................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
LEMBAR ASISTENSI...........................................................................................iv
NOMEN KLATUR..................................................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1 Poros.........................................................................................................4
2.4 Bantalan..................................................................................................20
ix
BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN RODA GIGI.......................27
BAB IV PENUTUP...............................................................................................47
4.1 Kesimpulan.............................................................................................47
4.2 Saran.......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49
x
BAB I
PENDAHULUAN
1. Beban Lingkungan
Untuk suatu struktur yang terdapat disuatu perairan maka hal yang
mempengaruhi tentu saja gelombang serta pengaruh lingkungan yang korosif.
2. Bentuk Struktur
Struktur akan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kegagalan struktur pada
struktur tersebut suatu permukaan yang tidak menerus ataupun halus dalam
artian terhadap suatu takikan baik itu dikarenakan oleh kesalahan
1
fabrikasiataupun proses produksi dimana pada daerah ini akan terjadi
konsentrasi tenaga sehingga distribusi tegangan pada struktur tidak merata.
3. Bentuk Cacat
Diakibatkan pengejaran yang kurang sempurna dimana pada proses
pembentukan akan terjadi cacat sehingga kegagalan struktur akan mungkin.
4. Material
Pemilihan material struktur akan berpengaruh dimana kegagalan sebagian dan
keseluruhan perencanaan berawal dari pemilihan material yaitu material yang
dipilih tidak sesuai dengan beban yang diterima sehingga kegagalan akan
terjadi.
2
6. Fungsi melindungi yaitu seperti pada lapisan tahan aus, lapisan cat dan
lapisan-lak.
Fungsi elemen mesin hampir selalu bersifat mekanik, sering ditambah sifat
termal, sifat kimia dan sifat elektrik. Dari sini timbul suatu keharusan untuk
menguasai pengetahuan tentang statika, kinematika, dan dinamika zat padat, zat
cair dan berbentuk gas, demikian tentang ilmu alam, ilmu kimia, ilmu
thermodinamika, dan eletroteknik.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Poros
Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang, pada umumnya
berpenampang lingkaran, berfungsi memindahkan putaran atau mendukung
sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya. Poros adalah suatu bagian
stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-
elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen
pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban
tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu
dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983).
Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada
perancangan poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang
besarakan mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya
missalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa
dihitung hanya pada posisi tertentu yang ditinjau dengan mengetahui beban dan
penampang poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang terjadi, harus diketahui
terlebih dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam merancang poros,
pertama kali yang dilakukan adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru
kemudian menghitung defleksi berdasar geometri yang telah ditentukan.
Perancangan poros juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi poros pada
pembebanan bending dan torsi terhadap frekuensi pembebanan terhadap waktu.
Jika frekuensi pembebanan mendekati frekuensi pribadi poros, akan terjadi
resonansi,sehingga timbul getaran, tegangan dan defleksi yang besar.
Pemilihan bahan poros selain diarahkan menurut beban yang dikenakan
dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi
pemasangannya, contohnya pada poros rituel yang bahannya dipilih setelah untuk
roda giginya. Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran
darurat memegang perangkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan
4
menurun (kepekaan takikan lebih tinggi).Design pada poros diarahkan menurut
bagian tetap yang mana poros atau gandar dihubungkan (bantalan, sil dan naf dari
piringan atau roda yang dipasang). Sebagai gambaran maka tempat sambungan
yang dibuat dengan benaryang peralihannya dibuatkan dengan baik, yaitu
umumnya pada perlemahan dariberbagai pengaruh takikan.
1. Kekuatan poros
Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabunganantara puntir dan lentur.Jugaadaporos yangmendapatkan beban tarik
atau tekan, seperti poros baling-baling kapal atau turbin.Kelelahan
tumbukanataupengaruhkonsentrasiteganganbila diameterporosdiperkecil
(poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan.
Jadi, sebuah poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan beban-
beban yang terjadi.
2. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan
dan defleksi puntirannya terlalu besar, maka hal ini akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada
turbin dan kotak roda gigi).
5
3. Putaran kritis
Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran
tertentu sehingga dapat terjadi getaran yang terlalu besar. Hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian yang lainnya. Untuk
itu, maka poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran
kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila
terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros
yang terancam kavitas dan poros mesin yang sering berhenti lama.
5. Bahan poros
Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon konstruksi
mesin, sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai untuk meneruskan
putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan
pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya
adalah baja khrom nikel, baja khrom, dan baja khrom molybdenum.
6
Pengamanan poros dan gandar terhadap pergeseran memanjang diperoleh
melalui peralihan poros pada tempat bantalan atau cincin pengaman.
Pengamanmemanjang dari bantalan, naf, dan piringan dapat diperoleh
seperti melaluipemutaran satu sisi, melalui mur poros atau cincin pengaman,
kadang-kadangbentuk sambungan tidak meminta pengamanan memanjang
(dudukan pres dansebagainya).
7
Untuk bahan yang liat seperti pada poros, dapat dipakai tegangan geser
maksimum pada rumus :
2+4σ2.........................................................................................................................................
Τmax = √σ I.1
2
Pada poros yang pejal dengan penampang bulat, σ = 32 M/πd3s dan τ = T/πd3s
sehingga,
Beban yang bekerja pada poros umumnya adalah beban berulang, jika
poros tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya besar maka kejutan
berat akan terjadi pada saat mulai atau sedang berputar. Disini factor koreksi (Kt)
untuk meomen puntir dan faktor lenturan (Cb) dalam perhitungan ini tidak dipakai
dan sebagai gantinya dipergunakan faktor koreksi (Km) untuk momen lentur yang
dihitung.
Pada poros yang berputar dengan pembebanan momen lentur yang tetap,
besarnya faktor (Km) adalah 1,5 untuk beban dengan tumbukan ringan (Km)
terletak antara 1,5 dan 2,0 dan beban dengan tunbukan berat (Km) terletak antar 2
dan 3)
8
2.2 Spie dan Spline
Seperti halnya dengan baut maka spie atau pasak itu dianggap juga sebagai
alat penyambung, spie biasanya ditempatkan pada hubungan antara roda gigi
dengan poros. Pada umunya spie itu dipakai untuk meneruskan putaran dari roda
atau sebaliknya. Dari sekian banyak macamnya maka yang banyak dipakai adalah
spie datar.
9
Gambar II.3 Pasak Benam Rata
2. Pasak belah
Pasak belah juga dinamakan pasak Woodruff lebih murah ditinjau dari sudut
pembuatnya, tetapi membuat poros jauh lebih lemah. Pasak ini juga masih
digunakan untuk momen puntir yang kecil.
3. Pasak tirus
Pasak ini dipasang pada naf dan poros yang dipres satu sama lain, dengan
demikian suatu momen puntir dapat dipindahkan lewat gesekan. Gesekan
sekaligus mencegah bergesernya naf pada poros sehingga suatu penahan
terhadap pergesaran aksial kebanyakan dianggap tidak perlu lagi karena jenis
ini tidak cocok untuk pekerjaan teliti, seperti pemindahan dengan rida gigi.
10
Gambar II.5 Pasak Tirus
4. Pasak Tangensial
Pasak ini memberikan sambungan mati dimana naf danporos dalam arah
keliling diperteganng sehingga momen puntir tumpuk dapat dipindahkan
kedua arah dibawah dipertegangan (tanpa ruang bebas)
11
mampu mengubah kecepatan putar, torsi, dan arah daya terhadap sumber daya.
Tidak semua roda
gigi berhubungan dengan roda gigi yang lain, salah satu
kasusnya
adalah pasangan roda gigi dan pinion yang bersumber dari atau
menghasilkan gaya translasi, bukan gaya rotasi.
Transmisi roda gigi analog dengan transmisi sabuk dan puli. Keuntungan
transmisi roda gigi terhadap sabuk dan puli adalah keberadaan gigi yang mampu
mencegah slip, dan daya yang ditransmisikan lebih besar. Namun, roda gigi tidak
bisa mentransmisikan daya sejauh yang bisa dilakukan sistem transmisi roda dan
puli kecuali ada banyak roda gigi yang terlibat di dalamnya. Ketika dua roda gigi
dengan jumlah gigi yang tidak sama dikombinasikan, keuntungan mekanis bisa
didapatkan, baik itu kecepata putar maupun torsi, yang bisa dihitung dengan
n
persamaan yang sederhana.
Roda gigi dengan jumlah gigiyanglebihbesar
berperan
dalam mengurangi kecepata putar namun meningkatkan torsi.
n
12
2. Roda Gigi Dalam
Roda gigi dalam (atau roda gigi internal, internal gear) adalah roda gigi yang
gigi-giginya terletak di bagian dalam dari silinder roda gigi.Berbeda dengan
roda gigi eksternal yang memiliki gigi-gigi di luarsilindernya. Roda
gigi internal tidak mengubah arah putaran.
13
Gambar II.9 Roda Gigi Heliks
14
4. Roda gigi bevel
Rodagigibevel(bevelgear)berbentuksepertikerucutterpotong dengan gigi-gigi
yang terbentuk dipermukaannya.Ketikaduarodagigi bevel mersinggungan, titik
ujung kerucut yang imajiner akan berada pada satu titik, dan aksis poros akan
salin berpotongan. Sudut antara kedua roda gigi bevel bisa berapa saja
g
kecuali 0 dan 180. Roda gigi bevel dapat berbentuk lurus seperti spur atau
spiral
seperti roda gigi heliks. Keuntungan dan kerugiannya sama seperti
perbandingan antara spur dan roda gigi heliks.
15
6. Roda gigi mahkota
Roda gigi mahkota (crown gear) adalah salah satu bentuk roda gigi bevel yang
gigi-giginya sejajar dan tidak bersudut terhadap aksis. Bentuk gigi-giginya
menyerupai mahkota. Roda gigi
mahkota hanya bisa dipasangkan
secara akurat dengan roda gigi bevel atau spur.
16
thread. Dalam
pasangan roda gigi cacing, batangnya selalu bisa
17
menggerakkan roda gigi spur. Jarang sekali ada spur yang mampu
menggerakkan roda gigi cacing. Sehingga bisa dikatakan bahwa pasangan
roda gigi cacing merupakan transmisi satu arah.
18
9. Roda gigi pinion
Pasangan roda gigi pinion terdiri dari roda gigi, yang disebut pinion, dan
batang bergerigi yang disebut sebagai rack. Perpaduan rack dan pinion
menghasilkanmekanismetransmisitorsiyangberbeda,torsi ditransmisikan dari
gaya putar ke gaya translasi atau sebaliknya. Ketika pinion berputar, rack akan
bergerak lurus. Mekanisme ini digunakan pada beberapa jenis kendaraan
untuk mengubah rotasi dari setir kendaraan menjadi pergerakan ke kanan dan
ke kiri dari rack sehingga roda berubah arah.
19
2.3.2 Nama-Nama Bagian Roda Gigi
Adapun ukuran roda gigi dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi,
lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran roda gigi dinyatakan
dengan “jarak bagi lingkaran” yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak bagi diantara
profil dua sisi yang berdekatan.
Profil sikloida ini sangat baik jika ditinjau dari getaran yang rendah, tetapi
dari kekuatan terhadap proses lenturan dan pembuatan kurang menguntungkan
dibandingkan dengan profil involut, profil lingkaran atau busur lingkaran involta
dipergunakan pada roda gigi jam.
................................................................................................
Te =π.d I.3
Z
Sudut (θ) yaitu sudut kemiringan garis tekan disebut sudut toleransi yang
merupakan arah tekanan pada permukaan roda gigi.
20
Hubungan antara diameter lingkaran dasar (Dg) dan diameter jarak bagi (d) adalah
sebagai berikut :
Dg = d . cos α..........................................................................................I.4
Persamaan berikut memberikan hubungan antara jarak bagi normal (Te) dan jarak
bagi lingkaran (r) dimana :
diameter luar (dk) dan tinggi atau kedalaman pemotongan gigi (H) dapat ditulis :
Dk = (Z+2).m …………………………………………………………II.6
H = 2.m+ck …………………………………………………...……….II.7
21
2.4 Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk menumpu
poros yang berbeban, sehingga putaran atau gesekan bolak baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman dan tahan atau memisahkan antara bagian yang
berputar dengan bagian yang diam.
Bantalan tersebut dapat memikul beban radial, aksial dan kombinasi serta
harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh
system akan menurun atau tidak dapat bekerja secara baik. Jadi, bantalan dalam
permesinan dapat diartikan dengan pondasi pada sebuah gedung. Pada
perencanaan pada bantalan yang dapat berfungsi sebagai anti gesekan dihadapkan
dengan persoalan dalam merencanakan sekelompok elemen yang membentuk
sebuah bantalan rol ; elemen-elemen ini harus direncanakan untuk masuk kedalam
suatu ruang yang ukurannya sudah tertentu, ini direncanakan untuk menerima
suatu beban yang mempunyai karakter tertentu dan elemen ini harus direncanakan
untuk umur yang memuaskan bila dioperasikan pada suatu kondisi tertentu.
- Pembebanan lelah
- Panas
- Gesekan (friction)
- Ketahanan terhadap korosi
- Kinematik. Sifat-sifat bahan
- Teloransi pengerjaan mesin
- Pelumasan
- Pemasangan
- Pemakaian
- Biaya
22
2.4.1 Klasifikasi Bantalan (Bearing Classification)
Bantalan dapat di klasifikasikansebagai berikut :
23
Pada bantalan luncur tidak ada elemen lain antara bantalan dengan
bagian yang bergerak. Bantalan ini dipakai pada poros-poros yang berputar
dengan kecepatan tinggi dan contoh pemakaiannya adalah pada poros
engkol (crankshaft).
b. Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau
rol jarum dan rol bulat.
24
Kelemahan Bantalan gelinding :
- Kebisingan pada bantalan
- Bantalannya dipecah-pecah
- Kejutan yang kuat pada putaran bebas
25
2. Atas dasar arah beban terhadap poros.
a. Bantalan Radial
Apabila gaya reaksi atau arah beban jauh lebih banyak mengarah tegak
lurus pada garis sumbu poros.
b. Bantalan Aksial
Arah beban atau gaya reaksi jauh lebih banyak mengarah sepanjang garis
sumbu poros.
c. Bantalan Gelinding khusus.
Bantalan ini dapat menumpu baban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
sumbu poros.
a. Bantalan Radial
- Melintang
- Dukung.......................(untuk gaya radial)
b. Bantalan Aksial
- Memanjang
- Spur...........................(untuk gaya aksial)
26
c. Menurut Bahan
- Logam putih
- Perunggu
- Logam Sinter
- Logam ringan
- Besi tuang merah
- Bantalan press
d. Menurut Design
- Mata
- Tetap
- Penutup
- Cakram
- Kotak
- Ayun
e. Menurut Penggunaannya
- Mesin perkakas
- Transmisi
- Kotak roda
- Turbin & motor
f. Pelumasan
- Bantalan Gemuk
- Bantalan Udara
- Bantalan Air
- Bantalan Minyak
27
jalannya koefisien gesekbantalan luncur yang dilumasi dengan baik, terhadap
koefisien gesek dari bantalan guling.
b. Tahananawal kecil
c. Pemakaian energi rendah
d. Dalam proses-proses pabrik nilainnya tinggi dan dapat dipercaya
e. Penyusunan lebar yang kecil
f. Pemakaian bahan pelumas yang rendah
g. Umur yang diharapkan pada beban yang diizinkan dapat dihitung
h. Oleh normalisasi didapat ukuran-ukuran standar,dimana bantalan-bantalan
dapat ditukar tukar.
28
BAB III
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN RODA GIGI
ANALISA DATA
N1/1000(2πn/60)
Nd = 102
= 17008,8/1000(2.
3,14.7019/60)
102
= 122,568 kg.mm/s
Mp1 = 71620 Nd
n
122,568
= 71620 7019
= 1250,651 kg.mm
= 125,06 kg.cm
29
2. Perhitungan Diameter Poros
σ lim it
(σ) bol II = s
4000
= 8
= 500 kg/cm2
500
= 1,738
= 285,71 kg/cm2
Kecepatan putaran ( n1 )
n
n1 =
i1
i1 = z1
z2
40
= 30 = 1,333
7019
n1 = 1,333
= 5265,56 rpm
30
Diameter Poros I
3 5.β.Mp1
dp1 =√
σ boll
=√
3 5x1,5.x125,06
285,71
= 1,49 cm
= 14,9 mm
= 15,4 mm
i2 = z3
z4
38
= 36 = 1,05
5265,56
n2 = 1,05
= 5014,82 rpm
31
Untuk Puntir ( Mp2 )
Mp2 = 71620N2
n2
147,08
= 716205014,82
= 2100,55 kg.mm
= 210,05 kg.cm
Diameter Poros II
3 5.β.Mp2
dp2 =√
σ boll
= √ 285,71
3 5.1,5.210,05
= 1,766 cm
= 17,6 mm
Karena menggunakan spie, maka
dp2 = 17,6+ 0,5
= 18,1 mm
c. Poros III untuk roda gigi 3
Untuk roda gigi ( 3 )
N3 = fc . N2
= 1,2 x 147,08
= 176,496 kg.mm/s
Kecepatan Putaran ( n3 )
n2
n =
3
i3
i3 = z5
z6
64
= 38 = 1,68
5014,82
n3 = 1,68 = 2985,01 rpm
32
Momen Puntir ( Mp3 )
Mp3 = 71620N3
n3
176,496
= 716202985,01
= 4234,707 kg.mm
= 423,47 kg.cm
=√
3 5.1,5.423,47
285,71
= 2,23 cm
= 22,3 mm
Karena Menggunakan spie, maka :
dp3 = 22,3 + 0,5
= 22,8 mm
d. Poros IV untuk roda gigi 6
Untuk roda gigi ( 6 )
N4 = fc . N3
= 1,2 x 176,496
= 211,79 kg.mm/s
Kecepatan Putar ( n4 )
n3
n =
4
i4
i4 = z7
z8
30
= 60 = 0,5
2985,01
n4 = 0,5 = 5970,02 rpm
33
Momen Puntir ( Mp4 )
Mp4 = 71620N4
n4
211,79
= 716205970,02
= 2540,76 kg.mm
= 254,08 kg.cm
Diameter poros IV
3 5βMp4
dp4 =√
σ bol I
= √ 285,71
3 5.1,5.254,08
= 1,88 cm
= 18,8 mm
Karena menggunakan spie, maka :
dp4 = 18,8+ 0,5
= 19,3 mm
34
3.2 Perencanaan Spie
Untuk perencanaan spie diketahui table 1.8 dari buku sularso hal 108
- Lebar spie (b) = 6 mm
- Panjang spie (l) = 25 mm
- Tinggi spie (h) = 6 mm
- Tinggi bagian spie yang berada dalam poros = 3,5 mm
- Tinggi bagian spie yang berada dalam lajur roda gigi (t2) = 2,5 mm
- Bahan yang digunakan pada spies St =37–39, Dipilih St 37
- Dimana spie yang digunakan adalah spie persegi
-
35
2. Spie pada poros II
a. Kecepatan keliling (v2)
π. n2. dp2
v2 = ( )
J
3,14 . 5014,82. 0,0181
=( )
60
= 4,75 m/s
b. Gaya yang menekan spie (F)
2Mp2
F =( )
dp2
2 . 2209,01
=( )
24,6
= 179,59 Kg/mm2
c. Tegangan geser yang diizinkan (rg)
F
rg = ( )
l. b
179,59
=( )
28 . 12
= 0.53 Kg/mm2
36
c. Tegangan geser yang diizinkan (rg)
F
rg = ( )
l. b
76,57
=( )
28 . 12
= 0.23 Kg/mm2
37
3.3 Perencanaan Roda Gigi
- Cos β = 10 ÷ 20 = Cos 20
3
= 1,28 x √ 125,06 x 1,3 x 4 x 1,3
40 x 1,33 x 7,8 x 0,32 x 6000
= 0,13 cm
= 1,3 mm
38
- Addendum (h’)
h’ = 0,55 . t
= 0,55 x 4,09
= 2,25 mm
- Dedendum (h”)
h” = h’ . m
= 2,25 x 1,3
= 2,9 mm
- Diameter tusuk (dt)
dt = z1 . m
= 40 x 1,3
= 52 mm
- Diameter luar (dl)
dl = m (z1 + 2)
= 1,3 (40 + 2)
= 54,6 mm
- Diameter dalam (dd)
dd = m (z – 2,5)
= 1,3 (40 – 2,5)
= 48,75 mm
- Lebar permukaan gigi (b)
b =λ.m
= 7,8 x 1,3
= 10,14 mm
- Jari – jari bulatan (r)
r = 0,2 . m
= 0,2 x 1,3
= 0,26 mm
39
Tabel III.1 Roda Gigi Lurus Pada Gigi 1 dan Gigi 2
Roda m h’ h’’ dt dl dd b t r
Gigi (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 1,3 2,25 2,9 52 54,6 48,75 10,14 4,09 0,26
2 0,98 1,69 2,2 39,1 41,1 36,65 7,62 3,07 0,19
2 x 1250,651
= 52
= 48,1 kg
2 x 1250,651
= 52 x 0,939
= 51,23 kg
Ps Pn Pr
Roda Gigi
(Kg) (Kg) (Kg)
1 48,1 51,23 17,42
2 36,16 38,51 13,1
40
2. Roda Gigi Payung / Kerucut
- Modul (m)
3
m = 1,15 . cos 15º. Mp2.kd.kc.kw
√ z3.i2.h.yp.τ
= 0,146 cm
= 1,46 mm
- Diameter lingkaran jarak bagi (dl)
dl = m. z3
= 1,46 x 38
= 55,48 mm
- Koefisien perubahan kepala (x)
x = 0,46 [1 – Z3 2
( ) ]
Z4
= 0,46 [1 – 38 2
( ) ]
36
= 0,057
41
- Tinggi kepala pinyon (hk)
hk = (1 + x) m
= (1 + 0,057) . 1,46
= 1,54 mm
- Tinggi kaki pinyon (hf)
hf = (1 - x)(m + ck)
dimana :
ck = 0,18 . m
= 0,18 . 1,46
= 0,26
hf = (1 – 0,057) (1,46 + 0,26)
= 1,62 mm
R 2sin
1
α = tan-1( )
i2
1
= tan ( -1
)
1,06
= 43,33˚
54,6
R = (2sin43,33 )
= 39,8
= tan-1 1,54
( )
39,8
=2,21˚
= 2,33˚
42
- Sudut kerucut kepala (߲k)
߲k = α + θk
= 43,33˚ + 2,21˚
= 45,54˚
= 59,29 mm
- Diameter lingkaran kaki (x’)
x’ =
dl
- (hk . sin α)
()
2
55,48
=( 2
) - (1,54 . sin 43,33˚)
= 26,68 mm
- Lebar kaki (h)
h = 2 (m + ck)
= 2. (1,46 + 0,26)
= 3,44 mm
- Lebar permukaan gigi (b)
b =λ.m
= 8 . 1,46
= 11,68 mm
Tabel III.3 Roda Gigi Payung Pada Roda Gigi 3,4,5 dan Roda Gigi 6
Roda m α dl X hk hf θk θf ߲k dk x’ b h
gigi (mm) (º) (mm) (mm) (mm) (º) (º) (º) (mm) (mm) (mm) (mm)
3 1,46 43,33 55,48 0,057 1,54 1,62 2,21 2,33 45,54 59,29 26,68 11,68 3,44
4 1,38 40,87 52,26 0,053 1,45 1,53 2,21 2,33 45,54 55,93 25,17 11,02 3,24
5 2,46 74,77 93,32 0,094 2,59 2,73 2,21 2,33 45,54 99,87 44,95 19,68 5,78
6 1,46 44,51 55,56 0,05 1,54 1,62 2,21 2,33 45,54 59,45 26,75 11,71 3,44
43
a. Gaya yang bekerja pada roda gigi (3)
- Gaya keliling (Ps)in-
2 . Mp2
Ps = dl
2 x 2100,5
= 55,48
= 75,72 kg
- Gaya normal
2 . Mp2
Pn = dl cos β
2 x 2100,5
= 55,48 cos 20
= 80,58 kg
- Gaya radial (Pr)
Pr = Ps . tan 20º
= 75,72 tan 20º
= 27,55 kg
Tabel III.4 Gaya Pada Roda Gigi 3,4, 5dan Roda Gigi6
Ps Pn Pr
Roda Gigi
(kg) (kg) (kg)
3 75,72 80,58 27,55
4 71,43 76,01 25,99
5 127,55 135,73 46,41
6 75,92 80,79 27,62
44
3.4 Perencanaan Bantalan
33,3
Fn =( )1/3
n
33, 1/3
3 )
=(
7019
= 0,168 rpm
W 1200
P=( ) = 1,8 x 1,5 )
l.
(d
= 4,44 kg
45
Fh = Fn (C )
P
Fh = 0.167 ( 2030
)
44,44
= 0.167 ( 2030
)
308,64
= 76,35
8760
=( )
12
= 730 jam/hari
46
Jumlah minyak pelumas yang dibutuhkan
Qm = Cm . Wm
= 0,11 . 10
= 1,1 Kcal / oC
c. Kenaikan temperature yang di alami karena kerja gesekan (∆t)
Q
Δt = ( )
Qm
0,92
=( )
1,1
= 0,84 oC/min
47
d. Kerja gesekan (H)
π. d.n
H = μ. W. ( )
60.1000
3,14 x 18 x 7019
= 0,06 x 1200 x )
60 x 1000
(
f. Kenaikan temperature
∆T = ta - ti
= 50 - 20
= 30 oC
48
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam merencanakan sebuah roda gigi terlebih dahulu menentukan bahan
atau jenis material yang akan digunakan untuk material roda gigi dan proros serta
komponen lain yang mendukung, kemudian menentukan koefisien-koefisien
tertentu seperti jumlah roda gigi dan jumlah gigi serta bentuk, untuk
mempermudah perencanaan tersebut.
Pada pencapaian ini ada beberapa data yang menjadi acuan perencanaan sebagai
berikut:
- Daya (P) = 19 HP
- Putaran (n) = 7019 rpm
1. Poros
Dari hasil perhitungan, maka untuk diameter poros diperoleh antara lain:
Diameter poros I = 14,9 mm
Diameter poros II = 17,6 mm
Diameter poros III= 22,8 mm
Diameter poros IV= 19,3 mm
3. Roda gigi
Roda gigi merupakan suatu komponen untuk menghubungkan satu poros
dengan poros yang lainnya dengan jumlah putaran dan arah sumbu yang
49
berbeda. Roda gigi lurus merupakan roda gigi yang paling mendasar dengan
jalur yang sejajar dengan poros dan memiliki suatu sumbu yang lurus unutk
memindahkan gerak putar.
4. Bantalan
Bantalan yang digunakan adalah bantalan bola radial alur dalam baris tunggal
yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter poros yang terdapat didalam
table bantalan bola pada buku Elemen Mesin oleh Ir. Sularso, MSME. dan
Kiyokatsu Suga sehingga umur nominal bantalan dari hasil perhitungan dapat
memenuhi syarat standar perusahaan.
4.2 Saran
a. Dalam perencanaan suatu elemen mesin sebaiknya dilakukan seteliti
mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang mana hal ini akan
mempengaruhi faktor keamanan dan umur dari suatu bahan yang
direncanakan.
b. Hasil dari perhitungan seharusnya lebih kecil dari nilai ketetapan
perhitungan atau perencanaan.
c. Nilai tabel yang diambil dari perhitungan disesuaikan dengan hasil
perhitungan sebelumnya.
50
DAFTAR PUSTAKA
51