Disusun Oleh :
M.Nur Satrio
1422110021
FAKULTAS TEKNIK
2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan calon penerus bangsa yang handal
atau rekondisi yang dilakukan yaaitu pada sistem utama mesin colt diese ini juga
palembang.
wawasan mengenai dunia industri bahan insdustri teknik mesin walaupun penulis
dan penguasaan materi. Namun berkat dorongan, dan motivasi dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun secara tidak langsung maka alhamdulillah laporan
Batasan Masalah
penulis hanya mencoba membahas tentang cara overhoul engine colt diesel.
yang bersangkutan serta melihat dari buku-buku referensi mengenai data-data yang
tersebut, penulis mencoba menyesuaikan antara apa yang telah didapat dalam teori
kopetensi.
4
Manfaat Penelitian
1. Praktek langsung salah satu untuk memperoleh data dengan cara pelaksanaan
2. Dapat dijadikan sumber referensi ilmiah bidang teknik mesin, khususnya dalam
BAB II
1. Siklus ideal
2. Siklus aktual
3. Siklus gabungan
gabungan antara siklus ideal dan siklus aktual untuk melakukan perhitungan pada
motor diesel.
Untuk menjelaskan makna dari diagram p-v pada motor torak terlebih dahulu
perlu kita pakai beberapa idealisasi, sehingga prosesnya dapat dipahami secara lebih
mudah. Proses yang sebenarnya (aktual) berbeda dengan proses yang ideal tersebut,
dimana perbedaan tersebut menjadi semakin besar jika idealisasi yang digunakan itu
terlalu jauh menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, proses siklus yang ideal itu
biasa disebut dengan siklus udara, dengan beberapa idealisasi sebagai berikut:
konstan.
4. Pada akhir proses ekspansi, yaitu saat piston mencapai TMB, fluida
kerja didinginkan sehingga tekanan dan suhunya turun mencapai
tekanan dan suhu udara luar (atmosfer).
6
langkah hisap adalah konstan dan sama dengan tekanan dan suhu udara
luar.
yang dianggap sebagai siklus dasar dari setiap mesin empat langkah.
Pada waktu piston berada pada TMB (titik a) udara dalam kondisi atmosfer. Gerakan
piston dari TMB ke TMA (titik c) menyebabkan udara pada kondisi atmosfer
tersebut mengalami kompresi isentropik hingga piston mencapai TMA. Pada waktu
piston berada pada posisi TMA udara dipanasi pada tekanan konstan sehingga
menyebabkan suhu dan volume udaranya naik, proses ini berakhir pada titik (z).
isentropik. Pada saat piston mencapai posisi TMB (titik b) udara didinginkan hingga
pada kondisi atmosfer (titik a). Gerakan piston selanjutnya dari TMB ke TMA yaitu
dari titik a-r adalah langkah buang pada tekanan konstan. Sedangkan gerakan piston
yang berikutnya dari TMA ke TMB, yaitu dari titik r-a adalah langkah hisap pada
tekanan konstan yang sama dengan tekanan buang. Jika siklus kerja motor
fluida kerja.
Pada siklus aktual hambatan hidraulik (rugi-rugi gesekan fluida) yang timbul
pada sistem pemasukan akan menurunkan tekanan udara yang masuk ke dalam ruang
bakar. Karena gerakan piston yang tidak seragam menyebabkan proses pengisian
ruang bakar juga bervariasi. Tampak pada gambar 3.2 langkah pengisapan ( r-a)
dinding silinder dengan udara. Oleh karena itu garis kompresi pada diagram p-v
bukan garis adiabatik, tetapi ditunjukkan oleh kurva berlangsung secara politropik
pembakaran sampai mendekati TMA. Sehingga tekanan gas pada proses ini tidak
bergerak naik menurut garis vertikal seperti pada pembakaran yang terjadi dalam
volume konstan, tetapi mengikuti kurva yang semakin menjauhi sumbu-y. Setelah
perpindahan panas antara gas hasil pembakaran dengan dinding silinder. Oleh karena
itu proes ekspansi tidak berlangsung secara adiabatik, tetapi berlangsung secara
Motor diesel dan motor bensin mempunyai beberapa perbedaan utama, bila
Item
a. Pemakaian bahan bakar lebih hemat, karena efisiensi panas lebih baik, biaya
b. Daya tahan lebih lama dan gangguan lebih sedikit, karena tidak menggunakan
sistem pengapian
Secara singkat prinsip kerja motor diesel 4 tak adalah sebagai berikut:
a. Langkah isap, yaitu waktu torak bergerak dari TMA ke TMB. Udara diisap
b. Langkah kompresi, yaitu ketika torak bergerak dari TMB ke TMA dengan
memampatkan udara yang diisap, karena kedua katup isap dan katup buang
tertutup, sehingga tekanan dan suhu udara dalam silinder tersebut akan naik.
c. Langkah usaha, ketika katup isap dan katup buang masih tertutup, partikel
bertekanan dan suhu tinggi, sehingga terjadilah pembakaran. Pada langkah ini
bertahap.
d. Langkah buang, ketika torak bergerak terus dari TMA ke TMB dengan katup
isap tertutup dan katup buang terbuka, sehingga gas bekas pembakaran
terdorong keluar.
Gambar 2. Prinsip kerja motor diesel 4 tak
terbakar.
b) Periode 2: Perambatan api (B-C) Pada periode 2 ini campuran bahan bakar
dan udara tersebut akan terbakar di beberapa tempat. Nyala api akan
c) Periode 3: Pembakaran langsung (C-D) Akibat nyala api dalam silinder, maka
Ruang bakar pada motor diesel lebih rumit disbanding ruang bakar motor bensin.
Bentuk ruang bakar pada motor diesel sangat menentukan kemampuan mesin, sebab
ruang bakar tersebut direncanakan dengan tujuan agar campuran bahan udara dan
Keuntungan ruang bakar langsung adalah: (1) efisiensi panas lebih tingi,
pemakaian bahan bakar lebih hemat karena bentuk ruang bakar yang sederhana,
(2) start dapat mudah dilakukan pada waktu mesin dingin tanpa menggunakan alat
bantu start busi pijar (glow plug), dan (3) cocok untuk mesinmesin besar karena
yang baik, (2) memerlukan tekanan injeksi yang lebih tinggi, (3) sering terjadi
gangguan nozzle, umur nozzle lebih pendek karena menggunakan nozzle lubang
banyak (multiple hole nozzle), dan (4) dibandingkan dengan jenis ruang bakar
PECIFICATION
110PS 125PS 136PS
DIMENSION
FE71 FE73 FE73HD FE74 FE74HD FE75 FE84
Overall
(mm) 4735 5960 5960 5960 5960 5960 6050
Length
Overall
(mm) 1750 1870 1870 1970 1970 1970 2035
Width
Overall
(mm) 2055 2130 2130 2145 2145 2120 2210
Height
Wheelbase (mm) 2500 3350 3350 3350 3350 3350 3350
Front Tread (mm) 1390 1390 1390 1400 1400 1400 1665
Rear Tread (mm) 1380 1435 1435 1495 1495 1495 156
Ground
(mm) 200 200 200 210 210 210 210
Clearance
WEIGHT
Kerb Weight (kg) 1835 2145 2175 2310 2330 2330 2465
G.V.W. (kg) 5150 7000 7000 7500 7500 8000 8000
PERFORMANCE
Max Speed (km/h) 116 100 94 120 113 107 107
Max
Climbing (tan Ø) 42.0 39.0 42.5 41.0 47.0 50.0 50.0
Ability
Min. Turning
(m) 5.1 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0
Radius
ENGINE
Model 4D34-2AT5 4D34-2AT8 4D34-2AT7
Type Direct Injection 4 stroke, water cooling with turbo intercooler
Configuration 4 cylinder in line
Bore x (mm x
104 x 115 104 x 115 108 x 115
Stroke mm)
Displacement (cc) 3908 3908 3908
Max Output (PS/rpm) 110/2900 125/2900 136/2900
Max Torque (kg/rpm) 28/1600 33/1600 38/1600
TRANSMISSION FE71 FE73 FE73HD FE74 FE74HD FE75 FE84
Model M025S5 M025S5 M025S5 M035S5 M035S5 M035S5 M035S5
Type 5 Speed, 1-5 synchromesh, reverse constantmesh
1st 5.181 5.181 5.181 5.380 5.380 5.380 5.380
nd
2 2.865 2.865 2.865 3.028 3.028 3.028 3.028
3rd 1.593 1.593 1.593 1.700 1.700 1.700 1.700
Gear th
4 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
ratio
5th 0.739 0.739 0.739 0.722 0.722 0.722 0.722
Reverse 5.181 5.181 5.181 5.380 5.380 5.380 5.380
Final 4.875 5.714 6.166 6.571 6.166 6.166 6.166
Single Dry Clutch :
Clutch Single Dry Clutch : C4W30D
C3W28D
AXLE
Front Reserve Elliot, type "I" beam
Rear Full floating type
SUSPENSION
Front & Rear Semi elliptic, laminated leaf spring with shock absorber
TYRE & WHEEL
7.50-15- 7.00-16- 7.00-16- 7.50-16- 7.50-16- 7.50-16- 7.50-16-
Tyre Size
12PR 14PR 14PR 14PR 14PR 14PR 14PR
Wheel Disc 5.50Fx15 5.50Fx16 5.50Fx16 6.00GSx16 6.00GSx16 6.00GSx16 6.00GSx16
BRAKE
Service Brake Hydraulic double circuit with Vaccum Servo Assistance
Parking Brake Internal Expanding type for rear transmission
Auxiliary Brake Exhaust brake system
OTHER
Steering Ball&Nut type, tilt steering (+ Power Steering - HD, FE75 & FE84)
Battery 24V-60AH (N50Z) average at 20 hours
FUEL SYSTEM FE71 FE73 FE73HD FE74 FE74HD FE75 FE84
Fuel Tank
(liter) 70 100 100 100 100 100 100
Capacity
Gambar Colt Diesel Engine 4D34-2AT5
BAB III
Cylinder Head
Cylinder head terbuat dari besi tuang (konstruksi mesin lama) saat ini banyak
diaplikasikan cylinder head yang terbuat dari campuran aluminium. Cylinder head
berfungsi sebagai dudukan mekanisme katup, karburator, busi dan sebagai ruang
Lakukan pembersihan kerak pada ruang bakar dan semua komponen mekanisme
Cylinder block
Cylinder block berfungsi untuk dudukan komponen mesin dan terdapat water jacket
untuk tempat aliran air pendingin. Silinder liner adalah silinder yang dapat dilepas.
Silinder liner dibagi menjadi 2 tipe : dry type dan wet type seperti ditunjukkan
gambar dibawah. Dry type mempunyai keuntungan effisiensi panas lebih baik, tetapi
pendinginan pada liner kurang baik. Wet type mempunyai keuntungan pendinginan
1 2 3 4
X Y X Y X Y X Y
X: Y: X: Y: X: Y: X: Y:
52,484 52,484 52,484 52,484 52,484 52,484 52,484 52,484
mm mm mm mm mm mm mm mm
X1 : Y1 : X1 : Y1 : X1 : Y1 : X1 : Y1 :
52,484 52,484 52,484 52,484 52,484 52,484 52,484 52,484
mm mm mm mm mm mm mm mm
PISTON
Piston bergerak turun naik di dalam silinder untuk melakukan langkah hisap,
kompresi, usaha, dan buang. Fungsi utama piston adalah untuk menerima tekanan
pembakaran dan meneruskannya ke poros engkol. Piston terbuat dari paduan
alumunium karena ringan dan radiasi panas yang baik.
Fungsi Dari torak adalah mengisap, mengkompresi dan memikuk tekanan hasil
pembakaran serta menyalurkannya ke poros engkol melalui batang torak dan sebagi
pendorong gas sisa pembakaran keluar dari silinder serta sebagai penyekat antara
ruang engkol dengan silinder. Torak pada motor 2 tak juga berfungsi sebagai
katup/pengatur dalam proses pembilasan.
Gambar 4.17 Piston
PENGUKURAN DIAMETER LUAR PISTON :
Piston 1 Piston 2
No 1 : 0,30 No 2 : 0,41 Oil : 0,25 No 1 : 0,30 No 2 : 0,41 Oil : 0,25
mm mm mm mm mm mm
Piston 3 Piston 4
No 1 : 0,30 No 2 : 0,41 Oil : 0,25 No 1 : 0,30 No 2 : 0,41 Oil : 0,25
mm mm mm mm mm mm
Cara Pengukuran :
a) Ukur diameter silinder bagian atas yang tidak terkena gesekan ring torak
b) Ambil micrometer yang sesuai dengan hasil pengukuran tersebut
c) Kalibarasi micrometer dan setting/posisikan micrometer sesuai dengan hasil
pengukuran dengan jangka sorong (untuk memudahkan penghitungan dapat
dibulatkan ketasa atau kebawah).
d) Rakit silinder Boore Gauge yang sesuai dengan ukuran (dapat dicoba masukkan
dalam silinder) kemudian kalibrasi silinder bore dengan micrometer tersebut (pada
saat silinder bore diukur dengan micrometer dibuat posisi jarum dial pada angka nol
dan jangan merubah posisi micrometer).
e) Ukur diameter silinder dengan silinder bore gauge pada enam posisi yaitu bagian
yang terkena gesekan ring torak bagian atas (melintang dan membujur (X dan
Y), bagian tengan (X dan Y), dan Bagian bawah (X dan Y) .
Linier Cylinder 1
X1 : 91,10 mm X2 : 91,10 mm X3 : 91,10 mm
Y1 : 91,10 mm Y2 :91,10 mm Y3 : 91,10 mm
Linier Cylinder 2
X1 : 91,10 mm X2 : 91,10 mm X3 : 91,10 mm
Y1 : 91,10 mm Y2 : 91,10 mm Y3 : 91,10 mm
Linier Cylinder 3
X1 : 91,10 mm X2 : 91,10 mm X3 : 91,10 mm
Y1 : 91,10 mm Y2 : 91,10 mm Y3 : 91,10 mm
Linier Cylinder 4
X1 : 91,10 mm X2 : 91,10 mm X3 : 91,10 mm
Y1 :91,10 mm Y2 : 91,10 mm Y3 : 91,10 mm
Gambar 4.20 Alat ukur dial gauge dan micrometer
BAB IV
PEMBAHASAN
PECIFICATION
110PS 125PS 136PS
DIMENSION
FE71 FE73 FE73HD FE74 FE74HD FE75 FE84
Overall Length (mm) 4735 5960 5960 5960 5960 5960 6050
Overall Width (mm) 1750 1870 1870 1970 1970 1970 2035
Overall Height (mm) 2055 2130 2130 2145 2145 2120 2210
Wheelbase (mm) 2500 3350 3350 3350 3350 3350 3350
Front Tread (mm) 1390 1390 1390 1400 1400 1400 1665
Rear Tread (mm) 1380 1435 1435 1495 1495 1495 156
Ground 200 200 200 210 210 210 210
Clearance (mm)
WEIGHT
Kerb Weight (kg) 1835 2145 2175 2310 2330 2330 2465
G.V.W. (kg) 5150 7000 7000 7500 7500 8000 8000
PERFORMANCE
Max Speed (km/h) 116 100 94 120 113 107 107
Max Climbing 42.0 39.0 42.5 41.0 47.0 50.0 50.0
(tan Ø)
Ability
Min. Turning 5.1 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0
(m)
Radius
ENGINE
Model 4D34-2AT5 4D34-2AT8 4D34-2AT7
Type Direct Injection 4 stroke, water cooling with turbo intercooler
Configuration 4 cylinder in line
(mm x
Bore x Stroke 104 x 115 104 x 115 108 x 115
mm)
Displacement (cc) 3908 3908 3908
Max Output (PS/rpm) 110/2900 125/2900 136/2900
Max Torque (kg/rpm) 28/1600 33/1600 38/1600
TRANSMISSION FE71 FE73 FE73HD FE74 FE74HD FE75 FE84
Model M025S5 M025S5 M025S5 M035S5 M035S5 M035S5 M035S5
Type 5 Speed, 1-5 synchromesh, reverse constantmesh
1st 5.181 5.181 5.181 5.380 5.380 5.380 5.380
nd
2 2.865 2.865 2.865 3.028 3.028 3.028 3.028
rd
3 1.593 1.593 1.593 1.700 1.700 1.700 1.700
Gear th
4 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
ratio
5th 0.739 0.739 0.739 0.722 0.722 0.722 0.722
Reverse 5.181 5.181 5.181 5.380 5.380 5.380 5.380
Final 4.875 5.714 6.166 6.571 6.166 6.166 6.166
Single Dry Clutch :
Clutch Single Dry Clutch : C4W30D
C3W28D
AXLE
Front Reserve Elliot, type "I" beam
Rear Full floating type
SUSPENSION
Front & Rear Semi elliptic, laminated leaf spring with shock absorber
TYRE & WHEEL
7.50-15- 7.00-16- 7.00-16- 7.50-16- 7.50-16- 7.50-16- 7.50-16-
Tyre Size
12PR 14PR 14PR 14PR 14PR 14PR 14PR
Wheel Disc 5.50Fx15 5.50Fx16 5.50Fx16 6.00GSx16 6.00GSx16 6.00GSx16 6.00GSx16
BRAKE
Service Brake Hydraulic double circuit with Vaccum Servo Assistance
Parking Brake Internal Expanding type for rear transmission
Auxiliary Brake Exhaust brake system
OTHER
Steering Ball&Nut type, tilt steering (+ Power Steering - HD, FE75 & FE84)
Battery 24V-60AH (N50Z) average at 20 hours
FUEL SYSTEM FE71 FE73 FE73HD FE74 FE74HD FE75 FE84
Fuel Tank
(liter) 70 100 100 100 100 100 100
Capacity
Langkah Hisap
Seperti telah dijelaskan di atas pada langkah isap terjadi penurunan tekanan
atmosfer yang sesungguhnya, hal ini disebabkan karena rugi-rugi gesekan fluida pasa
sistem pengisapan. Udara luar pada tekanan atmosfer mengalir masuk ke dalam ruang
bakar karena adanya perbedaan tekanan yang lebih rendah di dalam ruang bakar.
Sejumlah muatan udara segar dialirkan saat langkah hisap, hal ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara udara luar ( tekanan atmosfer ) dengan
tekanan dalam silinder karena adanya penambahan volume silinder yang disebabkan
gerak langkah piston dari tititk mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB).
Pengaliran muatan segar ini melalui saluran hisap dan akan melewati katup hisap
saat terbuka. Katup hisap terbuka beberapa derajat sebelum TMA saat langkah
buang. Saat torak menuju TMB, campuran segar mengalir ke dalam silinder.
1. Tahanan hidraulis dari sistem saluran hisap, tekanan akan direduksi sebesar ΔP.
2. Adanya sisa hasil pembakaran di dalam silinder yang mendiami sebagian volume
silinder.
3. Pemanasan campuran udara – bahan bakar oleh permukaan dinding saluran hisap
dan ruang di luar silinder sebesar ΔT yang akan mengurangi kerapatan campuran.
1. Tekanan di Dalam Silinder Selama Proses Pengisapan
Adanya gesekan di dalam saluran isap akan mengurangi jumlah muatan segar
tahanan hidraulik muatan dapat dicari bila diketahui rugi–rugi tekanan ΔPa dalam
sistem hisap atau tekanan Pa pada saat proses penghisapan berakhir. Tekanan di
dalam silinder selama proses pengisian dapat dicari secara tepat bila prosesnya stabil.
Pada mesin 4 langkah saat mencapai kecepatan dan daya rata-rata Pa. Tekanan akhir
langkah hisap dihitung dengan persamaan 3.1 (Petrovsky, Tahun 1979, hal 27)
dengan:
Pa = (0,9195) Po
= 0,9195 x 0,1013
= 0,09315 Mpa
Drop pressure yang terjadi dihitung dengan menggunakan persamaan 3.2 (Petrovsky,
dengan :
Pa = (0,04) Po
= 0,04 x 0,1013
= 0,00405 Mpa
dengan:
ΔTw = Peningkatan panas akibat kontak dengan dinding silinder dan piston
aktual We yang dikompresi di dalam silinder dengan jumlah Wo yang akan diisikan di
dalam volume kerja silinder Vd pada tekanan dan suhu udara luar (p0 dan T0). Pada
mesin tanpa supercarjer, p0 dan T0 menyatakan tekanan dan suhu udara luar, tapi pada
mesin dengan supercarjer p0 = psup dan T0 = Tsup yang merupakan tekanan dan suhu
udara setelah melewati blower. Maka efisiensi pengisian dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 3.4 (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 32) yaitu sebagai
berikut :
ε Pa 1
ηch = Po (3.4)
Ta
ε −1 (1+ γr)
To
dengan:
ε = Perbandingan kompresi.
γr = Koefisien gas buang. Besarnya 0,03-0,04 ..(Petrovsky, Tahun 1979, hal
1
18,2 0,09315
ηch = 333,1696
0,1013 (1 + 0,038)
18,2 −1 301
= 0,8468766
4. Langkah Kompresi
Langkah kompresi merupakan lanjutan dari langkah hisap. Katup hisap akan
tertutup sebelum piston akan mencapai TMB. Akhirnya pada saat piston mencapai
posisi terdekat dengan silinder maka pada motor diesel pada umumnya tekanan dan
temperaturnya berturut-turut dapat mencapai kurang lebih 50 kg/cm2 dan 550oC dan
proses tersebut disebut dengan proses kompresi (Sumber: Wiranto Arismunandar, hal
4)
Temperatur dan tekanan pada akhir langkah kompresi akan dibatasi oleh suatu
kondisi yang disebut dengan detonasi. Detonasi adalah suatu kondisi dimana
campuran bahan bakar dan udara akan terbakar lebih awal atau dikarenakan oleh
pembakaran mula. Hal ini disebabkan karena temperatur dan tekanan ruang bakar
terlalu tinggi melebihi temperatur dan tekanan campuran bahan bakar dan udara yang
berada dalam ruang bakar yang diijinkan, sehingga terjadi pembakaran mula. Detonasi
ini sifatnya sangat merugikan, karena panas hasil pembakaran banyak yang terbuang.
Proses kompresi pada siklus actual berlangsung secara politropis sehingga
temperatur dan tekanan pada akhir langkah kompresi, dihitung dengan menggunakan
yang besarnya 1,34 – 1,39 (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 33).
Eksponen politropis dicari dengan metode trial error dari persaman 3.5 (sumber :
1,985 (3.5)
A+ B +T (
a
k −1
1 ) 1.98
+1 = 5
k1 − 1
dengan :
k−1
persamaan 3.6 (Petrovsky, Tahun 1979, hal 32) yaitu sebagai berikut :
Pc = Pa n1 (3.6)
dengan:
ε = Perbandingan kompresi
33).
Pc = Pa ε n1
= 0,09315 Mpa 18,21,3732
= 5,0036 MPa
persamaan 3.7 (Petrovsky, Tahun 1979, hal 32) yaitu sebagai berikut :
Tc = Ta εn1-1 (3.7)
dengan:
ε = Perbandingan kompresi
Tc = Ta n1−1
= 333,1696 18,2(1,3732−1)
= 983,839 K
6. Proses Pembakaran
Proses pembakaran terjadi saat piston berada beberapa derajat sebelum TMA.
Campuran udara dan bahan bakar yang terkurung di dalam ruang bakar dimampatkan
pada saat proses kompresi, sehingga tekanan dan suhu di dalam ruang bakar naik
secara tiba-tiba.
Pada proses ini terjadi pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang
unsur utamanya adalah karbon, hidrogen dan oksigen. Udara mengandung 23%
oksigen (O2 ) 76,7%; Nitrogen (N2) dalam basis massa, sedangkan mengandung 21%
7. Reaksi Pembakaran
dan o kg Oksigen.
1 kg = c kg + h kg + o kg
C + O2 = CO2
12 kg C + 32 kg O2 = 44 kg CO2
32
kg O = 44 CO
2
2
1 kg C + 12 12
32 kg O2 = c 44
1 kg C + c CO2
12 12
Dalam mol :
c
c CO2
1 kg C + kg O2 = 12
12
2 C + O2 = 2CO
24 kg C + 32 kg O2 = 56 kg CO
32 56
1 kg C + kg O2 = kg CO
24 24
c
32 kg O2 = c
c kg C + 56 kg CO
24
24
24 kg C + 1 mol O2 = 2 mol CO
c c
mol O2 = mol CO
c kg C + 24 12
Sehingga dengan melihat reaksi diatas, jumlah oksigen (O2) secara teoritis yang
c
O2 = + h − 0 mol
12 4 32
0 = mol O2 yang terlibat dalam pembakaran 1 kg bahan bakar
dimana
32
C = 86 %
H = 13 %
O2 = 1 %
Sehingga kebutuhan udara secara teoritis dapat dihitung dengan persamaan 3.8
1 c + h −o )
Lo' = ( ( 3.8)
4 32
0,21 12
1 0,86 0,13
Lo' = ( ) ( + + 0,01 )
12 4 32
0,21
1
= 0,494 mol/kg bahan bakar
8. Koefisien Kelebihan Udara
Jumlah udara yang digunakan mesin akan bertambah besar, mengecil atau
bahkan setimbang terhadap perhitungan teoritisnya, tergantung pada tipe tiap susunan
campuran bahan bakar dan udara. Perbandingan jumlah udara yang ikut terbakar
udara (α)
Pada motor diesel kecil putaran tinggi harga α = 1,3 – 1,7(Sumber : Petrovsky, Tahun
0,86
=
M co2
12
= 0,071 mol
0,13
M =
H2O
2
= 0,065 mol
'
M O2 = 0,21(α − 1)Lo
= 0,21(1,7 −1)0,494
= 0,072 mol
M = 0.79 α Lo'
N2
= 0,79 1,7 0,494
= 0,66 mol
0,071
Vco2 =
0,868
= 0,081
0,065
VH2O =
0,868
= 0,074
0,072
VO2 =
0,868
= 0,082
0,66
VN2 =
0,868
= 0,760
Kebutuhan udara total secara aktual dapat dihitung dengan persamaan 3.9 (petrovsky,
L'= Lo'α
= 0,494 1,7
= 0,839kg
ΔMg (3.10)
μ0 = 1+
αLo'
dengan :
ΔMg = Mg − αLo'
= 0,868 -1,7 0,494
= 0,028
0,028
μ0 = 1 +
1,7 0,494
= 1,033
10. Koefisien Perubahan Molar karena Adanya Gas Hasil Pembakaran
Koefisien perubahan molar karena adanya gas hasil pembakaran dapat dihitung dengan
persamaan 3.11 ( Sumber : Petrovsky , Tahun 1979 , Hal.40 ) yaitu sebagai berikut :
o + r
U=
1+r
dengan :
= 1,033 + 0,035
1 + 0,035
=1,031
Kapsitas molar rata-rata dari gas volume konstan dapat dihitung dengan
persamaan 3.11 ( sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 46) yaitu sebagai berikut :
dengan :
N2 4,62 0,00053
O2 4,62 0,00053
Sehingga dari persamaan dibawah ini ( sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 48),
didapatkan :
sehingga didapatkan :
(mCv)g = Ag + BgTz
= 4,95 + 0,00063.Tz
12. Kapasitas Panas Molar Isokhorik Rata-Rata Udara
(mCv )g = Ag + Bg Tz
= 4,95 + 63 10-5 Tz
(mC )g = (mC )g + 1,985 kcal/mol oC
p v
= 4,95 + 63 10-5 Tz + 1,985
= 6,935 + 63 10-5 Tz ( 3.14)
Nilai kapasitas molar isokhorik pada akhir kompresi dapat dihitung dengan
persamaan 3.15, (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 48) seagai berikut :
= 5,17 kcal/mol°C
menggunakan persamaan 3.16 ( sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 48) yaitu
sebagai berikut :
dengan:
persamaan 3.17, ( sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 48) yaitu sebagai berikut :
Pz = Pc ( 3.17)
diketahui, maka terlebih dahulu dinyatakan dalam variabel pz. dari persamaan diatas
diperoleh :
Pz
=
Pc
Pz
=
5,0036
= 0,1999Pz
Berdasarkan persamaan 3.18, ( sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 50) yaitu sebagai
berikut :
Tz
Pz = Pcμ.
Tc ( 3.18)
dengan :
μ = Koefisien molar
Maka didapat :
Tz
P=P
z c
Tc
Pz Tc
Tz =
Pc
Pz 983,839
=
1,03 5,0036
= 190,899Pz
Dengan memilih ξ = 0,83 dan nilai kalor bahan bakar Ql = 10100 kkal/kg, maka
z z
Pz = − b b − 4ac
2
2a
− 954,74 (954,74)2 − 4.23,67.(−14906,35)
=
2 23,97
− 954,74 1524,09
=
47,94
Maka didapatkan akar-akar Pz1 = 11,876 dan Pz2 = -51,7069. Karena untuk tekanan
Pz Tc
Tz =
Pc
11,876 983,839
= K
1,031 5,0036
= 2264,92K
maka didapat :
11,876
λ=
5,0036
= 2,37
Setelah terjadi proses pembakaran bahan bakar dengan udara karena tekanan
yang sangat kuat, maka dihasilkan tenaga yang mampu mendorong piston dari TMA
ke TMB. Langkah ini adalah proses perubahan energi panas menjadi energi mekanik.
Karena gerakan piston dari TMA menuju TMB, maka volume silinder akan menjadi
dengan mengetahui besarnya eksponen politropis, maka dapat dihitung tekanan dan
dengan proses pembuangan, yang diawali saat katup buang mulai terbuka.
μ Tz
ρ=
(3.20)
λ Tc
maka didapat :
1,033 2264,92
ρ=
2,37 983,839
= 1,0034
= (3.21)
=18,2
1
= 18,2
sama dengan n2 (n2 ≈ k2). Harga numeris eksponen ekspansi politropik n2 bervariasi
Dengan harga δ = ε = 18,2, maka dapat ditulis dalam bentuk persamaan homogen
Sehingga didapat :
Apabila persamaan di atas diselesaikan dengan metode trial error maka didapat
harga k2 = 1,2832. Harga ini diasumsikan sama dengan n2 (k2 = n2).
pz
Peks =
δn2 (3.22)
dengan :
n2 = Koefisien politropis
pz
Peks =
n2
11,876
=
18,21,2823
= 0,2877 Mpa
20. Temperatur Akhir Langkah Ekspansi:
dengan :
Tz
Teks =
δn2−1
2008,946
=
18,21,2823−1
= 885,625 K
Harga pc terlebih dahulu diubah dari megapaskal (MPa) menjadi Kg/cm2. Tekanan
ε = Perbandingan kompresi
(3.24)
Pi = Pit ψ
dengan :
Pi = 8,662 0,97
= 8,402kg/cm 2
23. Kerja Indikasi dan Daya Indikasi Hp (horse power)
Kerja yang dilakukan gas di dalam silinder pada langkah kerja disebut kerja
indikasi. Kerja indikasi dan daya indikasi mesin dihitung dengan menggunakan
persamaan 3.25 dan 3.26 (Petrovsky, Tahun 1979, hal 57-58) yaitu sebagai berikut :
Wi = Pi Vd (3.25)
Dengan
sebagai berikut :
Wi = 8,402 ( 0,097 2
0,103)
Wi = 6,392 10−3 kg / cm2
104 piVd n i pi Vd n i
Ni = = hp
60 75 z (3.26)
0,9
dengan
= daya indikasi
0,097
horsepower
2
Ni 8,402 0,
n = putaran mesin
I = jumlah silinder
Nb
T = 9,74 105. (3.27)
n
88,64
T = 9,74 105.
3800
= 22719,83 kg.m
25. Efisiensi Mekanis
Efisiensi mekanis menyatakan perbandingan daya kuda rem dan daya indikasi.
Nb
m = (3.28)
Ni
Dari data kendaraan diketahui daya kuda rem sebesar 88,64Hp maka efisiensi
mekanisnya adalah :
88,4
ηm =
107,952
= 0,821
= 81,8%
Pe = ηm Pi (3.29)
Dengan:
Pe = ηm Pi
= 0,818 8,402
= 6,8728 kg/cm2
27. Brake Horsepower
pe .vd .ni
Nb= (3.30)
0,45.z
Dalam satuan berat (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 37), menjadi :
Dalam satuan volumetric, (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 37), menjadi :
To
L '''= Lo "
288Po
o
dengan :
berat.
301
L ''' = 14,3
o
288 1
= 14,945 m3/kg bahan bakar
3.30 (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 63) yaitu sebagai berikut :
Vd ηch n 60i
Fh =
2 α. Lo''' …………………………………………………….. (3.30)
dengan :
Massa jenis bahan bakar (minyak solar) 0,85 kg/L. Sehingga kebutuhan bahan bakar
9,129
= 10,74 Liter/jam
kebutuhan bahan bakar dalam liter per jam = 0,85
Fh
F =
s
4
9,129
=
4
= 2,28kg / jam
Sehingga panas yang dihasilkan pembakaran bahan bakar pada tiap silinder adalah
q = Fs x Qi
= 2,28 x 10100
= 23050,725 Kkal/jam
30. Konsumsi Bahan Bakar Tiap Jam Untuk Indikasi Daya (Ni)
Konsumsi bahan bakar tiap jam untuk indikasi daya (hp) dihitung dengan
menggunakan persamaan 3.31 (sumbeer : Petrovsky, Tahun 1979, hal 63) yaitu
sebagai berikut :
Fh
Fi = (3.31)
Ni
sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :
10,74
Fi =
107,952
= 0,0995 Liter/Hp. jam
Konsumsi bahan bakar per jam untuk indikasi break thermal dihitung dengan
menggunakan persamaan 3.32 (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 63) yaitu sebagai
berikut :
Fh
Fb = (3.32)
Nb
10,74
Fb =
88,4
= 0,1214 Liter/Hp. jam
selama pembakaran bahan bakar untuk memperoleh daya indikasi pada mesin (Ni).
Efisiensi indikasi panas untuk daya (Hp) dan daya breakthermal (Hp) dihitung dengan
menggunakan persamaan 3.33 dan 3.34 (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 62)
Dengan:
632
ηi =
0,0995 10100
= 0,6288
= 62,88%
632
ηb =
( 3.34)
Fb Qt
632
ηb =
0,1212 10100
= 0,5163
= 51,63%
3.35 (sumber : Petrovsky, Tahun 1979, hal 63) yaitu sebagai berikut :
Fi
F=
(3.35)
m
dengan :
0,0995
F=
0,821
= 0,1212 Liter/Hp. jam
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan pada engine diesel, maka dapat diambil
kesimpulan, antara lain sebagai berikut :
a. Proses Pembakaran
Pada engine diesel, proses pembakaran yang terjadi adalah dengan
proses kompresi. Oleh karena itu motor bakar diesel sering juga disebut
motor penyalaan kompresi (Compression Ignition Engine).
b. Prinsip Kerja Engine Diesel
Untuk menghasilkan kerja dibutuhkan 4 langkah piston (langkah
isap, langkah kompresi, langkah kerja, langkah buang) atau 2 kali putaran
crankshaft.
c. Gangguan Suara
Sebab utama mengapa engine diesel mengeluarkan suara lebih
keras dari engine bensin karena engine diesel bekerja dengan tekanan
pembakaran lebih tinggi dan laju kenaikan pembakarannya lebih cepat.
d. Sistem Pelumasan
Pelumasan memegang peranan yang sangat penting untuk
memperpanjang umur pemakaian dan meningkatkan kinerja dari engine.
Selain itu, pelumasan juga dimaksudkan untuk mengurangi gesekan
langsung antara komponen-komponen yang bersinggungan langsung, serta
mengurangi panas dan mengeluarkan (mengambil) kotoran-kotoran yang
terdapat pada komponen-komponen mesin yang dilaluinya.
e. Berdasarkan data pemeriksaan dan pengukuran maka dapat disimpulkan
komponen mana yang dapat di perbaiki dan yang harus diganti. Komponen
yang harus diganti ialah gasket full set karena tidak bisa dipergunakan lagi.
Bantalan Dan komponen yang harus diganti yang lainnya adalah bantalan
main jurnal, bantalan crank pin, piston, sedangkan komponen yang harus
diperbaiki adalah lubang silinder, main jurnal poros engkol, crank pin
poros engkol dan setelah dilakukan perbaikan dan penggantian komponen
mesin colt diesel dapat berfungsi dengan baik. Gas buang yang keluar dari
knalpot tidak berwarna putih keabu-abuhan..
DAFTAR PUSTAKA
Toyota Astra Motor, 1998, Service Division, PT. Toyota Astra Motor,
Jakarta.
LAMPIRAN