Anda di halaman 1dari 13

Laporan

Pembentukan Logam

Dosen Pengampu Mata Kuliah Bpk.Hidir Efendi

NAMA KELOMPOK 2

M.Hamim Aziz 5173121016

Reynaldo R Sitompul 5163321015

Rachmat Andhika F Hasibuan 5173121023

Gabriel Nael Saragih 5173121010

Kirenius Kiki L.gaol 5193321010

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses tempa ( forging) merupakan salah satu proses pengerjaan material yang
dilakukan dengan cara mengubah bentuk benda kerja dengan cara memberikan
gaya dari luar (external Force) melalui satu atau beberapa cetakan (dies/tool)
sampai terjadi deformasi plastis. Gaya pembentukan yang akan mengubah bentuk
benda kerja secara permanent. Dengan adanya gaya dari luar akan terjadi aliran
logam dengan membentuk mengikuti bentuk tool/dies sebagai shape candidate.

Dalam prosesnya ada dua hal yang saling terkait agar mencapai effisiensi proses
dan kualitas produk yang tinggi yaitu mendesain proses produksi dan merancang
cetakan.

Proses produksi memperhatikan geometri dan kondisi internal produk (sebagai


contoh adalah aliran logam (metal flow)) sedangkan disain cetakan disamping
tergantung akan hal tersebut diatas juga menjawab bagaimana agar cetakan dapat
bertahan lama.

Umur cetakan akan dibatasi oleh penggunaan saat menghasilkan cacat produk.
Cacat ini dapat disebabkan karena pada cetakan terdapat retak, pecah ataupun efek
keausan yang merupakan kerusakan nyata yang sulit diprediksi dan diamati secara
langsung kapan dan dimana akan terjadi, apalagi kondisi kerja dalam keadaan
panas (hot forging) dengan kecepatan yang tinggi. Sedangkan pemahaman akan
umur cetakan merupakan bagian penting dalam merencanakan proses produksi
selanjutnya.
Variable penting yang berperan dalam proses produksinya adalah temperature
benda kerja (billet) , tekanan yang dibutuhkan, serta kecepatan pemukulan yang
menghasilkan aliran material didalam cetakan.

Perancangan cetakan dan tahapan produksi merupakan tahap awal terpenting


dalam proses pembentukan benda kerja dengan tempa ( forging ). Banyak factor
yang berpengaruh dalam perancangan cetakan yang harus diperhatikan agar
diperoleh hasil yang optimal.

Berdasarkan studi jurnal-jurnal sebelumnya diperoleh empat variable utama yang


berperan dalam proses pembentukan tempa yaitu temperature, tekanan, kecepatan
pemukulan dan pelumasan yang diberikan. Empat variable utama ini memberi
kontribusi yang besar terhadap tingkat kerusakan ( failure), keausan (wearing)
atau cacat (defect) lainnya pada proses forging.
BAB II

ISI LAPORAN

1. Kompetensi

Mahasiswa dapat membuat rak aquarium

2. Sub Kompetensi

a. Membuat bukaan rak aquarium

b. Menggunting plat

c. Membuat sambungan lipat lurus

d. Membuat sambungan lipat bersudut

e. Membuat sambungan pipa siku seperti pada gambar ilustarasi

3. Alat dan Bahan

a. Penggores

b. Mistar baja

c. Gunting Plat

d. Tang Kecil

e. Palu Plastic

f. Landasan kerja plat

g. Alur perapat

h. Seng Plat Bwg 32 ukuran 200x225 mm


4. Keselamatan kerja

a. Bekas-bekas guntingan plat harus segera dimasukkan kedalam tempat


sampah yang telah disediakan

b. Gunakan sarung tangan jika memegagang plat yang tepinya tajam

c. Dilarang bersendau gurau ketika sedang praktek

5. Langkah Kerja

a. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan

b. Periksa bahan dari kecukupan ukurannya

c. Lakukan pengukuran benda kerja sesuai dengan ukuran pada gambar


BAB III

Landasan Teori

Proses pembentukan logam, yang diklasifikasikan dengan berbagai cara, yaitu


dikarenakan :

1. berdasarkan daerah temperature pengerjaan

2. berdasarkan jenis gaya pembentukan 3. berdasarkan bentuk benda kerja

4. berdasarkan tahapan produk

Klasifikasi berdasarkan temperature pengerjaan :

1.Proses pengerjaan panas : proses pembentukan yang dilakukan pada daerah


temperature rekristalisasi logam yang diproses. Akibat konkretnya ialah logam
bersifat lunak pada temperature tinggi. Keuntungannya : bahwa deformasi yang
diberikan kepada benda kerja dapat relative besar, hal ini dikarenakan sifat lunak
dan sifat ulet pada benda kerja, sehingga gaya pembentukan yang dibutuhkan
relative kecil, serta benda kerja mampu menerima perubahan bentuk yang besar
tanpa retak.

2.Proses pengerjaan dingin : proses pembentukan yang dilakukan pada daerah


temperature dibawah temperature rekristalisasi, pada umumnya pengerjaan dingin
dilakukan pada suhu temperature kamar, atau tanpa pemanasan. Pada kondisi ini,
logam yang dideformasi terjadi

peristiwa pengerasan regangan. Logam akan bersifat makin keras dan makin kuat,
tetapi makin getas bila mengalami deformasi, bila dipaksakan adanya suatu
perubahan bentuk yang besar, maka benda kerja akan retak akibat sifat getasnya.
Keunggulan : kondisi permukaan benda kerja yang lebih baik dari pada yang
diproses dengan pengerjaan panas, hal ini dikarenakan tidak adanya proses
pemanasan yang dapat menimbulkan kerak pada permukaan. Contoh, proses
penarikan kawat, dan pembentukan pelat.
Klasifikasi berdasarkan gaya pembentukan :

1.pembentukan dengan tekanan, contoh tempa, pengerolan, ekstrusi, pukul putar.

2.pembentukan dengan tekanan dan tarikan, contoh : penarikan kawat, pipa,


penarikan dalam, dan penipisan dinding tabung.

3.pembentukan dengan tarikan, contoh : tarik regang, ekspansi.

4.pembentukan dengan tekukan, contoh : proses tekuk, proses rol tekuk. 5.


pembentukan dengan geseran.

Klasifikasi berdasarkan bentuk benda kerja :

1. pembentukan benda kerja masif atau pejal, ciri : terjadinya perubahan tebal pada
benda kerja secara maksimal, atau mencolok selama diproses.
Klasifikasi berdasarkan tahapan produk :

1.proses pembentukan primer, proses ini menghasilkan produk setengah jadi.


Contoh : pelat dan profil dari bahan baku berupa ingot, slab dan billet.

2.proses pembentukan sekunder, proses lebih lanjut yang dihasilkan oleh proses
primer, atau proses final. Contoh, penarikan kawat, penarikan dalam, dan
pembuatan pipa dan plat.

Secara makrokopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran.
Deformasi dibedakan atas deformasi elastis dan plastis. Deformasi elastis,
perubahan bentuk yang terjadi

bila ada gaya yang berkerja, serta akan hilang bila bebannya ditiadakan (benda
akan kembali kebentuk dan ukuran semula). Deformasi plastis, perubahan bentuk
yang permanen, meskipun bebannya dihilangkan.

Mekanisme deformasi secara mikro. Secara mikro, perubahan bentuk baik


deformasi elastis maupun plastis disebabkan oleh bergesernya kedudukan atom-
atom dari tempatnya semula. Pada deformasi elasitis adanya tegangan akan
menggeser atom-atom ke tempat kedudukannya yang

baru, dan atom-atom tersebut akan kembali ke tempatnya yang semula bila
tegangan tersebut ditiadakan. Jarak pergeseran atom secara elastis, yaitu tidak
kuran dari 0,5%. Pada deformasi

plastis, atom-atom yang bergeser menempati kedudukannya yang baru dan stabil,
meskipun beban (tegangan) dihilangkan, atom-atom tersebut tetap berada pada
kedudukan yang baru. Model pergeseran atom-atom tersebut disebut slip.
Mekanisme slip.

Atom-atom logam tersusun secara teratur mengikuti pola geometris yang tertentu.
Adanya tegangan geser yang cukup besar, maka atom akan bergeser dan berpindah
serta menempati

posisinya yang baru. Bidang-bidang atom yang jaraknya berjauhan adalah yang
kerapatan atomnya tinggi. Maka, bidang slip adalah bidang yang rapat atomnya
tinggi. Pergeseran atom- atom ini juga mempunyai arah, yang disebut arah slip.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menghasilkan hasil yang maksimal,maka itu harus fokus dalam melakukan
pengerjaan dan kita juga harus memperbaiki alat alat yang kita gunakan dalam
pengerjaan jobsheet dalam matakuliah ini

B. Saran

Saran yang bisa diberikan oleh kami adalah dalam melakukan proses pengelasan
atau proses pembentukan logam sebaiknya para pekerja menggunakan alat
keselamatan yang memadai.
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 01.

Contoh Gambar yang ingin dibuat oleh Mahasiswa/Mahasiswi Matakuliah


Pembentukan Logam
Gambar 02

Mahasiswa sedang melakukan Pengelasan

Gambar 03

Mahasiswa sedang melakukan penge-cat’an


Gambar 04

Hasil dari kerja tangan Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai