Anda di halaman 1dari 15

1

PROSES PENGERJAAN PANAS LOGAM


PROSES PENGEROLAN (ROLLING)

Disusun oleh :
1. Mochammad Rifal Juliansyah : 2115211005
2. Dika Panca Wardana : 2115218008
3. Ega Daneal Maulana : 2115218010

PRODI (KELAS) : TEKNIK MESIN (REGULER PAGI)


UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
Tahun 2022

1
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah dengan judul “Pengerolan Logam”. Tidak lupa shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
manusia di dunia ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Proses Produksi I di
program studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Dumai. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Proses
Produksi I dan kepada semua pihak yang sudah memberikan arahan selama penulisan
makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 6 Desember 2022

Penyusun

2
3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
BAB 1 : PENDAHULUAN……………………………………………………….....iii
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………...4
1.2. Ruang Lingkup Materi…………………………………………………………...4
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………….4
BAB 2 : LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Proses Rolling…………………………………………………………5
2.2 Jenis-Jenis Proses Pengerollan……………………………………………………6
2.3 Proses Dasar Pengerollan………………………………………………………....8
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengerollan……………………….....8
2.5 Pengerjaan Panas Logam.........................................................................................9
2.6 Pengerolan.............................................................................................................11
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..............

3
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering menggunakan ataupun melihat
hal-hal seperti mobil, jembatan, pipa, tabung gas, rel kereta api. Semua itu merupakan
benda-benda yang biasa kita temui di dalam kehidupan kita. Semua benda tersebut
dibentuk sesuai dengan kegunaannya masing-masing. Untuk membentuk material
menjadi produk sesuai dengan kebutuhannya seperti contoh diatas, bisa dilakukan
dengan beberapa proses. Diantaranya bisa dilakukan dengan proses rolling. Proses
rolling banyak digunakan untuk membuat berbagai macam profil. Karena banyaknya
kegunaan dari proses rolling ini, untuk itulah di dalam makalah ini saya akan
mencoba menjelaskan tentang proses rolling.

1.2 Ruang Lingkup Materi


Di dalam makalah ini, saya akan mencoba memberikan rincian tentang apa itu
proses rolling, mulai dari pengertian tentang proses rolling, jenis-jenis proses rolling
beserta keuntungan dan kekurangannya, dan aplikasi dari produk rolling tersebut.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian proses rolling.
2. Mengetahui jenis-jenis proses rolling.
3. Mengetahui keuntungan dan kekurangan proses rolling.
4. Mengetahui contoh produk dan aplikasi dari proses rolling.

4
5

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Proses Rolling
Rolling atau pengerolan logam adalah sebuah proses untuk
mengurangi k e t e b a l a n a t a u l u a s p e n a m p a n g d a r i s u a t u l o g a m
atau benda kerja, dengan melewatkan benda ker ja pada
s e p a s a n g r o l l y a n g b e r p u t a r d e n g a n a r a h y a n g  berlawanan. Celah atau
gap diantara dua roll yang berputar lebih kecil dari ketebalan logam yang
akan masuk. Benda kerja terjepit diantara dua roll, sehingga muncul gaya gesek yang
diperlukan untuk menggigit dan menarik benda kerja agar dapat melewati roll. Benda
kerja yang melewati roll berputar akan mengalami tegangan t e k a n dan
tegangan geser permukaan.
Deformasi dari proses ini a k a n menyebabkan benda
kerja bertambah panjang, sedangkan luas penampang atau ketebalannya
akan berkurang. Proses rolling ini banyak digunakan pada proses pengerjaan logam,
karena memberikan kemungkinan untuk memproduksi produk akhir yang
berkualitas tinggi dan mudah dikontrol. Proses pengerolan ini biasanya merupakan
proses pertama yang digunakan u n t u k m e n g u b a h m a t e r i a l m e n j a d i p r o d u k
k a s a r . M a t e r i a l y a n g t e b a l d i r o l l menjadi blooms, billets atau slab,
atau bentuk-bentuk ini dapat dibuat langsung d a r i c o n t i n o u s c a s t i n g .
P r o d u k s e p e r t i b l o o m , b i l l e t , d a n s l a b i n i m e r u p a k a n  produk
setengah jadi dan harus dibentuk lagi pada proses selanjutnya. Bentuk bahan dasar
dan produk proses 0engerolan ini dapat dibedakan sebagai  berikut :
1. B l o o m : m e m p u n y a i p e n a m p a n g m e l i n t a n g s e g i e m p a t a t a u
b u j u r s a n g k a r   dengan ketebalan lebih besar dari 6 inchi dan lebarnya ≤ 2x
tebal.

5
6

2. Bilet : biasanya lebih kecil dari bloom, penampang lintangnya


berupa bujur sangkar atau lingkaran. Dibuat dengan bebera pa kali
forming seperti rolling atau ekstrusi.
3. Slab : segiempat utuh dengan lebar penampang ≥ 2x tebal. Slab dapat diproses
lebih lanjut menjadi plate, sheet, atau strip.
Berikut ini beberapa contoh produk dari proses pengerolan.

2.2 Jenis-Jenis Proses Pengerolan


a. Proses Pengerolan Panas (Hot Rolling)
Hot rolling merupakan operasi pengerollan yang dilakukan pada temperature lebih
tinggi dari temperature rekristalisasi. Biasanya bahan kerja yang digunakan dalam
proses pengerolan panas berupa potongan besar logam dalam  bentuk slab
atau bloom untuk tahap berikutnya, sehingga pada akhirnya diperoleh bentuk batang,
plat, atau lembaran. Pada proses pengerollan panas ini, deformasi tidak menyebabkan
terjadinya penguatan logam. Tegangan alir bahan akan semakin kecil dengan semakin
tingginya temperature operasi. Energi deformasi yang dibutuhkan menjadi lebih kecil
pada temperature yang lebih tinggi. Dengan demikian, maka deformasi dapat

6
7

dilakukan pada benda kerja yang berukuran relative besar dengan total deformasi
besar.
Keuntungan dari pengerollan panas adalah :
1. Bebas dari tegangan sisa.
2. Sifat-sifatnya lebih homogen.
Sedangkan beberapa kekurangan dari pengerolan panas ini yaitu :
1. Dimensi kurang akurat.
2. Terjadi oksidasi pada permukaan rolan.

b. Proses Pengerolan Dingin (Cold Rolling)


Cold Working (Pengerjaan Dingin) ialah pembentukan logam plastis pada
temperatur dibawah temperatur rekristalisasi. Temperatur rekristalisasi ialah
perkiraan temperatur minimum dimana logam yang dideformasi dingin akan
mengalami rekristalisasi secara keseluruhan.
Akibat proses pengerjaan dingin, secara umum ialah; terjadinya tegangan
dalam logam, yang dapat dihilangkan dengan suatu perlakuan panas, struktur butir
mengalami distorsi perpecahan, kekerasan dan kekuatan meningkat, hal ini seiring
dengan kemudahan dalam keuletan, suhu rekristalisasi baja meningkat, penyelsaian
permukaan lebih baik.
Proses pengerjaan dingin (cold working) dapat di kelompokan menjadi 4
golongan besar yaitu :
 Proses SQUEEZING
 Proses BENDING (tekuk)
 Proses SHEARING (geser)
 Proses DRAWING

2.3 Proses Dasar Pengerolan


Logam yang telah dipanaskan diletakkan diantara dua roll yang berputar
berlawanan arah, dengan celah antar rollnya kurang dari ketebalan material yang akan

7
8

dimasukkan. Karena roll berputar dengan kecepatan permukaan melebihi kecepatan


logam yang masuk, gesekan sepanjang kontak antar muka bereaksi memajukan
logam.
Logam dijepit dan perpanjangan adalah kompensasi dari penurunan luas
penampang lintang. Jumlah deformasi yang bisa dicapai pada sekali pengerolan
tergantung pada kondisi friksi (gesek) di sepanjang permukaan. Bila terlalu banyak
yang diinginkan roll tidak dapat memproses material dan slip diatas permukaan.
Apabila terlalu sedekit deformasi untuk sekali lewat pengerolan, maka akan
mengakibatkan biaya produksi yang dibutuhkan menjadi lebih mahal.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi proses Pengerolan


Seperti halnya dengan proses pengerjaan panas yang lain control suhu sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pengerolan. Idealnya, sebelum dilakukan proses
pengerolan, benda kerja dipanaskan hingga suhu panasnya menjadi seragam. Karena
temperature benda kerja sangat mempengaruhi hasil dari proses pengerolan. Apabila
temperature benda kerja tidak seragam, maka deformasi yang terjadi berikutnya juga
tidak seragam.
Contohnya apabila material telah dipanaskan dengan waktu yang tidak
memadai sehingga temperaturnya belum seragam, maka apabila dilakukan proses
pengerolan, bagian luar benda kerja yang panas akan mengalr terlebih dahulu. Atau
bila material telah mengalami pendinginan lebih karena proses sebelumnya,
permukaan yang lebih dingin akan lebih tahan terhadap deformasi. Retak atau sobek
pada permukaan yang lebih dingin mungkin terjadi karena interior yang panas dan
lemah mencoba mengalir.
Pemanufaktur biasanya memanfaatkan panas dari continuous cast langsung
untuk proses selanjutnya. Untuk operasi yang lebih kecil misalnya ingot, slab atau
bloom material dibawa ke suhu rolling yang diinginkan, biasanya dalam tungku gas
atau perendaman minyak yang dipanaskan. Untuk baja karbon murni atau paduan
rendah suhu perendaman sekitar 2200 ℉ (1200 ℃ ). Untuk benda kerja dengan

8
9

penampang yang lebih kecil, biasanya digunakan kumparan induksi untuk


memanaskan material yang akan di roll. Proses pengerolan panas biasanya dihentikan
bila suhu jatuh sekitar 100-200℉ (50-100℃ ) diatas temperature rekristalisasi. Suhu
finishing sebesar itu menjamin produk dengan ukuran butir bagus, seragam dan tidak
ada kemungkinan strain hardening.

2.5 Pengerjaan Panas Logam


Ingot baja masih memerlukan pengerjaan lebih lanjut untuk membentuknya
menjadi benda yang bermanfaat. Bila ingot lebih dingin, proses pembentukan secara
mekanis menjadi batang, baik melalui proses penempaan, pres atau tekan, giling atau
ekstuksi. Untuk menghilangkan pengaruh negatif akibat pengerjaan pada suhu tinggi,
kebanyakan logam ferrous dibentuk lebih lanjut dengan pengerjaan dingin atau
penyelesaian dingin agar diperoleh permukaan yang halus, ketepatan dimensi dan
peningkatan sifat mekanik.
Dua jenis pengerjaan mekanik dimana logam mengalami
deformasi plastik dan perubahan bentuk adalah pengerjaan panas dan pengerjaan
dingin. Pada pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah
dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa. Pada pengerjaan dingin, diperlukan gaya
yang lebih besar, akan tetapi kekuatan logam tersebut akan meningkat dengan cukup
berarti. Suhu rekristalisasi logam menentukan batas antara pengerjaan panas dan
dingin.
Pengerjaan panas logam dilakukan di atas suhu rekristalisasi atau di atas
daerah pengerasan kerja. Pengerjaan dingin dilakukan di bawah suhu rekristalisasi
dan kadang-kadang berlangsung pada suhu ruang. Suhu rekristalisasi baja berkisar
antara 500 OC dan 700 OC. Tidak ada gejala pengerasan kerja diatas suhu
rekristalisasi. Pengerasan kerja baru mulai terjadi ketika limit bawah daerah
rekristalisasi dicapai.

9
10

Selama operasi pengerjaan panas, logam berada dalam keadaan plastik dan muda
dibentuk oleh tekanan. Pengerjaan panas mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai
berikut:
1. Porositas dalam logam dapat dikurangi. Batangan [ingot] setelah dicor umumnya
mengandung banyak lubang-lubang tersebut tertekan dan dapat hilang oleh karena
pengaruh tekanan kerja yang tinggi .
2. Ketidakmurnianan dalam bentuk inklusi terpecah-pecah dan tersebar dalam logam.
3.Butir yang kasar dan butir berbentuk kolum diperhalus. Hal ini berlangsung di
daerah rekristalisasi.
4.Sifat-sifat fisik meningkat, disebabkan oleh karena penghalusan butir. Keuletan
dalam logam meningkat.
5.Jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengubah bentuk baja dalam keadaan panas
jauh lebih rendah dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan untuk pengerjaan
dingin. Segi negatif proses pengerjaan panas tidak dapat diabaikan. Pada suhu yang
tinggi terjadi oksidasi dan pembentukan kerak pada permukaan logam sehingga
penyelesaian permukaan tidak bagus. Alat peralatan pengerjaan panas dan biaya
pemeliharaannya tinggi, namun prosesnya masih jauh lebih ekonomis dibandingkan
dengan pengerjaan logam pada suhu rendah. Proses utama pengerjaan panas logam
adalah :
A.Pengerolan [rolling]
B.Penempaan [forging]
1.Penempaan palu
2.Penempaan timpa
3.penempaan umset
4.penempaan tekan penempaan pres
5.penempaan rol
6.Penempaan dingin
C.Ekstrusi
D.Pembuatan pipa dan tabung

10
11

E.Penarikan
F.Pemutaran panas
G.Cara khusus

2.6 Pengerolan
Batang baja yang tidak dilebur kembali dan dituang dalam cetakan diubah bentuknya
dalam dua tahap :
1.Pengerolan baja menjadi barang setengah jadi: bloom, bilet, slab.
2.Pemrosesan selanjutnya dari bloom, bilet, slab menjadi pelat, lembaran, batangan,
bentuk profil atau lembaran tiffs [foil]. Baja didiamkan dalam cetakan ingot hingga
proses solidipikasi lengkap, kemudian dikeluarkan dari cetakan. Selagi panas, ingot
dimasukan dalam dapur gas yang disebut pit rendam dan dibiarkan sampai mencapai
suhu kerja merata sekitar 1200 °C. Ingot kemudian dibawa ke mesin pengerolan
dimana ingot dibentuk menjadi bentuk setengah jadi seperti bloom, bilet, slab. Bloom
mempunyai ukuran minimal 150x150 mm. Bilet lebih kecil daripada bolm dan
mempunyai ukuran persegi, ukuran mulai dari 40x40mm sampai 150x150 mm.
Bloom atau bilet dapat digiling menjadi slab yang mempunyai lebar minimal 250 mm
dan tebal minimal 40 mm. Lebar selalu tiga (atau lebih) kali tebal, dengan ukuran
maksimal 1500 mm. Pelat, skelp dan setrip tipis digiling dari slab. Salah satu efek
dari operasi pengerjaan panas pengerolan ialah penghalusan butir yang disebabkan
rekristalisasi. Hal ini dapat dilihat pada gamar 1 Struktur yang kasar, kembali menjadi
struktur memanjang akibat pengaruh penggilingan. Karena suhu yang tinggi,
rekristalisasi terjadi dan butir halus mulai terbentuk. Butir-butir tersebut tumbuh
dengan cepat sampai limit bawah suhu rekristalisasi tercapai.

11
12

Gambar 1. Pengaruh pengerolan panas pada bentuk dan besar butir.

Busur AB dan A’B’ merupakan daerah kontak dengan rol. Aksi jepit pada benda
kerja diatasi oleh gaya gesek pada daerah kontak dan logam tertarik diantara rol.
Logam keluar dari rol dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kecepatan masuk. Pada titik antara A dan B kecepatan logam sama dengan kecepatan
keliling rol. Ketebalan mengalami deformasi terbanyak sedangkan lebar hanya
bertambah sedikit. Keseragaman suhu sangan penting pada semua operasi pengerolan
karena hal tersebut berpengaruh atas aliran logam dan plastisitas. Pengerolan primer
dilakukan dalam mesin rol bolak-balik bertingkat dua atau mesin rol kontinyu
bertingkat tiga. Pada mesin bolak-balik bertingkat dua seperti gambar 2A lembaran
logam bergerak diantara rol, yang kemudian dihentikan dan dibalik arahnya dan
operasi tersebut diulang lagi. Pada interval tertentu logam diputar 90 derjat agar
penampang uniform dan butir-butir merata dalam logam tersebut. Diperlukan sekitar
30 pas untuk mengurangi penampang ingot yang besar menjadi bloom (150 X 150
mm minimal). Pada rol atas maupun bawah terdapat alur sehingga memungkinkan
reduksi luas penampang dalam berbagai ukuran. Mesin rol bertingkat dua adalah
mesin serbaguna karena dapat diatur kemampuannya sesuai dengan ukuran batangan

12
13

dan laju reduksi. Hanya ukuran panjang batangan yang dapat dirol tebatas dan pada
setiap siklus pembalikan gaya kelembaman harus diatasi. Kerugian ini diatasi pada
mesin rol bertingkat tiga, gambar 2.C, namun disini diperlukan adanya mekanisme
elevasi. Selain ini terdapat sedikit kesulitan dalam mengatur kecepatan nol, mesin rol
bertingkat tiga lebih murah dan mempunyai keluaran lebih tinggi dibandingkan
dengan mesin bolak-balik.

Gambar 2.

13
14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rolling atau pengerolan logam adalah sebuah proses untuk mengurangi ketebalan
atau luas penampang dari suatu logam atau benda kerja, dengan melewatkan benda
kerja pada sepasang roll yang berputar dengan arah yang berlawanan. Celah atau gap
diantara dua roll yang berputar lebih kecil dari ketebalan logam yang akan masuk.
Proses rolling ini banyak digunakan pada proses pengerjaan logam, karena
memberikan kemungkinan untuk memproduksi produk akhir yang berkualitas tinggi
dan mudah dikontrol. Biasanya bahan kerja yang digunakan dalam proses pengerolan
panas berupa potongan besar logam dalam bentuk slab atau bloom untuk tahap
berikutnya, sehingga pada akhirnya diperoleh bentuk batang, plat, atau lembaran.
Akibat proses pengerjaan dingin, secara umum ialah; terjadinya tegangan dalam
logam, yang dapat dihilangkan dengan suatu perlakuan panas, struktur butir
mengalami distorsi perpecahan, kekerasan dan kekuatan meningkat, hal ini seiring
dengan kemudahan dalam keuletan, suhu rekristalisasi baja meningkat, penyelsaian
permukaan lebih baik. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi proses Pengerolan Seperti
halnya dengan proses pengerjaan panas yang lain control suhu sangat mempengaruhi
keberhasilan proses pengerolan. Contohnya apabila material telah dipanaskan dengan
waktu yang tidak memadai sehingga temperaturnya belum seragam, maka apabila
dilakukan proses pengerolan, bagian luar benda kerja yang panas akan mengalr
terlebih dahulu. Atau bila material telah mengalami pendinginan lebih karena proses
sebelumnya, permukaan yang lebih dingin akan lebih tahan terhadap deformasi.
yang kemudian dihentikan dan dibalik arahnya dan operasi tersebut diulang lagi.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

https://www.aeroengineering.co.id/2022/04/proses-dan-peralatan-pada-pengerolan-
rolling-logam/
https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-metal-forming/proses-
pengerjaan-panas-hot-working/
https://www.academia.edu/38044820/
PROSES_PRODUKSI_I_PROSES_PENGERJAAN_PANAS_LOGAM_PROSES_P
ENGEROLAN_ROLLING
https://dosen.itats.ac.id/gatotsetyono/wp-content/uploads/sites/32/2016/09/bab4-
pp.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai