ABSTRAK
Teknologi pada mobil yang semakin berkembang, yaitu dengan adanya
pemanas bahan bakar solar menggunakan elemen panas dengan sistem kontrol.
Pada umumnya di mobil Diesel memiliki kelemahan. Kelemahan pada mobil
Diesel adalah emisi gas buang yang tinggi, tingkat opasitas yang tinggi, banyak
bahan bakar solar yang belum terbakar dengan sempurna, dikarenakan viskositas
bahan bakar solar yang tinggi dan jika bahan bakar solar dipanaskan terlebih
dahulu maka proses pembakaran akan lebih sempurna. Kemudian pada mobil
Diesel jarang yang menggunakan pemanas bahan bakar solar pada mobil Diesel.
Disisi lain saat ini sudah ada alat pemanas bahan bakar solar namun harganya
masih terbilang mahal, dan di bengkel otomotif masih belum ada, sehingga
pemahaman mahasiswa kurang komprehensif. Tujuan pembuatan alat pemanas
bahan bakar solar untuk mengurangi emisi gas buang, menurunkan viskositas pada
bahan bakar solar, menurunkan opasitas kendaraan, memaksimalkan pembakaran,
menstabilkan panas pada temperatur 50oC sampai 60oC dan dapat membantu
sarana pembelajaran. Alat pemanas bahan bakar solar dibuat dengan elemen
pemanas yang dapat dikontrol oleh mikrokontroller untuk mendapatkan
temperatur yang optimal. Metode penelitian dilaksanakan dengan survei lapangan
dan kajian referensi, pengambilan data yang dibutuhkan, analisa keakuratan
temperatur keluaran bahan bakar solar setelah dipanaskan oleh alat pemanas
bahan bakar solar. Hasil yang diharapkan berupa alat pemanas bahan bakar solar
menggunakan elemen pemanas dengan sistem kontrol.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan dunia otomotif akhir-akhir ini sangat pesat. Perkembangan
Tentu
saja
dengan
menghadirkan
teknologi
teknologi
dan
Masih sedikitnya adanya alat pemanas bahan bakar solar pada bengkel
otomotif yang dapat membantu jalanya sistem pembelajaran. Oleh karena itu
penulis mengambil judul Perancangan Pembuatan Alat Pemanas Bahan
Bakar Solar Menggunakan Elemen Pemanas Dengan Sistem Kontrol.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah
sebagaimana berikut:
1) Bagaimana mekanisme alat pemanas bahan bakar solar dengan sistem
kontrol?
2) Bagaimana menguji akurasi alat pemanas bahan bakar solar dan mengukur
tingkat opasitas gas buang?
1.3 Batasan Masalah
Untuk menyelesaikan permasalahan pada rumusan masalah, diperlukan
batasan masalah untuk memudahkan agar pembahasan berlangsung dengan baik
dan untuk menghindari perluasan masalah yang disusun sebagai berikut :
1) Pada penelitian ini, alat pemanas bahan bakar solar digunakan untuk
mengukur keakuratan alat pemanas dan mengukur tingkat opasitas gas
buang.
2) Pengujian hanya dilakukan pada temparatur 35oC, 40oC, 45oC, 50oC,
55oC dan tingkat opasitas gas buang.
1.4 Rumusan Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumusan tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui mekanisme alat pemanas bahan bakar solar dengan sistem
kontrol.
2) Mengetahui keakuratan alat pemanas bahan bakar dengan sistem kontrol.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1) Dapat dipakai untuk mengetahui pengaruh pemanas bahan bakar solar
terhadap performa mesin Diesel.
empat
pembakaran
beberapa
Diesel
adalah :
a. Langkah Hisap
udara
yang
saat
ini
kedua
hisap
kPa)
udara
bahan
bakar
selanjutnya
terbakar
ruang
di
bakar
yang
naik
secara
drastis.
Energi
pembakaran
mengekspansikan gas dengan sangat cepat dan piston
terdorong
ke
bawah.
dan
tenaga
pada
mesin.
d. Langkah Buang
Saat piston menuju titik mati bawah, katup buang
terbuka
dan
gas
bergerak
naik
atas,
dan
buang),
disebut
kecepatan
yang luas.
Kerugian yang dimiliki mesin Diesel adalah :
a. Getaran pada mesin Diesel lebih besar jika dibandingkan
dengan
mesin
bensin
b. Pada daya kuda yang sama konstruksi mesin Diesel jauh
lebih
berat
dari
tinggi
dan
Alat ini dipasang antara filter solar dan pompa tekanan tinggi,
sehingga dengan demikian solar yang akan masuk ke pompa tekanan
tinggi ini dapat diatur temperaturnya. (Rahardjo Tirtoatmodjo & Willyanto
Anggono, 1999)
menimbulkan
panas
yang
besar
(10.500
kcal/kg).
g. Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar dari
pada bensin.
2.1 Tabel Spesifikasi Bahan Bakar Solar
10
11
atau
dipanaskan.
Besarnya
termolistrik
atau
gem
(gaya
12
seri
MCS51
berteknologi
CISC
(Complex
Instruction
Set
13
GND
Ground
RESET
Input reset level rendah, pada pin ini selama lebih dari
panjang pulsa minimum akan menghasilkan reset
walaupun clock sedang berjalan. RST pada pin 9
merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi
masukan low selama minimal 2 machine cycle maka
14
XTAL 2
Avcc
Aref
AGND
Berikut ini adalah penjelasan dari pin mikrokontroler ATMega16 menurut portnya masing-masing:
a. Port A
Pin33 sampai dengan pin 40 merupakan pin dari port A. Merupakan 8 bit
directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up resistor
(dapat diatur per bit). Output buffer port A dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A
(DDRA) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port A digunakan. Bit-bit
DDRA diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port A yang disesuaikan sebagai
input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin pada port A juga
memiliki fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 2.3 Penjelasan pin pada Port A
Pin
Keterangan
PA.7
15
7)
PA.6
PA.5
PA.5
PA.3
PA.2
PA.1
PA.0
b. Port B
Pin 1 sampai dengan pin 8 merupakan pin dari port B. Merupakan 8 bit directional
port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur
per bit). Output buffer port B dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B
(DDRB) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port B digunakan. Bit-bit
DDRB diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port B yang disesuaikan sebagai
input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port B juga memiliki
fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 2.4 Penjelasan Pin pada Port B
Pin
Keterangan
PB.7
16
PB.6
PB.5
PB.4
PB.3
PB.2
PB.1
PB.0
c. Port C
Pin 22 sampai dengan pin 29 merupakan pin dari port C. Port C sendiri
merupakan port input atau output. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal
pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port C dapat memberi arus 20
mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction
Register port C (DDRC) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port C
digunakan. Bit-bit DDRC diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port C yang
disesuaikan sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port
D juga memiliki fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam
table berikut:
Tabel 2.5 Penjelasan Pin pada Port C
17
d. Port D
Pin 14 sampai dengan pin 20 merupakan pin dari port D. Merupakan 8 bit
directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up resistor
(dapat diatur per bit). Output buffer port D dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D
(DDRD) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port D digunakan. Bit-bit
DDRD diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang disesuaikan sebagai
input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki
fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 2.6 Penjelasan Pin pada Port D
Pin
Keterangan
PD.0
PD.1
PD.2
PD.3
PD.4
PD.5
PD.6
PD.7
dari
mikrokontroler ke panel LCD (Liquid Crystal Display) dapat dibaca pada saat
pembacaan data.
2. Register data yaitu register untuk menuliskan atau membaca data dari atau ke
DDRAM. Penulisan data pada register akan menempatkan data tersebut ke
DDRAM sesuai dengan alamat yang telah diatur sebelumnya
Pin, kaki atau jalur input dan control dalam suatu LCD (Liquid Crystal
Display) diantaranya adalah,
1. Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin ditampilkan
menggunakan LCD (Liquid Crystal Display) dapat dihubungkan dengan bus
data dari rangkaian lain seperti mikrokontroler dengan lebar data 8 bit.
2. Pin RS (Register Select) berfungsi sebagai indikator atau yang menentukan
jenis data yang masuk, apakah data atau perintah. Logika low menunjukan
yang masuk adalah perintah, sedangkan logika high menunjukan data.
3. Pin R/W (Read Write) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika low tulis
data, sedangkan jika high baca data.
4. Pin E (Enable) digunakan untuk memegang data baik masuk atau keluar.
19
5. Pin VLCD berfungsi mengatur kecerahan tampilan (kontras) dimana pin ini
dihubungkan dengan trimpot 5 Kohm, jika tidak digunakan dihubungkan ke
ground, sedangkan tegangan catu daya LCD sebesar 5 Volt.
ON/OFF
LCD
Mikrokontroler
Sensor
Termokopel
Alat Pemanas
Bahan Bakar
Solar
dari
tombol
On/Off
kemudian
di
hubungkan
dengan
20
21
Bahan
Dalam proses analisis ini terdapat bahan yang digunakan untuk membantu
dalam proses penelitian, dimana bahan ini adalah pemanas bahan bakar yang
dikontrol dengan mikrokontroler sebagai media penelitian. Pemanas bahan bakar
ini digunakan untuk menurunkan atau menaikan temperatur bahan bakar, sehingga
diharapkan panas dari bahan bakar tersebut sesuai dengan temperatur bahan bakar
yang ditentukan.
22
Mulai
Permasalahan
Persiapan
Perancangan Alat
Studi Literatur
Pembuatan Alat
3.6 Diagram
Alir Penelitian
Pengujian
Alat Pemanas
Diagram alir penelitian ditunjukan pada gambar 3.3 sebagai berikut :
Tidak
Alat Berfungsi
dengan Baik
Ya
Analisis Data
Kesimpulan
23
Selesai
24
5. Perancangan alat
Pada tahapan ini dilakukan perancangan alat sistem mekanik
menggunakan sensor beserta control unit, dan alat pemanas bahan bakar
solar.
6. Pembuatan alat
Merupakan tahapan perakitan komponen alat pemanas bahan bakar solar.
7. Pengujian alat
Pengujian komponen yang telah dipasang pada alat untuk melihat apakah
berfungsi atau tidak, apabila alat tidak berfungsi maka akan dilakukan
perbaikan, dengan mengulangi tahapan sebelumnya sampai uji coba
berhasil sesuai dengan rencana. Sedangkan jika alat berfungsi maka akan
dilanjutkan dengan pengambilan data, menganalisa data dan kesimpulan.
8. Pengambilan data
Data yang akan di ambil pada tahapan ini yaitu :
a) Variasi temperatur bahan bakar solar 35oC, 40oC, 45oC, 50 C,
55 C sebelum dipanaskan.
b) Keakuratan panas bahan bakar solar dengan temperatur optimal
sebesar 50oC sampai dengan 60oC dan tingkat opasitas.
9. Analisis data
setelah data terkumpul maka akan di lakukan analisis data dengan
menggunakan metode eksperimen.
10. Kesimpulan dan saran
Berdasarkan analisis data maka akan di simpulkan hasil penelitian.
11. Selesai
Apabila proses pengujian telah sesuai dengan yang diharapkan maka
penelitian ini telah selesai.
3.8 Rencana Pengambilan Data
Rencana pengambilan data pada kegiatan penelitian ini berupa pengambilan
data variasi temperatur yang dipanaskan oleh alat pemanas bahan bakar solar
terhadap temperatur keluaran bahan bakar solar dan opasitas gas buang, Data yang
diperoleh ditampilkan pada Tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4 Rencana Pengambilan Data.
No
Temperatur bahan
bakar ( C)
35 C
Opasitas
Temperatur 50 C - 60 C
25
40 C
45 C
50 C
55 C
26