Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunianya, atas terselesaikannya Tugas Elemen Mesin II ini
walaupun masih jauh dari taraf kesempurnaan.
Penulis hendak mengucapkan banyak terimah kasih kepada Bapak Ir. Ilyas
Renreng MT. selaku pembimbing tugas dalam perencanaan ini, yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan tugas ini. Serta kepada rekan-rekan
mahasiswa jurusan teknik mesin unhas angkatan 2011 atas segala saran dan
bantuannya.. Akhir kata penulis mengharapkan adanya sumbang saran yang dapat
beramanfaat bagi penulis untuk memperbaiki isi perencanaan ini.
1
Makassar, 25 Februari 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI
NOMENKLATUR .......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................
1.2. Rumusan Masalah
6
1.3. Tujuan .....................................................................................
1.4. Batasan Masalah .....................................................................
BAB II TEORI DASAR
2.1. Pengertian Poros .....................................................................
2.2. Kopling Tak Tetap .............................................................12
3
2.3. Lendutan Balok
.13
2.4. Rumus-rumus Yang Digunakan Dalam Percobaan .............. 13
BAB III PERENCANAAN
3.1. Perencanaan Poros .................................................................
3.2. Perencanaan Seplain ..............................................................21
3.3. Perencanaan Plat Gesek (Kopling) ........................................23
3.4. Perhitungan Lendutan Yang Terjadi .......................................28
3.5. Perhitungan Putaran Kritis .....................................................30
BAB IV PERHITUNGAN SUHU, UMUR DAN EFISIENSI KOPLING
4.1. Perhitungan Suhu Kopling .....................................................31
4.2. Perhitungan Umur Kopling ....................................................33
4.3. Perhitungan Efisiensi Kopling ...............................................34
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................36
4
5.2. Saran ......................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................37
LAMPIRAN .38
NOMENKLATUR
5
Faktor keamanan ( v,s,) -
Jari-jari rata-rata cm
Panjang (l) cm
6
Lebar permukaan gesek (b) cm
Diameter kritis cm
7
Putaran sudut () rad/s
Efesiensi kopling () %
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Penulisan tugas elemen mesin II ini bertujuan untuk :
a. Memenuhi persyaratan untuk mendapatkan nilai dari mata kuliah Tugas
Elemen Mesin II.
b. Menentukan tipe kopling yang sesuai kebutuhan daya dan putaran yang
akan dipindahkan
c. Merencanakan sebuah kopling dan menaksir umur dari komponen
kopling tersebut.
11
1.4 Batasan masalah
Adapun batasan masalah dari penulisan ini adalah :
1. Diameter poros
2. Diameter sepline
3. Diameter plat gesek
4. Diameter plat tengah
5. Efisiensi kopling
6. Lamamya pemakaian
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hamper
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
2.1.1 Macam Macam Poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban punter murni atau punter dan
lentur. Daya ditransmisiskan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk, atau sprocket rantai, dll.
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut
13
spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus diteliti.
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang,
dimana tidak mendapat beban punter, bahkan kadang-kadang tidak
boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban
lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus
umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin totak, dll.
Poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan
bagi perubahan arah, dan lain-lain.
e. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut
bahan S-C) yang dihasilkan dari yang di-kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor; kadar karbon
terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak
16
kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang
kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada
tegangan sisa didalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat
permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.
Harga-harga yang terdapat didalam table diperoleh dari batang
percobaan dengan diameter 25 mm; dalam hal ini harus diingat
bahwa untuk poros yang diameternya jauh lebih besar dari 25 mm,
harga harga tersebut akan lebih rendah dari pada yang ada
didalam table karena adanya pengaruh massa.
17
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat
beban lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil
dari pada yang dibayangkan.
Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa
lenturan, tarikan, atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau
roda gigi dipasangkan pada poros motor, maka kemungkinan adanya
pembenanan tambahan tersebut perlu diperhitungkan dalam faktor
yang diambil.
Tata cara perencanaan diberikan dalam sebuah diagram aliran. Hal
hal yang perlu diperhatikan akan diuraikan seperti dibawah ini.
Pertama kali, ambil alih suatu kasus dimana daya P (kW) harus
ditransmisikan dan putaran poros n1 (rpm) diberikan. Dalam hal ini
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya P tersebut. Jika P adalah
daya rata rata yang diperlukan maka harus dibagi dengan efisiensi
mekanisn dari system transmisi untuk mendapatkan daya penggerak
mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat
18
start atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start.
Dengan demikian sering kali diperlukan koreksi pada daya rata rata
yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada
perencanaan.
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka
berbagai macam faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam
perencanaan sehingga koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktor
koreksi adalah fc maka daya renca Pd (kW) sebagai patokan adalah
Pd = fcP (kW)
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan
dengan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam kW
19
Jika momen puntir (disebut juga sebagai momen rencana) adalah
T(kg.mm) maka
T = 71620 Pd/n1 (Kg/mm2)
Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter
poros ds (mm), maka tegangan geser t (Kg/mm2) yang terjadi adalah
P
s
A
20
dengan pengaruh masa, dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan
sf1.
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur
pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan
cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan.
Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini dalam perhitungan perlu
diambil faktor yang dinyatakan sebagai sf2 dengan harga sebesar 1,3
sampai 3,0.
Dari hal hal diatas maka besarnya ta dapat dihitung dengan
bol bol
s
kemudian, keadaan momen punter itu sendiri juga harus ditinjau.
Faktor koreksi yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai disini. Faktor
ini dinyatakan dengan Kt, dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan
secara halus, 1,0 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan
1,5 3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar.
21
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya
terdiri atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada
kemungkinan pemakaian beban lentur dimasa mendatang. Jika
memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban lentur
maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang harganya
antara 1,2 sampai 2,3. (jika diperkirakan tidak akan terjadi
pembebanan lentur maka Cb diambil = 1,0)
Dari persamaan t diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros d3
(mm) sebagai berikut :
d3 = [ 5 . Mfr/bolII]1/3
23
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat
atau lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak
dengan poros tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan
antara sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat
dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu
kopling ini sangat banyak dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat
banyak, yaitu berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai.
Juga dapat dibagi atas kopling basah dan kering, serta atas dasar cara
pelayanannya (manual hidrolik, numatik, dan elektromagnetis).
Macam mana yang akan dipilih tergantung pada tujuan, kondisi kerja,
lingkungan, dan sebagainya. (Sularso, 1991)
2.3 Lendutan Balok
Sebuah segmen balok yang mengalami deformasi dan berada pada
koordinat x dan y. sumbu x yang mengarah kekanan dianggap positif dan pada
sumbu y yang dianggap positif adalah yang mengarah kebawah. Titik O
24
adalah pusat lengkungan dari segmen balok yang melentur adalah jari jari
dari lengkungan kenyalnya, sedang d dan ds masing - -masing adalah sudut
antara dua irisan penampang dan panjang mula mula segmen balok EFGH.
Dari sumbu koordinat diketahui bahwa apabila lengkungan cekung ke atas
atau momen lentur positif, maka kemiringan berharga negative seiring dengan
yang mengalami penyusutan begitupun dengan arah negative. Sebaliknya,
ketika lengkungan cekung kebawah atau momen lentur negative,
kemirinmgan berharga positif seiring dengan pertambahan begitupun dengan
arah positif. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa selalu berlawanan
arah dengan M, atau dituliskan :
2
d y M
=
d x 2 EI
(Prof. Dr. Ir. H. Hammada Abbas, 2008)
2.4 Rumus-Rumus Yang Digunakan
1. Momen Puntir (Mp)
Mp = 71620 N/n (Kg/mm2)
25
Dimana : N = Daya maksimum mesin (Hp)
26
6. Diameter Poros
Dp = [ 5 . Mfr/bolII]1/3
7. Diameter Spline
Ds = dp/0.8
8. Tinggi spline
H = 0.1 x ds
9. Lebar spline
W = 0.25 x ds
27
P
s
A
rm = 0.5(r0 + r1)
28
16. Jari-jari dalam plat gesek
r1g = 0.6 r0g
30
1
tot
Ncr = 300
31
red
Dcr
0,1. bolii
32
BAB III
PERHITUNGAN
33
150
71620
4000
=
= 2685.75 kg.cm
Mtd = 2685.75 x 2
= 5371.5 kg.cm
34
Dipilih = 1,2 untuk memperoleh gesekan
yang kecil sehingga poros yang
direncanakan tidak mudah aus
Mg = 5371.5. 1,2
Mg = 6445.8 kg.cm
35
36
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II dengan faktor
keamanan S = 5 8 maka tegangan-tegangan yang terjadi adalah sebagai
berikut : (dipilih S = 5)
= 12000 kg/cm2
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II (bd II) maka
tegangan-tegangan yang terjadi adalah:
Dipilih s = 5
37
12000
5
=
= 2400 kg/cm2
12000
1,73
=
= 1387.283 kg/cm2
38
5M g
bdII
Dp =
5 6445.8
1387.283
=
= 4.8199 cm = 48.199 mm
karena adanya pemakaian spie, maka diameter poros harus disesuaikan dengan
normalisasi N 161 (1930), sehingga diameter poros yang digunakan adalah:
Dp = 48 mm = 4.8 cm
24 (105) 240
39
11 25 42 110 250 420
260 440
35 55
40
(17) 170
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
41
95
2685.75
2.4
=
= 1119.063 kg
42
Material poros cukup aman karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan geser yang diizinkan, yaitu:
s < bdII
43
Dari perencanaan ini material poros yang digunakan adalah baja St 60 maka
bahan seplain yang digunakan juga adalah baja St 60 dengan faktor keamanan s
= 6, maka tegangan tarik yang diizinkan (bdII) = 1000 kg/cm2 sedangkan
tegangan geser yang diizinkan (bdII) = 578.0347 kg/cm2
1
4
= (5.9259 + 4.8)
= 2.6814 cm
44
4. Perhitungan tinggi seplain
h = 0,095 . D
= 0,095 . 5.9259
= 0.5629 cm
= 0,150 . 5.9259
= 0.8889 cm
= 2 . 2.6814
= 5.3629 cm
45
7. Pemeriksaan kekuatan seplain
Tegangan geser yang terjadi pada seplain
Mg
Rm . F. z .
g = dimana F = 0,8 . (Dm/z) . l
F = 0,8 . (5.3629/8) . 6
= 3.2177
= 0,75
46
6445.8
2.6814 3.2177 8 . 0,75
g =
= 124.5073 kg/cm2
47
1. Perhitungan ukuran plat gesek
a. Perbandingan lebar permukaan gesek (b) terhadap jari-jari rata-rata (r m):
b rout rin
rm 2 (rout rin )
1
= (0,2 0,5)
dalam hal ini dipilih 0,5 sebab semakin besar permukaan gegas maka gaya
geseknya juga semakin besar sehingga kopling dapat berfungsi dengan baik
dimana plat gesek berfungsi sebagai rem.
b = 0,5 rm
48
dalam hal ini dipilih 0,6 sebab semakin kecil perbandingan jari-jari dalam
dan jari-jari luar maka geseknya juga semakin kecil sehingga kopling dapat
berfungsi dengan baik.
= 2 (direncanakan)
= 2 . rm . 0,5rm . 2
= 2 . rm2
Mg = f . P . 2 . rm3
Mg
3
f . P . 2
rm =
49
6445.8
3
0,2 . 5 . 2 . 3,14
=
= 25.9545 cm
b = 0,5 rm
= 0,5 . 25.9545
= 12.9772 cm
rin
rout
karena rm = ( rout + rin ) dimana = 0,6 maka:
50
rout = 16.2215 cm
= 0,6 . 16.2215
= 9.7329 cm
= 2 . 16.2215
= 32.4431 cm
Din = 2 . rin
= 2 . 2.8838
= 19.4658 cm
51
Plat ini disatukan dengan naf dan juga berfungsi untuk memegang plat
gesek. Dimensi-dimensi plat gesek tengah yang direncanakan adalah sbb:
a. Diameter luar pelat tengah sama dengan diameter luar plat gesek
Dot = Dout = 32.4431 cm
3. Perhitungan naf
Naf berfungsi untuk mentransmisikan daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain.
c. Panjang naf yang direncanakan sama dengan panjang seplain yaitu 6 cm.
d. Bahan naf direncanakan adalah baja St 60
e. Tebal naf yaitu 0,6 cm
4. Perhitungan berat komponen plat gesek/kopling
a. Berat plat gesek (terdiri dari 2 plat)
4
D out
2 2
D in t .
G1 = 2
53
= massa jenis asbes = 2,1 2,8 gr/cm3
3,14
2
32.4431 2
19.4658 2 0,5 . 2,6
G1 =
54
= 7,8 gr/cm3
3,14
4
32.4431 2
8 2 0,4 . 7,8
G2 =
= 2421.175 gr
c. Berat naf
4
Do n
2 2
Di n t .
G3 =
= 7,8 gr/cm3
55
3,14
4
8 2
4.8 2 0,6 . 7,8
G3 =
= 150.4788 gr
= 7,8 gr/cm3
56
= 2821.478 gr
= 1374.893+2421.175+150.4788+2821.478
= 6768.025 gr.
G3
L/2 L/2
RA RB
WP
57
f1 = 5 WL4
384 EI
dimana: W = Berat Poros (2.821 kg)
L = 20 cm (Direncanakan)
E = Modulus Elastisitas 2,15 . 106 kg/cm
I = Momen Inersia Polar
= . Dp4 = 3,14 . (4.8)4 = 26.044 cm4
64 64
Maka :
f1 = 5 . 2.821 . (20)4
384.(2,15 .106). 26.044
MA = 1.05 . 10-4cm
b. Lendutan yang terjadi akibat berat plat gesek, plat tengah dan naf (G 1 + G2 + G3)
58
Bila kopling dalam keadaan tidak beroperasi, maka keadaannya adalah
terjepit dan beban G1 + G2, merupakan beban terpusat sehingga lendutan
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
f2 = P . (L)3
3EI
Dimana : P = Berat plat gesek dan plat tengah (G1 + G2 +G3)
= 3.9465 kg.
f2 = 3.9465 . (20)3 .
3 (2,15 .106) . 26.0444
= 1.88 . 10-4 cm
Sedangkan momen yang terjadi (MA) adalah :
L
P
MA
59
MA = P .(L / 2) = 3.9465 . (10) = 197.3273
2 2
Reaksi yang terjadi pada tumpuan A dan B sebagai berikut :
MA = 0 RB . L P (L/2) W (L/2) = 0
RB.(20) 3.9465.(10) 2.8214.(10) = 0
RB.(20) 39.465 28.214 = 0
RB = 67.6802
20
= 3.3840 kg
MB = 0 RA . L P (L/2) W (L/2) = 0
RA.(20) 3.9465.(10) 2.8214.(10) = 0
RA.(20) 39.465 28.214 = 0
RA = 67.6802
60
20
= 3.3840 kg
Lendutan total yang terjadi adalah :
f total = f 1 + f2
= 1.05 . 10-4 + 1.88 . 10-4
= 2.93 . 10-4 cm
1
1
2
f tot
ncr = 300
1
1
2
4
2.93 . 10
= 300 .
61
= 17528.58 rpm
Putaran poros aman apabila :
ncr > nnormal
17528.58 rpm > 5000 rpm Putaran poros aman
62
BAB IV
PERHITUNGAN SUHU, UMUR DAN
EFISIENSI KOPLING
64
2685.75 . 418.667 . 2
2
Efr = = 418.667 (rad/det)
= 1124434 (kg.cm.rad/det)
= 11244.34 (kg.m.rad/det)
Z = Kerja kopling/jam
= 20-60 rad/jam (30 dipilih)
E fr . Z
75 . 3600
Nfr =
11244.34 .30
75 . 3600
=
= 1.2493 dk
Sehingga ;
65
632 . N fr
. A fr
tC =
dimana = k = 75
Afr = Fm
= 2 . . rm .b . z
= 2 .3,14 . 25.9545 . 5,7676 .2
= 4230.439 cm
= 0,423 m
632 .1.2493
75 . 0,423
tC =
= 24.8863 C
Maka :
t b C = t + t t bC = Temperatur kopling dalam operasi
= 24.8863 + 31 t = Temperatur yang terjadi
66
= 55.8893 C t = Temperatur kamar
Karena temperatur kopling berada dalam interval temperatur yang
diizinkan yaitu ; t b C 150 250 C .(33)
Berarti tidak memenuhi
67
Dimana :
Ld = Umur kopling (jam)
Afr = 4230.439 cm
a = Tebal asbes (plat gesek)
= 5 mm (0,5 cm).
Ek = Kerja yang dihasilkan oleh plat gesek (5 - 8) dalam jam/cm3.
= 6 (direncanakan).
Ld = (4230.439) (6) (0,5)
1,083
= 10158.17 jam
Banyaknya penyambung tiap jam (20 60), direncanakan 50x,
diperhitungkan lama kopling menyambung dan melepas masing-masing 2
detik. Jadi berjumlah 4 detik. Waktu yang diperhitungkan untuk menyambung
setiap jam adalah :
50 x 4 = 200 detik.
68
Jika diperkirakan seharian dipakai sampai 4 jam, maka pemakaian untuk
setiap harinya adalah :
4 x 200 = 800 det/hari. (Th)
Jadi umur kopling :
Lk = Ld (3600)
Th
= (10158.17) (3600)
800
= 45711.74 hari
= 45712 hari
Jika dalam satu tahun 365 hari, maka umur kopling adalah :
L = 45712
365
= 125.2377 tahun
69
3. Perhitungan Efisiensi Kopling
Tujuan mencari efisiensi kopling adalah untuk mengetahui batas
kemampuan kopling tersebut bekerja secara efektif untuk memindahkan daya
maksimun kebagian transmisi lainnya, dimana dipengaruhi oleh gaya gesek
yang hilang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
kopling = Nm Ng x 100%
Nm
dimana :
Nm = daya rata-rata kopling perjam.
Nm = Nmax . Z + N (3600 Z . t)
3600
Nmax = Mp . n = 2685.75. 4000
71620 71620
= 150 dk
Z = Banyaknya penyanbungan tiap jam
70
= 50 (yang direncanakan)
N = Daya yang dimiliki oleh mesin
= 150 dk
t = Waktu penyambungan
= 2 detik
Nfr = Daya yang hilang
= 1,2493 dk
Nm = Nmax. Z + N (3600 Z . t)
3600
= 150 . 50 +150 (3600 50 . 2)
3600
= 147.9167 dk
71
Nm
= 147.9167 1,2493 . 100%
147.9167
= 99,1553 %
kopling = 99,16 %
72
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam perencanaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1.Suatu perncanaan dapat dikatakan aman apabila harga yang didapat lebih kecil
daripada harga yang diizinkan.
2.Dalam perencanaan ini ukuran-ukuran poros sagat penting karena turut
mempengaruhi perhitungan kopling yang direncanakan.
3.Dalam desain poros dan kopling, bahan poros harus lebih kuat daripada bahan
untuk kopling.
1.2 Saran
73
1.Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang digunakan untuk
desain poros dan komponen-komponen kopling.
2.Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang didapat dari hasil
perhitungan harus lebih kecil daripada harga yang diizinkan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ir. H. Hammada Abbas, M. d. (2008). Teori dan Aplikasi Mekanika Kekuatan
Material. Makassar: Penerbit Universitas Hasanuddin.
Rune, Ir, Zaenab A, Materi Kuliah Elemen Mesin
Stolk, Ir, Elemen Mesin; Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin, 1993, Jakarta,
Erlangga
75
76
LAMPIRAN
77
Gambar : Sistematika Kerja Kopling Plat
78