Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTEK BENGKEL

PENGECORAN LOGAM

NAMA : Afdal Rahmatullah

NIM : 2001012002

KELAS : 3A

DOSEN : Bukhari, S,ST., MT

PRODI D3 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI PADANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
sudah memberikan karunia-Nya pada kita semua dalam menyelesaikan praktek
pengecoran logam yang lalu. Sehingga akhirnya tersusunlah materi laporan
praktik yang sistematis.
Dengan selesainya laporan praktik ini secara resmi ini, maka tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah membantu dalam
penyusunan laporan ini. dan terima kasih juga untuk para pihak yang sudah
terlibat langsung. khususnya kami ucapkan kepada :
1. Orang Tua penulis atas doa dan dukungannya sehingga tugas
praktik ini berjalan lancar.
2. Bapak Bukhari, S,S.T., M.T ,selaku dosen instruktur pada
praktek pengecoran logam.
3. Teman teman seperjuangan yang InsyaAllah kita masuk
sama-sama dan wisuda juga sama-sama.
Penulis mohonkan saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan
pada hasil laporan praktik kerja bengkel ini yang sudah penulis buat buat. Semoga
laporan ini memberi banyak kegunaan pada semua pihak termasuk penulis sendiri.

Padang, 09 Oktober 2022


Penulis,

Afdal Rahmatullah
NIM:2001012002

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................3
2.1 Teori Dasar.............................................................................................3
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM.......................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................11
BAB V PENUTUP...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengecoran merupakan sebuah proses manufaktur yang menggunakan


logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati
bentuk geometri produk jadi. Karena keunggulannya yang dapat menghasilkan
produk dengan bentuk yang sederhana sampai rumit dengan berat yang bervariasi,
mulai dari satuan gram hingga ton serta proses finishing-nya yang minimum dapat
mengurangi biaya dan waktu proses, proses ini banyak digunakan dalam industri.

Paduan alumunium merupakan paduan yang banyak digunakan dalam


industri pengecoran. Hal tersebut dikarenakan alumunium mempunyai sifat
fluiditas yang tinggi, proses pengecorannya yang mudah, densitasnya yang
rendah, ketahanan aus dan korosi yang baik, koefisien ekspansi termal yang
rendah serta mempunyai sifat mekanik yang baik. Disamping itu, banyaknya
penggunaan alumunium di dalam dunia industri disebabkan karena sifat
alumunium yang ringan sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar. Salah satu
produk yang dihasilkan melalui proses pengecoran paduan logam alumunium
adalah pully. Pully adalah suatu alat mekanis yang digunakan sebagai sabuk untuk
menjalankan sesuatu kekuatan alur yang berfungsi menghantarkan suatu daya.

Proses pengecoran (Casting) adalah salah satu Teknik pembuatan produk


dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan kedalam
rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat.

Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu:

1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak.


2. Terjadinya perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam
dalam cetakan.
3. Pengaruh kecil cetakan.
4. Pembekuan logam dari kondisi cair

1
Dari rincian latar belakang tadi, Politeknik Negeri Padang pada Teknik
Mesin menyediakan saran untuk belajar dan praktek pengecoran logam, guna
untuk menambah ilmu mahasiswa yang dapat berguna untuk dibawa ke dunia
industri nantinya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktek ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan dunia Teknik tentang


penggunaan proses-proses pengecoran logam yang ada.
2. Masiswa dapat menganalisis benda kerja mulai dari awal pembuatan
sketsa hingga akhir pengecoran dan finishing
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktikkan Teknik dan cara
pengecoran logam menggunakan cetakan pasir.
4. Mahasiswa dapat membuat cetakan pengecoran logam menggunakan
pasir.
5. Mahasiswa dapat menentukan campuran cetakan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar

Proses pengecoran logam pada dasarnya ialah penuangan logam cair


kedalam cetakan yang telah terlebih dahulu dibuat pola, hingga logam cair
tersebut membeku dan kemudian dipindahkan dari cetakan.

Jenis-jenis pengecoran yang ada:

1. Sand Casting, yaitu proses pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir.


Jenis pengecoran ini paling banyak dipakai karena ongkos produksinya murah
dan dapat membuat benda coran yang berkapasitas berton-ton.
2. Centrifugal Casting, yaitu jenis pengecoran dimana cetakan diputar bersamaan
dengan penuangan logam cair kedalam cetakan. Yang bertujuan agar logam
cair tersebut terdorong oleh gaya sentrifugal akibat berputarnya cetakan.
Contoh benda coran yang biasanya menggunakan pengecoran jenis ini ialah
pelek dan benda coran lain yang berbentuk bulat atau silinder.
3. Die Casting, yaitu jenis pengecoran yang cetakannya terbuat dari logam.
Sehingga cetakannya dapat dipakai berulang-ulang. Biasanya logam yang dicor
ialah logam non ferros.
4. Investment Casting, yaitu jenis pengecoran yang polanya terbuat dari lilin
(wax), dan cetakannya terbuat dari keramik. Contoh benda coran yang biasa
menggunakan jenis pengecoran ini adalah benda coran yang memiliki
kepresisian yang tinggi misalnya rotor turbin.

Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan


logam dan menuangkan ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat digunakan
untuk membuat benda-benda dengan bentuk rumit. Benda berlubang yang sangat
besar yang sangat sulit atau sangat mahal jika dibuat dengan metode lain, dapat
diproduksi masal secara ekonomis menggunakan teknik pengecoran yang tepat.

Pengecoran logam dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam seperti


besi, baja paduan tembaga (perunggu, kuningan, alumunium dan lain sebagainya),

3
paduan ringan (paduan alumunium, paduan magnesium, dan sebagainya), serta
paduan lain, semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan sedikit tembaga),
hasteloy (paduan yang mengandung molibdenu, khrom, dan silicon), dan
sebagainya.

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Benda Coran


Untuk pembuatan coran harus dilakukan proses-proses seperti: pencairan
logam, membuat cetakan, menuang, membongkar, membersihkan dan memeriksa
coran (gambar 1). Pencairan logam dapat dilakukan dengan bermacam-macam
cara, misal dengan tanur produksi, kupola, atau lainnya. Catakan biasanya dibuat
dengan memadatkan pasir yang diperoleh dari alam atau pasir buatan yang
mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal asal
dipakai pasir yang sesuai. Cetakan dapat juga terbuat dari logam, biasanya besi
dan digunakan untuk mengecor logam-logam yang titik leburnya dibawah titik
lebur besi.

Pada pengecoran logam, dibutuhkan pola yang merupakan tiruan dari


benda yang hendak dibuat dengan pengecoran . Pola dapat terbuat dari logam,
kayu, stereofoam, lilin, dan sebagainya. Pola mempunyai ukuran sedikit lebih
besar dari ukuran benda yang akan dibuat dengan maksud untuk mengantisipasi
penyusutan selama pendinginan dan pengerjaan finishing setelah pengecoran.
Selain itu, pada pola juga dibuat kemiringan pada sisinya supaya memudahkan
pengangkatan pola dari pasir cetak.

4
Cetakan adalah rongga atau ruang di dalam pasir cetak yang akan diisi
dengan logam cair. Pembuatan cetakan dari pasir cetak dilakukan pada sebuah
rangka cetak. Cetakan terdiri dari kup dan drag. Kup adalah cetakan yang terletak
di atas dan drag adalah cetakan yang terletak di bawah. Hal yang perlu
diperhatikan pada kup dan drag adalah penentuan permukaan pisah yang tepat.

Gambar 2.2 Proses pembuatan cetakan


Rangka cetak yang dapat terbuat dari kayu ataupun logam adalah tempat untuk
memadatkan pasir cetak yang sebelumnya telah diletakkan pola di dalamnya. Pada
proses pengecoran dibutuhkan dua buah rangka cetak yaitu rangka cetak untuk
kup dan rangka cetak untuk drag. Proses pembuatan cetakan dari pasir dengan
tangan dapat dilihat pada gambar 2.

5
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Pelaksanaan praktikum pada praktek ini dibagi menjadi:

1. Observasi Benda Kerja


Dalam langkah ini yang dilakukan adalah mengobservasi benda
kerja yang bisa dan biasa di cor. Benda kerja yang dipilih adalah kebanyakan
berasal dari benda-benda automotif. Pada praktek kali ini benda yang digunakan
adalah pulley.
2. Identifikasi Ukuran
Dalam mengidentifikasi ukuran ini, yaitu adalah melakukan
pengukuran benda kerja baik benda kerja wajib maupun benda kerja pilihan.
Ukuran yang diukur pada benda kerja adalah keseluruhan ukuran sehingga dapat
diperoleh ukuran yang valid atau benar, sehingga tidak terjadi kesulitan pada
langkah selanjutnya.
3. Sketch
Sketch merupakan salah satu langkah yang penting dalam proses
pengecoran, karena dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dimasukkan
kedalam sketch benda kerja. Jadi luaran sketch yang dikeluarkan adalah berupa
gambar sederhana benda kerja beserta ukuran lengkapnya. Dalam sketch benda
kerja ini juga nantinya dijadikan sebagai acuan dalam mengerjakan langkah
selanjutnya yaitu menggambar benda kerja.
4. Gambar Benda Kerja
Dalam langkah menggambar benda kerja adalah mencantumkan
sketch dan ukuran kedalam gambar yang nantinya dijadikan landasan dalam
mengidentifikasi benda lebih mendalam lagi. Gambar kerja merupakan bahasa
para teknisi karena di dalam benda kerja sudah tercantum ukuran-ukuran pada
benda kerja asli. Gambar benda kerja yang dibuat adalah gambar keseluruhan
benda kerja berupa baik gambar manual dan layout gambar menggunakan auto
cad baik dua dimensi dan tiga dimensi.

6
5. Gambar Pola Sesuai Dengan Allowance Yang Diijinkan
Gambar pola di gunakan sebagai gambar untuk membentuk pola
cetakan benda kerja, karena di dalam gambar pola juga sama dengan gambar kerja
yaitu tercantum ukuran benda, bedanya antara gambar pola dan gambar kerja
adalah pada gambar pola ukuran yang dimasukkan kedalam gambar berupa
ukuran yang telah di tambahkan lebih atau allowance, sedangkan pada gambar
kerja hanya tercantum ukuran benda kerja sebenarnya tanpa di tambah allowance.

Shrinkage
Material Dimensi (ft)
Allowance(inch/ft)
0 s/d 2 0,125
Besi Cor Abu-
2 s/d 4 0,105
abu
Lebih dari 4 0,083
0 s/d 2 0,251
Baja Cor 2 s/d 6 0,191
Lebih dari 6 0,155
0 s/d 4 0,155
Alumunium 4 s/d 6 0,143
Lebih dari 6 0,125
0 s/d 4 0,173
Magensium
Lebih dari 4 0,155
Tabel 3.1 Shrinkage Allowance

6. Pembuatan Pola Sesuai Dengan Gambar Pola


Pembuatan pola sesuai gambar pola merupakan alat penting pada
pengecoran. Pola diperlukan untuk menghasilkan coran yang sama dengan benda
kerja yang dirancang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pola adalah tiruan
benda kerja yang mengandung beberapa modifikasi. Modifikasi yang dilakukan
antara lain penambahan kelebihan (addition of pattern allowances) dan dudukan
inti. Pembuatan pola pully memiliki tingkat kesulitan pembuatan pola pully
dengan menggunakan kayu memiliki tingkat kesukaran pembuatan berupa harus
dibuatnya dudukan inti pada masing-masing ujung benda sehingga pada saat
pengecoran dapat langsung menaruh inti yang telah di siapkan sebelumnya.
7. Pembuatan Rangka Cetak
Rangka cetak dibuat untuk memudahkan dalam mencetak pola
benda kerjadi dalam pasir. Rangka cetak berbentuk persegi dan berjumlah satu

7
pasang (atas bawah). Dalam rangka cetak juga dibuat dua kuping yang juga
nantinya berpasangan dengan rangka cetak yang satunya, maksud dari dibuatnya
kuping pada pinggiran rangka cetak adalah sebagai pengunci yang nantinya dapat
meminimalisir pergeseran rangka cetak sehingga akan berpengaruh pada benda
yang akan di cor. Rangka cetak di buat dengan memaku dua sisi kayu dan dua
sisinya lagi ditempelkan menggunakan engsel. Pada engsel yang telah dibuat salah
satuengselnya di buat mati dan yang satunya lagi dibuat sebagai kunci yang
nantinya dapat membuka engsel pada saat cetakan sudah jadi, hal ini dilakukan
guna memudahkan dalam pembuatan benda kerja, karena cetakan pasir nantinya
tidak tersenggol dan rusak.
8. Pelaksanaan Pengecoran
Dalam proses pengecoran, pola yang akan di cor di longgarkan
dulu dari pen yang ada di dalamnya, hal ini di maksudkan untuk dapat
memudahkan dalam pelepasan setelah nanti rangka cetak telah terisi pasir dengan
penuh. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan rangka cetak, pasir cetak (pasir
halus, pasir kasar, dan pasir pengikat yang telah di campur dengan air), bedak,
pipa pelubang untuk jalur masuk dan jalur keluar, palu, papan.
 Pertama siapkan rangka cetak yang telah di alasi papan
 Kemudian pasang pola benda kerja di dalam rangka cetak dan taburi bedak
secukupnya, diberi bedak adalah supaya benda mudah dilepaskan pada
saat rangka cetak telah selesai.
 Lalu tutupi dengan menggunakan pasir halus. Supaya bentuk kerataan
cetakan baik hasilnya.
 Tekan hingga dirasa cukup, kemudian masukkan pasir pengikat dan pasir
halus lalu tumbuk menggunakan palu hingga pasir mengepres dengan
cetakan. Setelah pasir mengepres dengan cetakan, maka cetakkan satu sisi
telah selesai.
 Balik cetakan tersebut dan letakan pasangan dari pola dan cetakan sesuai
pasangannya lalu kunci rangka cetak pada bagian kuping rangka cetak.
 Pada pola yang telah di gabung dalam cetakan taburkan kembali bedak
diatas pola benda kerja, dimaksudkan sama dengan yang sebelumnya beri
pipa untuk jalur masuk dan keluar aluminium cair, pipa yang berdiameter

8
kecil untuk jalur masuk dan pipa yang berdiameter besar untuk jalur
keluar.
 Tutupi dengan pasir halus tekan kemudian diberi pasir basah dan pengikat
lalu pukul-pukul menggunakan palu, prinsipnya sama seperti langkah
sebelumnya, setelah pasir padat cabut pipa jalur masuk dan jalur keluar.
 Setelah itu buka kunci yang terikat di kuping rangka cetak, buka dan
keluarkan pola cetakan dari cetakan pasir. Untuk mengeluarkannya harus
hati-hati, jika tidak maka cetakan akan rusak dan mengulang dari langkah
awal kembali.
 Setelah dikeluarkan pola dari cetakan pasir selanjutnya adalah menutup
atau menyatukan kembali cetakan pasir tadi.
 Setelah cetakan pasir telah menyatu, buka rangka cetak dari samping
engsel pengunci tadi. Buka dengan hati-hati, jangan sampai merusak
cetakan yang sudah jadi. Cetakan pasir pun jadi dan siap untuk di
masukan.
 Alumunium yang telah di cairkan dapat langsung di masukkan kedalam
cetakan pasir dengan sistem dua orang, satu orang membawa alumunium
cair, dan yang satunya lagi mengarahkan pada lubang masuk.
 Masukkan alumunium cair pada lubang masuk hingga cairan alumunium
tersebut keluar dari lubang keluar, setelah keluar maka pemberian
alumunium pun dihentikan.
 Selanjutnya tunggu hingga alumunium kembali mengeras%, setelah
alumunium mengeras bongkar dengan cara merusak cetakan pasir. Tunggu
hingga dingin dan setelah dingin bersihkan benda coran dari sisa-sisa pasir
yang masih menempel kemudian sisihkan.
 Proses pengecoran pun telah selesai dan selanjutnya masuk pada proses
finishing.

9
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengecoran Logam

9. Evaluasi Hasil Coran


Hasil cor-an yang baik adalah cor-an yang sempuna dan
menyerupai bentuk pola aslinya. Kesimetrisan hasil cor-an juga berpengaruh pada
benda kerja yang akan dibuat karena dapat merubah ukuran yang sebenarnya.
Hasil coran yang gagal terjadi karena beberapa sebab, mungkin dari pola
bendanya, sampai kesalahan pada tahapan pengecoran cetakan pasir. Banyak
kesalahan-kesalahan kecil yang sering diabaikan, contohnya adalah pada saat
penuangan cairan alumunium. penuang panik sehingga sebelum cairan keluar
lewat lubang keluar, cairan alumunium tersebut sudah kembali mengeras. Jumlah
waktu antara cairan alumunium kembali mengeras adalah sangat singkat, tidak
mencapai lima detik, oleh karena itu pada proses penuangan haruslah tenang dan
tidak tergesa-gesa sehingga hasil yang diinginkan dapat terwujud.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil cor-an yang baik adalah hasil cor-an yang menyerupai pola
aslinya dan tidak ada cacat suatu apapun. hasil yang kurang memuaskan sering
terjadi, dan lebih banyak dibanding hasil yang sempurna. Hal ini terjadi karena
dalam proses pengecorannya masih banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi, baik
yang di sengaja maupun tidak.
Benda hasil pengecoran yang kurang sempurna diantaranya adalah:
1. Benda hasil coran tidak menyerupai bentuk asli pola
Benda tidak menyerupai bentuk asli pola dapat terjadi karena tidak
terisinya cetakan secara penuh dan sesak. Hal ini dapat terjadi pada proses
penuangan alumunium. Ketidak siapan penuang alumunium cair kedalam cetakan
menjadi faktor utama, berkaitan dengan ketergesa-gesaan serta kepanikan yang
dialamioleh penuang menjadi faktor utama.
2. Terdapat bintik-bintik pada benda
Terdapatnya bintik-bintik pada benda disebabkan karena campuran
alumunium yang kurang baik (terdapat kotoran pada alumunium), proses
pencairan alumunium yang kurang, penuangan yang terhambat. Hal ini dapat
diminimalisir dengan cara mambersihkan bahan alumunium sebelum dicairkan,
mematangkan proses pencairan sampai alumunium meleleh dengan sempurna, dan
ketenangan dalam proses penuangan.
3. Keropos pada benda
Keropos pada benda dapat terjadi karena faktor udara dan
pengisian cairan alumunium. Hal ini terjadi karena pada saat penuangan bahan
cair alumunium kurang dan terlalu memaksakan untuk cairan segera keluar dari
lubang keluar, serta sebab adanya selah pada cetakan sehingga udara yang masuk
banyak dan menjadikan proses pengerasan cairan alumunium semakin cepat.
4. Benda tidak simetris
Ketidak simetrisan benda dapat terjadi karena kurang pasnya
pemasangan rangka cetak pada saat membuat cetakan pola. Hal ini dapat terjadi
karena pengunci cetakan berubah dan geser sehinggan cetakan pun ikut bergeser,

11
dan peletakan kembali rangka cetak setelah pola benda kerja dikeluarkan yang
mengakibatkan cetakan tidak pas. Sehingga pada saat penuangan cetakan miring
dan tidak simetris dengan pola pasangannya.
5. Kosong pada bagian dalam benda
Kekosongan pada bagian dalam benda ini terjadi karena kurangnya
bahan cairan alumunium sehingga di bagian dalam belum terisi dan bagian luar
benda cairan alumunium sudah mengeras. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya
dalam pengambilan bahan cair alumunium, salah dalam teknik memasukkan
cairan alumunium kedalam cetakan pasir, hingga pengerasan yang terlalu cepat
karena udara yang masuk kedalam cetakkan terlalu besar.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan
mencairkan logam dan menuangkan ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat
digunakan untuk membuat benda-benda dengan bentuk rumit. Benda berlubang
yang sangat besar yang sangat sulit atau sangat mahal jika dibuat dengan metode
lain, dapat diproduksi masal secara ekonomis menggunakan teknik pengecoran
yang tepat. Pengecoran logam dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam
seperti, besi, baja paduan tembaga (perunggu, kuningan, perunggu aluminium dan
lain sebagainya), paduan ringan (paduan aluminium) paduan magnesium, dan
sebagainya, serta paduan lain, semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan
sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang mengandung molybdenum, khrom. Dan
silicon), dan sebagainya.
Dalam proses pengecoran logam banyak hal yang harus
diperhatikan agar dapat meminimalisir kesalahan atau kegagalan yang mungkin
terjadi, diantaranya adalah pada saat pembuatan pola dari mulai pola berbentuk
kayu persegi, hingga pola bisa di gunakan sebagai dasar dalam membuat cetakan
pasir, lalu pada saat penuangan cairan alumunium. pencairan benda alumunium
hingga mencair, pembuatan cetakan menggunakan send casting.

5.2 Saran
1. Berdoa terlebih dahulu sebelum melakukan praktek
2. Pahami materi tentang pengecoran logam yang diterangkan oleh dosen
pembimbing
3. Berhati-hatilah dalam melakukan praktek pengecoran logam
4. Lakukanlah praktek dengan kerjasama
5. Hitung dengan baik campuran yang digunakan dalam pengadukan pasir
cetak yang akan digunakan
6. Pada proses pembuatan cetakan, pastikan pasirnya dipadatkan

13
DAFTAR PUSTAKA

Tata surdia, Prof. Ir, M.Sc.Met dan Kanji Chijiwa, Prof. Dr, Teknik Pengecoran
Logam, Jakarta, 1982.

Reinal Rachmavial, Ir.MT.Met, Skripsi Pengaruh Perubahan Sistem Saluran


Tuang Terhadap Produk Coran, Trisakti, Jakarta, 1997.

Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang, Course Note Mekanika Teknik
Semester 5, Padang, 2014

14

Anda mungkin juga menyukai