SALURAN TURUN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teknik Pengecoran Logam
Yang diampu oleh Bapak Didin Zakaria, S.Pd, M.eng.
Disusun Oleh :
Achmat Ridwan Efendi 200511633216
Altira Khoirun Nisa’aji 200511633207
Andiko Dwi Pangestu 200511633206
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayahnya yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Teknik Pengecoran Logam.
Laporan ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Mata
Kuliah Teknik Pengecoran Logam yang wajib ditempuh oleh Mahasiswa Program
Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri
Malang pada semester empat ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan selama penyusunan laporan ini. Ucapan terima
kasih kami tujukan kepada :
1. Bapak Didin Zakaria Lubis, S.Pd, M.Eng. Selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Teknik Pengecoran Logam Jurusan Teknik Mesin Universitas
Negeri Malang
2. Teman-teman Offering A1 yang yang telah berperan dalam penulisan
laporan ini.
3. Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses manufaktur adalah proses yang mengubah bahan baku / raw
material menjadi produk. Dimana terdapat tujuh dasar proses manufaktur
terdapat yaitu proses pengecoran, pembentukan, pemesinan, pengelasan,
perlakuan panas, perlakuan permukaan dan metalurgi serbuk.
Salah satu dari tujuh dasar proses manufaktur adalah pengecoran,
dimana proses pengecoran merupakan suatu proses manufaktur yang
menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang
mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.
Teknik Pengecoran Logam ini merupakan Mata Kuliah yang wajib
ditempuh oleh Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin khususnya pada Program
Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin. Pengecoran logam adalah proses di mana
logam cair panas dituangkan ke dalam cetakan yang berisi potongan
berlubang atau rongga dengan bentuk jadi yang diinginkan. Cetakan ini bisa
terbuat dari pasir, logam atau pun keramik. Logam tersebut dibiarkan
mendingin dan mengeras menjadi bentuk yang diberikan oleh cetakan
tersebut dan kemudian dikeluarkan dari cetakan dengan cara memecahkan
atau memisahkan cetakan..
7. Meletakkan drag secara telungkup di atas tatakan setelah itu pola cetakan
diatur di dalamnya beserta kayu kecil (untuk saluran riser) disamping
pola cetakan.
Gambar 5. Pengaturan jarak riser
8. Memasukkan pasir yang telah dicampur hingga memenuhi drag.
Melakukan pemadatan pasir menggunakan palu kayu selama proses
pemasukan pasir ke dalam drag.
9. Membalik drag yang telah padat dan dipenuhi oleh pasir serta menaburi
bagian atas drag dengan bubuk kapur.
10. Meletakkan cope di atas drag dan mengatur penempatan saluran turun
dan saluran udara pada pola cetakan.
11. Memasukkan pasir sembari memadatkannya dengan palu kayu ke dalam
cope.
12. Membuat cekungan di sekitar saluran turun sebagai tempat penuangan
logam cair.
13. Mengangkat cope secara perlahan setelah itu mengambil pola cetakan,
saluran turun, saluran udara, dan riser dari cetakan pasir yang telah
terbentuk secara berhati-hati.
14. Setelah cetakan pasir telah bersih, satukan lagi drag dan cope untuk
mempersiapkan proses selanjutnya dalam pengecoran logam.
15. Letakkan pola cetakan yang telah jadi pada tempat yang aman dan
tentunya dekat dengan tempat peleburan logam agar memudahkan saat
melakukan penuangan logam cair ke dalam cetakan.
3.3 Proses peleburan dan penuangan logam
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk proses peleburan
dan penuangan logam.
2. Nyalakan tungku krusibel yang akan digunakan untuk proses peleburan
dengan bahan bakar elpiji.
3. Memasukkan kowi ke dalam tungku krusibel hingga mencapai suhu
tertentu yang ditandai dengan kowi berwarna merah sebelum
memasukkan bahan logam aluminium yang akan dilebur.
4. Sembari menunggu kowi berwarna merah, lakukan penimbangan massa
logam aluminium.
5. Setelah kowi memerah, masukkan logam aluminium yang telah
ditimbang ke dalam kowi menggunakan penjepit dan juga memakai alat
pelindung diri (apron dan sarung tangan), tunggu hingga logam mencair.
10. Setelah asbak telah mengeras, keluarkan dari cetakan pasir dengan cara
memukul cetakan menggunakan palu pada tempat yang telah disediakan.
11. Siram asbak menggunakan air agar mempercepat proses pendinginan dan
membersihkannya dari pasir yang masih menempel.
Penyebab cacat:
a. Logam cair pada ladel tidak cukup memenuhi rongga cetakan dan
ketika ditambah, logam logam dalam cetakan telah membeku,
sehingga akan membuat terhalangnya aliran logam dan terjadilah
cacat.
b. Bagian coran terlalu tipis sehingga memungkinkan terjadi
pembekuan awal pada bagian tertentu dan menyebabkan cacat.
c. Suhu logam cair kurang tinggi atau terjadi penurunan suhu, pada saat
penuangan dan menyebabkan pada bagian tertentu akan mengalami
pembekuan lebih cepat.
Pencegahan cacat:
a) Logam cair pada ladel pada saat penuangan harus cukup untuk
mengisi cetakan, sebelum melakukan penuangan harus mengukur
volume benda cetak dan disesuaikan dengan volume ladel, agar tidak
terjadi kurangnya logam yang akan dituangkan.
b) Cetakan dalam coran harus sama rata agar terjadi pembekuan yang
seragam.
c) Suhu pada saat penuangan harus tepat yaitu 1.350 – 1.450 ℃.
3. Gas Hole
Gas hole yaitu lubang yang nampak pada permukaan coran. Secara visual
terlihat bersih. Lubang ini ukurannya realtif kecil dan dapat dalam jumlah
yang banyak. Cacat ini disebabkan oleh gas yang terperangkap di dalam
coran ketika proses pencetakan.
Penyebab cacat:
a. Terdapat butiran pasir yang terlalu besar, sehingga ada rongga-rongga
kecil yang dapat terisi oleh logam cair.
b. Pasir kurang bahan pengikat sehingga ada butiran pasir yang terlepas
dan menyebabkan permukaan menjadi kasar.
c. Terjadi kesalahan pada saat penataan rongga coran, sehingga
membuat hasil dari cetakan menjadi kasar.
Pencegahan cacat:
a. Ukuran pasir harus diayak hingga benar-benar seragam.
b. Memperhatikan pemberian bahan pengikat, agar tidak kekurangan
biasanya ditambahkan dengan bentonit.
c. Memperhatikan dengan cermat dan teliti penataan dalam pemberian
rongga coran.