Anda di halaman 1dari 122

DESAIN RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK

M.NUR SATRIO KOTA PALEMBANG


Tema Desain Rumah Ramah Lingkungan

LAPORAN PERANCANGAN

Diajukan untuk Memenuhi Kompetisi Desain Rumah Ramah Lingkungan

Oleh :
M.NUR SATRIO
1422110021

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIDINANTI
PALEMBANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN RUMAH RAMAH LINGKUNGAN KOTA


PALEMBANG

Laporan Desain Rumah Ramah Lingkungan


Diajukan Untuk Memenuhi Kompetisi Desain Rumah Ramah Lingkungan
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tridinanti Palembang

Disusun Oleh:
M.NUR SATRIO
NIM :1422110021

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIDINANTI
PALEMBANG
2019
Lembar Persembahan

Siap Menggapai Cita-Cita Handal Dan Profesional

Di Segala Bidang
ABSTRAK
Satrio l house” Desain Rumah Ramah Lingkungan sederhana milik di kota Palembang

Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat
tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat
tinggal manusia maupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi
hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada
konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal,
seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.
Kota Palembang merupakan Kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika
berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut
Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan
Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai Kota Palembang. Menurut topografinya, kota
ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai
maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini Kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah
yang yang tergenang oleh air (menurut pemikiran saya M.NUR SATRIO). Berkemungkinan
karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang Kota ini menamakan Kota ini sebagai
Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan;
sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak
karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-
Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat
yang digenangi oleh air.
Letak Kota Palembang adalah antara 101 - 105 Bujur timur, dan antara 1,5 - 2 Lintang
selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatra Selatan, dipinggir kanan kiri sungai
Musi lebih kurang 105 km dari laut (selat bangka). Batas–batas kota pada bagian selatan
berbatasan dengan kabupaten Ogan Komering Ilir, dan pada bagian Utara, Timur dan Barat
berbatasan dengan Kabupaten Musi Banyu Asin. Luas wilayah berdasarkan Peraturan
2
Pemerintah nomor 23 Tahun 1988 ditetapkan luas wilayah kota ini menjadi 400,6 km

Dalam perencanaan sebuah bangunan Rumah ramah lingkungan, harus benar-benar


direncanakan secara matang, dan disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
modern sekarang ini. Perencanaan sebuah bangunan Rumah ramah lingkungan harus
memiliki fasilitas yang cukup lengkap
dan sehat, dalam sebuah lingkup kesatuan yang saling mendukung satu sama lain
sehingga terciptakan perpaduan yang cukup baik serta mampu memberikan kenyaman
beraktivitas bagi pengguna. Perencanaan sebuah struktur bangunan Rumah ramah
lingkungan yang atraktiv yang mendukung tampilan bangunan hijau serta mampu
memberikan kesan yang bersih sebagai cerminan kehidupan sehat yang berkembang di
kalangan masyarakat sekarang ini.

Kata kunci : Desain Rumah Ramah Lingkungan, efisiensi pemanfaatan lahan,


pembangunan kawasan perumahan dan permukiman berkelanjutan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. penguasa segala ilmu pengetahuan dan alam
semesta. Atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Landasan Konseptual Perencanaan dan
Perancangan Atau Desain Rumah Ramah Lingkungan ini dapat terselesaikan sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar kompetisi Desain Rumah Ramah Lingkungan. Dalam proses
penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih
penulis ucapkan kepada:

 Kakak Anita Ira Puspita Sari dan Abang saya M.RICHI ARISCO, terima kasih atas
perhatian serta kesabaranya dalam membimbing saya dalam penulisan tugas akhir ini
serta memberikan begitu banyak bantuan dan dorongan sehingga penulisan tugas akhir
ini dapat terselesaikan dengan baik.
 Bapak dan mamah, Risman dan Zaimaryati terimakasih banyak untuk semua dukungan
moril maupun materilnya karena tanpa bapak dan mamah saya tidak akan bisa menjadi
seperti sekarang ini, selalu saya panjatkan doa untuk bapak dan mamah di setiap waktu
semoga Allah. SWT memberikan yang terbaik untuk bapak dan mamah selalu.
 Adiku Anggun Permata Indah yang tercinta terima kasih atas doa, dukungan serta
bantuannya pada siang dan malam yang selalu menemani dan membantu pekerjaan
kakak, dan kakak selalu mendoakan ade semoga tercapai cita-citanya.

i
Saya sadar bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, kesalahan dan
kekurangan yang mungkin muncul merupakan cerminan penulis sebagai manusia biasa, sehingga
permohonan maaf menjadi hal yang harus disampaikan kepada semua pihak. Akhir kata semoga
penulisan ini memberikan manfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dunia
arsitektur.

Palembang, 07 Januari 2019

M.NUR SATRIO

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... iv
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................................. xi
Bab I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................ 4
1.3.1 Tujuan ........................................................................................... 4
1.3.2 Sasaran .......................................................................................................... 4
1.4 Manfaat .............................................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................. 5
1.6 Metode Penulisan............................................................................... 6
1.7 Sistematika Penulisan................................................................................7
Bab II : KAJIAN TEMA DAN KONSEP............................................................................ 9
II.1. Elaborasi Konsep ............................................................................................... 9
II.1.1. Definisi Arsitektur .............................................................................. 9
II.1.2. Menurut Beberapa Pakar Ahli Tentang Definisi Arsitektur ............... 10
II.1.3. Penerapan Konsep Pada Bangunan .................................................... 11
II.1.4. Pengaruh Lingkungan Terhadap Rancangan. ..................................... 12
II.1.5. Pengaruh Konsep Terhadap Bangunan .............................................. 13
II.2. Elaborasi Tema Green Arsitektur ...................................................................... 14
II.2.1. Pengolahan Air ................................................................................... 15
II.2.2. Arsitektur Hijau Pada Hunian ............................................................ 19
II.2.3. Prinsip – Prinsip Green Arsitektur ..................................................... 20
II.2.4. Kesimpulan Tema Arsintektur Hijau (Green Arsitektur) ................... 22
Bab III : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 24

iv
III.1. Pengertian Rumah Ramah Lingkungan ........................................................... 24
III.2. Klasifikasi Pengertian Rumah Ramah Lingkungan ......................................... 25
III.3. Penekanan Konsep ........................................................................................... 27
III.4. Studi Banding Proyek Sejenis .......................................................................... 28
III.4.1. Studi Banding (Pengertian Rumah Ramah Lingkungan ) ............................ 28

Bab IV : ANALISA PROYEK ............................................................................................ 41


IV.1. Gambaran Umum Tentang Pengertian Rumah Ramah Lingkungan .............. 41
IV.1.1 Sejarah Pengertian Rumah Ramah Lingkungan ............................... 41
IV.1.2 Subsidi ............................................................................................... 41
IV.1.2.1. Jenis Subsidi ....................................................................... 41
IV.1.2.2. Syarat Subsidi ..................................................................... 42
IV.2. Peruntukan Rumah Ramah Lingkungan ......................................................... 42
IV.3. Simulasi Perhitungan Harga Unit Hunian ...................................................... 43
IV.4. Manajemen Pengertian Rumah Ramah Lingkungan ...................................... 43
IV.5. Analisa Kawasan ............................................................................................ 45
IV.6. Kondisi Iklim ................................................................................................ 46
IV.7. Analisa Tata Ruang Luar .................................................................................... 47
IV.8. Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang. ................................................... 50
IV.9. Orientasi Arah Rotasi Matahari .................................................................... 51
IV.10. Program Ruang ............................................................................................. 53
IV.19.1. Program Rumah ramah lingkungan 1 ........................................... 53
IV.19.2. Program Rumah ramah lingkungan 2 .......................................... 55
IV.19.3. Program Rumah ramah lingkungan 3 .......................................... 57
IV.11. Golden Section .............................................................................................. 60
BAB V : KONSEP PERANCANGAN ................................................................................ 61
V.1. Konsep Letak dan Orientasi Bangunan ............................................................ 61
V.1.1. Aspek Lingkungan ............................................................................ 61
V.1.2. Aspek Tapak ...................................................................................... 61
V.1.3. Aspek Bangunan................................................................................ 62
V.2. Konsep Zoning pada Site ................................................................................. 64
V.3. Konsep Jenis dan Pengelompokkan Ruang ...................................................... 66

v
V.3.1. Proses Desain..................................................................................... 66
V.3.2. Pengelompokkan Ruang Berdasarkan Zona ...................................... 67
V.4. Konsep Sistem Bangunan. ............................................................................... 68
V.5. Konsep Utilitas ................................................................................................. 69
V.5.1. Penyediaan Air Bersih ....................................................................... 69
V.5.2. Penanggulangan Air Kotor ................................................................ 70
V.5.3. Sistem Drainase ................................................................................. 70
V.5.4. Pengelolaan Sampah Domestik ......................................................... 71
V.5.5. Konsep Taman / Lansekap ................................................................ 71
V.5.6. Konsep Kebutuhan Pasokan Energi .................................................. 71
V.5.7. Konsep Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran ........................ 72
V.5.8. Konsep Penangkal Petir..................................................................... 73
V.5.9. Konsep Sistem Penghawaan ............................................................ 73
V.5.10. Green Roof ...................................................................................... 74
V.5.10.1. Manfaat Green Roof ......................................................... 75
V.5.10.2. Insulator Suara .................................................................. 76
V.5.10.3. Memperpanjang Hidup Atap ............................................ 76
V.5.11. Konsep Sistem Pencahayaan ........................................................... 77
V.5.12. Konsep Sistem Keamanan ............................................................... 78
V.5.13. Konsep Sistem Komunikasi ............................................................ 78
V.6. Tata Ruang Dalam ............................................................................................ 79
V.6.1. Layout Ruang dan Sirkulasi .............................................................. 79
V.6.2. Tinggi Ruangan ................................................................................. 79
V.7. Interior Fungsi Bangunan ................................................................................. 80
V.8. Konsep Fasad dan Material .............................................................................. 81
V.8.1. Fasade ................................................................................................ 81
V.8.2. Material Kaca .................................................................................... 81
V.8.3. Material dan Warna ........................................................................... 82
LAMPIRAN..........................................................................................................................83

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 : Contoh Bangunan Arsitektur Modern ........................................................ 11


Gambar II.2 : Bumi ............................................................................................................ 14
Gambar II.3 : Aplikasi Green Arsitektur ........................................................................... 14
Gambar II.4 : Contoh Aliran Air ....................................................................................... 15
Gambar II.5 : Pembuatan Biopori ...................................................................................... 16
Gambar II.6 : Contoh Arsitektur Hijau pada Hunian......................................................... 19
Gambar II.7 : Green Arsitektur .......................................................................................... 23
Gambar II.8 : Bangunan Green .......................................................................................... 26
Gambar III.1 : Desain rumah dan halaaman dalam rumah ................................................ 34
Gambar III.2 : Sketsa Rmah Ramah Lingkungan .............................................................. 39
Gambar IV.1 : Analisa Iklim ............................................................................................. 45
Gambar IV.2 : Sirkulasi Parkir .......................................................................................... 47

ix
Gambar IV.3 : Paving Block .............................................................................................. 47
Gambar IV.4 : Gambaran Zonasi ....................................................................................... 49
Gambar IV.5 : Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang................................................. 49
Gambar IV.6 : Orientasi Bangunan Terhadap Sinar Matahari .......................................... 51
Gambar V.1 : Gubahan Massa Bangunan .......................................................................... 62
Gambar V.2 : Zoning perancangan di atas tapak ............................................................... 63
Gambar V.3 : Struktur Bangunan Tinggi ........................................................................... 67
Gambar V.4 : Skema Air Bersih Rusunami di Caringin.................................................... 68
Gambar V.5 : Skema Air Kotor Rusunami di Caringin ..................................................... 69
Gambar V.6 : Skema Jaringan Listrik Rusunami di Caringin ........................................... 71
Gambar V.7 : Contoh Bukaan pada Bangunan .................................................................. 76
Gambar V.8 : LED Sebagai Contoh Lampu Hemat Energi ............................................... 77
Gambar V.9 : Contoh Aplikasi Lampu Gantung ............................................................... 77
Gambar V.10 : Contoh Potongan Ruang ........................................................................... 78
Gambar V.11 : Contoh Taman ........................................................................................... 79
Gambar V.12 : Material Kaca ............................................................................................ 81
Gambar V.13 : Aplikasi Spray Foam Sebagai Insulasi...................................................... 81

x
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 : Perbandingan Karakteristik Bangunan .......................................................... 35

Tabel III.2 : Perbandingan Kelengkapan Fasilitas ............................................................ 35

Tabel IV.1 : Program Rumah ramah lingkungan 1 ........................................................... 54

Tabel IV.2 : Program Rumah ramah lingkungan 2 ........................................................... 56

Tabel IV.3 : Program Rumah ramah lingkungan 3 ........................................................... 58

Tabel V.1 : Jenis Vegetasi Untuk Tapak............................................................................ 70

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Fungsi pemasaran sebagai penghubung antara kebutuhan dan keinginan

konsumen dengan produk yang ditawarkan oleh produsen, dirasakan sangat penting.

Kebutuhan manusia yang banyak dan beraneka ragam merupakan tantangan bagi para

produsen untuk mampu memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Keadaan ini

menciptakan suatu kondisi persaingan diantara para pemasar atas produk yang

dipasarkannya. Pemasar sebaiknya mengetahui serta memahami konsumen dengan

baik sehingga produk dan pelayanan yang paling memuaskan akan diminati oleh

konsumen sehingga akan menghasilkan laba dari penjualan dan pemasaran produk

yang dilakukannya. Dengan demikian kegiatan pemasaran akan menguntungkan bagi

kedua belah pihak yaitu memperoleh kepuasan bagi konsumen dan memperoleh laba

dari produk yang laku di pasar.

Konsep tersebut juga berlaku pada bisnis rumah makan. Bisnis ini merupakan

usaha yang berhubungan langsung dengan pelanggan atau konsumen, sehingga segala

sesuatu yang dilakukan pengelola bisnis rumah ramah lingkungan disamping untuk

memperoleh keuntungan juga bagaimana

xi
i
pengelola rumah ramah lingkunagn dapat memuaskan konsumen. Karena dengan

adanya kepuasan konsumen maka untuk selanjutnya konsumen akan memperlihatkan

peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Konsumen yang

puas cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang rumah ramah

lingkungan tersebut kepada orang lain. Sehingga orang lain akan berminat membeli

pada rumah ramah lingkungan yang bersangkutan. Menurut para pemikiran saya

M.NUR SATRIO yang terbaik adalah seorang pembeli yang merasa puas.”

Bisnis rumah ramah lingkungan yang berkembang pesat di kota – kota besar

saat ini, menimbulkan persaingan yang sangat tajam dalam memenuhi macam – macam

kebutuhan. Karena itu tindakan pemasar adalah berupaya menciptakan kekhasan dan

keunggulan dari berbagai faktor yang dapat menarik konsumen untuk membeli

produk – produknya. Faktor – faktor tersebut misalnya fasilitas pelayanan, harga

maupun produk dengan ragam dan kualitas yang lebih unggul dibanding para pesaingnya

dengan menggunakan sarana promosi yang dapat menarik minta konsumen untuk

membeli.

ii
Kota Palembang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan dimana saat ini

telah berkembang seperti halnya kota – kota besar lainnya di Indonesia.

Perkembangan yang pesat ini ditandai dengan meningkatnya kebutuhan pangan

masyarakat. Hal ini diperjelas dengan semakin banyaknya bisnis usaha rumah amah

lingkunganr yang dibangun di kota ini. Begitu pentingnya kebutuhan pangan bagi

masyarakat maka layaklah banyak berdiri rumah ramah lingkungan dengan berbagai

macam konsep di kota Palembang ini guna memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Salah satu rumah ramah lingkungan yang perlu disosialisasikan adalah rumah

mramah lingkungan yang memiliki ciri khas tersendiri dari konsep pelayanan,

bangunan, serta jenis kenyamanannya. Karena terus berkembang mengikuti

perkembangan jaman. Rumah ramah lingkungan kini juga berusaha menyikapi

keadaan, ketiadaan, dan ketimpangan yang ada disekitarnya. Dengan adanya rumah

ramah lingkungan yang sangat khas ini di Palembang, diharapkan dapat mengatasi

masalah yang ada sekaligus memenuhi tuntutan- tuntutan yang belum terealisasi

dalam dunia Arsitektur atau Teknik Mesin.

Dalam perencanaan bangunan Rumah Ramah Lingkungan Area di

Palembang, terdapat tiga unsur yang akan ditonjolkan sebagai filosofi atau latar belakang

dari perencanaan bangunan tersebut. Dalam unsur tersebut aspek yang akan ditonjolkan

adalah aspek edukasi, aspek komersial, dan aspek rekreasi, yang mana dalam bangunan

tersebut akan menampilkan kekhasan rumah ramah lingkungan itu sendiri serta

hotspot area sebagai pendukungnya dengan tujuan akan memberikan rancangan

bentuk sebuah fasilitas rumah ramah lingkungan dan hotspot area yang mampu

mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan rumah ramah lingkungan dan

hostpot area didalamnya dan juga sebagai tempat rekreasi.


iii
1. 2. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan seperti diatas, maka

dapat dirumuskan suatu permasalah, bagaimana merencanakan dan merancang

bangunan Rumah Ramah Lingkungan Area di Palembang yang unik , menarik serta

multifungsi dan tentunya menampilkan sesuatu yang berbeda di palembang.

1. 3. TUJUAN DAN SASARAN

1. 2. 3.Tujuan

Memperoleh suatu judul Tugas Akhir yang jelas dan layak, dengan suatu

penekanan desain yang sesuai dengan lokasi bangunan yang akan dibuat yaitu Rumah

Ramah Lingkungan yang dilengkapi fasilitas Rumah 2 Tingkat di Palembang beserta

sarana penunjang lainnya yang mendukung.

1. 2. 4.Sasaran

Tersusunnya konsep perencanaan dan perancangan bangunan Rumah

Ramah Lingkungan di Kota Palembang, berdasarkan kebutuhan dan aspek

perancangan ( design guide lines aspect ).

iv
1. 4. MANFAAT

Perancangan rumah ramah lingkungan ini diharapkan dapat memberi manfaat

bagi :

1. Penulis

Memberi tambahan pengetahuan mengenai teknik perancangan sebuah rumah ramah

lingkungan dengan sarana pendukun lainnya.

2. Masyarakat

Mendukung adanya alternatif konsep penyediaan rumah ramah lingkungan yang

memiliki fasilitas sesuai kebutuhan masyarakat.

3. Pemilik rumah ramah lingkungan

Pemilik memiliki alternatif desain rumah ramah lingkungan yang dapat menarik

pengunjung dan dapat menjadikan rumah ramah lingkungan tersebut sebagai

potensi usaha yang baik.

1. 5. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Lingkup pembahasan dibatasi pada identifikasi permasalahan- permasalah

yang terdapat dalam Rumah ramah lingkungan di Palembang yang kemudian akan

dianalisis dan kemudian dipecahkan untuk melalui sebuah desain yang meliputi

perencanaan besaran dan hubungan ruang, fasad bangunan yang imajinatif dan

menarik, perencanaan dan perancangan bangunan yang terintegrasi dengan alam.

v
1. 6. METODE PENULISAN

Metode pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah metode

deskriptif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data. Pengumpulan data ini

ditempuh melalui studi pustaka/studi literatur dan observasi lapangan, untuk kemudian

dianalisa dan dilakukan suatu pendekatan yang menjadi dasar penyusunan konsep

program perencanaan dan perancangan. Tahap pengumpulan data yang dimaksud

dilakukan melalui :

1. Study Kasus

Melakukan perbandingan terhadap hasil – hasil observasi yang dilakukan pada

beberapa bangunan yang berfungsi sama untuk analisa dan kriteria yang diterapkan

pada rumah ramah lingkungan yang akan diprogramkan.

2. Deskriptif

Pengambilan data (data collecting) dengan survey lapangan mengenai data – data

eksisting lokasi perencanaan.

1. 7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Laporan ini disusun melalui urutan–urutan pembahasan yang disajikan

secara sistematis sehingga dapat mempermudah langkah – langkah didalam

penyusunan, adapun ururtan pembahasannya adalah sebagai berikut :

vi
BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang yang berhubungan dengan berbagai

alasan diredesainnya Rumah Ramah Lingkungan di Palembang. Latar

belakang ini kemudian diikuti dengan penjelasan – penjelasan lain

berupa , Tujuan dan sasaran, Manfaat, Lingkup pembahasan, Metode

pembahasan.

BAB II. TINJAUAN UMUM KOTA PALEMBANG

Menguraikan tentang data – data pokok gambaran umum kota

Palembang, lokasi tapak, data fisik dan non fisik yang akan

digunakan sebagai acuan pada bab berikutnya.

BAB III. TINJAUAN RUMAH RAMAH LINGKUNGAN

Menguraikan kajian teori tentang landasan pola pikir yang sesuai

dengan judul dan penekanan desain, serta menguraikan hasil studi

banding.

BAB IV. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Berisi tentang kajian atau analisis dengan penjelasan tentang analisis

yang menghasilkan program ruang, penentuan kebutuhan dan

pemilihan jenis utilitas, MEE, sampai analisis tentang penggunaan

penekanan desain. Disamping itu juga diungkapkan tentang

pendekatan arsitektur konstektual rumah ramah lingkungan.

vi
i
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN

ARSITEKTUR

Pada bab ini dibahas mengenai program dasar perencanaan Rumah

Ramah Lingkungan

8
BAB II
KAJIAN TEMA DAN KONSEP

II.1 Elaborasi Konsep

II.1.1. Definisi Arsitektur


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

 Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan.


 Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.

Arsitektur merupakan tempat bernaung dari yang paling sederhana hingga yang
paling rumit. Arsitektur juga merupakan lingkungan binaan (built environment)
dan Lingkungan buatan (built environment) mempunyai bermacam-macam kegunaan,
yaitu, melindungi manusia dan kegiatan - kegiatannya serta harta miliknya dari elemen-
elemen, dari musuh-musuh berupa manusia dan hewan, dan dari kekuatan-kekuatan
adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam
suatu dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan identitas social dan menunjukan
status, dan sebagainya.
Tempat bernaung bukanlah merupakan satu-satunya fungsi, atau bahkan fungsi
pokok dari perumahan. Menurut saya M.NUR SATRIO, sebuah bangunan adalah suatu
kota kecil, sebuah kota adalah suatu bangunan yang besar.

Beberapa analogi yang digunakan para ahli teori untuk menjelaskan arsitektur:

1. Analogi matematis
2. Analogi Biologis
3. Analogi Romantik
4. Analogi Linguistik
5. Analogi Mekanik
6. Analogi Pemecahan Masalah
7. Analogi Adhocis
8. Analogi Bahasa Pola

Teori-teori tentang apa yang seharusnya dilakukan arsitektur memperhatikan


bagaimana mencirikan cita-cita yang akan memuaskan hati perancang dan bangunan.
Arsitektur pada hakekatnya merupakan suatu bidang teknis. Bangunan harus logis dalam

9
sistem struktur dan produksinya. Pandangan yang lain ialah bahwa tujuan utama
arsitektur bersifat kemasyarakatan.
Secara umum, arsitektur dapat dibayangkan, dirancang, diwujudkan, serta
dibangun dalam menanggapi suatu kondisi yang ada. Secara luas, arsitektur merupakan
kegiatan merancang dan membangun secara keseluruhan lingkungan binaan dalam level
makro maupun level mikro.

Arsitektur memiliki definisi yang luas. Arsitektur mencakup segi keindahan,


kesatuan dan penciptaan ruang dan bentuk. Arsitektur juga merupakan sesuatu yang
dibangun manusia untuk kepentingan badannya dan kepentingan jiwanya. Arsitek adalah
seniman struktur yang menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip
struktur itu sendiri. Kita harus mengetahui dan memahami definisi arsitektur dari
berbagai para pakar ahli agar menambah pengetahuan tentang arsitektur serta mendalami
tentang arsitektur.

II.1.2. Menurut Beberapa Pakar Ahli tentang Definisi Arsitektur:

 Menurut Vitruvius: Bangunan yang baik harus memiliki tiga aspek yaitu
keindahan/estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan/fungsi
(Utilitas).
 Menurut Brinckmann: Arsitektur merupakan kesatuan antara ruang dan bentuk.
Arsitektur adalah penciptaan ruang dan bentuk.
 Menurut Djauhari Sumintardja: Arsitektur merupakan sesuatu yang dibangun
manusia untuk kepentingan badannya (melindungi diri dari gangguan) dan
kepentingan jiwanya (kenyamanan, ketenangan, dll).
 Menurut Benjamin Handler: Arsitek adalah seniman struktur yang
menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu
sendiri.
 Menurut Banhart CL. Dan Jess Stein: Arsitektur adalah seni dalam mendirikan
bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian
dekorasinya; sifat atau bentuk bangunan; proses membangun; bangunan dan
kumpulan bangunan.
 Menurut Van Romondt : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan
bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat
oleh manusia atau juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua,
naungan pohon dan lain-lain
 Menurut JB. Mangunwijaya (1992) : Arsitektur sebagai vastuvidya
(wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung
pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana)

10
 Menurut Amos Rappoport (1981 ) : Arsitektur adalah ruang tempat hidup
manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata
budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya
masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur
 Menurut Francis DK Ching (1979) : Arsitektur membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi

II.1.3. Penerapan Konsep Pada Bangunan


Pengertian Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah bentuk Yang
mengikuti Fungsi. Sehingga bentukan yang yang tercipta dalam sebuah disain
perancangan adalah bentukan-bentukan yang tercipta dari fungsi utama ataupun fungsi-
fungsi yang ada dalam ruangan yang ada didalamnya.

Menurut para modernis, fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu bentuk atau
panduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus ditentukan. Hal
ini mengacu pada slogan yang diungkapkan oleh Loius Sullivan yaitu Form Follow
Function.

( Gambar II.1 : Contoh Bangunan Arsitektur Modern )

11
Form follows function sering diasosiasikan dengan modern architecture dan industrial
design. Menurut teori ini, modern adalah efisien. Bentuk indah hanya sah jika memiliki
fungsi yang berguna, bukan hanya sekedar hiasan. Segala tambahan atau ornamen yang
tidak memiliki fungsi sebaiknya dipangkas (reduce). Kegenitan dianggap haram.
Semuanya bergerak cepat, tak ada waktu untuk lengkungan di tiang atau ukiran di atas
pintu. Sloganform follows function (bentuk mengikuti fungsi) menjadi dasar filosofi
modernisme. Minimalisme adalah puncak dari semua itu adalah Lurus, Polos, Dingin.

Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah Bentuk Yang mengikuti
fungsi. Terciptanya sebuah bentuk dari obyek bangunan itu sendiri tercipta dari fungsi
fungsi ruang yang ada didalamnya. Tanggapan dari teori ini adalah bentuk dalam
arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk
maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik).
Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk. Dalam kenyataannya,
keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi.
Penangkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat,
tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat.

II.1.4. Pengaruh lingkungan terhadap rancangan


Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pembangunan yang
akan dilaksanakan didalam lingkungan tersebut harus memperhatikan kondisi dari
lingkungan tersebut, faktor alam dari lingkungan alam pun dapat mempengaruhi pola
pikir, aktifitas, serta pengembangan dalam peradaban manusia secara umum, dan arsitek
secara khusus dalam mengolah dan membina lingkungan sekitar agar terasa aman dan
nyaman untuk ditempati serta melakukan aktifitas lainnya.

kawasan ini termasuk dalam kawasan perkotaan yang padat akan aktifitas
komersial namun memiliki karakteristik masing – masing. Namun masih terdapat
pemukiman warga yang padat penduduk yang terlihat kumuh.

12
II.1.5. Pengaruh Konsep Terhadap Bangunan
Hasil dari produk arsitektur adalah bangunan dan merupakan hasil dari
perkembangan peradaban manusia yang dapat mengolah lingkungannya sedemikian
rupa, sehingga mereka dapat mengembangkan lingkungan tersebut menjadi lingkungan
yang memiliki potensi untuk di huni. Bangunan pun sama seperti manusia yaitu harus
mengikuti karakteristik lingkungan demi terciptanya bangunan yang nyaman untuk
ditempati.

bangunan yang layak ditempati harus memiliki energi agar bangunan tersebut
layak untuk di tempati. Pemakaian energi sebagai penunjuang kehidupan dalam

bangunan, dan berarti bangunan tersebut juga mengeluarkan energi pembuangan yang
umumnya buruk, baik bagi lingkungan maupun sekitar. Penggunaan energi dengan
pemanfaatan potensi alam di lingkungan sekitar serta pengolahan energi yang bersih bagi
bangunan merupakan metode yanng perlu di terapkan dalam setiap bangunan sehingga
bangunan tersebut selaras dan bersinergi dengan lingkungan dan manusia disekitarnya.

13
II.2. Elaborasi Tema Green Arsitektur

Green Architecture atau sering disebut


sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim
mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan
material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan.

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan


perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan.
( Gambar II.2 : Bumi )
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk

mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan
lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan
Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertianPembangunan
Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang
besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentukarsitektur yang
berkelanjutan.

Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang


berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior,
dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam
contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di
sekitar lingkungan kita.
( Gambar II.3 : Aplikasi Green Arsitektur

14
misalnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100 meter persegi, dengan pemakaian
lahan untuk bangunan adalah 60 meter persegi, maka sisa 40 meter persegi lahan hijau, Jadi
komposisinya adalah 60:40. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden
dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi
tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain,
arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi,
air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan
bangunan.

II.2.1. Pengelolaan Air

Dalam perencanaan sebuah


bangunan, seorang arsitek selalu
dihadapkan pada masalah pengolahan
air.Air hujan adalah salah satu yang perlu
manajemen yang baik supaya tidak
mengganggu kenyamanan hidup kita.

Air hujan jamaknya dialirkan


melalui saluran-saluran (vertikal maupun
horizontal) yang ada di dalam lahan
sebelum diteruskan ke sistem
drainasekota. Pengaliran dengan
mengandalkan sistem drainae kota ini
( Gambar II.4 : Contoh Aliran Air ) terbukti sudah tidak efektif dalam

mengelola air hujan.

15
Banjir besar di seluruh wilyah Indonesia adalah bukti betapa lemahnya sistem drainase
kota menghadapi air hujan. Terlepas dari tingginya curah hujan, sistem drainae
kebanyakan kota di Indonesia memang sudah tidak memadai karena semrawutnya tata
ruang. Selain itu, kebiasaan hidup masyarakat membuang sampah ke sungai dan tinggal
di bantaran kali juga menyebabkan kurang berartinya sistem drainase dalam menghadapi
limpahan air hujan.

Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan
biopori menurut pemikiran saya M.NUR SATRIO Resapan biopori meningkatkan daya
resapan air hujan dengan memanfaatkan peran aktifitas fauna tanah dan akar
tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang silindris berdiameter 10-30 cm yang
dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus
tanah dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori.

Biopori adalah pori-pori berbentuk


lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh
aktifitas fauna tanah atau akar tanaman.
Kehadiran terowongan/lubang-lubang biopori
kecil tersebut secara langsung akan menambah
bidang resapan air. Sebagai contoh, bila
lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan
dengan kedalaman 100 cm, maka luas bidang
resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm²
atau hampir 1/3 m².

Sementara, suatu permukaan tanah


berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm,
yang semula mempunyai bidang resapan 78.5
( Gambar II.5 : Pembuatan Biopori )

cm² setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang
resapannya menjadi 3.218 cm². Lubang biopori disebar dalam jarak tertentu sesuai
dengan luas lahan yang hendak dicover. Selain itu, biopori juga bisa diterapkan diselokan
yang seluruhnya tertutup semen. Dibutuhkan dua sampai tiga kilogram sampah lapuk
untuk sebuah lubang biopori.

Agar orang yang menginjaknya tidak terperosok, lubang ditutup dengan kawat
jaring. Selain memperbesar bidang resapan melalui aktivitas organisme tanah, lubang
resapan biopori juga memiliki dapat mengubah sampah organik menjadi kompos. Lubang
resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik didalamnya.

Sampah inilah yang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk
16
melakukan kegiatan melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini
dikenal sebagai kompos. Melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori akan
berfungsi sekaligus sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada
setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis
tanaman. Sampai saat ini belum ditemukan apa yang menjadi kelemahan lubang biopori.
Sampah organik yang ada pada lubang biopori dirasa tidak akan mengganggu karena
cepat diuraikan.

Sampah akan sulit diuraikan jika lubang resapan terlalu besar dan tidak disebar.
Karena itu sampah harus disebarkan, jangan hanya berada disatu tempat. Hasilnya itu
juga bisa dijadikan kompos. Memakai lubang resapan biopori adalah tampaknya
merupakan langkah yang bijak dalam merencanakan sebuah lingkungan binaan. Arsitek
sebagai perencana seyogyanya tidak hanya memikirkan kepentingan bangunan yang
dirancangannya, tetapi juga memikirkan bagaimana rancangannya itu dapat mandiri dan
tidak menambah beban sistem drainase kota.

Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran perolehan
sel-sel hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung yang justru lebih
banyak dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau telah muncul di Jepang
sejak awal abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat pengembangannya masih
ekstensif.

Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan
perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman
perdu dengan lapisan tanah tipis. Ketika Jepang semakin ketat menjaga lingkungan
melalui pemberlakuan berbagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan, para perancang
mulai berpacu mencari solusi cerdas dalam memanfaatkan bidang datar atap bangunan.

Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan sistem
bangunan dengan sistem penghijauan atap sehingga dapat diciptakan taman melayang
(sky garden). Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya menghasilkan taman pasif,
atap hijau intensif dapat berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.

Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif
mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis
tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga mampu
menghadirkan satu kesatuan ekosistem. Walaupun investasi yang dibutuhkan untuk
membuat atap hijau cukup tinggi, bukan berarti upaya peduli lingkungan ini bertentangan
dengan semangat mengejar keuntungan ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial
yang menerapkan konsep atap hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park,
sebuah mal gaya hidup di pusat kota Osaka.

17
Manfaat atap hijau bukan hanya sebatas peningkatan nilai estetika dan
penghematan energi, pengurangan gas rumah kaca, peningkatan kesehatan, pemanfaatan
air hujan, serta penurunan insulasi panas, suara dan getaran, tetapi juga penyediaan
wahana titik temu arsitektur dengan jaringan biotop lokal. Perannya sebagai "batu
loncatan" menjembatani bangunan dengan habitat alam yang lebih luas seperti taman
kota atau area hijau kota lainnya

18
II.2.2. Arsitektur Hijau Pada Hunian
Desain rumah yang green
architecture bisa diterapkan dirumah
kita. Sebagai sebuah kesatuan antara
arsitektur bangunan rumah dan
taman tentu harus selaras. Untuk
mendekatkan diri dengan alam,
fungsi ruang dalam rumah ditarik
keluar. Ruang tamu di taman teras
depan, ruang makan dan ruang

( Gambar II.6 : Contoh Arsitektur Hijau pada Hunian )

keluarga ditarik ke taman belakangatau ke taman samping, atau kamar mandi semi
terbuka di taman samping Sebaliknya, fungsi ruang keluar menerus ke dalam ruang.
Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual. Rumah
dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi kokoh dan
berteknologi tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.

Arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan,


saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan
jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat,
serta saluran air bersih. Keterbukaan ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis.
Ketinggian lantai yang cenderung rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela
tinggi lebar dari plafon hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan
(kaca, glassblock, fiberglass, kerawang, batang pohon), atap hijau (rumput) disertai
skylight.
Penempatan jendela, pintu, dan skylight bertujuan memasukkan cahaya dan udara
secara tepat, bersilangan, dan optimal pada seluruh ruangan. Keberadaan tanaman hidup
di ruang dalam atau di taman (void) berguna menjaga kestabilan suhu udara di dalam
tetap segar dan sejuk. Pintu dan jendela kaca selebar mungkin dan memakai tembok dan
kusen seminim mungkin menjadikan ruang terasa lega. Pintu dan jendela bisa dibuka
selebar-lebarnya. Lantai teras dan ruang dalam dibuat dari material sama dan menerus
rata (tidak ada beda ketinggian lantai) membuat kesatuan ruang terasa luas dan menyatu
dengan ruang luar di depannya.
Optimalisasi void menciptakan sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alami
yang sangat membantu dalam penghematan energi. Desain void yang tepat dapat
mengurangi ketergantungan penerangan lampu listrik terutama di pagi hingga sore hari
dan pemakaian kipas angin atau pengondisi udara yang berlebihan. Void dalam bentuk
taman (kering) dapat berfungsi sebagai sumur resapan air. Persenyawaan bangunan dan

19
taman dalam konsep arsitektur hijau memiliki banyak keuntungan bagi rumah itu
sendiri, lingkungan sekitar, dan skala kota secara keseluruhan. Rumah sehat memiliki
sistem terbuka. Maka, setiap rumah yang dibangun berdasarkan konsep arsitektur hijau
dapat mengurangi krisis energi listrik dan BBM serta krisis kualitas lingkungan

II.2.3. Prinsip-prinsip Green Architecture

Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta


langkah-langkah mendesaingreen building
menurut:M.NUR SATRIO, Green Architecture
Design fo Sustainable Future

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara


( Gambar II.7 : Green Arsitektur )
operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin
menggunakan sumber energi yang langka atau
membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat
mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat
beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih
jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain
bangunan agar hemat energi, antara lain:

1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan


dan menghemat energi listrik.
2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal
sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang
diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah
menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari
untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal
3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain
itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis
sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan
sampai tingkat terang tertentu.
4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur
intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan,
yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan
oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift. 20
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi
alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan


lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya
dengan cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan
udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan
membuat kolam air di sekitar bangunan.
4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal


ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.

1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti


bentuk tapak yang ada.
2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain
bangunan secara vertikal.
3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang


sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi
pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada


dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

21
6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan


5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-
prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan,
karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan
lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu,
sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang
ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

II.2.4. Kesimpulan Tema Arsitektur Hijau (Green Architecture)

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan


bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai
pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-
elemen yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang
menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya. Dalam contoh kecil,
arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita. Yang
paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan
rumah dan lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep
roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu
alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Tujuan utama
dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur
ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.
Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi
pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi
dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau
meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.
Konsep ini sekarang mulai dikembangkan oleh berbagai pihak
menjadi Bangunan Hijau.

22
Gambar II.8 : Green Arsitektur

23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan umum Proyek


Fungsi Bangunan : Rumah Ramah Lingkungan
Tema : Desain Rumah Ramah Lingkungan
Lokasi : Jalan SRIWIJAYA 2 NO.66 RT.03/RW.01 Kecamatan Ilir Barat
1 Kelurahan Demang Lebar Daun
Luas Lahan : 500 Meter Persegi
KDB 40 % : 3 Meter
Luas Bangunan : Panjang 10 Meter, Lebar 8 Meter Dan Tinggi 3 Meter

III.1. Pengertian Rumah Ramah Lingkungan


Pengertian Rumah Ramah Lingkungan menurut saya M.NUR SATRIO adalah
gedung atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa tempat tinggal (masing-masing
untuk satu keluarga); flat.

Rumah ramah lingkungan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah


Condominium. Condominium ini di dalam UU RI No. 16 Tahun 1985 Juncto UU No. 4
Tahun 1992, tentang Rumah ramah lingkungan memberikan pengertian bahwa : “
Condominium/ Rumah ramah lingkungan adalah bangunan gedung bertingkat, yang
dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam arah horizontal dan atau vertikal
dan merupakan satuan-satuan yang masing- masing dapat memiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan apa yang disebut “bagian
bersama, tanah bersama dan benda bersama.

Rumah ramah lingkungan adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun


dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang
masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah bersama.

Masing-masing memiliki batas-batas, ukuran dan luas yang jelas, karena sifat dan
fungsinya harus dinikmati bersama dan tidak dapat dimiliki secara perseorangan.

24
Pembangunan Rumah ramah lingkungan seharusnya dibangun sesuai dengan
tingkat keperluan dan kemampuan masyarakat terutama bagi yang berpenghasilan
rendah. Rusun hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak
pakai atas tanah Negara atau hak pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pembangunan Rumah ramaah lingkungan berlandaskan pada azas kesejateraan


umum, keadilan dan pemerataan, serta keserasian dan kesimbangan dalam perikehidupan,
dengan bertujuan memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum
dalam pemanfaatannya.

Kepemilikan satuan Rumah ramah lingkungan dapat dimiliki oleh perseorangan


atau badan hukum yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang
meliputi, hak atas bagian- bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama, yang semuanya
merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.

Kepemilikan satuan Rumah ramah lingkungan dapat dimiliki dengan cara


membayar tunai (cash) dan angsuran (kredit pemilikan rumah atau KPR). Dalam
pengelolaannya, setelah Rumah ramah lingkungan yang ditempati sudah melunasi
angsuran sesuai dengan perjanjian akad kredit yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak (penghuni dan pengembang/pihak perbankan-red.

III.2. Klasifikasi Rumah ramah lingkungan


Menurut peraturan mentri keuangan republic Indonesia Nomor 50/pmk/03/2005,
rumah ramah lingkungan adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang digunakan sebagai tempat hunian dengan luas maksimum 21m2 setiap
unit hunian, yang dilengkapi dengan kamar mandi serta dapur yang dapat bersatu dengan
unit hunian ataupun terpisah dengan penggunaan komunal, dan diperuntukkan bagi
masyarakat berpendapatan rendah, yang pembangunannya mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan
Teknis Pembangunan Rumah ramah lingkungan

Rumah ramah lingkungan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ketinggian lantai


bangunan, yaitu :

1. Low rise: memiliki ketinggian 2-6 lantai dan menggunakan tangga sebagai
sarana sirkulasi vertikalnya. Jenis ini dikenal dengan walk-up- jlat.

25
2. Medium rise: memiliki ketinggian 6-9 lantai dan bisa menggunakan elevator
listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
3. High rise: memiliki ketinggian di atas 9 lantai dan hams menggunakan
elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.

Apabila mengacu pada luas unit hunian, maka rumah ramah lingkungan
dibedakan menjadi tipe studio seluas 18m2 hingga tipe penthouse seluas 200m 2. Pada
umumnya yang bertipe kecil banyak dijumpai pada rumah ramah lingkungan murah dan
sederhana yang dihuni oleh masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.

Berdasarkan jumlah lantai dalam satuan unit hunian, rumah rumah lingkungan
dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

1. Simplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 1lantai. Jenis ini
adalah yang paling umum karena merupakan jenis yang paling simpel dan
ekonomis dalam pembangunannya.
2. Duplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 2 lantai yang
dihubungkan dengan tangga. Ruang keluarga, dapur, dan ruang makan berada
pada satu lantai, sedangkan lantai lainnya digunakan sebagai ruang tidur atau
ruang istirahat. Keunggulan ekonomis dari rumah susun jenis ini adalah
bahwa koridor dan pintu lift tidak perlu disediakan untuk setiap lantai
bangunan.
3. Triplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 3 lantai. Pada
dasarnya pembagian ruangnya sama denganjenis duplex.

Berdasarkan status kepemilikan satuan unit huniannya, rumah susun


dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Condominium: merupakan bangunan bangunan rumah susun yang dimiliki


secara bersama oleh penghuninya dan setiap penghuninya memiliki surat
hipotek atas unit rumah susun yang dihuni, sedangkan fasilitas umum dimiliki
secara bersama-sama dengan penghuni lainnya.
2. Cooperative Ownership: merupakan bangunan rumah susun di mana
penghuni mempunyai hak kepemilikan yang diberikan oleh suatu instansi
tertentu yang membangun rumah susun dan biasanya dikenakan biaya
pemeliharaan atau biaya-biaya lainnya.
3. Rent: merupakan bangunan rumah susun di mana penghuni tidak memiliki hak
milik atas unit yang dihuninya dan hams membayar biaya sewa serta
pemeliharaan kepada pemiliknya.

26
Menurut saya M.NUR SATRIO rumah ramah lingkungan memiliki karakteristik yang
berbeda dengan hunian horizontal. Rumah ramah lingkungan mengandung dualisme
system kepemilikan, yaitu sistem kepemilikan perseorangan dan bersama baik dalam
bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian
yang masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang
dikenal dengan istilah condomium. Sistem ini mewajibkan untuk mengadakan
pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta
pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan
sebagai dasar penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan.

Menurut Saya M.NUR SATRIO rumah ramah lingkungan merupakan altematif


solusi yang tepat dalam upaya penyediaan perumahan serta peningkatan daya guna lahan
kota karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

1. Mengefisiensikan pemanfaatan lahan perumahan dengan kemampuannya


untuk menampung lebih banyak penduduk di lahan yang relatif sempit.
2. Menciptakan lingkungan perumahan yang layak huni terutama bagi golongan
masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
3. Efisiensi penyediaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana
perkotaan, karena dalam penyediaannya tidak perlu dilakukan penyebaran
untuk dapat memperluas jangkauan pelayan atau dengan kata lain lebih
compact.
4. Mengurangi pengeluaran untuk biaya transportasi karena pembangunan rumah
susun yang hanya membutuhkan lahan yang relatif kecil memungkinkan
pembangunannya di kawasan pusat kota yang juga merupakan kawasan tempat
kerja sehingga aksesibilitas ke tempat kerja menjadi lebih mudah.
5. Memperbaiki kualitas fisik lingkungan perkotaan terutama dalam mengatasi
masalah permukiman kumuh dan liar.

III.3. Penekanan Konsep


Rusunami yang akan di rancang adalah bangunan berkonsep green arsitektur yang
mempunyai tema Sangkuriang atau sarang lebah, namun dalam penerapan konsep yang
lebih jelas akan tampak pada bagian dalam zoning rusun juga pada fasade bangunan
rusun yang akan di rencanakan.

Muka bangunan atau yang biasa disebut fasade ini akan dirancang mebyerupai
bentuk hexagonal layaknya sarang lebah namun tetap memperhatikan kaidah
pembangunan yang baik dan akan memperhatikan pengaruh iklim, Hasil dari fasade yang
berbentuk hexa gonal akan diberi warna yang mencolok sebagai aksen daya tarik
masyarakat dengan menyimbolkan hunian yang nyaman, indah, unik dan tertata dengan
baik.
27
Penyesuaian iklim akan sangat ditekankan karena rumah susun ini dirancang
untuk masrakat menengah kebawah maka akan sangat diperhatikan untuk pencahayaan
yang masuk kedalam gedung serta alur udara yang baik agar didalam gedung tetap
memiliki sirkulasi udara yang baik tanpa bantuan media lain seperti ac dan menghemat
pengeluaran listrik dengan konsumsi listrik yang bias terjangkau oleh para penghuni.

III.4. Studi Banding Proyek Sejenis

III.5.1. Studi banding ( Rumah ramah lingkungan )


Rumah ramah lingkungan merupakan rumah hunian karena seluruhnya berfungsi
sebagai tempat tinggal, diperuntukkan untuk penghuni dengan tingkat perekonomian
menengah bawah, tetapi sekarang ini sudah

mengalami alih pemilik sehingga masyarakat ekonomi menengah ke atas juga


menempati rumah susun ini. Sekarang ini, penghuninya adalah yang berprofesi
sebagai pegawai negeri, pegawai swasta dan pensiunan.

Rumah ramah lingkungan ini terdiri dari 2 laintai yaitu untuk 6 orang 4 kamar
tidur 4 WC, 1 dapur, 1 orang 4 kamar tidur 4 WC, 1 dapur, 1 ruang tamu,1 ruang makan
dan 1 ruang keluarga.

Sebagai bahan perbandingan, dipilih Rumah ramah lingkungan yang merupakan


rumah campuran karena sebagian berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian lagi
berfungsi sebagai tempat usaha.

Rumah ramah lingkungan merupakan rusun yang diperuntukkan bagi korban


penggusuran, bencana dan masyarakat ekonomi menengah bawah namun sekarang juga
ditempati oleh masyarakat ekonomi menengah atas yang berprofesi sebagai pegawai
negeri, pegawai swasta, bahkan pengusaha. Rata-rata yang menempati rumah susun ini
minimal memiliki sepeda motor.

Rumah ramah lingkungan ini terdiri dari 2 tahap pembangunan yaitu :

2. Tahap I terdiri dari Rumah ramah lingkungan jenis Dakonta dan Apron yang tiap
unitnya tidak memiliki WC di dalam tetapi memiliki WC umum/ bersama.
3. Tahap II terdiri dari Rumah raamah lingkungan jenis Conver dan Boeing yang tiap
unitnya memiliki WC di dalam tiap unitnya.

Merancang rumah ramah lingkungan dilakukan untuk jenis Conver, Berikut ini
adalah data dari hasil Merancang rumah ramah lingkungan dan analisa:

28
29
30
31
32
33
(Gambar III.1 : Desain rumah dan halaaman dalam rumah)

34
mah
ramah lingkungan (Tabel 2.)

( Tabel III.1 : Perbandingan Karakteristik Bangunan )

Sedangkan perbandingan dari segi kelengkapan fasilitas, yakni:

( Tabel III.2 : Perbandingan Kelengkapan Fasilitas )

35
Dikaitkan dengan penerapan konsep Hemat Energi, kesimpulan yang bisa diambil

dari data dan analisa diatas antara lain:

 Kondisi tapak berpengaruh dalam hal pencapaian ke tapak, yakni seberapa besar
usaha yang dibutuhkan penghuni untuk sampai ke rusun. Lokasi kedua rusun yang
strategis (dekat jalan raya) dapat mengatasi masalah tersebut.
 Ada usaha untuk memanfaatkan penghawaan dan pencahayaan alami melalui Bentuk
dan Gubahan Massa, namun sayangnya usaha itu kurang berhasil khususnya pada
Rumah ramah lingkungan.
 Pencahayaan alami dan penghawaan pada rusun kurang
sehingga membutuhkan pencahayaan dan penghawaan buatan (lampu listrik, AC,
kipas angin, exosfan, dll) khususnya pada Rumah ramah lingkungan.

 Penghijauan juga memegang peranan, karena lingkungan yang asri


akan memancing kegiatan komunal di luar ruangan sehingga menghemat
pemakaian energi listrik. Hal ini terjadi pada Rumah ramah lingkungan yang
memiliki penghijauan lebih banyak.
 Material bangunan berperan dalam menyerap atau meredam panas. Hal ini direspon
lebih baik oleh bangunan Rumah ramah lingkungan yang memiliki finishing
relatif lebih baik.
 Jarak antar bangunan dapat menghemat energi dalam hal sirkulasi manusia.
 Jarak yang jauh mendorong manusia untuk menggunakan kendaraan di dalam area
sirkulasi (misalnya: motor)

36
1. Struktur & Konstruksi

Sistem struktur Rumah ramah lingkungaan menggunakan sistem pracetak C-Plus


menurut pemikiran saya M.NUR SATRIO. Hasil pengujian menunjukkan sistem ini
mempunyai kehandalan sebagai sistem struktur bangunan bertingkat. Parameter
keandalan sistem ini untuk joint balok kolom interior adalah beban lateral leleh sebesar
20,77 ton, beban maksimum 27,03 ton dan daktilitas sebesar 5,3 sedangkan joint balok
kolom eksterior didapatkan beban leleh lateral 8,75 ton. Sedangkan beban lateral
maksimum yang dapat dipikul adalah 12,82 ton dan daktilitas 3,3. Dari parameter di atas
dapat disimpulkan bahwa sistem ini dapat digunakan pada struktur bangunan bertingkat
di Indonesia.

Bentuk khas Struktur C-Plus adalah berbentuk plus(+). Ditinjau dari segi
kekuatan, bentuk kolom yang simetris akan memberikan kekuatan yang sama pada kedua
arah sumbu utama kolom baik arah x maupun arah y. Dengan inersia yang sama, bentuk
kolom plus membutuhkan volume beton yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk
kolom persegi. Sebagai gambaran, bentuk kolom plus 20/75 yang digunakan pada
rusunawa Puskim memiliki inersia yang sama dengan kolom persegi ukuran 50×50.
Dengan bentuk ini, kolom C-Plus lebih hemat 15% dalam penggunaan beton. Kelebihan
lain dari bentuk ini adalah memungkinkan adanya efisiensi ruang. Pada kolom
konvensional bangunan bertingkat, ukuran kolom persegi harus lebih besar dari tebal
dinding sehingga ada bagian kolom yang menonjol dan memakan ruang. Untuk ruang-

37
ruang yang tidak terlalu luas (unit 18 atau 21), penggunaan kolom C-Plus akan
mengurangi tonjolan sehingga ruang lebih efisien.

Waktu pelaksanaan pekerjaan untuk konstruksi pracetak diperkirakan lebih cepat


daripada konstruksi konvensional karena komponen bangunan telah diproduksi
terlebih dahulu sehingga di lapangan hanya proses perakitan.

2. Bahan Bangunan

Bahan pengisi dinding adalah conblock ukuran 20x30x10 cm dengan campuran


1PC : 5 Pasir. Dinding ditambah perkuatan tulangan tunggal diameter 6mm, dipasang
arah horisontal setiap 5 lapis, dan arah vertikal setiap 5 buah conblock.

Bahan penutup lantai adalah plesteran untuk lantai hunian dan selasar. Bahan
gymstone digunakan pada lantai plaza. Kerangka kuda-kuda menggunakan bahan baja
karena durabilitas lama dan tidak memerlukan perawatan khusus. Kusen jendela
menggunakan bahan alumunium agar tidak memerlukan perawatan khusus.

3. Penyediaan Air Bersih

Sistem plumbing air bersih yang diterapkan pada rumah susun sederhana Puskim
adalah sistem Pemompaan dan Gravitasi. Air dari sumur dalam dipompa ke ground tank,
untuk kemudian dipompa ke roof tank. Air dari roof tank didistribusikan ke tiap unit
dengan sistem gravitasi. Setiap unit dilengkapi meteran air dan listrik untuk mencatat
penggunaan air.

4. Pembuangan dan Pengolahan Air limbah/kotor

Sistem pembuangan limbah menggunakan sistem campuran, yaitu pembuangan


dimana air limbah kamar mandi dan air kotor dikumpulkan dan dialirkan dalam satu
saluran. Sistem Ven yang diterapkan adalah ven tegak tunggal dengan ukuran sama
dengan pipa tegak air limbah, sistem ini akan memberikan penghematan penggunaan pipa
dan efisiensi pengaliran air dalam sistem plumbing. Pengolahan air limbah rumah
tangga menggunakan sistem Biokontraktor. Sistem ini dapat menurunkan
beberapa parameter yang dapat dijadikan indikator pencemaran.

5. Persampahan

Untuk dua blok rusuna Cigugur yang terdiri dari 64 unit hunian dilengkapi empat
unit komposter dengan kapasitas masing-masing 500 L dari bahan tahan karat. Ruang
pemilahan sampah terletak di lantai dasar.

38
Keunggulan

 Dengan teknologi pracetak, lebih cepat dikerjakan. Biaya konstruksi lebih murah.
Dari aspek penghawaan, sirkulasi udara lebih baik.
 Dari aspek pencahayaan alami, pencahayaan alami tiap unit lebih baik dengan
input dari 2 sisi.
 Sistem plumbing lebih efisien .
 Biaya Investasi
 Biaya konstruksi 1,8 juta/m2 (tahun 2006).

Sketsa Rumah Ramah Lingkungan

Gambar III.2 : Sketsa Rumah Ramah Lingkungan

39
BAB IV
ANALISA PROYEK

IV.1. Gambaran umum tentang Rumah ramah lingkungan

IV.1.1. Sejarah Rumah Ramah Lingkungan


Rumah ramah lingkungan merupakan akronim dari Rumah ramah lingkungan.
Rumah ramah lingkungan merupakan kategori resmi pemerintah Indonesia untuk tipe
hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain. Namun pada
perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk menggambarkan hunian
bertingkat kelas bawah. Penambahan kata Sederhana setelah rumah bisa berakibat
negatif, karena pada pikiran masyarakat awam rumuah ramah lingkungan yang ada sudah
sangat sederhana. Kenyataannya rumah ramaah lingkungan yang digalakkan pemerintah
dengan sebutan proyek 1000 Menara merupakan rusuna bertingkat tinggi yaitu rusun
dengan jumlah lantai lebih dari 8 yang secara fisik luar hampir mirip dengan rusun
apartemen yang dikenal masyarakat luas. Kata Milik berarti seseorang pengguna tangan
pertama harus membeli dari pengembangnya. SedangkanRusunawa atau Rumah Susun
Sederhana Sewa berarti pengguna harus menyewa dari pengembangnya.

IV.1.2. Subsidi
Istilah lain yang sering diusung oleh para pengembang untuk rumah ramah
lingkungan adalah Apartemen Bersubsidi. Pengembang lebih senang menggunakan
istilah apartemen daripada rusun karena konotasi negatif yang melekat. Sedangkan
penambahan kata bersubsidi disebabkan karena pemerintah memberikan subsidi bagi
pembeli rusunami jika memenuhi syarat. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat tetap
dapat membeli rumah ramah lingkungan namun tidak mendapatkan subsidi.

IV.1.2.1 Jenis Subsidi


Ada banyak subsidi yang diberikan pemerintah untuk meringankan dan
menarik masyarakat untuk membeli rumah ramah lingkungan . Beberapa
diantaranya adalah:

 Subsidi Selisih Bunga hingga maksimum 5% (sesuai golongan)


 Bantuan Uang Muka hingga maksimum 7 juta (sesuai golongan)
 Bebas

40
IV.1.2.2 Syarat Subsidi

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan


Rakyat Nomor: 7/PERMEN/M/2007, kelompok sasaran penerima subsisidi
adalah:

1. Keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki rumah dan baru
pertama kali menerima subsidi perumahan (dibuktikan oleh surat pengantar
dari kelurahan)
2. Gaji pokok pemohon atau pendapatan pokok pemohon perbulan maksimum
4,5 juta
3. Memiliki NPWP
4. harga untuk apartemen dibawah Rp. 144 jt dan rumah dibawah Rp. 55jt

IV.2. Peruntukan Rumah Ramah Lingkungan

Redefinisi rumah ramah lingkungan itu mencakup harga patokan satuan rumah ramah
lingkungan, fasilitas minimum yang wajib disediakan pengembang, maupun penentuan secara
tegas proporsi rusunami yang bersubsidi dan nonsubsidi.

Pemerintah harus kembali pada prioritas peruntukan rumah ramah lingkungan bersubsidi,
yakni masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah Kelompok sasaran rumah ramah
lingkungan bersubsidi terdiri atas tiga golongan.

 Golongan I adalah masyarakat yang berpenghasilan Rp 3,5 juta-Rp 4,5 juta per bulan.
 Golongan II dengan pendapatan Rp 2,5 juta-Rp 3,5 juta per bulan, dan
 golongan III dengan penghasilan Rp 1,2 juta-Rp 2,5 juta per bulan.

Berdasarkan data Kementerian Negara Perumahan Rakyat, penyaluran anggaran subsidi


untuk rumah ramah lingkungan hingga pertengahan 2009 mencapai 118.860 unit. Adapun total
pengajuan subsidi rumah ramah lingkungan 167.378 unit.

kepemilikan rumah ramah lingkungan bersubsidi di kota metropolitan nyaris tidak


terjangkau oleh masyarakat golongan III. Kepemilikan rusunami yang masih bisa terjangkau oleh
golongan masyarakat itu umumnya berlokasi di kota kecil.

Peruntukan rumah ramah lingkungan ditekankan pada masyarakan golongan ke III


diantaranya para pedagang pasar, pegawai negeri sipil (honorer), dan para pegawai buruh harian
dikarenakan mereka harus mendapat hunian yang murah agar terjangkau oleh khalayak banyak

41
IV.3. Simulasi perhitungan harga unit hunian
Rumah ramah lingkungan ini memiliki 3 masa bangunan yang sudah menelan biaya
pembangunan senilai 18 miliyar rupiah, berdasarkan hasil perhitungan anggaran biaya kami
sudah menyimpulkan bahwa harga bangunan sudah ditetapkan yaitu :

Perencanaan bangunan total senilai Rp. 15.120.000.000,-

Fasum + Fasos senilai : Rp. 2.880.000.000,-

Total keseluruhan yaitu : Rp. 18.000.000.000,-

1. Rumah ramah lingkungan 1 Unit hunian type 27 :


Lama kredit 25 tahun (300 bulan) dengan cicilan Rp. 500.000,-/bulan

2. Rumah ramah lingkungan 2 Unit hunian type 45 :


Lama kredit 25 tahun (300 bulan) dengan cicilan Rp. 700.000,- /bulan

3. Rumah ramah lingkungan 2 Unit hunian type 27 :


Lama kredit 25 tahun (300 bulan) dengan cicilan Rp. 500.000,- /bulan

IV.4. Manajemen Rumah ramah lingkungan

Pengelola Penghuni

Pengelola Rumah ramah lingkungan dengan penghuni rusun sangat memiliki kaitan yang
erat dalam rangka pengurusan bangunan Rumah ramah lingkungan juga dalam mengatur
ketertiban Rumah ramah lingkungan itu sendiri dan dalam sebuah sekumpulan rumah perlu ada
suatu kepengurusan misalnya RW, RT dsb.

Apabila melihat dari karakteristik rusun ini maka perlu diadakan kepengurusan
management yang baik dan sebagaimana kita ketahui rusun ini memiliki 144 hunian dan akan
dihuni oleh krang lebih 144 kk maka diperlukan seorang ketua RW, dan 3 ketua RT serta
kepengurusan lainnya dan saya akan menguraikan kelompok diagram diatas yaitu :

Pengelola

1. RW (Rukun warga) membawahi 144 kk

TUGAS POKOK DARI KETUA RW Adalah.


 Menggerakan Swadaya gotong royong partisipasi masyarakat diwilayahnya
 membantu kelancaran tugas pokok LPM di desa dan kelurahan dalam bidang
pembangunan
42
Dalam rangka melaksanakan Tugasnya RW mempunyai FUNGSI:
 Pengkordinansian pelaksanaan tugas tugas RW
 Fasilitas dalam hubungan antar RW dan antar masyarakat dengan Pemerintahan
Desa atau kelurahan dan Daerah

2. RT (Rukun Tetangga) membawahi masing – masing 48 kk

TUGAS POKOK DARI KETUA RT Adalah.


 membantu menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat yang menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah.
 memelihara kerukunan hidup warga
 menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi
dan swadaya murni masyarakat.

FUNGSI KETUA RT
 Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya.
 Pemeliharaan keamanan ketertiban dan kerukunan hidup antar warga
 pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan
aspirasi dan swadaya murni masyarakat
 Penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat diwilayahnya

3. Security/satpam (unit keamanan)

Tugas Pokok-nya Satpam adalah “Menyelenggarakan keamanan dan


ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik,
personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya” (Perkapolri No 24 Tahun
2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 1).

Menyelenggarakan mengandung arti :


1. Mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara, memiara,
merawat)
2. Melakukan atau melaksanakan (perintah, peraturan, rencana).
3. Menunaikan atau menyampaikan (maksud, tugas kewajiban).
4. Mengurus dan memperhatikan (kepentingan, usaha, perkara).
5. Mengadakan, mengatur, dan mengurus (pesta, pertunjukan, pameran,
dsb).

4. Pengelola kantin
Tugas pengelola kantin antara lain menyediakan masakan bagi para penghuni
baik pagi siang maupun sore hari, namun makanan yang disajikanpun harus memenuhi
kriteria kesehatan yang baik.

43
Makanan yang disajikan berupa makanan berat maupun makanan siap saji juga
berbagai minuman segar maupun minuman yang siap saji sesuai kebutuhan para
penghuni rusun.

5. Penghuni Rumah ramah lingkungan


Pembentukan Perhimpunan Penghuni Rumah ramah lingkungan telah diatur
dalam UURS dan PP No. 4 tahun 1988. Pasal 54 ayat (1) PP No. 4 Tahun
1988 berbunyi: “para penghuni dalam suatu lingkungan rumah ramah lingkungan baik
untuk hunian maupun bukan hunian wajib membentuk perhimpunan penghuni untuk
mengatur dan mengurus kepentingan bersama yang bersangkutan dengan pemilikan,
penghunian, dan pengelolaannya.”
Mengingat pentingnya kedudukan Perhimpunan Penghuni, maka untuk
mempermudah pembentukan Perhimpunan Penghuni dikeluarkanlah SK Menteri Negara
Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan
Perumahan dan Pemukiman Nasional No. 6/KPTS/BKP4N/1995, tentang Pedoman
Pembuatan Akta Pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Penghuni Rumah Susun.
PPRSt mempunyai tugas dan wewenang untuk mengelola dan memelihara
lingkungan rumah ramah lingkungan , dan menetapkan peraturan-peraturan mengenai
tata tertib penghunian. Keanggotaan perhimpunan penghuni didasarkan kepada realita
penghunian, artinya yang dapat menjadi anggota perhimpunan penghuni adalah mereka
yang benar- benar menghuni atau menempati satuan rumah ramah lingkungan baik atas
dasar pemilikan maupun hubungan hukum lainnya. Apabila pemilik belum menghuni,
memakai atau memanfaatkan satuan rumah ramah lingkungan yang bersangkutan, maka
pemilik menjadi anggota perhimpunan penghuni. Apabila penyelenggara pembangunan
rumah ramah lingkungan terkait belum dapat menjual seluruh satuan rumah ramah
lingkungan , maka penyelenggara pembangunan rumah ramah lingkungan tersebut
bertindak sebagai anggota perhimpunan penghuni

IV.5. Analisa Kawasan


Kawasan terpilih adalah kawasan Kota Jawa Palembang. Fungsi kawasan yang
diperuntukkan sebagai area komersial dinilai tepat untuk menerapkan konsep arsitektur hijau
bagi bangunan rumah ramah lingkungan yang hemat energi dan ramah lingkungan yang menjadi
simbol kemajuan teknologi. Letak kawasan dikelilingi oleh bangunan komersial dan fasilitas
yang terintegrasi menyebabkan lokasi ini dinilai tepat digunakan sebagai lokasi bangunan rumah
ramah lingkungan . Didukung dengan peruntukan tata guna lahan Kota Bandung atau
Palembang, diharapkan dengan adanya bangunan rumah ramah lingkungan ini efisiensi
penggunaan lahan dapat tercapai dan kebutuhan hunian dapat terwadahi dan terfasilitasi dengan
baik.
44
IV.6. Kondisi Iklim
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya
bagaikan sebuah "mangkok raksasa". Bandung terletak pada koordinat 107° BT and 6° 55’ LS.
Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektare.

Kota ini secara geografis terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Barat. Dengan
demikian, sebagai ibu kota provinsi, kota Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-
daerah di sekitarnya.

Kota Bandung terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean
sea level), dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada di bagian selatan.
Ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 msl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 msl.
Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga Bandung merupakan suatu cekungan (Bandung
Basin).

Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai Cikapundung dan Sungai
Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di
Sungai Citarum, dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah
banjir

Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan
suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari
per bulan. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandung, selama tahun 2011 tercatat suhu
tertinggi di kota Bandung mencapai 30,4oC yang terjadi di bulan September dan Oktober.

Suhu terendah di kota Bandung pada tahun 2011 adalah 18,2oC yaitu pada bulan
Agustus.Curah hujan terringgi di kota Bandung pada tahun 2011 terjadi di bulan April yaitu
sebesar 381,5 mm. Sementara curah huja terendah terjadi di bulan September sebesar 3,1 mm

( Gambar IV.1 : Analisa Iklim )


Sumber Accuweather

45
IV.7. Analisa Tata ruang luar
Tata ruang luar perlu di desain secara terintegrasi karena memberikan impresi pada
bangunan. Tata ruang luar terbagi atas ruang luar aktif dan ruang luar pasif. Ruang luar aktif
dipergunakan untuk jalur sirkulasi kendaraan, jalur sirkulasi orang, area parkir, dan ruang
terbuka hijau yang didalamnya mengandung kegiatan manusia. Ruang luar pasif berupa ruang
terbuka hijau yang tidak mengandung kegiatan manusia. Untuk itu ada beberapa poin yang akan
dimasukkan dalam desain.

 Peletakkan Bangunan
Bangunan diletakkan sesuai dengan setback sempadan 10 m dari jalan.
 Parkir
Area Parkir di terdapat di lantai dasar. Sebagian besar area parkir terdapat di lantai dasar
dan lantai dasar mampu menampung kurang lebih 60 unit kendaraan bermotor, dan

46
penghuni pada 1 bangunan rusun adalah 48kk maka dengan daya tampung 60 unit sudah
mencukupi bagi penghuni, lalu di bagian luar bangunan ada lahan parkir yang
diperuntukan untuk tamu yang akan berkunjung dan bisa menampung 50 motor dan 30
mobil.

( Gambar IV.2 : Sirkulasi Parkir )

 Elemen Perkerasan
Elemen perkerasan pada tata ruang luar bangunan terbagi menjadi dua yaitu aspal,
dan paving block. Aspal digunakan sebagai material penutup untuk sirkulasi kendaraan,
sedangkan paving block digunakan sebagai material penutup untuk pedestrian.

( Gambar IV.3 : Paving Block )

 Landscape
Penataan vegetasi pada ruang luar dilakukan secara horizontal. Dengan tujuan,
yaitu:
 Sebagai aspek arsitektural, yaitu vegetasi sebagai pembentuk ruang, pembatas
ruang, dan pengarah pergerakan.

47
 Sebagai aspek estetika, yaitu vegetasi berfungsi sebagai elemen yang menciptakan
keindahan.
 Sebagai aspek engineering, yaitu vegetasi berfungsi sebagai kontrol kebisingan,
temperatur, angin.

Secara horizontal penataan vegetasi dilakukan di sisi timur, barat dan selatan site, hal ini
memungkinkan karena setback dari site adalah 10m.

 Zonasi
Pembagian zona pada bangunan Rusun sangatlah penting untuk menciptakan
kenyamanan bagi penghuninya. Pembagian zona yang tepat akan menciptakan privasi
yang tinggi pada unit-unit ruang kantor yang disewakan. Zonasi diciptakan baik secara
horisontal maupun vertikal. Zonasi secara horizontal merupakan zonasi pada lingkup
siteplan sedangkan zonasi vertikal adalah zonasi pada lingkup bangunan.
Zonasi pada Rusun terdiri atas:
 Zona publik
Terdapat pada bagian site paling depan. Ketika memasuki area ini, terdapat
petugas keamanan yang mengawasi bagian depan sehingga keamanan Rusun
terjaga. Yang termasuk zona publik adalah area parkir luar dan drop off di depan
bangunan.
 Zona semi-publik
Berada setelah zona publik. Untuk memasuki zona ini, terdapat kontrol keamanan
baik akses ke lobby maupun area parkir. Zona ini terdiri atas lobby, fasilitas-
fasilitas komersial yang dapat diakses oleh pengunjung yang bukan penyewa
dengan pengawasan dari pihak pengelola. Terdapat pada lantai basement
 Zona privat
Merupakan zona dengan tingkat privasi tertinggi dibandingkan zona-zona lainnya.
Terdapat akses dengan kontrol keamanan yang harus dilewati setelah melewati
zona semi-publik. Terdiri atas unit-unit ruang hunian

48
( Gambar IV.4 : Gambaran Zonasi )

IV.8. Orientasi sumbu jalan dan arah pandang


Komentar :

1. Jalan Sriwijaya 2
Dwikora 2 Kecamatan Ilir
Barat 1 Kelurahan Demang
Lebar Daun (V & W) : View
dari lokasi ini memiliki
tampak landscape ke arah
bangunan karena pandangan
manusia terhadap lokasi ini
cukup baik karena berkontur
datar (BAGUS)

2. Pemukiman warga
kumuh (V , W, dan Z) : View
dari lokasi ini memiliki
tampak yang kurang
maksimal ke titik V dan Z
namun untuk W bisa terlihat
baik namun masih kurang
( Gambar IV.5 : Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang ) maksimal karena terhalang
oleh pemukiman warga.
49
(BURUK)

3. Pemukiman warga kumuh (W & Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang sangat
baik karena tepat di depan objek (BAGUS)

4. Pom Bensin (X, Y, dan Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang kurang
maksimal ke titik X namun untuk Y dan Z bisa terlihat dengan cukup baik ke arah belakang
bangunan (BIASA)

5. Pemukiman warga kumuh blkg pasar (X,Y,Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang
kurang maksimal ke titik Z namun untuk X dan Y bisa terlihat baik ke arah belakang
bangunan (BAGUS)

6. Pemukiman warga Babakan ciparay (V & X) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang
Sangat maksimal ke semua titik karena titik ini juga merupakan akses masuk pintu belakang
warga rusun ke area belakang rusun (BAGUS)

Kesimpulan : Vote untuk titik pandang yang baik adalah no (1, 3, 5, dan 6) sedangkan vote
point buruk yaitu angka 4 dan 6 maka view bangunan terhitung cukup baik

IV.9. Orientasi arah rotasi matahari

Dalam hal orientasi terhadap arah sinar matahari, bagian timur bangunan akan
memperoleh cahaya matahari pagi paling besar sehingga digunakan strategi lightshelves yang
memungkinkan perolehan cahaya masuk ke dalam ruangan tanpa menimbulkan glare. Untuk
memanfaatkan cahaya matahari siang dapat dimanfaatkan skylight pada podium sehingga
diperoleh pencahayaan alami. Untuk merespon cahaya matahari sore yang cukup panas di bagian
barat bangunan akan digunakan sistem naungan (shading system) yang mengurangi dampak
panas yang diterima.

50
barat timur

( Gambar IV.6 : Orientasi Bangunan Terhadap Sinar Matahari )

Dari orientasi arah angin, angin yang berhembus di site tidak terlalu kencang karena berada di
dataran rendah dan suhu udara yang sangat panas. Pada saat musim penghujan kira-kira pada
bulan November hingga April, berhembus angin muson tenggara yang datang dari Samudra
Hindia yang membawa titik-titik uap air yang menyebabkan hujan. Sedangkan pada musim
kemarau yang terjadi sekitar bulan Mei hingga Oktober berhembus angin muson barat laut yang
berasal dari Laut Cina Selatan yang membawa angin panas. Hal ini ditanggapi dengan
penggunaan material kaca double glazing untuk mengurangi panas.

51
IV.10. Program Ruang

IV.10.1. Program Ruang Rumah ramah lingkungan 1

Analisa Lantai dasar Total yaitu 1177m

45

Analisa Lantai 1 Total yaitu 576+246=822m

52
45

Analisa Lantai 2 Total yaitu 576+246=822m

45

53
( Tabel IV.1 : Program Ruang Rumah ramah lingkungan 1 )

Analisa Lantai 3 Total yaitu 576+246=822m

IV.10.2. Program Ruang Rumah ramah lingkungan 2

Analisa Lantai dasar Total yaitu 720m

54
Analisa Lantai 1 Total yaitu 432+246=678m

Analisa Lantai 2 Total yaitu 432+246=678m

55
( Tabel IV.2 : Program Ruang Rumah ramah lingkungan 2 )

Analisa Lantai 3 Total yaitu 432+246=678m

IV.10.3. Program Ruang Rumah ramah lingkungan 3

Analisa Lantai dasar Total yaitu 720m

56
Analisa Lantai 1 Total yaitu 432+246=678m

57
Analisa Lantai 2 Total yaitu 432+246=678m

( Tabel IV.3 : Program Ruang Rumah ramah lingkungan 3 )

Analisa Lantai 3 Total yaitu 432+246=678m

Total luas keseluruhan dalam meter adalah = 3643 + 2754 + 2754 = 9151m

58
IV.11. Golden Section

 Proporsi dan Skala

Skala menyinggung pada ukuran suatu benda dibandingkan dengan suatu standar
referensi atau dengan ukuran sesuatu yang dapat dijadikan patokan. Sedangkan proporsi
lebih menekankan pada hubungan yang sebenarnya atau yang harmonis dari satu bagian
dengan bagian yang lain.
Beberapa Teori-teori proporsi yang ada diantaranya :

 Golden section
 Penataan klasik
 Teori-teori Renaissance
 Modular
 Ken
 Antropometri
 Skala Visual
 Skala manusia

 Prinsip-prinsip Penataan

Ada banyak metode untuk menciptakan tatanan di dalam suatu komposisi


arsitektur, selain digunakan metode dasar geometrik untuk mengatur ruang dan bentuk
suatu bangunan, dapat pula digunakan prinsip-prinsip tambahan yang memperhitungkan
suatu kondisi dimana setiap bagian dari seluuh komposisi saling berhubungan dengan
bagian lain dengan tujuan untuk menghasilkan suatu tatanan yang harmonis.
Prinsip-pinsip penataan diantaranya adalah :
 Sumbu
 Simetri
 Hirarki
 Irama
 Datum
 Transformasi
Dalam proses penataan masterplan Undip, mungkin terbentuk dari satu atau
beberapa prinsip penataan yang akhirnya secara terpadu dapat membentuk suatu kawasan
kampus Universitas Diponegoro seperti saat ini.

59
BAB V
KONSEP PERANCANGAN

V.1. Konsep letak dan orientasi bangunan


Berdasarkan data-data yang kami dapat di lapangan dan analisa desain, berikut adalah
Konsep Desain Rusunami yang kami tetapkan :

V.1.1. Aspek Lingkungan

Yang di maksud aspek lingkungan adalah : pedoman/pijakan atau dasar dalam


desain rusun sehingga adanya penyesuaian dalam berbagai segi terhadap lingkungan
tapak dalam melokasikan bangunan rumah ini. Berdasarkan analisa yang sudah
dilakukan, maka dapat diambil sebagai dasar-dasar sebagai berikut :

Memanfaatkan ruang-ruang jalur sirkulasi kendaraan yang merupakan jalur utama


ke arah Bandung - cimahi sebagai arah orientasi utama bangunan rumah.
Mengakomodasi bentuk desain rusunami yang menyesuaikan dengan bangunan-
bangunan di sekitarnya. Dan, bangunan pengembangan Klinik Bersalin yang akan datang
menjadi 'vocal point' dikarenakan lokasi lahan sangat strategis dari sisi bidang usaha.

V.1.2. Aspek Tapak

a. Orientasi Bangunan

Dalam menentukan desain rumah, orientasi bangunan ini berpijak pada


pemikiran-pemikiran :

Menghindari orientasi bangunan ke arah matahari terbenam, yaitu ke arah


Barat karena kurangnya sehat efek sinar matahari terbenam terhadap penghuni. Ini
terlihat dengan sedikitnya bukaan-bukaan (jendela) ke arah Barat.
Orientasi bangunan untuk ruang-ruang private seperti ruang tidur adalah ke
arah Timur, karena sinar matahari terbit adalah sehat untuk penghuni rumah. Akan
tetapi ketika siang hari yaitu jam 11.00 ke atas akan terasa panas, hal ini sudah di
antisipasi dangan adanya pohon-pohon rindang pada sisi Timur tapak.

60
Mengutamakan orientasi bangunan rumah ke arah ruang-ruang terbuka,
untuk mendapatkan pandangan yang bagus baik dari tapak atau menuju tapak,
yaitu ke arah Timur dan Utara.
Berusaha membuat orientasi bangunan rusunami yang ke arah depan
memberi kesan "selamat datang" (menerima) yang kesan tersebut juga dimiliki
oleh rumah-rumah sekitar.

b. Pencapaian, Sirkulasi dan Zoning dalam Tapak.

Dasar-dasar desainnya adalah :


Memisahkan sirkulasi antara tamu dan penghuni, dengan adanya pintu
masuk ruang tamu dan pintu masuk samping dan pintu garasi.
Begitu pula pengembangan yang akan datang dengan adanya Klinik Bersalin,
menjadikan area klinik sebagai area publik.
Memisahkan sirkulasi untuk service (kegiatan pelayanan) di sisi Utara dan
sirkulasi penghuni di sisi tengah ruang rumah yang terpusat di ruang-ruang semi
publik seperti ruang keluarga, ruang makan dan pada bagian lantai atas rumah.
Zoning dalam tapak terbagi menjadi beberapa area ; Zoning Publik pada sisi
depan (timur) tapak yang memang merupakan area akses dari depan (jalan) oleh
publik. Zoning Private yaitu terletak di area Ruang Tidur Utama dan Ruang Tidur
Anak pada sisi selatan rumah dan lantai atas. Zoning Service adalah pada sisi
Utara dan Selatan seperti pada ruang-ruang Garasi, Dapur, Kamar Mandi, Ruang
Cuci, Ruang Setrika dan Area Jemur. Zoning Semi Publik seperti Ruang Makan,
Ruang Keluarga, dan Teras Dalam yang menghadap ke taman. Zoning
Pengembangan Klinik di area Utara dan Timur sesuai permintaan Bapak Santo.

V.1.3. Aspek Bangunan

a. Bentuk Bangunan

Berusaha mengekspresikan citra penghuni sejauh yang kami kenal.


Sesuai dengan fungsi-fungsi di dalam bangunan rumah, yang dibagi menjadi :

 Ruang-ruang Private dan Semi Publik seperti Ruang Tidur, Ruang


keluarga, dsbnya orientasi lebih banyak ke dalam tetapi tidak menutup
kemungkinan bentuk yang berorientasi keluar untuk mendapatkan
pandangan yang menyenangkan dan udara yang menyegarkan.
 Ruang-ruang Service (Pelayanan) lebih banyak berorientasi ke dalam.

61
 Ruang-ruang Publik seperti Ruang Tamu berorientasi ke area umum
yaitu ke arah jalan.

b. Gubahan Masa bangunan

( Gambar V.1 : Gubahan Massa Bangunan )

Pembentukan ketiga / Akhir terdiri dari 5 buah masa bangunan yang


digabungkan yaitu :

1. Persegi panjang pertama di transformasikan dengang persegi panjang


kedua

2. Persegi panjang yang kedua / yang abu dimasukan kedalam masa


bangunan

3. Menggandakan persegi panjang ketiga menjadi double lalu


mentransformasikannya dengan sisi kanan dan kiri bangunan
pembentukan pertama

4. Penggabungan atap berbentuk segi enam memanjang

62
V.2. Konsep zoning pada site

Dalam menentukan konsep orientasi bangunan (massa), perancang mencoba memutuskan


peletakan dan posisi blok massa atau bangunan terhadap lahan perancangan.

Dimulai dengan mengkaji lahan perancangan yang memiliki batas – batas lahan yaitu :

 Utara : Jl.Dwikora 2 (RT 02)


 Selatan : Mall Palembang Squeare Carefour
 Barat : Jl. Wijaya Kusuma
 Timur : Jalan Sriwijaya 1 (RT 04)

Fungsi bangunan dan jalan disekitarnya kemudian dijadian bahan pertimbangan untuk
menentukan arah hadap dan pola peruntukan lahan perancangan tersebut. Disinilah perancang
membuat Zoning atau pemintakatan untuk area-area di dalam lahan perancangan.

( Gambar V.2 : Zoning perancangan di atas tapak )

Keterangan :
Hijau zona publik
Kuning zona semi private
Merah zona private

63
Zoning terbagi menjadi 3 area :

 Privat : dipilih area yang paling terhindar dari kebisingan jalan dan lingkungan
sekitar. Maka dipilih area ini adalah area yang jauh dari jalan umum/penduduk. Misalnya
unit hunian pada gedung sangkuriang 1, 2 dan 3.
 Semi Privat : dipilih area yang memiliki kebisingan dan lalulintas kegiatan sedang.
Perancang memilih area ini berada di tengah-tengah lahan perancangan. Misalnya pada
jalan rusun dan lokasi sirkulasi di area sekitar rusun.
 Publik : dipilih area yang paling dekat dengan kebisingan jalan dan kepadatan
lalulintas kegiatan sekitar. Maka yang dipilih adalah area yang paling dekat dengan jalan.
Misalnya pada di area parkir, jalan raya soekarno hatta, RTH atau taman yang ada di
belakang bangunan rusun.

Penentuan zona-zona di atas adalah tahap penting dalam memulai perancangan blok
massa / bangunan. Karena dengan mendefinisikan gambar-gambar zoning, kami dapat
menentukan fungsi arsitektur apa yang hendak ditempatkan di atas lahan perancangan serta
dimana persisnya kami menempatkan setiap fungsi tersebut.

Fungsi arsitektur yang ditempatkan pada tiap area zoning

Sistem pensoningan seperti ini hanya cocok untuk bangunan sederhana seperti rumah
tinggal atau rumah profesi jika bangunan yang lebih komleks akan beda tata pensoningannya

64
V.3. Konsep Jenis dan pengelompokan ruang

V.3.1. Proses Desain


a. Identifikasi kebutuhan dasar rancangan
 Jenis pelaku dan jumlah pelaku
 Pola kegiatan pelaku Kelompok pelaku Hubungan antar kelompok pelaku
Kebutuhan ruang setiap pelaku (jenis, jumlah dan luas ruang)
 Matriks Kriteria & Program Dimensi ruang
 Zonasi ruang (privat, publik)
 Hubungan antar Ruang (Alternatif dapat masuk dalam konsep)

b. Tapak / Site
 Data tapak (lokasi dan luas)
 Analisis tapak

c. Data rancangan
 Kebutuhan spesifik klien (bila ada)
 Anthropometri dan ergonomi
 Perabotan dan lay out
 Preseden desain (kajian tipologi)
 UU BG dan aturan pemerintah

d. Penekanan desain
 Kebutuhan klien
 Kajian tipologi

e. Konsep desain
 Pengelompokkan ruang & hubungan antar ruang
 Program ruang
 Eksplorasi bentuk ruang interior
 Eksplorasi konfigurasi ruang
 Eksplorasi kualitas ruang
 Eksplorasi gubahan massa/transformasi bentuk
 Eksplorasi tampilan fasad bangunan

f. Pradesain
 Situasi,
 site plan,
 denah,
 tampak,

65
 potongan, dan
 perspektif

g. Pengembangan desain
 Rencana detail
 Pola dan detail plafond
 Pola dan detail lantai
 Rencana struktur
 Rencana site/tapak/olahan ruang luar/lansekap
 MAKET STUDI

V.3.2. Pengelompokan ruang berdasarkan zona


Mengkaji lebih detail mengenai zoning pada area bangunan sangkuriang
ada beberapa bagian yang memang harus dipisahkan yaitu :

a. Bangunan Rumah Ramah Lingkungan 1 type 45


 Lantai Dasar
 Ruang bersama (publik)
 Taman (publik)
 WC Umum (publik)
 R. Serbaguna (publik)
 Kantin dan toko (publik)
 Kantor pengelola (Private)
 Parkir motor (publik)
 Entrance (publik)

 Lantai 1 (Typical sampai lantai 2)


 Ruang tamu (publik)
 Ruang keluarga (semi private)
 Kamar tidur (Private)
 Dapur (Private)
 WC (Private)
 Balkon (Private)

b. Bangunan Rumah Ramah Lingkungan 2 type 27 typical Rumah Ramah


Lingkungan 3
 Lantai dasar
 Ruang bersama (publik)
 Taman (publik)
 WC Umum (publik)
66
 R. Serbaguna (publik)
 pertokoan (publik)
 Kantin (publik)
 Parkir motor (publik)
 Entrance (publik)
 Lantai 1 (typical sampai lantai 2)
 Ruang keluarga (semi private)
 Kamar tidur (Private)
 Dapur (Private)
 WC (Private)
 Balkon (Private)

V.4. Konsep sistem bangunan


Struktur di dalam bangunan tinggi sudah pasti menjadi hal yang perlu dipertimbangkan
sebagai pertahanan terhadap beban lateral. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain,
strengthness, stabillity, stiffness.

( Gambar V.3 : Struktur Bangunan Dalam Rumah )

67
V.5. Konsep Utilitas

V.5.1. Penyediaan air bersih


Kebutuhan air bersih bagi penghuni direncanakan akan menggunakan
sumber air PDAM dan sumur dalam (deep well), agar tidak mengganggu sumur
dangkal milik penduduk sekitar. Sistem penyediaan air bersih menggunakan
system tangki atap (down feed system). Dalam sistem ini air ditampung terlebih
dahulu di dalam tangki bawah (ground reservoir), selanjutnya dipompakan
dengan pompa transfer ke tangki atas yang dipasang di atas atap atau di lantai
tertinggi bangunan rumah ramah lingkungan. Dari sini air didistribusikan ke
seluruh ruangan bangunan dengan sistem gravitasi.

( Gambar V.4 : Skema Air Bersih Rumah Ramah Lingkungan )


Sumber: Ilustrasi penulis

Saat operasional diperkirakan kebutuhan air bersih sebesar 57.600 m³/hari,


dengan kebutuhan air (berdasarkan pemikiran saya M.NUR SATRIO) adalah
±100 liter/orang/hari yang diasumsikan 1 KK rata-rata terdiri dari 4 orang, maka
48 KK x 4 orang = 192 orang x 3 tower = 576 orang x 100 L/hari = 57600
m3/hari

Pada setiap unit bangunan tower terdapat 4 buah torn air yang dapat
menampung air masing – masing tower yaitu kurang lebih 10.000 L air.
Mengingat lebutuhan air per tower yaitu 192 manusia x 100 L = 19.200 L/ hari
apabila dibulatkan ditambah dengan kebutuhan air di wc umum untuk kebutuhan
peribadatan, dan kebutuhan lainnya kurang lebih 5000 L/hari jadi totalnya kurang
lebih 25000L / hari jadi kapasitas 40.000 L/hari dapat menutupi kebutuhan
manusia yang tinggal di rusun tersebut tanpa kekurangan.

68
V.5.2. Penanggulangan air kotor
Perencanaan pengelolaan air buangan akan berpedoman pada sistem
proses pengolahan yaitu Communal Treatment. Prakiraan volume buangan
domestik KM/WC dan kegiatan rumah tangga adalah sebagi berikut :

Total penggunaan air bersih untuk kebutuhan KM/WC dan pencucian


alatalat RT adalah 57.600 liter/hari jadi perhitungannya sbb :
Penggunaan air = 57600 m³/hari
Volume air limbah = 70% x Q
= 0,7 x 57.600 m³/hari
Limbah harian = 40.320 m³/hari

Sumber-sumber air buangan yang berasal dari limbah air cucian,


floordrain dan closet KM/WC yang terdapat di setiap lantai disalurkan dengan
system perpipaan khusus untuk buangan air limbah yang selanjutnya akan
ditangkap oleh Digester (Dg) untuk menstabilkan lumpur/padatan, kemudian air
yang lolos dialirkan melalui pipa menuju IPAL Komunal (communal treatment)
yang akan diolah dengan proses Anaerobic filter yaitu pengolahan limbah yang
domestik dengan mendegradasi padatan terlarut dan tersuspensi menjadi larutan
air limbah yang memiliki rasio BOD/COD rendah. Setelah melalui proses
pengolahan di unit/bak maturasi secara fisik telah berwarna bening, tidak berbau,
dan rendah kadar coli, selanjutnya melalui pipa outlet dialirkan menuju ke sungai.
Skema system pengelolaan air buangan Rusunawa dapat dilihat berikut ini :

( Gambar V.5. Skema Air Kotor Rumah Ramah Lingkungan)


Sumber: Ilustrasi penulis

V.5.3. Sistem drainase


Sumur peresapan air hujan dibangun mengelilingi bangunan dengan total
sumur peresapan air hujan adalah 16 buah (sesuai keluasan bangunan 1.077m²
dibagi 60m²) dan setiap sumur peresapan air hujan terbuat dari pasangan buis
beton ditutup plat beton dengan dasar sumur dilengkapi dengan media penyaring
yang terdiri dari ijuk, arang, kerikil, dan pasir. Ukuran sumur peresapan air hujan
diameter 80cm dengan kedalaman 3,00 meter (di atas muka air tanah).

69
V.5.4. Pengelolaan sampah domestik
Kebersihan dan estetika rumah ramah lingkungan menyangkut sistem
pengelolaan sampah yang akan diterapkan. Selama kegiatan operasional pola
pengelolaan yang akan digunakan meliputi :

 Sistem pewadahan
 Sistem pengumpulan
 Pembuangan akhir
 Sistem pengangkutan

V.5.5. Konsep taman / lansekap


Akan dilakukan penambahan vegetasi yang bersifat peneduh dan tanaman
hias ke dalam tapak. Secara rinci vegetasi yang direncanakan akan ditanam dapat
dilihat pada tabel berikut :

( Tabel V.1 : Jenis Vegetasi Untuk Tapak )


Sumber: Ilustrasi penulis

V.5.6. Konsep kebutuhan pasokan energi


Sumber energi listrik berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan
genset. Untuk mencukupi kebutuhan energi bagi 576 orang atau sebanyak 192
ruang/unit di dalam rusunami direncanakan menggunakan energi listrik dari PLN
sebesal 50 KVA dan genset sebesar 25 KVA.

70
Berikut adalah skema sistem jaringan listrik pada bangunan Rumah Ramah
Lingkungan :

( Gambar V.6 : Skema Jaringan Listrik Rumah Ramah Lingkungan)


Sumber: Ilustrasi penulis

V.5.7. Konsep sistem penanggulangan bahaya kebakaran


Pada rumah ramah lingkungan di kota palembang struktur utamanya harus
tahan terhadap api sekurang kurangnya dua jam (kelas B), dan perlu adanya gang
kebakaran untuk memudahkan petugas yang menanggulangi bencana kebakaran.
Berikut ini merupakan persyaratan material dan sistem untuk mencegah
kebakaran pada bangunan rumah ramah lingkungan di kota palembang yaitu :

 Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem


automatic smoke, dan heat ventilating.
 Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api.
 Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya
atau terhadap lingkungannya.
 Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir.
 Hidran diletakkan 1 buah/1000 m² (penempatan hidran harus terlihat
jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda-
benda/barangbarang lain yaitu pada selasar), terdapat sprinkler karena
bangunan rumah ramah lingkungan merupakan bangunan 2 lantai.
 Tangga kebakaran harus dilengkapi pintu tahan api, minimum 2 jam
dengan arah bukaan ke arah ruangan tangga dan dapat menutup
kembali secara otomatis, dilengkapi lampu dan tanda petunjuk serta
ruangan tangga yang bebas asap. Tangga dalam ruang efektif
mempunyai jarak maksimum 25 m dengan lebar tangga minimum 120
cm dan tidak boleh menyempit ke arah bawah. Tangga kebakaran tidak
boleh berupa tangga puntir/melingkar. Semua bahan finishing dari
tangga terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan api.

71
V.5.8. Konsep penangkal petir
Rumah ramah lingkungan direncanakan akan menggunakan sistem
penangkal petir dalam upaya proteksi terhadap bahaya sembaran petir pada saat
musim hujan yang dapat pula memicu terjadinya kebakaran. Petir yang
menyambar ke arah Rumah ramah lingkungan akan ditangkap oleh penangkal
petir dengan ketinggian 14m seperti pada gambar di bawah ini dan radius proteksi
sejauh 80m, lalu dialirkan dengan penghantar tahanan 5 ohm ke dalam tanah.

V.5.9. Konsep sistem penghawaan


Sistem penghawaan yang diterapkan pada bangunan adalah sistem
penghawaan alami. Sistem penghawaan alami berasal dari pemanfaatan angin dan
udara sekitar. Angin dan udara yang berhembus di sekitar bangunan dialirkan
masuk ke dalam bangunan dengan memanfaatkan arah hembusan angin melalui
atap bangunan melalui kisi – kisi di atap bangunan tepatnya pada dinding
disebelah green roof, lalu akan menyebar melalui void lalu mengarah ke unit –
unit hunian pada setiap lantainya secara merata. Untuk konsep penghawaan alami,
dijelaskan sebagai berikut:

72
a. Optimalisasi vegetasi di sekitar bangunan. Dengan memanfaatkan
vegetasi yang berada di sekitar bangunan yang diatur jenis, ukuran,
jumlah dan posisi yang sedemikian rupa sehingga mengarahkan udara
sejuk masuk ke dalam bangunan. Pengaturan vegetasi dapat
dilakukan melalui penataan lansekap.
b. Bukaan sebagai jalur sirkulasi udara dalam bangunan. Pengaturan
bukaan atau ventilasi pada bangunan berpengaruh terhadap kapasitas
masuknya udara ke dalam bangunan. Ventilasi yang cukup dengan
posisi yang tepat akan memperlancar sirkulasi udara sehingga tidak
pengap atau lembab. Cross ventilation diterapkan dengan membuat
ventilasi di sisi ruang yang berseberangan agar udara mudah
mengalir, dan menghasilkan udara yang bersifat fleksibel.

V.5.10. Green roof


Green roof melengkapi vegetasi tradisional tanpa mengganggu
infrastruktur perkotaan, untuk memanfaatkan ruang yang diabaikan dan
membuatnya berguna. Pendekatan didirikan untuk desain perkotaan yang
menggunakan bahan hidup untuk membuat lingkungan perkotaan lebih layak
huni, efisien, dan berkelanjutan. Istilah umum lain yang digunakan untuk
menggambarkan pendekatan ini adalah eco atap, dan atap bervegetasi. Green Roof
Technology (GRT) adalah sistem yang digunakan untuk mengimplementasikan

73
green roof pada bangunan. Green roof menggantikan jejak vegetasi yang hancur
ketika bangunan itu dibangun. Konsep taman atap diperkenalkan dengan tujuan
mengurangi keuntungan panas ke dalam bangunan dan memodifikasi kondisi
sekitar melalui fotosintesis dan evapotranspirasi tanaman.

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa atap kebun dapat secara
efektif mendinginkan lingkungan ambient langsung oleh 1,5 [derajat] C.
Menurut pemikiran saya M.NUR SATRIO. Umumnya, pembacaan suhu
permukaan dikumpulkan dari atap taman yang ditemukan menjadi lebih rendah
dari yang tercatat pada atap beton tandus. Hal ini menunjukkan bahwa isolasi
termal bangunan ditingkatkan dengan adanya tanaman. Kelembaban relatif tinggi
(RH) di taman atap juga diamati karena kehadiran tanaman. Untuk mencegah
ketidaknyamanan karena kelembaban tinggi, ventilasi alami yang memadai harus
dipastikan pemikiran saya M.NUR SATRIO. Menurut pemikiran saya M.NUR
SATRIO, green roof yang dibangun menggunakan komponen yang:

• memiliki kekuatan untuk menanggung beban tambahan;


• menutup atap terhadap penetrasi air, uap air, dan akar;
• mempertahankan kelembaban cukup untuk tanaman untuk
bertahan hidup periode curah hujan rendah, namun mampu
menguras kelebihan air bila diperlukan
• menyediakan bahan substrat tanah-seperti untuk mendukung
tanaman;
• mempertahankan tanaman penutup yang berkelanjutan, yang
sesuai untuk wilayah iklim;
• menawarkan sejumlah manfaat hidrologi, atmosfer, termal dan
sosial untuk bangunan, masyarakat dan lingkungan;
• melindungi komponen yang mendasari terhadap ultraviolet dan
degradasi termal pemikiran saya M.NUR SATRIO.

V.5.11.1 Manfaat Green roof


Banyak manfaat dapat hasil dari adopsi teknologi green roof.
Selain jelas manfaat estetika dan psikologis yang dikelilingi oleh
pengaturan seperti taman, umum manfaat ekologi dan ekonomi termasuk
pemulihan ruang hijau, moderasi panas perkotaan island heat, perbaikan
manajemen stormwater, air dan pemurnian udara, dan pengurangan
konsumsi energi. Kota perlu mempertimbangkan kebijakan untuk green
roof dan perlu memeriksa manfaat berwujud dan tidak berwujud dan biaya
yang terkait dengan green roof untuk masyarakat luas. Apa yang

74
dibutuhkan adalah pendekatan yang komprehensif dan realistis dalam
menentukan biaya dan manfaat seluruh spektrum keadaan dan peluang
potensial yang mungkin timbul dari menginstal green roof pemikiran saya
M.NUR SATRIO. Dampak dari green roof yang telah umum dikutip
adalah sebagai berikut:

 efek pada anggaran energi bangunan individu;


 efek island heat di perkotaan;
 efek pada strategi manajemen stormwater;
 efek pada kualitas udara perkotaan;
 dampak untuk fasilitas perkotaan, seperti produksi pangan,
estetika, rekreasi; pertanian perkotaan, pengurangan kebisingan,
real estate, terapi, ruang terbuka;
 efek pada pengelolaan sampah dari kenaikan bahan atap "siklus
hidup";
 promosi hortikultura / lansekap,
 promosi keanekaragaman hayati dan perlindungan kehidupan
liar;
 promosi kesehatan dan kesejahteraan

V.5.11.2 Insulator suara


Tanaman, tanah, dan udara yang terjebak di dalam tanah
merupakan isolator akustik besar. Dalam pemikiran saya M.NUR SATRIO
tes menunjukkan bahwa green roof dapat mengurangi suara dalam
ruangan sebanyak 40 desibel dengan menyerap, mencerminkan, atau
membelokkan gelombang suara yang dihasilkan oleh mesin, lalu lintas,
atau pesawat terbang. Sebuah green roof substrat cenderung untuk
memblokir frekuensi suara rendah dan tanaman memblokir frekuensi yang
lebih tinggi.

V.5.11.3 Memperpanjang hidup atap


Ultraviolet (UV) radiasi dan fluktuasi ekstrim suhu harian adalah
dua faktor utama tindakan yang memburuk dan akhirnya menghancurkan
elemen waterproofing pada atap tradisional pemikiran saya M.NUR
SATRIO Sebuah green roof buffer waterproofing mendasari dari ini
merusak unsur- unsur alam, yang pada gilirannya dapat lebih dari dua kali

75
lipat harapan hidup atap ini. Green roof juga menambahkan perlindungan
penyangga ekstra dari kerusakan hujan es .

V.5.11. Konsep sistem pencahayaan


Sesuai dengan konsepnya dalam penataan sistem kawasan, maka
bangunan ini menggunakan konsep arsitektur landscape yang dipadukan dengan
green architecture. Untuk sistem pencahayaan alami yang berasaldari matahari,
sesuai dengan arah terbit tenggelamnya matahari, yaitu dari timur ke barat.
Terdapat dinding masiv yang dapat menahan efek kalor matahari, namun karena
matahari memancarkan cahaya 1800, jadi cahaya akan tetap masuk ke dalam unit
hunian dengan estimasi setiap derajatnya. Sesuai dengan kondisi waktu, baik pagi,
siang mapun sore hari. Pemanfaatanya untuk penerangan ruangan, media aktifitas
kebutuhan rumah tangga, misalnya menjemur pakaian, serta kebutuhan lainnya.
Untuk mengoptimalkan sistem pencahayaan alami dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam


bangunan dengan mengatur peletakan, ukuran dan jumlah jendela
serta penggunaan shading.
b. Menggunakan sistem-sistem yang dapat dimanfaatkan untuk
memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan, seperti penggunaan
skylight atau lightshelves. Dengan demikian dapat menghemat
penggunaan energi untuk lampu di siang hari.

( Gambar V.7 : Contoh Bukaan pada Bangunan )

Sistem pencahayaan buatan menggunakan peralatan hemat energi dan


sistem kontrol. Smart LED downlight.

76
( Gambar V.8 : LED Sebagai Contoh Lampu Hemat Energi )

Penggunaan lampu pun juga harus di modifikasi agar cakupan cahayanya


bisa lebih efektif dan maksimal (cont. LED gantung dengan penampang atas
cawan melengkung warna putih untuk memperluas cakupan lampu).

( Gambar V.9 : Contoh Aplikasi Lampu Gantung )

V.5.12. Konsep sistem keamanan


Sistem keamanaan menggunakan sistem keamanan manual. Dengan
menggunakan jasa satuan pengamanan yang di tempatkan pada empat pos, yang
terdiri dari dua satpam pada setiap posnya.

V.5.13. Konsep sistem komunikasi


Jaringan komunikasi yang terdapat pada bangunan rumah ramah
lingkungan antara lain, telepon, walkie talkie dan LAN. Sistemnya menggunakan
kabel dan tidak menggunakan kabel. Jaringan distribusinya terletak di bawah
lantai untuk memudahkan perletakan outputnya.

77
V.6. Tata ruang dalam
Secara garis besar penggunaan ruang pada bangunan per lantai adalah:

 Lantai dasar merupakan area publik dan area pengelola.


 Lantai 1 – 3 merupakan area privat, yaitu area hunian

V.6.1 Layout ruang dan sirkulasi


Menggunakan sistem sirkulasi vertikal internal core dimana core
diletakkan pada dua sisi di dalam bangunan. Dengan sistem sirkulasi horizontal
single loaded dimana sirkulasi dan unit-unit hunian berada pada slah satu sisi
core. Core diletakkan di dua sisi bangunan memanjang, tepatnya di tangga.
Memiliki dimensi dinding sebesar 30 cm yang berisikan struktur pembesian total.

V.6.2 Tinggi ruang


Konsep ruang berkaitan dengan tinggi ceiling, jarak antar lantai, dan
kedalaman ruang. Tinggi ceiling ditentukan berdasarkan pertimbangan kenyaman
serta penetrasi pencahayaan alami. Jarak antar lantai sangat berpengaruh pada
tinggi dan efisiensi bangunan. Minimal tinggi ceiling terhadap lantai adalah 2.7m
atau 2.5 m jika aktifitas cenderung duduk.

( Gambar V.10 : Contoh Potongan Ruang )

78
V.7 Interior fungsi bangunan
Area Publik ditujukan bagi penghuni rumah ramah lingkungan dan juga
pengunjung, berada di area lantai dasar.

 Taman

Sebagai fasilitas pelengkap dalam bangunan agar bangunan lebih


terlihat hijau dan juga sebagai penghasil oksigen dalam ruangan.

( Gambar V.11 : Contoh Taman )

79
V.8 Konsep fasad dan material

V.8.1. Fasade
Ungkapan penampilan yang mengakomodasi seluruh kebutuhan fungsi
yang ada di dalamnya merupakan suatu usaha untuk menggambarkan tampilan
sederhana namun menarik sebagai Rusunami. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan pola fasadnya adalah :

 Komposisi sederhana namun menarik harus dihadirkan dalam


penyajian penampilan pada bangunan.
 Kesan menerima terhadap kehadiran pengunjung harus diutamakan.

V.8.2. Material kaca


Dalam penggunaan bahan kaca sebagai selubung bangunan diperlukan
pertimbangan efek dan kualitasnya terhadap cahaya matahari yang masuk ke
dalam ruangan serta perawatan dan keawetan materialnya. Bahan kaca yang
digunakan adalah jenis double glazing low-e glass yang berfungsi menginsulasi
dan mengurangi solar gain dalam ruangan.

80
( Gambar V.12 : Material Kaca )

V.8.3. Material dan warna


Dalam pemilihan warna dan material perlu dipertimbangkan dari efeknya
terhadap termal, keamanan material, sumber asal material dan perawatannya.
Untuk material konstruksi dinding, digunakan sistem insulasi untuk menjaga
penghawaan di dalam ruangan agar tetap nyaman. Bahan insulasi sebaiknya
menggunakan bahan-bahan yang aman, non-toxic dan ramah lingkungan. Salah
satu contoh adalah spray foam yang terbuat dari campuran karbon dioksida dan air
atau kombinasi magnesium dioksida alami dengan udara terkompresi. Material ini
anti lumut, tidak mudah terbakar serta merupakan insulasi akustik yang baik.

( Gambar V.13 : Aplikasi Spray Foam Sebagai Insulasi )

Pemilihan warna orange pada eksterior digunakan sebagai aksentuasi pada


bangunan, sedangkan warna hijau sebagai sisi konseptual dari konsep green
arsitektur.

81
LAMPIRAN
HASIL TES SELEKSI OTAK MURNI

Anda mungkin juga menyukai