Anda di halaman 1dari 35

TUGAS BESAR KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK

“MEKANISME PEMASANG PAKU KELING”

Disusun oleh :
M. Nur Khalim 21801052074
Wildan Chalis Alfatoni 21801052091
Ahmad Fafrur Rohman 21801052097
M. Nafis Yazdad 21801052102
Dimas Fahnul Jordan 21801052114

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Islam Malang
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS BESAR KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK
“MEKANISME PEMASANG PAKU KELING”

Disusun oleh:

M. Nur Khalim 21801052074


Wildan Chalis Alfatoni 21801052091
Ahmad Fafrur Rohman 21801052097
M. Nafis Yazdad 21801052102
Dimas Fahnul Jordan 21801052114

Mengetahui / Disetujui Oleh :

Ketua Program Studi Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Nur Robbi, ST.MT Dr. Ir. Priyagung Hartono, MT.


NIDN :070808602 NIDN : 0703036401

KATA PENGANTAR

1
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun Laporan Tugas Kinematika dan Dinamika ini tepat pada waktunya.
Laporan ini membahas tentang Mekanisme Pemasang Paku Keling.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan Tugas Besar Kinematika dan Dinamika
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian

Malang, 2020

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ 1
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................…. 5
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 7
1.3 Batasan Masalah..................................................................... 7
1.4 Tujuan Penulisan.................................................................... 7
1.5 Manfaat Penulisan.................................................................. 7
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengertian............................................................................... 8
2.2 Kecepatan dan Percepatan...................................................... 10
2.3 Gaya Inersia............................................................................ 12
2.4 Gerak....................................................................................... 12
BAB III METODE ANALISIS
3.1 Metode Analisis...................................................................... 15
BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Analisis Kecepatan.............................................. 16
4.2 Pembahasan Analisis Percepatan............................................. 16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................. 21
5.2 Saran....................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 22

3
DAFTAR GAMBAR

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman dahulu.paku hanya digunakan pada jenis kontruksi yang
besar seperti pembuatan jembatan dan lain sebagainya. Namun dengan seiring
dengan perkembangan zaman, saat ini terdapat berbagai jenis dan bentuk paku
keling yang bisa digunakan. Selain untuk kontruksi yang besar, paku keling
banyak digunakan untuk berbagai jenis kontruksi permanen. Hingga saat ini
paku keling lebih banyak dibuat dari bahan alumunium, tembaga, perunggu,
baja, atau nikel.
Sedangkan pada umumnya paku keling terdiri dari bagian tangkai dan bagian
kepala.
Paku keling memiliki beberapa fungsi bagi para penggunanya. Paku
masing-masing dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk dan jenis masing masing
paku keling. Untuk paku keling yang memiliki kepala bulat, lebih sering
digunakan pada kontruksi jembatan, ketel uap dan kontruksi lain yang
berhubungan dengan kerapatan. Sedangkan paku keling dengan bentuk
trapesium lebih banyak digunakan pada bangunan kapal, atau pada kontruksi
yang membutuhkan minyak. Selain itu, ada pula paku keling dengan kepala
datar yang lebih sering digunakan pada bangunan yang membutuhkan
kerapatan serta permukaan yang rata. Kemudian jenis paku keling yang terakhir
yaitu paku keling khusus yang digunakan untuk sambungan yang mampu
dikerjakan hanya dengan satu sisi saja. Pada fungsi ini lebih banyak digunakan
pada penarik serta bahan peledak.
Dalam menggunakan paku keling ini, terdapat beberapa jenis sambungan
untuk mengikat suatu bagian dengan bagian lainnya. Sambungan yang
dihasilkan dengan paku keling merupakan jenis sambungan permanen /
tetap. Dengan begitu, sambungan paku keling tidak dapat dilepas kembali atau
dibongkar pasang. Adapun salah satu cara yang bisa dilakukan untuk

5
melepaskannya adalah dengan cara merusaknya, seperti pada mur atau baut.
Melalui analisis yang kami lakukan, guna mengetahui mekanisme pemasangan
pada paku keling melalui perhitungan kecepatan dan percepatan yang
dilakukan. Sehingga ilmu tersebut benar benar dapat diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah ini adalah :
1. Bagaimana menganalisis mekanisme pemasangan paku keling.
2. Bagaimana mengetahui pergerakan, dan menghitung kecepatan, percepatan,
dan membuat dengan metode grafis.

1.3 Batasan masalah


1. Tidak membahas dinamika untuk mekanisme pemasangan paku keling.
2. Analisis ini hanya membahas percepatan ,kecepatan dan membuat dengan
metode grafis

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah :
1. Mengerti dan mengetahui definisi tentang mekanisme pemasangan paku
keling
2. Mengetahui Analisis mekanisme pemasangan paku keling yang meliputi
pergerakan, kecepatan, percepatan, dan grafik yang dimiliki.

1.5 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan ini ialah untuk pembaca lebih mengenal dan
lebih mendalami serta memahami cara pemasangan paku keling.

6
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Paku keling/rivet merupakan salah satu jenis paku yang bentuknya
berbeda dengan berbagai bentuk paku lainnya dan salah satu metode
penyambungan yang sederhana, sambung keling umumnya diterapkan pada
jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal dan pesawat terbang. Penggunaan
metode penyambungan paku keling ini sangat baik digunakan untuk
penyambungan pelat-pelat alumunium. Pengembangan penggunaan rivet ini
umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan
ukuran yang relatife kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan
tersendiri, masing-masing jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan
sulit untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar
dari pada batang paku kelingnya.

 Bagian-bagian paku keling :

(gambar 2.1)

1. Kepala
Bagian terluar dari paku keling yang berfungsi untuk mengunci
bagian yang akan dikeling.
2. Badan / Body

7
Bagian yang masuk ke dalam lubang benda yang akan
dikeling.

3. Ekor

Bagian yang akan dikeling atau diubah bentuknya sehingga


dapat menyambungkan benda kerja.

 Jenis-jenis paku keling

Paku keling memiliki beberapa bentuk, antara lain :

Bentuk dan ukuran paku keling di bawah ini berdasarkan


normalisasi DIN 10

1. Paku keling kepala bulat,

(gambar 2.2)

2. Paku keling tirus,


3. Paku keling persing,
4. Paku keling silinder datar.

8
(gambar 2.3)

 Jenis sambungan dan pemakaian paku keling


1. Sambungan kuat
Sambungan paku keling yang hanya memerlukan kekuatan saja
seperti sambungan keling kerangka bangunan, jembatan, chasis
mobil, dan lain-lain.
2. Sambungan kuat dan rapat
Sambungan paku keling yang memerlukan kekuatan dan
kerapatan seperti sambungan keling ketel uap, tangki-tangki
muatan tekanan tinggi, dan dinding kapal.
3. Sambungan rapat
Sambungan paku keling yang memerlukan kerapatan seperti
sambungan keling tangki-tangki zat cair dan bejana tekanan
rendah.

 Mekanisme paku keeling


Dalam memasang paku keling diperlukan sebuah alat yang
bernama tang rivet. Tang rivet adalah sebuat alat untuk memasang
paku keling dengan menggunakan sebuah mekanisme sederhana yang
kita sebut mekanisme pemasang paku keling, mekanisme ini terdiri
dari :
1. Tuas Pengungkit
2. Badan
3. Tumpuan
4. Penjepit.

Gambar mekanisme perhitungan pada paku keling :

9
Pada gambar diatas satu gaya diketahui P, dijaga dalam
keseimbangan oleh gaya Q.

 Langkah-langkah pemasangan paku keling


Siapkan pelat yang akan disambung. Lalu buat lubang pada plat-
plat tersebut. Pastikan ukuran lubang sesuai dengan ukuran paku
keling yang hendak digunakan. Sebagai catatan, akan lebih baik bila
diameter dari lubang tersebut berukuran 1,5 mm lebih besar dari
diameter paku keling untuk menghindari gesekan berlebih antara
lubang dengan paku.

Posisi paku blind rivet untuk dimasukkan ke material


(gambar 2.4)

Setelah melakukan pelubangan, maka dilanjutkan dengan


memasukkan paku keling ke dalam lubang tersebut. Bagian kepala
lepas dari paku keling juga dimasukkan ke dalam lubang yang sama.
Proses berikutnya adalah menekan kepala paku keling ke bagian
ekornya. Untuk mendukung proses penekanan tersebut, Anda bisa
menggunakan mesin press atau mesin penekan khusus dengan daya
hidrolis. Untuk paku ukuran kecil, Anda bisa menggunakan hand
riveter atau bisa juga menggunakan palu.

Penggunaan Ball-Pein Hammer untuk memasang paku rivet

(gambar 2.5)

Setelah sambungan sudah dipastikan cukup kuat, maka tinggal


melakukan pemotongan bagian ekor paku yang tersisa. Untuk

10
pemotongan, gunakan alat pemotong khusus. Penggunaan alat tersebut
ditujukan agar permukaan sambungan bisa sama dengan permukaan
plat yang disambung. Oleh karena itu, diperlukan pemotong yang bisa
memastikan hasil pemotongan benar-benar rapi. Itulah kenapa,
menggunakan mesin pemotong khusus lebih disarankan ketimbang
menggunakan gergaji manual.

 Keuntungan dan kelemahan


1. Keuntunngan
Sambungan paku keling ini dibandingkan dengan sambungan
las mempunyai keuntungan yaitu :
 Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung.
Oleh karena itu banyak dipakai pada pembebanan-
pembebanan dinamis.
 Sambungan keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.
 Pemeriksaannya lebih mudah
 Sambungan keling dapat dibuka dengan memotong kepala dari
paku keling tersebut.
2. Kelemahan
Sambungan paku keling ini dibandingkan dengan sambungan
las mempunyai kelemahan yaitu :
 Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa
pengeboran lubang paku kelingnya di samping kemungkinan
terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keling
dipasang. Adapun pemasangan paku keling bisa dilakukan
dengan tenaga manusia, tenaga mesin dan bisa dengan peledak
(dinamit) khususnya untuk jenis-jenis yang besar.Sambungan
keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.
 Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk
menyambung dua komponen yang tidak membutuhkan
kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga,
furnitur, alat-alat elektronika, dll.

2.2 Kecepatan dan Percepatan Linear


Kecepatan didefinisikan sebagai laju perubahan perpindahan, atau jika
perpindahan dipandang sebagai sebuah besaran vektor, maka kecepatan
didefinisikan sebagai vektor laju perubahan. Jika sebuah titik bergerak dalam
suatu bidang, maka geraknya dapat dipandang sebagai hasil dari gerak dalam
dua arah tertentu. Analisa gerak dalam arah tertentu akan menghilangkan
keharusan penggambaran operasi vektor, dan untuk alasan ini, gerak linier
akan diterima untuk pernyataan awal dari konsep.

11
Untuk sebuah titik yang bergerak dengan suatu laju atau kecepatan yang
konstan, maka laju perubahan perpindahannya konstan. Gambar 2-7
mengilustrasi sebuah kurva yang mungkin untuk kasus semacam ini. Perubahan
perpindahan (∆s) per satuan waktu adalah sama untuk suatu elemen waktu, atau
atau ∆s/∆t adalah sebuah besaran konstanta. ∆s∆t, secara definisi, adalah
kecepatan; tetapi juga kemiringan kurva dalam Gambar 2-7.

Jika laju perubahan bukan suatu besaran konstanta, maka perubahan


perpindahan, ∆s, akan berbeda untuk elemen waktu tertentu, ∆t, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2-8. Untuk menerapkan definisi kecepatan dalam
kasus ini, kita harus mengambil liarmit dari ∆s/∆t pada saat ∆t mendekati 0,

∆ t ds
yang dinyatakan dengan lim = , yakni persaman matematik untuk
∆ t →o ∆ t dt
kemiringan kurva perpindahan waktu.

Dengan bentuk yang sama, percepatan didefinisikan sebagai laju sesaat


perubahan kecepatan, yang dapat dinyatakan dengan dv/dt, yang dapat juga
diinterpretasikan sebagai kemiringan kurva kecepatan- waktu. (Holowenko
hal.4)

(gambar 2-7) (gambar 2-8)


ds dv
Karena =v , dan =a , maka bentuk yang ketiga dapat diturunkan untuk
dt dt

12
percepatan : dv
a= =
d ( dsdt ) = d s
2

2
dt dt dt

2.3 Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut

Kecepatan sudut didefenisikan sebagai laju perubahan sudut, dimyatakan


dengan  = d/dt, dan percepatan didefenisikan sebagai laju perunahan
kecepatan sudut, dimyatakan dengan  = d/dt. Atau, kecepatan sudut ialah
kemiringan kurva perpindahan sudut-waktu.

Untuk konsep-konsep kecepatan dan percepatan sudut dan percepatan-


sudut, kita tidak perlu memperhatikan pusat perputaran untuk sebuah garis,
karena dilibatkan perubahan-perubahan sudut-sudut garis. Untuk Contoh, dalam
gambar 2.9, garis A-B bergerak ke suatu posisi AI-BI dengam gerak yang tidak
perlu dijelaskan. Perubahan sudut, , adalah seperti ditunjukkan, tidak peduli
garis acuan apa yang diambil. Sudut-sudut selalu diukur antara garis-garis, dan
untuk alas an ini kita tidak dapat menyatakan kecepatan sudut atau percepatan
sudut sebuah titik.

Laju perubahan sudut yang mendifenisikan kecepatan sudut .

(Gambar 2.9)

Hubungan kececatan sudut dan percepatan sudut dinyatakan dengan :

13
d
d(
)
 d = dt = d 2
dt dt dt 2

Kecepatan dan percepatan, baik linear maupun sudut, adalah besaran-


besaran vector dan dapat diopeserasikan selayaknya vector-vektor yang lain,
tegasnya, pengoperasiannya sama seperti yang dilakukan untuk vector-vektor
gaya.

2.4 Kecepatan Relatif

Tersedia beberapa metode untuk menentukan kecepatan dalam sistem-


sistem kinematika metode pusat (atau metode pusat sesaat), metode phorograf,
patntembkecepatan relatif, dan metode analitis. Setiap metode tersebut
mempunyai tempatnya masing-masing, tetapi dalam buku ini hanya akan
dibahas dua metode yang terakhir. Metode kecepatan relatif mempunyai satu
keuntungan penting yakni bahwa teknik-teknik yang digunakan untuk
penyelesaian kecepatan dapat diperluas untuk penyelesaian percepatan.

2.4.1 Kecepatan Relatif dari Dua Titik Berbeda

Marilah kita definisikan kecepatan relatif antara dua buah titik yang
bergerak, A dan B, sebagai kecepatan yang harus dipunyai salah satu titik jika
geraknya dipandang terhadap titik kedua, dimana titik kedua dipandang diam.
Gambar 3-1a memperlihatkan dua buah titik A dan B yang bergerak dalam
sebuah bidang dimana A mempunyai suatu kecepatan absolut, VA, dan B
mempunyai kecepatan absolut VB.

Jika masing-masing titik melakukan gerak yang tetap secara terpisah, maka
tidak akan ada perubahan kecepatan relatif. Jadi ambil kecepatan V A yang
diberikan masing-masing titik, seperti ditunjukan pada gambar 3-1b. Titik A
akan mempunyai kecepatan nol, sedangkan titik B akan mempunyai gerak yang
sama dengan jumlah vector VA dan VB, yang didefinisikan sebagai kecepatan
relatif dari B terhadap A, dituliskan VBA. Jumlah vector VB dan VA ditunjukan

14
dalam gambar 3-1c, dan ditandai dengan VBA . Pengamatan lebih jauh, akan
terbentuk segitiga vektor yang menyatakan bahwa VB = VA i VBA, yakni
persamaan kecepatan relatif.

2.4.2 Kecepatan Relatif Dua Buah Titik pada satu Penghubung Kaku

Persamaan kecepatan relatif menerapkan dua buah titik apapun, apakah


kedua titik bergerak secara bebas atau apakah kedua titik tersebut berada pada
satu penghubung kaku.

Penghubung berputar terhadap satu titil tetap. Perhatikan sebuah


penghubung kaku yang berputar terhadap satu titik tetap O, seperti ditunjukan
dalam gambar 3-2a. Jarak antara O dan B adalah R, dan garis O-B membuat
suatu sudut sebesar O terhadap sumbu x.

(Gambar 3.0)

Perpindahan pada titik B dalam arah x ialah :

x= R cos 

dan dalam arah y ialah

y= R sin 

15
Diferensasi masing-masing persamaan terhadap waktu akan memberikan
hasil seperti berikut, dengan R dijaga konstan :

dx
=R ¿
dt

dx d
=R cos
dt dt

Karena dx/dt = VBX , yakni kecepatan titik B dalam arah x, dy/dt = VBY
yakni kecepatan titik B dalam arah y, dan d/dt = , yakni kecepatan sudut
garis O-B, maka

VBZ = -R sin 

VBY = R cos 

Kecepatan total titik B diperoleh dengan menjumlahkan secara vector


kedua komponen tegak lurus, dengan hasil seperti yang dilihat dalam gambar
3.1b :

VB = R sin  i R cos 
= [(R sin  )2 + ( R cos )2 ]1/2
= R
Karena (sin2  + cos 2  ) ½ = 1

(gambar 3.1)

16
Bertolak dari gambar 3.1b, seorang dapat menunjukkan bahwa kecepatan
titik B adalah tegak lurus ke garis O-B dengan menujukkan bahwa ø =  dari
persamaan di bawah ini :

R sin
Tan ø = =tan
R cos

mbil Cari hubungan antara R dan .

Hubungan kecepatan dua buah titik pada satu penghubung kaku .


Persamaan kecepatan relatif untuk dua buah pada satu penghubung kaku dapat
diperoleh dengan mengembangkan prosedur analisis di atas.

(gambar.3.2)

Perhatikan sebuah garis A-B, seperti pada gambar 3.3a mempunyai gerak
kombinasi translasi dan rotasi dalam bidang kertas. Untuk menempatkan titik A
sebagai XA dan YA, ambil R sebagai jarak antara A dan B dan  yang
merupakan sudut yang dibuat garis dengan sudut yang dibuat dengan sumbu x.
Sehingga kordinat titik B adalah

xB = XA + R cos 

yB = XA + R sin 

Diferensialkan seriap persamaan diatas terhadap waktu. Dan ingat nahwa


R hanya-lah besaran konstanta :

17
dxB dxA d
= −R sin
dt dt dt

dxB d
=+ R cos
dt dt

Interpretasi dari masing-masing besaran adalah sebagai berikut :

dxB
adalah kecepatan titik B dalam arah x, dinyatakan dengan VBx
dt

dxA
adalah kecepatan titik A dalam arah x, dinyatakan dengan VAx
dt

dyB
adalah kecepatan titik B dalam arah y, dinyatakan dengan VBy
dt

dyA
adalah kecepatan titik A dalam arah y, dinyatakan dengan VAy
dt

d
adalah kecepatan sudut garis A-B,
dt

Jadi, VBx = VAx - R sin

VBy = VAy + R cos

Vektor-vektor ini ditunjukkan dalam posisinya pada gambar 3.2b. Vektor-


vektor pada ruas kanan kedua persamaan harus dijumlahkan secara vektor
untuk memberikan kecepatan total di titik B. Urutan dalam menjumlahkan
vektor boleh sembarang. Kelompok besaran-besarannya :

VB = (VAx i VAy ) i (R sin i R cos )

18
Karena (VAx i VAy ) adalah kecepatan total titik A, VA ; dan (R sin i R
cos ) = R maka persamaan diatas dapat dinyatakan dengan :

VB = VA i R

Dimana R adalah vektor kecepatan yang tegak lurus ke garis A-B dan
dalam arah yang sama dengan keceptan sudut.

(gambar 3.3)

Sehingga umtuk duah buah titik pada satu penghubung kaku dapat
dipakai salah satu dari kedua persamaan dibawah ini :

VB = VA - R
VB= VA + R VB A

Arti sepenuhnya dari persamaan kecepatan relatif diatas dapat diperoleh


dengan memperhatikan Gambar 3-3, dimana suatu garis A-B bergerak ke suatu
posisi baru A’-B’. Gerak ini dapat dipandang terjadi dua bagian: translasi dari
A-B ke A’-B’ dan rotasi terhadap A’ ke A’-B’. Dalam kenya tanya, pada kasus
yang umum kedua gerak terjadi secara bersamaan. Catat juga, bahwa tidak
perlu menentukan titik nyata yang merupakan pusat perputaran penghubung,
yang hal ini merupakan konsep yang digunakan dalam analisa (atau pusat
sesaat). Penentuan grafis persamaan kecepatan relatif. Di sini akan dinyatakan
satu alternatif pembuktian secara grafis persamaan kecepatan relatif untuk dua
lebih titik pada satu penghubung kaku.

(gambar 3.4)

19
Perhatikan sebuah garis A-B dalam gambar 3-5, yang bergerak ke suatu
posisi baru A’-B’. Gerak tersebut terediri dari dua bagian, translasi ke A’-B’’
dan rotasi ke A’-B’. Persamaan Vektor untuk perpindahan titik B adalah :

Karena BB’ = BB” i B”B’


BB” = AA’

Maka BB’ = AA’ i B’i BB”

Bagi seluruhnya dengan interval waktu t = :


BB ' A A '
= B B'} over {t ¿
t t

Dimana jarak dibagi dengan interval waktu didefinisikan sebagai


kecepatan.

Untuk memperoleh kecepatan-kecepatan sesaat, kita harus mengambil limit


dari masing-masing ruas persamaan pada saat interval waktu mendekati nol.
BB' lim A A'
lim = t=0 lim B B'} over {t ¿
t =0 t t
t =0

'
BB' lim A A
Karena lim adalah ecepatan dititkB, VB, dan lim t=0 adalah
t =0 t t

keceptan dititik A,VA dan B”B; =2AB sin 2
Bagi seluruhnya dengan tdan ambil interval waktu mendekati nol :

t❑
BB ' lim 2 ABSin
lim = t=0 2
t =0 t
t

Untuk sudut – sudut kecil dalam limit

❑ ❑
sin 2 = 2

Sehingga ,

20
t❑ t❑
lim 2 ABSin lim 2 ABSin ❑ d
t=0 2 = t=0 2 =lim AB t = AB = AB
t =0 dt
t t

Jadi, dimana AB atau VBA membuat sudut siku dengan garis A-B karena
sudut A’-B”-B’ menekati 90 derajat pada saat t mendekati nol, dan dalam limit
90 derajat.

2.4.3 Penerapan Persamaan Kecepatan Relatif

a) Mekanisme engkol peluncur


b) Mekanisme empat penghubung
c) Mekanisme penyerut
d) Mekanisme pemasang paku keling
e) Penghubung apung
f) Bubungan
g) Roda gigi
h) Suatu kombinasi dari bentuk diatas

2.5 Daya

Daya merupakan laju energi yang dihantarkan selama melakukan usaha


dalam periode waktu tertentu. Satuan SI (Satuan Internasional) untuk Daya
yaitu Joule / Sekon (J/s) = Watt (W). Satuan watt dipakai untuk penghormatan
kepada seseorang ilmuwan penemu mesin uap yang bernama James Watt.
Satauan daya lainnya yang sering dipakai yaitu Daya Kuda atau Horse Power
(hp), 1 hp = 746 Watt.

Rumus dan persamaan daya dalam fisika secara matematis dapat


dituliskan sebagai berikut:

P=W/t

Berdasarkan persamaan diatas, maka kita juga dapat mengubah rumus


daya menjadi

P = (F.s) / t

21
P = F.v

Persamaan tersebut dapat dituliskan demikian karena rumus Usaha (W) =


Gaya (F) dikali jarak (s) dibagi Waktu (t). Kecepatan (v) = jarak (s) dibagi
waktu (t)

Keterangan

 P : Daya (Watt)
 W : Usaha (Joule)
 t : Waktu (sekon)
 F : Gaya (Newton)
 S : Jarak (Meter)
 V : Kecepatan (Meter)

Berdasarkan rumus diatas, bisa disimpulkan bahwa semakin besar laju


usaha. Maka semakin besar pula laju daya, sebaliknya jika semakin lama
waktu yang dibutuhkan maka laju daya akan semakin kecil.

2.6 Gerak

Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan. Titik


acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat.

Pada kesempatan ini hanya akan kita bahas tentang gerak lurus saja. Gerak
lurus sendiri dibagi menjadi 2 :

1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)

adalah gerak lurus yang memiliki kecepatan yang tetap karena tidak
adanya percepatan pada objek. Jadi, nilai percepatan pada objek yang
mengalami GLB adalah nol (a = 0).
Cara mencari nilai kecepatan pada objek yang mengalami GLB memakai
persamaan berikut dalam bentuk rumus,

22
s
V=
t
Persamaan yang digunakan pada GLB adalah sebagai berikut :
s = v.t
Keterangan :
s adalah jarak atau perpindahan (m)
v adalah kelajuan atau kecepatan (m/s)
t adalah waktu yang dibutuhkan (s)
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Adalah gerak lintasannya lurus dengan percepatan tetap dan kecepatan


yang berubah secara teratur. Pada gerak lurus berubah beraturan gerak benda
dapat mengalami percepatan atau perlambatan. Gerak benda yang mengalami
percepatan disebut gerak lurus berubah beraturan dipercepat, sedangkan gerak
yang mengalami perlambatan disebut gerak lurus berubah beraturan
diperlambat. Benda yang bergerak semakin lama semakin cepat dikatatan benda
yang mengalami percepatan
Suatu benda melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika
percepatan nya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran
yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan arah
percepatan selalu konstan setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda
selalu konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka percepatan
benda tidak konstan. Demikian sebaliknya jika arah percepatan suatu benda
selalu konstan tetapi besar percepatan selalu berubah maka percepatan benda
tidak konstan.
Karena arah percepatan benda selalu konstan maka benda pasti bergerak
pada lintasan lurus. Arah percepatan konstan = arah kecepatan konstan = arah
gerakan benda konstan = arah gerakan benda tidak berubah = benda bergerak
lurus. Besar percepatan konstan bisa berarti kelajuan bertambah secara konstan
atau kelajuan berkurang secara konstan, kadang kita menyebutnya sebagai
perlambatan konstan. Untuk gerakan satu dimensi (gerakan pada lintasan lurus),

23
kata percepatan digunakan ketika arah kecepatan = arah percepatan, sedangkan
kata perlambatan digunakan ketika arah kecepatan dan percepatan berlawanan.

GLBB dibagi menjadi 2 macam :


a. GLBB dipercepat
Adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin cepat, contoh GLBB
dipercepat adalah gerak buah jatuh dari pohonnya.
Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB dipercepat adalah

24
Sedangkan Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB dipercepat

b. GLBB diperlambat
Adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin kecil (lambat). Contoh
GLBB diperlambat adalah gerak benda dilempar keatas.
Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB diperlambat

Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB diperlambat

25
Rumus GLBB ada 3 yaitu

Vt = V0 + a t

1 2
S = V0 t + at
2

2 2
V =V +2as
t 0

Keterangan

Vt = kecepatan akhir atau kecepatan setelah t sekon (m/s)

V0 = kecepatan awal (m/s)

t = selang waktu (s)

a = percepatan (m/s2)

s = jarak tempuh (m) diperlambat

BAB III
METODE ANALISIS

26
3.1 Metode Analisis

Pada analisis ini metode yang digunakan adalah metode analisa kuntitatif
dimana analisa dilakukan dengan menyelesaikan masalah menggunakan rumus-
rumus.

3.2 Tempat dan Waktu

Proses analisa ini dilakukan di kontrakan khalim tanggal 3 September


sampai tanggal 3 Oktober 2020.

3.3 Variabel Terikat

Pada analisa ini terdapat variabel terikat (variabel dependen) merupakan


variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Variabel yang digunakan dalam analisa ini yaitu gerak, kecepatan,
percepatan, dan grafik.

3.4 Variabel Bebas

Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi


atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat yaitu: gaya
5 KN, mekanisme pemasang paku keling

3.5 Langkah Langkah Analisis

Mulai

Studi Literatur

Penyimpanan
data

Pengujian

27
Tarik

Perhitungan

Analisa

Pembahasan

Kesimpulan
dan Saran

Selesai

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisa Kecepatan

28
Diasumsikan sebagai berikut :

VA = VB

VA = O2A x W2
= 12 rad/s x 15 cm

= 180 cm/s2

4.2 Analisa Percepatan

29
Diasumsikan sebagai berikut :
a2 = 0

AA = AnA + At

VA ² 1 x 80²
AnA = = = 2700 cm/s²
O₂ A 12

At = 0

AA = 2700 + 0

= 2700 Cm/S2

Dari skala gambar

05C = 4 cm

06D = 1,5 cm

CD = 3 cm

CB = 2,5 cm

DE = 1,5 cm

EB = 3,5 cm

BA = 3,5 cm

EF = 3 cm


WS = x 1000 rad/s
60

= 104,7 rad/s

VC = 104,7 x 0,04

= 4,19 m/s

30
VC = VD + VD/C

a.b a.b

Setelah harga VD dan VC diketahui maka dengan menggunakan metode bayangan


didapat VE dan VB

VE
VF = VE +
E

VA
VA = VB +
B

VA = 5,4 x 0,5 m/s

= 2,7 m/s

VB = 4,15 m/s

VD = 2,25 m/s

VE = 3,5 m/s

VF = 0,65 m/s

VA/B = 2,6 m/s

VD/C = 3,75 m/s

VE/F = 3,25 m/s

VB / A 2,6
W3 = = =74,29 rad /s
AB 0,035

VD /C 3.75
W4 = = =125 rad /s
VCD 0,03

31
VD 2,25
W6 = = =150 rad /s
O6 D 0,015

VE /F 3.25
W7 = = =108,3 rad /s
FE 0.03

VC A 4,192
A”C = = =439,9 m/s2
O5 C 0,04

VD A 2,252
A”D = = =337,5m/s2
O6 D 0,015

VB/ A 2 2.6 2
A”B/A = = =193,143m/s2
BA 0,035

VD2 /C 3,752
A”D/C = = =468,75m/s2
CD 0,03

VE /F 2 3,252
A”E/F = = =325,08m/s2
FE 0,03

Skala 1cm

32
AA = 3cm x 58m/s = 174 m/s
AB = 6cm x 58m/s = 348 m/s
AC = 6,4cm x 58m/s = 371 m/s
AF = 2cm x 58m/s = 116 m/s
At A/B = 2 cm x 58 m/s = 116 m/s

At D = 2,5 cm x 58 m/s = 145 m/s


At D/C = 8,5 cm x 58 m/s = 493 m/s
At F/E = 5 cm x 58 m/s = 290 m/s

Harga-hargas pecepatan sudut

At B / A 116
aa3 = = =3314,29 rad/s
AB 0,0 35

A t D/C 493 =16433,3


aa4 = = rad/s
CD 0,03

At D 1 45
aa6 = = =9666,67 rad/s
O6 D 0,0 15

A t F /E 290
aa7 = = =9666,67 rad/s
FE 0 , 03

33
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Nilai kecepatan pada titik A dan titik B itu sama

2. Penganalisaan percepatan dan kecepatan dari paku dipengaruhi oleh panjang

Tuas dan sudut tuas pada rivet.

5.2 Saran

Dengan adanya pembuatan laporan tugas besar kinematika ini bisa membantu
refiensi dalam ilmu kinematika. Bagi para pembaca, kami selalu penyusun
berharap agar jangan begitu saja menerima dan percaya dari apa anda baca ini,
karena kami sadar sebagai penulis mempunyai banyak keterbatasan. Penulis
banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang akan
membangun kepada penulis demi sempurnanya laporan tugas besar kinematika
ini dalam penulisan laporan selanjutnya semoga laporan ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga pada para pembaca pada umumnya.

34

Anda mungkin juga menyukai