Anda di halaman 1dari 36

PERANCANGAN KURSI CAFE

LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teknik Pembentukan Material
Yang diampu oleh Bapak Agus Suyetno, S.Pd, M.Pd

Oleh :
Arie Budianto 180511625541
Achmat Ridwan Efendi 200511633216
Andiko Dwi Pangestu 200511633206
Andrean Wahyu Sobhirin 200511633213
Mochammad Saiful Azis 200511633214
M. Safian 200511633205

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
MEI 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Penulis berharap dengan
makalah ini dapat memberi masukan yang sangat berharga bagi para pembaca
serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di Departemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. 

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam


menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
banyak memberikan bantuan, bimbingan, dukungan dan saran. Maka melalui
kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat yang setinggi
tingginya, terimakasih yang begitu mendalam dan penghargaan yang tulus kepada
Agus Suyetno, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik
Pembentukan Material.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia biasa tentunya
tidak akan luput dari kekurangan dan keterbatasan, dengan segenap kerendahan
hati, penulis mohon maaf  yang sebesar-besarnya bila dalam penulisan makalah
ini jauh dari sempurna dan harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat baik
bagi diri sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan dan dapat berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Malang, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Topik Bahasan...............................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1. Alat................................................................................................................3
2.2. Bahan............................................................................................................6
BAB III METODE.................................................................................................11
3.1. Urutan Pembuatan.......................................................................................11
3.2. Pengerjaan Setiap Pertemuan......................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................18
4.1. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-1.............................18
4.2. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-2.............................18
4.3. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-3.............................19
4.4. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-4.............................21
4.5. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-5.............................22
4.6. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-6.............................23
4.7. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-7.............................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................25
5.1. Kesimpulan.................................................................................................25
5.2. Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan nongkrong selalu identik dengan mengobrol dan berkumpul
bersama dengan teman-teman. Cafe adalah salah satu alternatif yang sangat ideal
untuk kita kunjungi. Selain karena tempat yang nyaman dengan kursi dan meja,
tersedianya jaringan nirkabel, atau desain layout tempat yang menarik, kopi yang
nikmat, dan dengan iringan musik klasik ataupun jazz, hal itu tak heran banyak
orang untuk menghabiskan waktu di cafe. Cafe kini juga sudah menjadi lahan
bisnis yang berkembang pesat, dapat dengan mudahnya kita untuk menemui cafe.
Cafe diperuntukkan untuk para pekerja maupun kalangan muda-mudi yang suka
dan terbiasa berkegiatan di luar kanto, sekolah, maupun kampus.
Selain itu, cafe juga banyak melakukan kolaborasi antar komunitas atau
suatu kelompok untuk mengadakan suatu acara, sehingga bisnis dan awareness
telah sama-sama berdampak pada kedua belah pihak. Tak hanya itu, salah satu
yang penting adalah dengan desain kursi, peletakan desain pemanis pada desain
interior maupun eksterior pun menjadi hal yang penting di era digital ini, banyak
orang akan datang ke cafe yang bagus untuk hanya sekedar foto yang selanjutnya
akan di upload ke Instagram. Desain kursi coffee shop pada umumnya di desain
biasa saja dan hanya mementingkan estetika daripada kenyamanannya. Selain itu,
bentuk yang kurang nyaman dan menggunakan material yang kurang baik serta
menarik untuk digunakan sebuah coffee shop.
Pada pembahasan untuk tugas Teknik Pembentukan Material kali ini,
kelompok penulis akan merancang pembuatan kursi untuk Cafe. kursi yang dapat
dipakai di dalam ruangan maupun luar ruangan, perancangan kursi ini bertujuan
untuk memudahkan pelaku pengusaha cafe dengan sistem yang mudah dalam
pemakaian kenyamana pengguna. Dirancang dengan sebaik mungkin untuk
efisien dan nyaman untuk para konsumen cafe. Perancangan dibuat dengan
fleksibel dan kaya akan estetika, dengan material terbaik berdasarkan observasi
yang telah dilakukan oleh penulis.

1
1.2. Topik Bahasan
Laporan ini memiliki topik bahasan sebagai berikut :
1. Bagaimana perancangan yang sesuai tema untuk kursi di cafe ?
2. Bagaimana membuat kursi yang nyaman untuk para pelanggan di cafe?

1.3. Tujuan
Laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Membuat perancangan yang sesuai tema untuk kursi di cafe
2. Membuat kursi yang nyaman untuk para pelanggan di cafe

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Alat
Pada saat proses pengerjaan memerlukan beberapa alat pendukung yang berguna
untuk memudahkan proses pembentukan / pengerjaan kursi. Alat-alat yang
digunakan antara lain :

1. Gerinda Tangan

Gambar 1 : Gerinda tangan


Sumber : mataharijaya.co.id

Mesin gerinda jenis ini berukuran cukup kecil sehingga dapat


dipegang dan dioperasikan langsung dengan tangan. Jenis mesin gerinda
tangan ini adalah mesin gerinda serba guna. Mesin ini dapat dipergunakan
untuk menghaluskan ataupun memotong benda logam, kayu, lantai
keramik, kaca serta dapat dipergunakan untuk memoles permukaan mobil.
Mesin gerinda tangan digunakan secara umum sebagai alat potong di
dalam bengkel kecil ataupun rumah tangga.
Pada proses pengerjaan pembuatan kursi café ini penggunaan
gerinda tangan ini sangat diperlukan, terutama pada saat proses
pemotongan bahan yang berupa pipa besi dan juga pada saat proses
penghalusan sisa pengelasan. Untuk proses pemotongan pipa besi gerinda

3
diberi pisau gerinda potong, dan pada saat proses penghalusan sisa
pengelasan mata gerinda diganti dengan mata gerinda asah yang kasar.

2. Alat penekuk pipa logam

Gambar 2 : Alat penekuk pipa


Sumber : bukalapak.com

Penekukan pipa biasa disebut dengan istilah Pipe Bending adalah


suatu proses yang mengubah bentuk lurus menjadi lengkungan. Untuk
menghasilkan penekukan yang baik maka sumbu penekukan dibuat
horizontal dan dilengkapi dengan rol yang dapat diatur dan digerakkan
oleh operator sesuai dengan sudut tekukan yang diharapkan.

Pada proses pembuatan kursi café alat ini digunakan untuk


membentuk pipa yang sudah dipotong menjadi lingkaran yang akan
digunakan sebagai rangka dudukan dan sandaran kaki.

3. Las listrik

Gambar 3 : Las listrik


Sumber : niagamas.com

4
Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara
menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang
terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektrode yang
menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat
terus sampai habis. Logam cair dari elektrode dan dari sebagian benda
yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang
akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam
tersebut.
Pada proses pembuatan kursi café ini las listrik digunakan untuk
menyambung bagian-bagian dari kursi seprti : kaki, sandaran kaki, rangka
dudukan, plat dudukan, sandaran badan, dll. Untuk proses pengelasannya
tenaga yang digunakan tidak boleh terlalu besar karena mengakibatkan
logam yang dilas ikut meleleh dan timbulah lubang pada rangka.

4. Amplas

Gambar 4 : Amplas
Sumber : inspirasimengecat.blogspot.com

Amplas (kadang juga disebut kertas pasir) adalah


sejenis kertas yang digunakan untuk membuat permukaan benda-benda
menjadi lebih halus dengan cara menggosokkan salah satu permukaan
amplas yang telah ditambahkan bahan yang kasar kepada permukaan
benda tersebut. Amplas adalah sejenis alat kerja yang terbuat
dari kertas atau kain yang telah ditambahkan dengan bahan yang kasar
seperti butiran pasir sehingga kadang-kadang disebut juga dengan kertas

5
pasir. Amplas berfungsi untuk membuat permukaan benda yang kasar
menjadi lebih halus dengan cara menggosokkan permukaan kasarnya ke
permukaan suatu bahan atau benda.

Pada proses pengerjaan ini amplas digunakan saat sebelum proses


pendempulan dan sesudah pendempulan, unruk proses sebelum
pendempulan amplas digunakan untuk menghilangkan kotoran-kotoran
sisa karat dan cat agar lubang terlihat jelas dan tertutup sempurna pada
saat proses pendempulan, sedangkan sesudah pendempulan amplas
digunakan untuk menghaluskan sisa pendempulan agar pada sat dicat tidak
ada tonjolan-tonjolan yang tidak diinginkan.

5. Kuas cat

Gambar 5 : Kuas
Sumber : shopee.co.id

Kuas cat adalah salah satu alat yang paling umum digunakan dalam
mengecat. Umumnya alat ini terbuat dari kayu dengan bulu-bulu pada
bagian bawahnya yang digunakan untuk mengoleskan cat. Pada proses
pengecatan kursi kami memilih kuas dengan ukuran kecil agar bisa
menjangkau sela-sela bagian kursi.

2.2. Bahan

6
Bahan adalah yang paling penting dalam pembuatan suatu benda, begitu juga
dengan pembuatan kursi café ini. Beberapa bahan yang digunakan dalam
proses pembuatan kursi café ini antara lain:

1. Pipa besi

Gambar 6 : Pipa besi


Sumber : news.indotrading.com

Pipa besi sering disebut pipa hitam memiliki banyak kegunaan.


Biasa pipa digunakan untuk mengalirkan air tapi tidak hanya itu saja, jenis
pipa ini dapat difungsikan sebagai penyangga rumah, rangka plafon,
teralis, pagar rumah, hingga tiang lampu. Pipa besi banyak menjadi pilihan
karena lebih tahan lama. Karena antirayap, juga lebih tahan karat.
Untuk pembuatan rangka kursi kami memilih pipa ukuran diameter
2 cm sebagai rangka keseluruhan kecuali pada bagian sandaran kaki kami
menggunakan pipa besi diameter 1,5 cm.

2. Plat baja

Gambar 7 : Plat baja

7
Sumber : suksesindoperkasa.com
Plat baja merupakan salah satu material yang banyak digunakan
untuk banguan, mesin, maupun kendaraan. Penggunaannya penting bagi
proyek rumahan maupun skala industri.
Pada pembuatan kursi ini plat baja digunakan sebagai alas
dudukan, alasan penggunaannya yaitu bahan yang tidak mudah rusak
namun juga kuat menahan beban berat.

3. Dempul

Gambar 8 : Dempul
Sumber : suryadidik.com
Dempul atau putty merupakan bahan finishing yang digunakan
untuk mengisi celah dan lobang baik pada tembok,bahan logam maupun
pada kayu. Bahan ini diaplikasikan dengan cara diisikan pada celah atau
lubang dengan menggunakan scrap atau kape. Setelah itu baru dilakukan
pengamplasan agar permukaannya menjadi lebih rata dan lebih halus.
Jenis dempul menurut fungsi atau kegunaannya antara lain dempul tembok
atau plamur tembok,dempul besi atau logam,dempul kayu,plamur kayu
dan wood filler.
Dempul yang digunakan pada proses pengerjaan ini adalah dempul
besi, dalam proses pembuatan kursi ini dempul digunakan untuk menutup
lubang-lubang kecil sisa pengelasan ataupun penggerindaan.

4. Cat dasaran besi / epoxy

8
Gambar 9 : Cat epoxy
Sumber : suryadidik.com

Fungsi epoxy cat yang paling penting adalah menutupi pori-pori,


pada proses pembuatan kursi ini kami menggunakan cat epoxy ukuran
kaleng kecil.

5. Cat besi

Gambar 10 : Cat besi


Sumber : MerekBagus.Co.Id

Cat besi sendiri termasuk ke dalam jenis cat minyak, dan


diformulasi khusus agar mampu menempel kuat dan melindungi material
besi. Cat besi sendiri sangat sering digunakan dalam keseharian, baik
untuk mengecat pagar besi, pintu besi, hingga teralis besi.

Untuk proses pemilihan warna cat besi kami memilih warna biru
muda atau biru langit karena terkesan elegan dan santai.

9
6. Thinner

Gambar 11 : Thinner
Sumber : suryadidik.com
Fungsi thinner adalah sebagai campuran cat, zat untuk
membersihkan besi yang berkarat, bertindak sebagai bahan pelarut, bahan
pengkilap, serta penguap cat agar menjadi lebih cepat kering.

10
BAB III

METODE

3.1. Urutan Pembuatan


Dalam suatu pekerjaan tentunya kita melewati beberapa proses sebelum
produk dihasilkan. Berikut adalah metode yang kami gunakan dalam setiap proses
pengerjaan Produk Kursi Cafe :

1. Persiapan pipa besi yang sudah diukur dan melakukan pemotongan sesuai
ukuran yang telah ditentukan. Selain itu kami juga telah memperhitungkan
ketinggian kursi yang akan dibuat yaitu dengan ketinggian 55 cm. Untuk
diameter kursi juga sudah di perhitungkan, diameter bagian atas kursi
adalah 30 cm sedangkan diameter bagian bawah kursi adalah 40 cm.
2. Sebelum memotong kami mengukur panjang pipa besi sesuai dengan
ukuran yang akan digunakan, lanjut memberi tanda pada bagian yang akan
dipotong agar proses pemotongan tidak terjadi kesalahan perhitungan
panjang pipa besi.
3. Setelah proses pemberian tanda pada pipa besi, langsung dilanjutkan
dengan proses pemotongan sesuai tanda yang sudah dibuat.
4. Setelah proses pemotongan selesai proses selanjutnya adalah penyamaan
ukuran panjang pipa besi, kita menggunakan ukuran panjang pipa besi
yang paling pendek sebagai acuan ukur.
5. Setelah itu proses pembubutan dilakukan agar menyamakan panjang pipa
besi dan juga menghaluskan permukaan yang tajam agar tidak melukai
kulit saat proses perakitan nantinya.
6. Selanjutnya kami melakukan proses penekukan pipa diameter 30 cm dan
40 cm pada bahan. Sebelum melakukan proses penekukan, pipa di isi oleh
pasir terlebih dahulu agar pada saat proses penekukan tidak terjadi
penciutan/ penyok pada pipa. Pasir digunakan sebagai isian agar tekanan
pada saat proses penekukan merata. Pada saat proses penekukan, sisi pipa
harus di pastikan sejajar agar hasil penekukan memiliki bentuk yang lurus.

11
Untuk mempermudah dalam membentuk lingkaran yang sempurna, maka
harus membuat mal lingkaran sesuai dengan diameter yang diinginkan.
7. Untuk menjaga agar sisi lingkaran tetap sejajar maka diperlukan bantuan
pada saat proses penekukan dengan cara memegang bahan saat akan
ditekuk.
8. Selanjutnya, kelompok kami melakukan proses pemotongan alas atau
dudukan pada benda kerja yang sudah dibuatkan sebuah tanda lingkaran
pada proses pengerjaan menggunakan gerinda potong yang dilakukan
secara melingkar sesuai dengan mal yang telah dibuat pada pertemuan
sebelumnya. plat yang dipotong memiliki ketebalan 3 mm dan untuk jari-
jari alas lingkaran memiliki ukuran 30 mm, pemotongan tidak dilakukan
dengan pemotongan langsung melainkan dilakukan dengan cara
memotong sebagian selanjutnya sisa hasil potongan ditekuk sampai putus
9. Setelah proses penekukan alas meja, kita melanjutkan proses pada tahap
pengelasan.
10. Pada pengelasan kali ini banyak menemui kendala diantaranya benda kerja
mengalami bolong ketika dilas hal ini diakibatkan karena benda kerja
berbentuk pipa memiliki ketebalan yang tipis sehingga ketika dilas benda
kerja akan bolong, untuk mengatasi hal ini pengelasan dilakukan dengan
menitik tidak dilakukan pengelasan menyeluruh.
11. Proses penyambungan menggunakan las listrik dengan amper 70 hal ini
dilakukan di bengkel pengelasan, tujuan menggunakan laper 70 adala agar
penyambungan tidak merusak rangka dari alas karena memiliki ketebalan
yang tipis dan mudah bolong ketika mnggunakan amper yang lebih tinggi.
Penyambungan dilakukan dengan cara penyambungan titik pada sisi dalam
rangka dan plat alas atau dudukan kursi.
12. Selanjutnya adalah tahap penyatuan bahan-bahan menjadi bentuk kursi.
Pada tahap ini pengerjaan di lakukan dengan menyiapkan bahan yang
sudah disiapkan serta ukurannya yang sudah di tentukan sebelumnya.
Kerangka tersebut terdiri dari 4 kaki yang tersusun 2 pendek dan 2
panjang, kemudian terdapat 2 lingkaran atas sebagai tempat duduk, bawah

12
sebagai penahan dan 1 tempat duduk, proses penyambungan menggunakan
Las listrik dengan amper 70 agar kerangka kursi tidak rusak.
13. Setelah penyatuan, dilakukan pengecekan kembali untuk jarak bagian
kerangka hal ini di lakukan untuk memperoleh hasil pembuatan kursi yang
bagus sesuai ukuran yang di tentukan sebelumnnya, pada tahap ini juga di
lakukan pemasangan terhadap penyangga dan tempat duduk kursi sebagai
tujuan utama pengerjaan.
14. Selanjutnya dilakukan pemotongan dan penghalusan terhadap kursi supaya
memperoleh hasil yang bagus. Penghalusan ini di lakukan menggunakan
gerinda dengan peletakan secara horizontal hasil saat pemotongan tidak
merusak bagian-bagaian kursi yang sudah jadi
15. Pada proses selanjutnya yaitu pendempulan yang berguna untuk menutup
lubang – lubang sisa pengerjaan pengelasan, dan juga memperhalus hasil
dari pengelasan.
16. Campuran dempul dan pengeras harus diperhatikan, pada penambahan
pengeras tidak boleh terlalu banyak dan terlalu sedikit, tanda campuran
yang pas adalah berwarna hijau pupus.
16. Pada proses selanjutnya, kursi telah siap di cat karena dempul sudah
kering, sebelum proses pengecatan maka dilakukan pengamplasan pada
seluruh permukaan kursi agar halus.
17. Setelah dilakukan pengamplasan maka untuk menghilangkan sisa dari
pengamplasan yang menempel maka dilakukan penyemprotan udara
menggunakan compresor udara.
18. Setelah selesai, maka dilanjutkan ke proses berikutnya yaitu pengecatan
dasaran. Cat yang kami gunakan merupakan cat dasar khusus besi dengan
warna putih. Pengecatan dasaran dilakukan 2 tahap agar cat menutup rata
seluruh permukaan kursi. Setelah melakukan proses pengecatan dasar
tahap 2 maka kursi dikeringkan terlebih dahulu, agar nanti pada saat
proses pengcatan luar warnanya tidak tercampur.
19. Setelah kering maka dilanjutkan dengan proses pengecatan luar, kami
memakai cat besi dengan warna biru langit agar terlihat elegan. Proses

13
pengecatan ini juga kami lakukan 2 tahap pengecatan agar semua bagian
tertutup rata.
20. Untuk waktu pengeringan cat disini cukup lama karena cat yang lumayan
tebal, dan juga nanti pada saat dipegang cat tidak terkelupas.

3.2. Pengerjaan Setiap Pertemuan


1. Pertemuan praktik ke 1
Pada peraktik pertama pertemuan ke 8 kami sudah mengumpulkan
bahan dasarnya. Beberapa pipa besi sudah kami ukur dan memotongnya
sesuai ukuran yang telah ditentukan. Kami juga telah memperhitungkan
ketinggian kursi yang akan dibuat yaitu dengan ketinggian 55 cm. Untuk
diameter kursi juga sudah di perhitungkan, diameter bagian atas kursi
adalah 30 cm sedangkan diameter bagian bawah kursi adalah 40 cm.

Sebelum memotong kami mengukur panjang pipa besi sesuai


dengan ukuran yang akan digunakan, lanjut memberi tanda pada bagian
yang akan dipotong agar proses pemotongan tidak terjadi kesalahan
perhitungan panjang pipa besi. Setelah proses pemberian tanda pada pipa
besi, langsung dilanjutkan dengan proses pemotongan sesuai tanda yang
sudah dibuat. Setelah proses pemotongan selesai proses selanjutnya adalah
penyamaan ukuran panjang pipa besi, kita menggunakan ukuran panjang
pipa besi yang paling pendek sebagai acuan ukur. Setelah itu proses
pembubutan dilakukan agar menyamakan panjang pipa besi dan juga
menghaluskan permukaan yang tajam agar tidak melukai kulit saat proses
perakitan nantinya.

2. Pertemuan praktik ke 2
Pada praktik kedua kelompok kami melakukan proses penekukan
diameter 30 cm dan 40 cm pada bahan. Sebelum melakukan proses
penekukan, pipa di isi oleh pasir terlebih dahulu agar pada saat proses
penekukan tidak terjadi penciutan/ penyok pada pipa. Pasir digunakan
sebagai isian agar tekanan pada saat proses penekukan merata. Pada saat
proses penekukan, sisi pipa harus di pastikan sejajar agar hasil penekukan
memiliki bentuk yang lurus. Untuk mempermudah dalam membentuk

14
lingkaran yang sempurna, maka harus membuat mal lingkaran sesuai
dengan diameter yang diinginkan.

3. Pertemuan praktik ke 3
Pada praktik ke tiga kelompok kami melakukan proses
pemotongan alas atau dudukan pada benda kerja yang sudah dibuatkan
sebuah tanda lingkaran pada proses pengerjaan menggunakan gerinda
potong yang dilakukan secara melingkar sesuai dengan mal yang telah
dibuat pada pertemuan sebelumnya. plat yang dipotong memiliki
ketebalan 3 mm dan untuk jari-jari alas lingkaran memiliki ukuran 30 mm,
pemetongan tidak dilakukan dengan pemotongan langsung melainkan
dilakukan dengan cara memotong sebagian selanjutnya sisa hasil potongan
ditekuk sampai putus.

Proses penyambungan menggunakan las listrik dengan amper 70


hal ini dilakukan agar penyambungan tidak merusak rangka dari alas
karena memiliki ketebalan yang tipis dan mudah bolong ketika
mnggunakan amper yang lebih tinggi. penambungan dilakukan dengan
cara penyambungan titik pada sisi dalam rangka dan plat alas ayau
dudukan kursi.

4. Pertemuan praktik ke 4
Tahap penyatuan bahan-bahan menjadi bentuk kursi ,Pada tahap
ini pengerjaan di lakukan dengan menyiapkan bahan yang sudah di
siapkan serta ukurannya yang sudah di tentukan sebelumnya.kerangka
tersebut terdiri dari 4 kaki yang tersusun 2 pendek dan 2
panjang,kemudian terdapat 2 lingkaran atas sebagai tempat duduk, bawah
sebagai penahan dan 1 tempat duduk,proses penyambungan menggunakan
Las listrik dengan amper 70 agar kerangka kursi tidak rusak.

Pada tahap ini settelah penyatuan di lakukan pengecekan Kembali


untuk jarak bagian kerangka hal ini di lakukan untuk memperoleh hasil
pembuatan kursi yang bagus sesuai ukuran yang di tentukan sebelumnnya,

15
pada tahap ini juga di lakukan pemasangan terhadap penyangga dan
tempat duduk kursi sebagai tjuan utama pengerjaan.

Pada tahap ini di lakukan pemotongan dan pengalusan terhadap


kursi supaya memperoleh hasil yang bagus. Penghalusan ini di lakukan
menggunakan gerinda dengan peletakan secara horizontal hasil saat
pemotongan tidak merusak bagian-bagaian kursi yang sudah jadi

5. Pertemuan praktik ke 5
Pada praktik ke lima hasil dari ketinggian kursi sepanjang 55 cm.
Untuk diameter kursi bagian atas kursi adalah 30 cm sedangkan diameter
bagian bawah kursi adalah 40 cm. Selanjutnya adalah proses penghalusan
permukaan.
6. Pertemuan praktik ke 6
Pada praktik keenam kami sudah berada pada tahap pendempulan,
dimana dempull ini berguna untuk menutup lubang – lubang sisa
pengerjaan pengelasan, dan juga memperhalus hasil dari pengelasan.

Campuran dempul dan pengeras harus diperhatikan, pada


penambahan pengeras tidak boleh terlalu banyak dan terlalu sedikit, tanda
campuran yang pas adalah berwarna hijau pupus. Pada saat proses
pendempulan harus dilakukan dengan segera karena dempul akan cepat
mengeras jika dibiarkan diudara terbuka.

7. Pertemuan praktik ke 7
Pada praktek ke tujuh kursi telah siap di cat karena dempul sudah
kering, sebelum pproses pengecatan maka dilakukan pengamplasan
pseluruh permukaan kursi agar halus. Setelah dilakukan pengamplasan
maka untuk menghilangkan sisa dari pengamplasan yang menempel maka
dilakukan penyemprotan udara menggunakan compresor udara.

Setelah melakukan proses diatas maka lanjut ke proses selanjutnya


yaitu pengecatan dasaran. Cat yang kami gunakan merupakan cat dasar
khusus besi dengan warna putih. Pengecatan dasaran dilakukan 2 tahap
agar cat menutup rata seluruh permukaan kursi. Setelah melakukan proses

16
pengecatan dasar tahap 2 maka kursi dikeringkan terlebih dahulu, agar
nanti pada saat proses pengcatan luar warnanya tidak tercampur.

Setelah kering maka dilanjutkan dengan proses pengecatan luar,


kami memakai cat besi dengan warna biru langit agar terlihat elegan.
Proses pengecatan ini juga kami lakukan 2 tahap pengecatan agar semua
bagian tertutup rata. Untuk waktu pengeringan cat disini cukup lama
karena cat yang lumayan tebal, dan juga nanti pada saat dipegang cat tidak
terkelupas.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-1


Persipan desain dan bahan yang digunakan :
Desain:
a. Tinggi kaki kursi 55 cm
b. Tinggi sandaran 30 cm
c. Diameter lingkaran atas 30 cm
d. Diameter lingkaran bawah 40 cm
e. Sandaran 55 cm
f. Dudukan plat besi 3mm dengan dimater 30cm

Bahan:
a. Pipa besi ukuran 25,4mm dan15mm
b. Baja plat dengan ketebelan 3mm

Analisis Percobaan:
Mahasiswa melakukan persiapan desain yang akan dibuat untuk praktikum
dengan mengetahui bahan baku yang tersedia pada bengkel mesin dengan
menentukan bahan apa yang digunakan serta ukuran bahan yang akan digunakan.

Pembahsan:
Tujuan dari pertemuan ini adalah agar produk yang dibuat sesuai dengan
dengan desain yang dikumpulkan serta dapat merubah desain awal yang
ditentukan menjadi desain yang falid.

4.2. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-2


Melakukan pengerolan pipa sebagai dudukan dan penyangga bawah
menggunakan alat rol manual.
Analisis Alat dan Bahan :
Alat:
a. Satu set alat pengerolan
b. Meja Penyangga Rol

18
c. Palu
d. Minyak pelumas/stempet
e. Pasir

Bahan:
a. Pipa diameter 25,4mm panjang 94,2cm
b. Pipa diameter 15mm panjang 125,6mm

Analisis Percobaan:
Mengatahui karakteristik bahan pipa besi yang akan dirol. Menyeting alat rol
sesuai dengan kebutuhan diameter bahan baku yang akan digunakan. Mengisi
pasir pada rongga pipa yang akan dirol.

Pembahasan:
Tujuan perlakuan ini adalah untuk mengrol pipa menjadi diameter 30 cm
dan 40 cm dengan menggunakan alat pengerolan manual.
Cara pengerolan tidaklah mudah, karena dalam pengujian pengerolan awal
menemui kendala yaitu diameter mal yang diinginkan tidak ada yang sesuai
sehinga harus membuat mal berupa potongan kardus untuk mengetahui diameter
yang di inginkan sehingga perlu dilakukan pengerolan bertahap dan
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya.
Bahan baku yang diperoleh untuk pengerolan yang tipis membuat hasil
pengerolan menjadi cacat sehingga perlu berhati-hati dalam menarik tuas yang
digunakan untuk mengerol dalam pembuatan ini ditemui permasalahan yaitu
terjadinya kerusakan pada benda kerja serta pengerolan tidak dapat simetris.

4.3. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-3


Pemotongan serta pengelasan dudukan kursi pada rangaka dudukan
Analisis Alat dan Bahan :
Alat:
a. Gerinda potong
b. Tang
c. Jangka gores
d. Penitik
e. Mesin las busur listrik

19
f. Topeng las
g. Sarung tangan las
h. Palu

Bahan:
a. Elektoda
b. Gerinda potong
c. Benda kerja plat 3mm dengan ukuran 30 x 30 cm

Analisis Percobaan:
Pemotongan plata menjadi bulat dengan diamer 30 cm

Langkah Kerja :
a. Persiapan alat dan bahan selanjutnya memotong bahan landasan dengan
ukuran 30 x 30 cm
b. Membuat garis untuk menentukan titik tengan bahan
c. Menitik bagian pada persilangan garis serta membuat lingkaran
menggunak jangka untuk pembuatan mal lingkaran
d. Memotong benda kerja dengan menggunakan gerinda potong sesuai
dengan mal
e. Melakukan pembersihan hasil potongan menggunakan tang untuk

Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW dengan menitik bagian-
bagian benda kerja.

- Saat mengelas sering terjadi bolong pada benda kerja karena bahan
benda kerja yang tipis

Penyambungan plat sederhana dengan tetap memperhitungkan besar kecilnya


ampere.

Langkah Kerja

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


b. Meluruskan bagian plat dengan rangka dudukan agar simetris
c. Melakukan pengelasan dengan menitik benda kerja

Pembahasn

20
Tujuan praktikum ini adalah untuk menyambungkan plat dudukan dengan
rangka dudukan dengan ukuran diameter 30 cm. Cara yang dilakukan untuk
menyambung yaitu dengan mengunakan teknik pengelasan titik menggunakan las
SMAW agar benda kerja menyambung dengan kuat, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kekeroposan atau bolong pada benda kerja yang dilas untuk
mengatasi atau menambal benda kerja yang bolong dilakukan dengan cara
menambahkan bahan isi pada bagian yang bolong.

4.4. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-4


Penyambungan seluruh bahan ntuk membuat rangka kursi menggunakan las listrik
atau SMAW

Analisis Alat dan Bahan :

Alat

a. Mesin las busur listrik


b. Tang penjepit elektroda
c. Klem masa
d. Kacamata las
e. Sarung tangan las
f. Palu terak
g. Water pas
h. Penyiku

Bahan

a. Elektoda
b. Pipa besi dengan panjang 55cm sebanyak 4 buah
c. Pipa besi hasil pengerolan dengan diameter 40 cm
d. Dudukan kursi dengan diameter 30 cm
e. Pipa besi dengan panjang 30 cmsebanyak 2 buah
f. Pipa sandarab 1 buah

Analisis percobaan

21
Mengelas semua bagian sambungan rangka dengan las busur listrik atau las
SMAW dengan amper 70

Pembahasan

Tujuan perlakuan ini adalah untuk menyambung bagian rangka kursi agar
menjadi kuat saat digunakan. Cara penyambungan rangka tidak lah mudah perlu
ketelatenan dalam pengelasan karena bahan yang tipis dan mudah bolong saat di
las membuat pengerjaan perlu dilakukan secara berhati-hati agar pengelasn tidak
membuat benda kerja banyak kerusakan, pemilihan amper las sangatlah
berpengarauh pada pengerjaan ini karena dengan amper yang tepat benda kerja
dapat tersambung dengan kuat serta tidak merusak benda kerja.

4.5. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-5


Pembersihan benda kerja dan perataan hasil pengelasn

Analisis Alat dan Bahan :

Alat

a. Mesin gerinda tangan


b. Palu terak
c. Sikat baja

Bahan

a. Gerinda potong
b. Amplas

Analisis percobaan

Membersihkan permukaan benda kerja dan perataan hasil pengelasan

Pembahasan

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menghilangkan kotoran pada


permukaan serta menghilangkan bagian benda kerja yang tajam agar tidak
melukai saat benda kerja dalam proses pembuatan sampai finising, selain hal itu
tujuan lain dari pengerjaan ini ialah untuk meratakan hasil pengelasan yang
kurang rapi agar lebih tampak halus ketika digunakan.

22
4.6. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-6
Penutupan bagian-bagian benda kerja yang kurang rata serta lubang-lubang yang
tercipta akibat keselahan dalam pengelasan.

Analisis Alat dan Bahan :

Alat

a. Kapi
b. Tang

Bahan

a. Dempul
b. Pengeras

Analisis Percobaan

Pendempulan pada benda kerja

Pembahasan

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menutupi bagian-bagian yang


kurang rata saat pengerjaan serta untuk menutup benda kerja yang mengalami
kerusakan maupun hasil pengelasn agar benda kerja tampak rapi dan lebih halus
ketika dilihat, pendempulan memerlukan pengerjaan yang cukup lama karena
benda kerja memiliki bagian yang perlu ditutup cukup banyak sehingga perlu
waktu untuk menunggu kering pada proses pendempulan.

4.7. Praktik Teknik Pembentukan Material Pertemuan ke-7


Penghalusan hasil pendempulan serta pengecatan

Analisis Alat dan Bahan :

Alat

a. Kuas
b. Amplas

Bahan

23
a. Cat dasar warna putih
b. Cat warna biru
c. Tiner

Analisis percobaan

Mengamplas dan mengecat menggunakan cat besi

Langkah kerja

a. Mengamplas bagian pendempulan yang kurang rata


b. pembersiahan permukaan benda kerja
c. mencampur tiner dengan cat dasar
d. pengecatan dasar
e. pencampuran tiner dengan cat
f. pengecatan finising

Pembahasan

Tujuan perlakuan ini adalah untuk membersihkan atau menghaluskan hasil


dempulan yang kurang rata agar lebih rapi dan indah selanjutnya penjampuran
tiner memiliki tujuan agar cat lebih mudah ketika diaplikasikan pada permukaan
benda kerja, pengecatan dasar bertujuan agar cat inti memiliki kerekatan yang
lebih baik dengan benda kerja.

Pengeringan cat dasar bertujuan agar warna cat inti tidak tercampur
dengan cat dasar sehingga warna cat dapat tampak indah. Dalam pengecatan
memerlukan waktu yang cukup lama karena menunngu cat kering karena
terkendala dengan cuaca mendung sehinnga penggeringan memakan waktu lama.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan ini adalah, penulis mencoba memberi jalan
keluar atas masalah furniture kursi yang digunakan oleh cafe. Penulis mencoba
membuat perancangan yang dapat mengatasi masalah mereka yaitu, pembuatan
kursi yang bisa dilipat dengan memberikan fitur-fitur tambahan. Dengan
meminimalisir kerusakan jangka panjang, serta penulis mengharapkan kursi dan
lebih terjaga dan bisa diaimpan dengan baik.
Selanjutnya pengaruh material yang digunakan dalam desain ini juga tidak
diperhitungkan. Desain kursi yang dilengkapi dengan bantalan tentu memiliki
pengalaman kenyamanan berbeda dengan yang tidak memiliki bantalan.
Kelengkapan tempat sandaran lengan pada kursi juga dapat menjadi opsi baru
dalam perancangan kenyamanan tempat duduk.

5.2. Saran
Desain kursi ini harus dilakukan dengan metode pembuatan yang baik dan
benar agar menghasilkan perancangan yang memuaskan. Penulis juga harus
melakukan pendekatan langsung terhadap pengguna atau target user agar
perancangan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Produk yang
dihasilkan nantinya juga harus melewati uji coba langsung oleh pengguna apakah
sudah memenuhi standart produk yang ada, dan sesuai dengan kebutuhan dan
tematik.

25
DAFTAR PUSTAKA

ROHMAN, R. T. (2018). MUG SEBAGAI KONSEP PENCIPTAAN SET KURSI


CAFÉ (Doctoral dissertation, UNISNU Jepara).

Maulida, A. F., Wulandari, R., & Asharsinyo, D. F. (2019). Hubungan Antara


Jenis/Bentuk, Ukuran, dan Bahan Fasilitas Duduk Terhadap Durasi Duduk
Pengunjung: Studi Kasus Cafe Eduplex. eProceedings of Art &
Design, 6(2).

Maulida, A. F., & Wulandari, R. HUBUNGAN ANTARA JENIS/BENTUK,


UKURAN, DAN BAHAN FASILITAS DUDUK TERHADAP DURASI
DUDUK PENGUNJUNG: KASUS STUDI CAFE EDUPLEX
RELATIONSHIPS BETWEEN TYPES, SIZES, AND SITTING FACILITIES
TO VISITOR SITTING.

Efendy, S., & Widyani, A. I. (2019). Tinjauan Antropometri Kursi terhadap


Kenyamanan Pengunjung Studi Kasus Cafe Common Grounds Neo Soho
Jakarta. Mezanin, 1(1).

Laksitarini, N., & Nugroho, I. C. (2021). Analisis Ergonomi dan Antropometri


Kursi dan Meja Makan pada Dialoog Cafe & Eatery Ambon. Ars: Jurnal
Seni Rupa dan Desain, 24(3), 143-148.

Belinda, A., Mulyono, G., & Nilasari, P. F. (2020). Perancangan Set Meja Dan
Kursi Dari Limbah Kayu Untuk Café. Intra, 8(1), 1-5.

Nursyahbani, R. P. A., Adiluhung, H., & Herlambang, Y. (2020). Perancangan


Kursi Untuk Di Kedai Kopi. eProceedings of Art & Design, 7(2).

Pradiko, R. O. (2013). Analisis Kebutuhan Kenyamanan Setting Meja Dan Kursi


Outdoor Coffee Corner Surabaya Ditinjau Dari Aspek Fisik, Fisiologis Dan
Psikologis Konsumen. Calyptra, 2(1), 1-18.

26
LAMPIRAN-LAMPIRAN

27
28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai