Anda di halaman 1dari 78

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunianya, atas terselesaikannya Tugas Elemen Mesin II ini
walaupun masih jauh dari taraf kesempurnaan.

Dalam Tugas Elemen Mesin II ini, penulis mencoba merencanakan suatu


kopling mobil, dengan daya dan putaran mesin yang tertentu. Dalam
merencanakan kopling ini penulis mengambil literatur dari berbagai buku-buku
mesin dan dokumen arsip tugas elemen mesin II..

Penulis hendak mengucapkan banyak terimah kasih kepada Bapak Ir. Ilyas
Renreng MT. selaku pembimbing tugas dalam perencanaan ini, yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan tugas ini. Serta kepada rekan-rekan
mahasiswa jurusan teknik mesin unhas angkatan 2011 atas segala saran dan
bantuannya.. Akhir kata penulis mengharapkan adanya sumbang saran yang dapat
beramanfaat bagi penulis untuk memperbaiki isi perencanaan ini.
1
Makassar, 25 Februari 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

NOMENKLATUR .......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................
1.2. Rumusan Masalah
6
1.3. Tujuan .....................................................................................
1.4. Batasan Masalah .....................................................................
BAB II TEORI DASAR
2.1. Pengertian Poros .....................................................................
2.2. Kopling Tak Tetap .............................................................12

3
2.3. Lendutan Balok
.13
2.4. Rumus-rumus Yang Digunakan Dalam Percobaan .............. 13
BAB III PERENCANAAN
3.1. Perencanaan Poros .................................................................
3.2. Perencanaan Seplain ..............................................................21
3.3. Perencanaan Plat Gesek (Kopling) ........................................23
3.4. Perhitungan Lendutan Yang Terjadi .......................................28
3.5. Perhitungan Putaran Kritis .....................................................30
BAB IV PERHITUNGAN SUHU, UMUR DAN EFISIENSI KOPLING
4.1. Perhitungan Suhu Kopling .....................................................31
4.2. Perhitungan Umur Kopling ....................................................33
4.3. Perhitungan Efisiensi Kopling ...............................................34
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................36

4
5.2. Saran ......................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................37

LAMPIRAN .38

NOMENKLATUR

Nama dan Lambang Satuan

Momen puntir yang terjadi (Mp) kg.mm

Momen puntir yang direncanakan (Mtd) kg.mm

Daya mesin maksimum (N) dk

Putaran Mesin (n) rpm

5
Faktor keamanan ( v,s,) -

Momen gesek (Mfr) kg.mm

Tegangan geser yang diizinkan (bol) kg/cm2

Tegangan tarik yang diizinkan (bol) kg/cm2

Diameter poros (dp) cm

Diameter spline (ds) cm

Tinggi spline (h) cm

Lebar spline (w) cm

Jari-jari rata-rata cm

Panjang (l) cm

Jumlah spline (z) -

6
Lebar permukaan gesek (b) cm

Luas penampang poros (A) cm2

Tekanan yang terjadi (P) kg/cm2

Gaya Tekan (F) kg.cm/s2

Jari-jari dalam (r1) cm

Jari-jari luar (r0) m

Berat kopling (G) kg

Defleksi yang terjadi (Y) cm

Putaran kritis (ncr) rpm

Diameter kritis cm

Energi yang hilang karena gesekan (Wg) watt

7
Putaran sudut () rad/s

Waktu (t) detik

Panas jenis spesifik (Cp) J/kg0C

Tebal plat gesek (a) cm

Umur kopling (Lt) jam/tahun

Kerja beban spesifik (k) watt jam/cm3

Daya yang hilang (Nfr) watt

Luas permukaan gesek (Am) cm2

Efesiensi kopling () %

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan berkembangnya segala bentuk industry yang mempergunakan dan


menghasilkan mesin di Indonesia, maka semakin banyak diperlukan tenaga
terampil yang mampu mengatasi berbagai masalah perbaikan dan
perencanaan mesin. Namun justru dalam keadaan yang demikian itu akhir-
akhir ini dirasakan adanya kelemahan dalam pengetahuan-pengetahuan dasar
mesin pada para teknisi yang berkecimpung dalam bidang permesinan.
Kelemahan ini diantaranya di akibatkan oleh kurangnya sarana pendidikan,
9
baik yang formal maupun non-formal, bagi para tenaga teknik di Indonesia.
Maka penulisan tugas elemen mesin ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam rangka memperkokoh pengetahuan dasar dalam elemen
mesin bagi para teknisi dan tenaga professional lainnya.
Sesuai dengan judulnya, penulisan ini bermaksud memberikan pedoman
dalam merencanakan dan memilih elemen mesin dalam perencanaan Kopling
plat tunggal tipe kering pada kendaraan roda empat. (Sularso, 1991).
Pemilihan perencanaan kopling pada tugas elemen mesin ini didasarkan
pada arahan dosen pengampuh tugas elemen mesin II, Ir. Ilyas Sirenreng, MT.
Dimana penulisan tugas ini menjadi salah satu persyaratan untuk
mendapatkan nilai mata kuliah Tugas Elemen Mesin II. Melihat bahwa
perencanaan sebuah kopling plat tunggal mencakup berbagai macam unsur
perencanaan elemen mesin, seperti poros dan plat, akan melatih kemampuan
mahasiswa dalam bidang perencanaan elemen mesin. Adapun penggunaan
kopling tipe plat tunggal cukup banyak, sehingga akan memudahkan
mahasiswa melihat penerapan langsung perencanaan yang telah dibuat pada
10
kondisi sebenarnya. Selain itu akan mengasah kemampuan mahasiswa dalam
mempertimbangkan berbagai faktor seperti tujuan, kondisi kerja, lingkungan,
dan sebagainya dalam melakukan perencanaan kopling yang dapat diterapkan
langsung pada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang didapatkan dalam pembuatan tugas elemen
mesin II ini adalah bagaimana merencanakan sebuah kopling yang sesuai
kebutuhan dengan berdasarkan daya dan putaran yang akan dipindahkan.

1.3 Tujuan
Penulisan tugas elemen mesin II ini bertujuan untuk :
a. Memenuhi persyaratan untuk mendapatkan nilai dari mata kuliah Tugas
Elemen Mesin II.
b. Menentukan tipe kopling yang sesuai kebutuhan daya dan putaran yang
akan dipindahkan
c. Merencanakan sebuah kopling dan menaksir umur dari komponen
kopling tersebut.

11
1.4 Batasan masalah
Adapun batasan masalah dari penulisan ini adalah :

1. Diameter poros
2. Diameter sepline
3. Diameter plat gesek
4. Diameter plat tengah
5. Efisiensi kopling
6. Lamamya pemakaian

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hamper
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
2.1.1 Macam Macam Poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban punter murni atau punter dan
lentur. Daya ditransmisiskan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk, atau sprocket rantai, dll.
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut

13
spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus diteliti.
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang,
dimana tidak mendapat beban punter, bahkan kadang-kadang tidak
boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban
lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus
umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin totak, dll.
Poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan
bagi perubahan arah, dan lain-lain.

2.1.2 Hal Hal Penting Dalam Perencanaan Poros


Untuk merencanakan sebuah poros, hal hal berikut ini perlu
diperhatikan
a. Kekuatan Poros
14
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban punter atau lentur
atau gabungan antara punter dan lentur seperti telah diutarakan
diatas. Juga ada poros mendapat beban Tarik atau tekan seperti
poros baling baling kapal atau turbin, dll.
b. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi
jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak-telitian (pada mesin perkakas) atau getaran
dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi)
Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
diperhatikan dan disesuikan dengan macam mesin yang akan
dilayani poros tersebut.
c. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini
disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
torak, motor listrik, dll. Dan dapat mengakibatkan kerusakan pada
15
poros dan bagian bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus
direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya.
d. Korosi
Bahan bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk
poros propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang
korosif. Demikian pula untuk poros poros yang terancam
kavitasi, dan poros poros mesin yang sering berhenti lama.
Sampai batas batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan
terhadap korosi.

e. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut
bahan S-C) yang dihasilkan dari yang di-kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor; kadar karbon
terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak
16
kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang
kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada
tegangan sisa didalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat
permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.
Harga-harga yang terdapat didalam table diperoleh dari batang
percobaan dengan diameter 25 mm; dalam hal ini harus diingat
bahwa untuk poros yang diameternya jauh lebih besar dari 25 mm,
harga harga tersebut akan lebih rendah dari pada yang ada
didalam table karena adanya pengaruh massa.

2.1.3 Poros Dengan Beban Puntir


Berikut ini akan dibahas rencana sebuah poros yang mendapat
pembebanan utama berupa torsi, seperti pada poros motor dengan
sebuah kopling.

17
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat
beban lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil
dari pada yang dibayangkan.
Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa
lenturan, tarikan, atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau
roda gigi dipasangkan pada poros motor, maka kemungkinan adanya
pembenanan tambahan tersebut perlu diperhitungkan dalam faktor
yang diambil.
Tata cara perencanaan diberikan dalam sebuah diagram aliran. Hal
hal yang perlu diperhatikan akan diuraikan seperti dibawah ini.
Pertama kali, ambil alih suatu kasus dimana daya P (kW) harus
ditransmisikan dan putaran poros n1 (rpm) diberikan. Dalam hal ini
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya P tersebut. Jika P adalah
daya rata rata yang diperlukan maka harus dibagi dengan efisiensi
mekanisn dari system transmisi untuk mendapatkan daya penggerak
mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat

18
start atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start.
Dengan demikian sering kali diperlukan koreksi pada daya rata rata
yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada
perencanaan.
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka
berbagai macam faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam
perencanaan sehingga koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktor
koreksi adalah fc maka daya renca Pd (kW) sebagai patokan adalah
Pd = fcP (kW)

Faktor faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc.

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata rata yang diperlukan 1,2 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 1,2
Daya normal 1,0 1,5

Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan
dengan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam kW
19
Jika momen puntir (disebut juga sebagai momen rencana) adalah
T(kg.mm) maka
T = 71620 Pd/n1 (Kg/mm2)
Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter
poros ds (mm), maka tegangan geser t (Kg/mm2) yang terjadi adalah

P
s
A

Tegangan geser yang diizinkan ta (Kg/mm2) untuk pemakaian umum


pada poros dapat diperoleh dengan berbagai cara. Didalam buku ini t a
dihitung atas dasar batas kelelahan punter yang besarnya diambil 40%
dari batas kelalahan Tarik yang besarnya kira kira 45% dari kekuatan
Tarik B, sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor
keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C

20
dengan pengaruh masa, dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan
sf1.
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur
pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan
cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan.
Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini dalam perhitungan perlu
diambil faktor yang dinyatakan sebagai sf2 dengan harga sebesar 1,3
sampai 3,0.
Dari hal hal diatas maka besarnya ta dapat dihitung dengan

bol bol
s
kemudian, keadaan momen punter itu sendiri juga harus ditinjau.
Faktor koreksi yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai disini. Faktor
ini dinyatakan dengan Kt, dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan
secara halus, 1,0 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan
1,5 3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar.

21
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya
terdiri atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada
kemungkinan pemakaian beban lentur dimasa mendatang. Jika
memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban lentur
maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang harganya
antara 1,2 sampai 2,3. (jika diperkirakan tidak akan terjadi
pembebanan lentur maka Cb diambil = 1,0)
Dari persamaan t diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros d3
(mm) sebagai berikut :
d3 = [ 5 . Mfr/bolII]1/3

2.2 Kopling Tak Tetap


Sebuah kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan
poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama
dalam keadaan diam berputar. Dan rem adalah alat untuk menghentikan
putaran suatu poros dengan perantaraan gesekan. Berbeda dengan kopling tak
tetap yang membuat kedua poros berputar dengan kecepatan sama , maka rem
22
berfungsi untuk menghentikan poros atau benda yang sedang berputar. Sama
sekali, dengan cara yang aman. Kadang kadang rem juga dipergunakan
untuk mengatur putaran suatu poros dengan mengurangi atau membatasi
putaran.
2.2.1 Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada
waktu dihubungkan, dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi
slip, maka kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas
momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dapat dibagi atas kopling plat
tunggal, dan kopling plat banyak, dan menurut cara pelayanannya
dapat dibagi atas cara manual, cara hidrolik, dan cara maknetik.
Kopling disebut kering bila plat plat gesek tersebut bekerja dalam
keadaan kering, dan disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan
minyak.

23
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat
atau lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak
dengan poros tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan
antara sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat
dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu
kopling ini sangat banyak dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat
banyak, yaitu berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai.
Juga dapat dibagi atas kopling basah dan kering, serta atas dasar cara
pelayanannya (manual hidrolik, numatik, dan elektromagnetis).
Macam mana yang akan dipilih tergantung pada tujuan, kondisi kerja,
lingkungan, dan sebagainya. (Sularso, 1991)
2.3 Lendutan Balok
Sebuah segmen balok yang mengalami deformasi dan berada pada
koordinat x dan y. sumbu x yang mengarah kekanan dianggap positif dan pada
sumbu y yang dianggap positif adalah yang mengarah kebawah. Titik O

24
adalah pusat lengkungan dari segmen balok yang melentur adalah jari jari
dari lengkungan kenyalnya, sedang d dan ds masing - -masing adalah sudut
antara dua irisan penampang dan panjang mula mula segmen balok EFGH.
Dari sumbu koordinat diketahui bahwa apabila lengkungan cekung ke atas
atau momen lentur positif, maka kemiringan berharga negative seiring dengan
yang mengalami penyusutan begitupun dengan arah negative. Sebaliknya,
ketika lengkungan cekung kebawah atau momen lentur negative,
kemirinmgan berharga positif seiring dengan pertambahan begitupun dengan
arah positif. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa selalu berlawanan
arah dengan M, atau dituliskan :
2
d y M
=
d x 2 EI
(Prof. Dr. Ir. H. Hammada Abbas, 2008)
2.4 Rumus-Rumus Yang Digunakan
1. Momen Puntir (Mp)
Mp = 71620 N/n (Kg/mm2)

25
Dimana : N = Daya maksimum mesin (Hp)

n = Putaran mesin (rpm)

2. Momen puntir yang direncanakan


Mtd = Mp x v

3. Momen Gesek (Mfr)


Mfr = B x Mt

4. Tegangan tarik yang diizinkan


td
bol
s

5. Tegangan geser yang diizinkan


bol
bol
s

26
6. Diameter Poros
Dp = [ 5 . Mfr/bolII]1/3

7. Diameter Spline
Ds = dp/0.8

8. Tinggi spline
H = 0.1 x ds

9. Lebar spline
W = 0.25 x ds

10. Jari-jari rata-rata


Dp Ds
rm
4

11. Tegangan geser yang terjadi pada poros

27
P
s
A

12. Tegangan geser yang terjadi pada spline


Mg
g
m.F .z

13. Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata


b = r 0 r1

rm = 0.5(r0 + r1)

14. Perbandingan jari-jari dalam dengan jari-jari luar


r1/r0 = ( 0.6 0.8 )

15. Momen Gesek


Mfr = f . P . Fm . rm

28
16. Jari-jari dalam plat gesek
r1g = 0.6 r0g

17. Diameter luar plat gesek


D0g = 2 . r0

18. Diameter dalam plat gesek


D1g = 2 . r1g

19. Berat plat gesek


Gl = 2 . (D0g2 D1g2) t . asbes / 4

20. Perhitungan berat plat tengah


G2 = . (D0t D1t) . t . plat

21. Perhitungan naf


G3 = .(D0n-D1n) . t . baja

22. Perhitungan berat rumah kopling


29
G4 = . ((D0g + 2 . A . K)2 D1n2) . t. plat

23. Perhitungan berat poros


G5 = . dp2 . t . plat

24. Defleksi akibat beban poros


5.q. 4

.348

25. Defleksi akibat berat kopling


3

.348

26. Putaran Kritis

30
1
tot
Ncr = 300

27. Akibat beban terpusat


ML1 = Pl/4

28. Akibat beban terbagi merata


Ml2 = gl2/8

29. Momen lentur yang terjadi


Mltot = Pl/4 + gl2/8

30. Diameter Kritis


Mrc = (ml)2 + A (mp)2

31. Diameter kritis yang terjadi pada poros

31
red
Dcr
0,1. bolii

32. Energi yang dihilangkan karena gesekan


Wg = Mtd . W . t/2

33. Kenaikan Suhu


Q = Wg = G . Cp . Dt

34. Umur Kopling


a.k .m

fr

35. Efesiensi Kopling


m fr

m

32
BAB III

PERHITUNGAN

Data perencanaan diambil dari spesifikasi:

1. Daya mesin (N) : 150 kW


2. Putaran mesin (n) : 4000 rpm
3. Torsi maksimum : 14,5/3500 Kg.m/rpm
4. Panjang poros yang direncanakan : 20 cm

3.1. Perencanaan Poros


1. Perhitungan momen puntir
Momen puntir yang terjadi (Mp)
N
71620
n
Mp =

33
150
71620
4000
=

= 2685.75 kg.cm

Momen puntir yang direncanakan (Mtd)


Mtd = Mp . v dimana v = faktor keamanan (1 6)

Dipilih v = 2 agar kopling yang direncakan


dapat dipergunakan untuk beban yang
cukup besar.

Mtd = 2685.75 x 2

= 5371.5 kg.cm

2. Perhitungan momen gesek


Mg = Mtd . dimana = faktor engagemen (1,2 1,5)

34
Dipilih = 1,2 untuk memperoleh gesekan
yang kecil sehingga poros yang
direncanakan tidak mudah aus

Mg = 5371.5. 1,2

Mg = 6445.8 kg.cm

3. Pemilihan material poros


Oleh karena poros merupakan bagian dari suatu mesin yang sangat
vital dan sering mengalami gaya gesek (menerima gesekan), maka
material poros yang digunakan haruslah benar-benar kuat. Untuk
menjaga agar dalam operasinya lebih aman maka dipilih baja khrom
nikel molibden (SNCM 25) sebagai material poros dalam perencanaan
ini.

35
36
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II dengan faktor
keamanan S = 5 8 maka tegangan-tegangan yang terjadi adalah sebagai
berikut : (dipilih S = 5)

4. Perhitungan tegangan tarik dan tegangan geser


Untuk baja SNCM-25, maka t = 120 kg/mm2

= 12000 kg/cm2

Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II (bd II) maka
tegangan-tegangan yang terjadi adalah:

Tegangan tarik yang diizinkan


t
s
bdII = dimana s = faktor keamanan terhadap batas patah

Dipilih s = 5

37
12000
5
=

= 2400 kg/cm2

Tegangan geser yang diizinkan:


bdII
1,73
bdII =

12000
1,73
=

= 1387.283 kg/cm2

5. Perhitungan diameter poros

38
5M g
bdII
Dp =

5 6445.8
1387.283
=

= 4.8199 cm = 48.199 mm

karena adanya pemakaian spie, maka diameter poros harus disesuaikan dengan
normalisasi N 161 (1930), sehingga diameter poros yang digunakan adalah:

Dp = 48 mm = 4.8 cm

Tabel Diameter Poros (Satuan mm)

4 10 *22,4 40 100 *224 400

24 (105) 240

39
11 25 42 110 250 420

260 440

4,5 *11,2 28 45 *112 280 450

12 30 120 300 460

*31,5 48 *315 480

5 *12,5 32 50 125 320 500

130 340 530

35 55

*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560

(15) 150 360

6 16 38 60 160 380 600

40
(17) 170

*6,3 18 63 180 630

19 190

20 200

22 65 220

7 70

*7,1 71

75

8 80

85

9 90

41
95

Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bilangan yang bersangkutan dipillih dari


bilangan standar.

2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana


akan dipasang bantalan gelinding.

6. Pemeriksaan tegangan geser pada poros


Mp
r
1
2 Dp 1
2
s = r = = . 4.8 = 2.4 cm

2685.75
2.4
=

= 1119.063 kg

42
Material poros cukup aman karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan geser yang diizinkan, yaitu:

s < bdII

1119.063 kg/cm2 < 1387.283 kg/cm2

3.2. Perencanaan Seplain


Seplain merupakan pasak yang dibuat menyatu dengan poros sesuai dengan
lubang alur pasaknya pada naf. Seplain dari poros berfungsi untuk mentransmisikan
daya plat ke poros utama, sehingga momen puntir dari cakram dapat dipindahkan
melalui alur-alur seplain yang mengakibatkan poros tersebut berputar bersama-sama
dengan cakra.

1. Pemilihan bahan seplain

43
Dari perencanaan ini material poros yang digunakan adalah baja St 60 maka
bahan seplain yang digunakan juga adalah baja St 60 dengan faktor keamanan s
= 6, maka tegangan tarik yang diizinkan (bdII) = 1000 kg/cm2 sedangkan
tegangan geser yang diizinkan (bdII) = 578.0347 kg/cm2

2. Pemilihan jumlah seplain


Dengan menentukan jumlah seplain, maka dapat ditentukan dimensi seplain
yang lain. Dalam perencanaan ini digunakan 8 buah seplain.

3. Perhitungan jari-jari rata-rata seplain


Dp 4.8
1
4 0,81 0,81
Rm = (D + Dp) dimana D (diameter luar)= = = 5.9259
cm

1
4
= (5.9259 + 4.8)

= 2.6814 cm

44
4. Perhitungan tinggi seplain
h = 0,095 . D

= 0,095 . 5.9259

= 0.5629 cm

5. Perhitungan lebar seplain


w = b = 0,150 D

= 0,150 . 5.9259

= 0.8889 cm

6. Perhitungan diameter rata-rata seplain


Dm = 2 Rm

= 2 . 2.6814

= 5.3629 cm

45
7. Pemeriksaan kekuatan seplain
Tegangan geser yang terjadi pada seplain

Mg
Rm . F. z .
g = dimana F = 0,8 . (Dm/z) . l

l = panjang seplain = 6 (direncanakan)

z = jumlah seplain = 8 buah

F = 0,8 . (5.3629/8) . 6

= 3.2177

= 0,75

46
6445.8
2.6814 3.2177 8 . 0,75
g =

= 124.5073 kg/cm2

karena g < bdII 124.5073 kg/cm2 < 578.0347 kg/cm2

maka seplain dalam keadaan aman

3.3. Perencanaan Plat Gesek (Kopling)


Dari tabel friction material digunakan

Material plat gesek : asbes


Keadaan plat gesek : kering
Koefisien gesek (f) : 0,2
Tekanan permukaan (P) : 5 kg/cm2
Temperatur maksimum : 50 2500 C

47
1. Perhitungan ukuran plat gesek
a. Perbandingan lebar permukaan gesek (b) terhadap jari-jari rata-rata (r m):
b rout rin

rm 2 (rout rin )
1

= (0,2 0,5)

dalam hal ini dipilih 0,5 sebab semakin besar permukaan gegas maka gaya
geseknya juga semakin besar sehingga kopling dapat berfungsi dengan baik
dimana plat gesek berfungsi sebagai rem.

b = 0,5 rm

b. Perbandingan jari-jari dalam (rin) dan jari-jari luar (rout):


rin
rout
= (0,6 0,8)

48
dalam hal ini dipilih 0,6 sebab semakin kecil perbandingan jari-jari dalam
dan jari-jari luar maka geseknya juga semakin kecil sehingga kopling dapat
berfungsi dengan baik.

c. Momen gesek (Mg)


Mp = f . P . Fm . rm dimana Fm = 2 . rm . b . z

Z = jumlah plat gesek

= 2 (direncanakan)

= 2 . rm . 0,5rm . 2

= 2 . rm2

Mg = f . P . 2 . rm3

Mg
3
f . P . 2
rm =

49
6445.8
3
0,2 . 5 . 2 . 3,14
=

= 25.9545 cm

sehingga lebar permukaan gesek (b):

b = 0,5 rm

= 0,5 . 25.9545

= 12.9772 cm

rin
rout
karena rm = ( rout + rin ) dimana = 0,6 maka:

rm = ( rout + 0,6 rout )

25.9545 = (1,6) rout

50
rout = 16.2215 cm

rin = 0,6 rout

= 0,6 . 16.2215

= 9.7329 cm

d. Diameter pelat gesek


Dout = 2 . rout

= 2 . 16.2215

= 32.4431 cm

Din = 2 . rin

= 2 . 2.8838

= 19.4658 cm

2. Perhitungan plat tengah gesek

51
Plat ini disatukan dengan naf dan juga berfungsi untuk memegang plat
gesek. Dimensi-dimensi plat gesek tengah yang direncanakan adalah sbb:

a. Diameter luar pelat tengah sama dengan diameter luar plat gesek
Dot = Dout = 32.4431 cm

b. Bahan plat tengah yaitu St 60


t = 6000 kg/cm2

c. Tebal plat tengah yang direncanakan


t = 0,4 cm

d. Diameter dalam plat tengah yang direncanakan 8 cm


Dit = 8 cm

3. Perhitungan naf
Naf berfungsi untuk mentransmisikan daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain.

Dimensi-dimensi yang direncanakan:


52
a. Diameter luar naf
Don = 8 cm

b. Diameter dalam naf sama dengan diameter poros


Din = 4.8 cm

c. Panjang naf yang direncanakan sama dengan panjang seplain yaitu 6 cm.
d. Bahan naf direncanakan adalah baja St 60
e. Tebal naf yaitu 0,6 cm
4. Perhitungan berat komponen plat gesek/kopling
a. Berat plat gesek (terdiri dari 2 plat)

4
D out
2 2

D in t .
G1 = 2

Dimana Dout = diameter luar plat gesek = 32.4431 cm

Din = diameter dalam plat gesek = 19.4658 cm

t = tebal plat gesek = 0,5 cm (direncanakan)

53
= massa jenis asbes = 2,1 2,8 gr/cm3

= 2,6 gr/cm3 (direncanakan)

3,14
2
32.4431 2

19.4658 2 0,5 . 2,6
G1 =

= 1374. 893 gr.

b. Berat plat tengah



4
Do t
2 2

Di t t .
G2 =

Dimana Dot = diameter luar plat tengah = 32.4431 cm

Dit = diameter dalam plat tengah = 8 cm

t = tebal plat tengah = 0,4 cm

= massa jenis besi tempa = 7,6 7,89 gr/cm3

54
= 7,8 gr/cm3

3,14
4
32.4431 2

8 2 0,4 . 7,8
G2 =

= 2421.175 gr

c. Berat naf

4
Do n
2 2

Di n t .
G3 =

Dimana Don= diameter luar naf = 8 cm

Din = diameter dalam naf = 4.8 cm

t = tebal naf = 0,6 cm

= massa jenis besi tempa = 7,6 7,89 gr/cm3

= 7,8 gr/cm3

55
3,14
4
8 2

4.8 2 0,6 . 7,8
G3 =

= 150.4788 gr

d. Berat poros dan seplain


D 2 .L.
4 p
G4 =

Dimana Dp= diameter poros = 4.8 cm

L = panjang poros = 20 cm (direncanakan)

= massa jenis besi tempa = 7,6 7,89 gr/cm3

= 7,8 gr/cm3

3,14 . 4.8 2 . 20 . 7,8


4
G4 =

56
= 2821.478 gr

e. Berat total komponen kopling


Gtot = G1 +G2 + G3 + G4

= 1374.893+2421.175+150.4788+2821.478

= 6768.025 gr.

3.4. Perhitungan Lendutan yang Terjadi


Dalam perhitungan lendutan yang terjadi pada poros ada dua yaitu:

a. Lendutan yang terjadi akibat bobot poros itu sendiri (G 4)

G3
L/2 L/2

RA RB
WP

57
f1 = 5 WL4
384 EI
dimana: W = Berat Poros (2.821 kg)
L = 20 cm (Direncanakan)
E = Modulus Elastisitas 2,15 . 106 kg/cm
I = Momen Inersia Polar
= . Dp4 = 3,14 . (4.8)4 = 26.044 cm4
64 64
Maka :
f1 = 5 . 2.821 . (20)4
384.(2,15 .106). 26.044
MA = 1.05 . 10-4cm
b. Lendutan yang terjadi akibat berat plat gesek, plat tengah dan naf (G 1 + G2 + G3)

58
Bila kopling dalam keadaan tidak beroperasi, maka keadaannya adalah
terjepit dan beban G1 + G2, merupakan beban terpusat sehingga lendutan
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
f2 = P . (L)3
3EI
Dimana : P = Berat plat gesek dan plat tengah (G1 + G2 +G3)
= 3.9465 kg.
f2 = 3.9465 . (20)3 .
3 (2,15 .106) . 26.0444
= 1.88 . 10-4 cm
Sedangkan momen yang terjadi (MA) adalah :

L
P

MA
59
MA = P .(L / 2) = 3.9465 . (10) = 197.3273
2 2
Reaksi yang terjadi pada tumpuan A dan B sebagai berikut :
MA = 0 RB . L P (L/2) W (L/2) = 0
RB.(20) 3.9465.(10) 2.8214.(10) = 0
RB.(20) 39.465 28.214 = 0
RB = 67.6802
20
= 3.3840 kg
MB = 0 RA . L P (L/2) W (L/2) = 0
RA.(20) 3.9465.(10) 2.8214.(10) = 0
RA.(20) 39.465 28.214 = 0
RA = 67.6802

60
20
= 3.3840 kg
Lendutan total yang terjadi adalah :
f total = f 1 + f2
= 1.05 . 10-4 + 1.88 . 10-4
= 2.93 . 10-4 cm

3.5. Perhitungan Putaran Krisis


Putaran krisis dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

1
1
2


f tot
ncr = 300
1
1
2

4
2.93 . 10
= 300 .

61
= 17528.58 rpm
Putaran poros aman apabila :
ncr > nnormal
17528.58 rpm > 5000 rpm Putaran poros aman

62
BAB IV
PERHITUNGAN SUHU, UMUR DAN
EFISIENSI KOPLING

1. Perhitungan suhu kopling


Suhu kopling yang terjadi pada saat beroperasi sangat menentukan baik
dan buruknya kopling tersebut. Timbulnya temperatur dari kopling
dikarenakan adanya gesekan yang juga menimbulkan Power Losess (daya
yang hilang). Daya yang hilang ini timbul menjadi panas dan mengakibatkan
temperatur kopling naik.
Perhitungan :
Q Fm . k (t1 t2)
Dimana :
t = (t1 t2), kenaikan temperatur
63
Q = Luas bidang bergesekan.
k = Faktor pemindahan panas yang tergantung dari kecepatan linier
kopling (Cal/m.C). Diambil dari 15 75, bergantung pada
kecepatan aliran udara, direncanakan 75 .
75
. 3600 . N fr
427
Q = r

Q = 632 Nfr (Kcal/hr)


Nfr = Daya yang hilang
E fr . Z
75 . 3600
Nfr =
dimana Efr = Daya yang hilang t = 2 detik
Mp . . t 2n 2 . 3,14 . 4000

2 60 60
Efr = =

64
2685.75 . 418.667 . 2
2
Efr = = 418.667 (rad/det)
= 1124434 (kg.cm.rad/det)
= 11244.34 (kg.m.rad/det)
Z = Kerja kopling/jam
= 20-60 rad/jam (30 dipilih)
E fr . Z
75 . 3600
Nfr =
11244.34 .30
75 . 3600
=
= 1.2493 dk

Sehingga ;

65
632 . N fr
. A fr
tC =
dimana = k = 75
Afr = Fm
= 2 . . rm .b . z
= 2 .3,14 . 25.9545 . 5,7676 .2
= 4230.439 cm
= 0,423 m
632 .1.2493
75 . 0,423
tC =
= 24.8863 C
Maka :
t b C = t + t t bC = Temperatur kopling dalam operasi
= 24.8863 + 31 t = Temperatur yang terjadi

66
= 55.8893 C t = Temperatur kamar
Karena temperatur kopling berada dalam interval temperatur yang
diizinkan yaitu ; t b C 150 250 C .(33)
Berarti tidak memenuhi

2. Perhitungan Umur Kopling


Penentuan umur kopling ini berguna untuk mengetahui sampai dimana
ketahanan dari kopling yang direncanakan. Penentuan umur kopling berguna
agar kita bisa mengganti kembali kopling tersebut setelah mencapai umurnya.
Umur dari kopling tergantung dari pemakaian kopling itu sendiri. Apakah
kontinyu atau terputus putus, dapat dihitung dengan rumus sbb :
Ld = Afr. Ek. a jam
Nfr

67
Dimana :
Ld = Umur kopling (jam)
Afr = 4230.439 cm
a = Tebal asbes (plat gesek)
= 5 mm (0,5 cm).
Ek = Kerja yang dihasilkan oleh plat gesek (5 - 8) dalam jam/cm3.
= 6 (direncanakan).
Ld = (4230.439) (6) (0,5)
1,083
= 10158.17 jam
Banyaknya penyambung tiap jam (20 60), direncanakan 50x,
diperhitungkan lama kopling menyambung dan melepas masing-masing 2
detik. Jadi berjumlah 4 detik. Waktu yang diperhitungkan untuk menyambung
setiap jam adalah :
50 x 4 = 200 detik.

68
Jika diperkirakan seharian dipakai sampai 4 jam, maka pemakaian untuk
setiap harinya adalah :
4 x 200 = 800 det/hari. (Th)
Jadi umur kopling :
Lk = Ld (3600)
Th
= (10158.17) (3600)
800
= 45711.74 hari
= 45712 hari
Jika dalam satu tahun 365 hari, maka umur kopling adalah :
L = 45712
365
= 125.2377 tahun

69
3. Perhitungan Efisiensi Kopling
Tujuan mencari efisiensi kopling adalah untuk mengetahui batas
kemampuan kopling tersebut bekerja secara efektif untuk memindahkan daya
maksimun kebagian transmisi lainnya, dimana dipengaruhi oleh gaya gesek
yang hilang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
kopling = Nm Ng x 100%
Nm
dimana :
Nm = daya rata-rata kopling perjam.
Nm = Nmax . Z + N (3600 Z . t)
3600
Nmax = Mp . n = 2685.75. 4000
71620 71620
= 150 dk
Z = Banyaknya penyanbungan tiap jam

70
= 50 (yang direncanakan)
N = Daya yang dimiliki oleh mesin
= 150 dk
t = Waktu penyambungan
= 2 detik
Nfr = Daya yang hilang
= 1,2493 dk
Nm = Nmax. Z + N (3600 Z . t)
3600
= 150 . 50 +150 (3600 50 . 2)
3600
= 147.9167 dk

Sehingga efisiensi kopling diperoleh sbb:


kopling = Nm Nfr . 100%

71
Nm
= 147.9167 1,2493 . 100%
147.9167
= 99,1553 %
kopling = 99,16 %

72
BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam perencanaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1.Suatu perncanaan dapat dikatakan aman apabila harga yang didapat lebih kecil
daripada harga yang diizinkan.
2.Dalam perencanaan ini ukuran-ukuran poros sagat penting karena turut
mempengaruhi perhitungan kopling yang direncanakan.
3.Dalam desain poros dan kopling, bahan poros harus lebih kuat daripada bahan
untuk kopling.

1.2 Saran

73
1.Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang digunakan untuk
desain poros dan komponen-komponen kopling.
2.Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang didapat dari hasil
perhitungan harus lebih kecil daripada harga yang diizinkan.

74
DAFTAR PUSTAKA

Dobrovolsky, Machine Element

Perry, Robert, H, Engineering Manual, Mc. Graw Hill Book Company

Prof. Dr. Ir. H. Hammada Abbas, M. d. (2008). Teori dan Aplikasi Mekanika Kekuatan
Material. Makassar: Penerbit Universitas Hasanuddin.
Rune, Ir, Zaenab A, Materi Kuliah Elemen Mesin

Ressang, Prof.Dr.Ir.H. Arifuddin, Materi kuliah Mekanika Kekuatan Material I

Stolk, Ir, Elemen Mesin; Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin, 1993, Jakarta,
Erlangga

Sularso, K. S. (1991). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta:


Pradnya Paramita.

75
76
LAMPIRAN

Gambar : Kopling Plat Gesek

77
Gambar : Sistematika Kerja Kopling Plat

78

Anda mungkin juga menyukai