Disusun Oleh
NIM : 51119046
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi yang merupakan hasil dari pembuatan
sebuah Palu chiping dan Pengelasan yang dilakukan selama Praktikum Proses
Produksi.
Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi ini disusun sebagai syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Proses Produksi dan menjelaskan serta mendefinisikan
langkah-langkah pembuatan sebuah Palu chiping dan Pengelasan dengan
menggunakan alat-alat produksi. Proses kerja tersebut dilengkapi dengan gambar
produk.
Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi ini dapat terselesaikan tidak
lepas karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus dan
sabar memberikan sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga
bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu. Oleh karena itu
penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Margono M.T, selaku .
2. Bapak Ir. Komarudin M.T, selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Praktek Proses Produksi Teknik Mesin.
3. Seluruh Asisten Proses Produksi yang telah banyak memberikan saran
dan kritik membangun.
4. Orang tua yang telah membantu dengan tulus.
Laporan Proses Produksi ini membahas proses pembuatan sebuah Palu
chiping berbahan dasar Baja ST41 sedangkan Proses pengelasan berbahan besi
siku. Diharapkan dengan hadirnya Laporan Akhir Proses Produksi ini dapat
memberikan gambaran tentang sebuah ilmu yang mengulas tentang cara-cara
melakukan sebuah proses hingga menghasilkan produk dengan menggunakan
mesin-mesin produksi.
Akhirnya penyusun menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Akhir Proses
Produksi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati, penyusun mohon para pembaca dan pembimbing berkenan memberikan
saran atau kritik demi perbaikan Laporan berikutnya. Semoga karya ini dapat
memberikan suatu manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi ini.
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1 Pemotongan.................................................................
2.1.2 Ragum..........................................................................
2.1.3 Penitik..........................................................................
2.1.8 Senay............................................................................
2.1.9 Kikir.............................................................................
2.1.10 Jangka Sorong..............................................................
iii
2.2.3 Membubut
Tirus.............................................................
2.2.4 Membubut
Ulir…................................................................
2.2.8
Geram.................................................................
..................
2.2.9 Temperatur
Pemotongan......................................................
2.2.10 Temperatur
Pemotongan......................................................
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Berisi teori tentang mesin bubut, baik berupa definisi dan cara
pengoperasian serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan mesin
tersebut.
Berisi teori tentang mesin mesin drilling, baik berupa definisi dan
cara pengoperasian serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
mesin tersebut.
2.1.1 Pemotongan
2.1.2 Ragum
Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya
penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja. Dengan demikian ragum
harus lebih kuat dari benda kerja yang dijepitnya. Untuk menghasilkan penjepitan
yang kuat maka pada mulut ragum/rahangnya dipasangkan baja berigi sehingga
benda kerja dapat dijepit dengan kuat. Rahang-rahang ragum digerakkan oleh
batang ulir yang dipasangkan pada rumah ulir. Apabila batang ulir
digerakkan/diputar searah jarum jam, maka rahang ragum akan menutup, tetapi
bila diputar berlawanan dengan arah jarum jam maka rahang ragum akan
membuka.
Gambar 1. Ragum
2.1.3 Penitik
Ditinjau dari segi fungsinya hanya ada dua jenis, yaitu penitik garis dan
penitik pusat/senter. Kedua jenis penitik tersebut sangat penting untuk melukis
dan menandai, sebab masing-masing mempunyai sifat-sifat tersendiri.
Gambar 2. Cara Menitik
melakukan pekerjaan akhir dalam pembuatan ulir dengan menggunakan tap. Pada
tap ini seluruh mata potongnya dapat melakukan pemotongan. Bentuk tap ini
adalah bagian pemotongannya mempunyai mata potong dan diameternya adalah
sama
Gambar 7. Pengetapan
2.1.8 Senay
Snay adalah alat untuk membuat ulir luar. Bentuk snei menyerupai mur
tetapi ulirnya merupakan mata potong. Gigi-gigi ulir setelah dibentuk kemudian
dikeraskan dan temper agar dia mampu melakukan pemotongan terhadap benda
kerja. Snei yang biasanya digunakan untuk pembuatan ulir adalah Snay pejal dan
Snay bercelah.
Snay pejal berbentuk segi enam atau bulat berfungsi untuk memudahkan
dalam penguliran awal. Maka pada snei jenis ini tidak seluruh mata potongnya
sama besar, tetapi sedikit tirus pada bagian mata pemotong awal. Dengan
demikian benda kerja dapat masuk ke dalam Snay sedikit mudah.
Snay Bercelah (split die) digunakan untuk pembuatan ulir luar. Snay ini
memiliki baut penyetel untuk mengatur ukuran diameter. Dengan demikian pada
waktu penguliran
pendahuluan diameternya diperbesar dan pada waktu finishing diameternya
dikembalikan pada ukuran standarnya.
Untuk membuat ulir dengan menggunakan Snay dibutuhkan alat bantu yaitu
pemegang Snay. Pada pemegeng Snay ini dilengkapi dengan baut-baut pengikat,
agar Snay tidak ikut berputar saat melakukan pemotongan/penguliran.
2.1.9 Kikir
Pemakaian kikir pada bengkel kerja bangku adalah untuk menyayat
permukaan bahan benda kerja sedikit demi sedikit, sehingga dapat dihasilkan
permukaan benda kerja yang halus. Bahan untuk membuat kikir adalah baja
karbon tinggi, di mana kandungan karbon pada baja jenis ini adalah kurang 0,7
sampai 0,8%. Untuk mendapatkan pisau potongnya maka permukaan kikir
dicacah dengan pisau yang keras dan tajam.
Berdasarkan bentuk fisiknya, kikir dibedakan menjadi dua macam, yaitu kikir
rata dan kikir instrumen. Kikir rata digunakan untuk mengikir benda yang
permukaannya rata, sedangkan kikir instrumen untuk pengikiran benda-benda
kerja yang kecil atau instrumen dari suatu peralatan.
Gambar 11. Kikir Rata dan Kikir Instrumen
Pada saat melakukan pengikiran banyak beram hasil pengikiran akan tertinggal
pada mata potong kikir atau pada gigi pemotong kikir yang menyebabkan gigi
pemotong kikir tidak dapat melakukan pemotongan bahan juga dapat merusak
gigi pemotong karena penumpukan beram sehingga proses pengikiran menjadi
tidak efektif. Maka setiap saat hendaknya beram-beram yang tertahan pada gigi-
gigi pemotong kikir selalu dibuang dengan menggunakan sikat kikir atau
peralatan khusus lainnya. Cara melakukan pembersihan tersebut dengan jalan
menyikat gigi-gigi kikir searah dengan alurnya dan pembersihan satu arah, agar
beram bisa terbuang dengan baik. Untuk kikir dengan mata ganda maka kedua
gigi pemotongnya harus dibersihkan secara bersama-sama. Apabila digunakan
sikat kikir maka pilihlah sikat kikir dengan bahan kuningan sehingga tidak akan
merusak gigi-gigi pemotong kikir.
Kikir hendaknya disimpan pada tempat yang kering atau tidak lembab dan jauh
dari tempat yang berminyak. Penempatan kikir tidak boleh ditumpuk artinya
mata-mata potong kikir tidak boleh bersinggungan satu dengan yang lainnya. Cara
penyimpanan kikir yang baik adalah dengan menyimpan secara sejajar dan
memberikan jarak antara kikir yang satu dengan yang lainnya. Cara lain dengan
menggantungkan kikir di dalam lemari alat.
Gambar 13. Cara Menyimpan Kikir
Ukuran jangka sorong ada beberapa macam, seperti jangka sorong dengan
panjang 150 mm, 175 mm, 250 mm, 300 mm (sistem metrik). Sedangkan untuk
mengukur ukuran benda kerja yang besar juga digunakan jangka dengan ukuran
panjang lebih dari 1 meter.
Keterangan gambar :
a. Rahang tetap
b. Rahang yang dapat digerakkan
c. Sensor untuk pengukuran bagian luar benda kerja
d. Sensor untuk pengukuran bagian dalam benda kerja
e. Skala utama
f. Skala vernier
g. Baut pengunci, digunakan apabila jangka sorong akan digunakan untuk
melakukan pengukuran benda kerja dengan ukuran sama dan dalam
jumlah yang banyak.
h. Batang pengukur kedalaman benda kerja
i. Penyetel, digunakan untuk menggeserkan bagian rahang vernier,
sehingga mencapai posisi tertentu sesuai dengan benda kerja yang akan
diukur.
Ketelitian dari jangka sorong bermacam-macam, yaitu ketelitian 0,1 mm
yang berarti pada skala noniusnya dibagi menjadi 10 bagian, di mana setiap
bagian berarti 0,1 mm, sedangkan pada skala utama setiap bagian berarti besarnya
1 mm. Untuk jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm, maka pada skala
noniusnya satu bagian pada skala utama dibagi menjadi 20 bagian, artinya setiap
bagian berharga 0,05 mm, serta jangka sorong dengan ketelitian 0,001 mm.
Mengukur sisi dalam suatu benda dengan cara memasukkan rahang bagian
atas ke dalam benda yang akan diukur. Untuk mengukur panjang suatu benda
dengan cara membuka rahang jangka sorong hingga ujung lancip menyentuh
dasar benda. Untuk mengukur kedalaman suatu benda dengan cara menempatkan
benda yang akan diukur kedalamannya pada tangkai ukur.
Mesin Bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong
benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda
kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian
dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu
putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong
relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
1. Membubut luar
2. Membubut dalam
3. Membubut tirus
4. Membuat Permukaan
5. Memotong
6. Membuat ulir
Pada gambar 17. dibawah ini dapat dilihat bentuk-bentuk benda kerja yang
dibuat oleh mesin bubut tersebut. Meskipun ada juga kemampuan-kemampuan
lain yang dapat dikerjakan oleh mesin tersebut.
πdn
V= 1000
Dimana :
V = kecepatan potong; m/menit
d = diameter benda kerja ;mm
n = putaran benda kerja; putaran/menit
Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diamater
benda kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter
benda kerja faktor bahan benda kerja dan bahan pahat sangat
menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu
proses bubut kecepatan
potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat. Harga
kecepatan potong sudah tertentu, misalnya untuk benda kerja Mild
Steel dengan pahat dari HSS, kecepatan potongnya antara 20
sampai 30 m/menit.
Gerak makan, f (feed) , adalah jarak yang ditempuh oleh
pahat setiap benda kerja berputar satu kali (lihat Gambar 9.),
sehingga satuan f adalah mm/putaran. Gerak makan ditentukan
berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat,
bentuk pahat,dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan.
Gerak makan biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan
kedalaman potong.
b. Spindel (spindle)
c. Eretan (carriage)
e. Alas (bed)
Head stock
Berada di bagian sisi kiri mesin bubut, yang berfungsi sebagai housing beberapa
bagian mesin antara lain spindel utama, chuck, gear train, tuas pengatur kecepatan
gear, dan feed controller.
Tail stock
Berada di bagian sisi kanan mesin bubut, yang berfungsi menopang ujung kerja
pada sisi kanan mesin saat proses operasi dijalankan. Sehingga getaran yang
dihasilkan selama operasi dapat diredam dengan baik.
Bed
Merupakan badan mesin bubut yang memiliki bentuk kuat dan kaku, serta
menjadi tempat dimana semua bagian mesin bubut dipasang. Fungsi utama bagian
ini adalah untuk menahan gaya yang dihasilkan selama operasi mesin. Oleh
karena itu, biasanya bed terbuat dari bahan khusus dan bermutu tinggi.
Carriage
Terletak diantara headstock dan tailstock yang mana dapat dipindahkan secara
manual. Carriage terdiri dari apron, sadel, composite support, cross slide, dan tool
holder.
Lead screw
Terletak di bawah feed rod dan berfungsi untuk menggerakkan carriage secara
otomatis selama threding.
Feed rod
Chip pan
Terletak di bagian bawah mesin dan memiliki fungsi mengumpulkan chip atau
material yang dihasilkan selama operasi mesin
Chuck
Merupakan bagian yang dibaut pada spindel headstock. Chuck memiliki fungsi
untuk menjepit benda kerja dan biasanya berputar dengan poros. Secara umum
ada dua jenis chuck, yaitu chuck tiga rahang dan empat rahang. Chuck tiga rahang
dapat bergerak bersamaan, sedangkan chuck empat rahang bergerak secara
independen.
Coolant
Merupakan bagian yang berfungsi untuk menjaga suhu mesin tetap stabil.
Main spindle
Hand wheel
Bagian ini dioperasikan secara manual untuk menggerakkan carriage, cross slide,
tailstock, dan bagian lainnya yang dibekali dengan hand wheel.
2.2.3 Membubut Tirus
Banyak digunakan untuk tangkai gurdi, collet (leher) pembubut dan center
10. Jalankan mesin dan kenakan ujung pahat sampai benda kerja
tersentuh.
20. Periksalah jarak ulir dengan mal ulir yang sesuai dengan jumlah
gangnya.
Catatan:
Agar sesuai dengan penggunaannya seperti kekerasan bahan, bentuk dan jenis
benda kerja, maka pahat bubut dibuat sedemikian rupa sehingga masing- masing
memiliki spesifikasi, seperti gambar 2.10 dibawah ini.
1. Pahat kiri
2. Pahat papan
4. Pahat potong
2.2.8 Geram
Perlu pemilihan variasi parameter yang tepat untuk menentukan bentuk dan
jenis geram (chips) yang diharapkan. Parameter pemotongan tersebut dapat
menjadi acuan untuk hasil dan jenis bentuk geram (chips) yang diharapkan pada
proses pembubutan. Bentuk geram (chips) yang diharapkan yaitu, geram tidak
mengganggu dan membahayakan pada saat proses pembubutan serta tidak ada
masalah dengan penangannya dan penempatannya.
Gambar II.7 Pengaruh Feed dan Kedalaman Pemakanan Terhadap Bentuk Geram
Kondisi dan sifat fisik material memiliki pengaruh langsung terhadap kemampuan
mesinnya. Beberapa faktor berikut menentukan kondisi dan kemampuan mesin
pada suatu material yaitu struktur mikro, ukuran butir, perlakuan panas, komposisi
kimia, fabrikasi, dan kekerasan bahan
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mampu mesin pada
material
Ukuran butir dan struktur logam merupakan salah satu indikator umum yang
menentukan kemampuan mesin suatu bahan. Baja dengan ukuran butir kasar
menunjukkan kemampuan mesin yang lebih baik daripada baja dengan butir yang
halus, karena butiran halus akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan pada
logam.
2. Komposisi Paduan yang Digunakan
Kondisi dan sifat fisik material memiliki pengaruh langsung terhadap kemampuan
mesinnya. Beberapa faktor berikut menentukan kondisi dan kemampuan mesin
pada suatu material yaitu struktur mikro, ukuran butir, perlakuan panas, komposisi
kimia, fabrikasi, dan kekerasan bahan.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mampu mesin pada
material
Ukuran butir dan struktur logam merupakan salah satu indikator umum yang
menentukan kemampuan mesin suatu bahan. Baja dengan ukuran butir kasar
menunjukkan kemampuan mesin yang lebih baik daripada baja dengan butir yang
halus, karena butiran halus akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan pada
logam.
Sebelum dilakuakn proses manufaktur lebih lanjut pada umumnya logam akan
dilakukan proses pembentukan logam dengan menggunakan beberapa proses
seperti cold rolled, hot rolled, forging, casting, cold drawn, dsb. Proses-proses
pembentukan logam tersebut mempengaruhi ukuran butir serta struktur pada
logam tersebut sehingga berpengaruh terhadap kemampuan mesin pada logam.
Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan potongnya (Cs) adalah:
Keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikalikan dengan putaran
(n). atau:
Cs = π.d.n Meter/menit.
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
n : putaran mesin/benda kerja
(putaran/menitRpm)
π : nilai konstanta = 3,14
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat
potongnya. Yang pada umumnya, bahan alat potong
dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida
(carbide). Pada tabel
tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya
karbida,
kecepatan potongnya lebih besar jika dibandingkan dengan alat
potong HSS
N = 1000 Cs RPM
П.d
\ Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong
(meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14
Kecepatan Pemakanan (Feed - F)
Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya: kekerasan
bahan,
kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat potong, bahan alat
potong,
ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan.
Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan
mesin dalam
mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal.
Disamping
beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada
umumnya
untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan
tinggi
karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu
pembubutan
lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/ finising
digunakan
kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan
kualitas hasil
penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu
pembubutan
lebih cepat). Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin
bubut ditentukan oleh seberapa besar bergesernya pahat bubut
(f) dalam satuan
mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran mesinnya (n)
dalam satuan
putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan (F)
adalah:
F = f x n (mm/menit).
Keterangan:
f= besar pemakanan atau bergesernya pahat ( mm/
putaran), n= putaran mesin (putaran/menit).
Proses frais dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini berdasarkan
jenis pisau, arah penyayatan, dan posisi relatif pisau terhadap benda kerja
1. Frais Periperal (Slab Milling)
Proses frais ini disebut juga slab milling, permukaan yang difrais dihasilkan oleh
gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat potongnya. Sumbu dari
putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan benda kerja
yang disayat.
Pada frais muka, pisau dipasang pada spindel yang memiliki sumbu putar tegak
lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses frais dihasilkan
dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pisau.
Pisau pada proses frais jari biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus
permukaan benda kerja. Pisau dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkan
permukaan menyudut. Gigi potong pada pisau terletak pada selubung pisau dan
ujung badan pisau.
1. Kolom (Column)
Kolom atau badan mesin merupakan penopang atau tempat kedudukan untuk
bagian-bagian mesin frais lainnya; seperti lengan, spindel, lutut, tuas-tuas, dan
merupakan rumah dari roda gigi-roda gigi transmisi, motor penggerak beserta
puli-pulinya.
2. Spindel
Spindel merupakan poros utama mesin yang berfungsi untuk memutarkan arbor
berserta pisau frais.
3. Arbor
Arbor adalah tempat kedudukan pisau frais. Pada bagian ujungnya berbentuk tirus
dan pada ujung lainnya berulir. Arbor dipasang pada spindel mesin; sehingga bila
spindel berputar maka arbor akan ikut berputar pula. Pada mesin frais mendatar,
arbor memiliki bentuk batang bulat yang sepanjang badannya terdapat alur pasak.
Over Arm pada mesin frais mendatar memiliki fungsi sebagai penyokong arbor.
Lengan ini ditempatkan pada bagian atas dari kolom atau badan mesin. Bagian
bawah lengan ini memiliki alur berbentuk ekor burung (dove tail) yang sesuai
dengan bentuk alur ekor burung pada kolom mesin dan penopang arbor (arbor
bracket).
Dengan demikian lengan mesin frais ini dapat digeserkan kedudukannya pada kolom
mesin dengan cara mengendorkan baut-baut pengikatnya. Dengan demikian lengan mesin
frais ini dapat digeserkan kedudukannya pada kolom mesin dengan cara mengendorkan
baut-baut pengikatnya.
Dengan demikian lengan mesin frais ini dapat digeserkan kedudukannya pada kolom
mesin dengan cara mengendorkan baut-baut pengikatnya.
5. Meja (Table)
Meja mesin frais merupakan tempat di mana benda kerja akan difrais. Penempatan
benda kerja pada meja dilakukan dengan menggunakan peralatan penjepit atau
penegang benda kerja seperti, ragum, klem, kepala pembagi dan kepala lepas
Dilihat dari konstruksinya, meja mesin frais mempunyai bentuk persegi panjang
dengan alur-alur T pada bagian permukaannya. Alur-alur T ini merupakan tempat
kedudukan baut-baut yang digunakan untuk mengikat ragum, klem, kepala
pembagi atau kepala lepas.
6. Sadel
Sadel atau dudukan meja merupakan tempat meja bertumpu. Pada bagian bawah
dari sadel terdapat alur berbentuk ekor burung yang dipasangkan secara pas
dengan alur ekor burung pada bagian atas lutut. Dengan demikian sadel dapat
digerakkan dalam arah melintang secara halus.
7. Lutut (Knee)
Lutut atau knee merupakan tempat kedudukan sadel; di mana lutut ini ditopang
oleh kolom mesin dan batang pengangkat. Lutut dapat digerakkan secara vertikal
naik atau turun dengan cara memutarkan engkolnya.
8. Alas (Bed)
Alas mesin merupakan bagian terbawah dari mesin dan tempat bertumpu
komponen-komponen utama mesin frais seperti kolom beserta lengan dan spindel,
lutut beserta sadel dan mejanya. Selain itu alas memiliki suatu rongga atau
ruangan yang merupakan tempat menampung cairan pendingin.
Pisau Rata
Helik
Pisau Sudut
a. Pisau sudut tunggal, b. Pisau
sudut ganda
b. End mill dengan mata potong jamak. Pisau ini mempunyai tiga,
empat,enam atau delapan sisi potong dan biasanya mempunyai
diameter diatas 2 “
c. Ball end mill. Pisau ini digunakan untuk pengefraisan fillet atau
alur dengan radius pada permukaannya, untuk alur bulat, lubang,
bentuk bola dan untuk semua pengerjaan bentuk bulat.
Pisau Muka
9. Keyseat Cutter
Pisau ini merupakan pisau khusus yang
digunakan untuk membuat keyseat untuk alur
woodruff. Pisau ini sesuai untuk semua ukuran alur
woodruff. Ukuran diameter pisau ini antara ¼ “ sampai 1 ½ “
Menentukan cutter.
Cutter mesin frais baik horisontal maupun
vertical banyak sekali
jenisnya antara lain :
a) Cutter mantel
Cutter jenis ini dipakai untuk mesin frais
horizontal.
Cutter mantel
c) Cutter modul
Cutter ini dalam satu set terdapat 8 buah. Cutter ini dipakai
untuk membuat roda-roda gigi.
Cutter modul
f) Cutter alur T.
Alat ini hanya digunakan untuk untuk membuat alur berbentuk
“T” seperti halnya pada meja mesin frais
Cutter alur “T”
h) Cutter endmill
Ukuran cutter ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai
ukuran besar. Cutter ini biasanya dipakai untuk membuat alur
pasak dan ini hanya dapat dipasang pada mesin frais vertical.
Cutter Endmill
Kepala Pembagi
Rangkuman
1) Alat cekam pada mesin freis terdiri dari:
a) Batang-batang cekam
b) Ragum dengan pembatas
c) Blok bertingkat
2.4 Pengelasan
Mesin las AC adalah jenis mesin las yang menggunakan transformator (trafo)
sebagai sumber nyala pada busur listriknya. Secara teknis nya jenis mesin las
listrik ini menggunakan trafo sebagai media. Untuk merubah arus listrik yang
diterimanya. Menjadi arus listrik bolak-balik. Atau biasa disebut dengan arus AC.
Dikarnakan arus listrik AC dari PLN memiliki tegangan yang tinggi.
Dibandingkan dengan kebutuhan pengelasan yg berkisar antara 55 Volt sampai 85
Volt. Maka membutuhkan trafo penurun tegangan.
Dalam kinerjanya trafo akan berfungsi mengubah tegangan arus listrik. Yang
biasanya masuk lebih tinggi dari kebutuhan. Menjadi tegangan yang sesuai. Dan
bisa digunakan pada mesin las itu sendiri. Untuk memaksimalkan kinerjanya.
Biasanya jenis trafo las ini menggunakan daya yang cukup besar. Disebabkan oleh
tingginya kebutuhan daya listrik yang digunakan. Untuk mencairkan logam dan
elektroda di dalam proses pengelasan.
Kelebihan dari mesin las arus bolak balik (AC), antara lain:
Komponen perlengkapan pada mesin las listrik AC terbilang lebih murah. Karna
itu menyebabkan harga unitnya pun lebih murah dipasaran. Dan perawatan relatif
lebih murah.
Jenis mesin las ini tidak masalah jika posisi untuk pemasangan stang las elektroda
( + ) dan stang massa ( – ) tertukar sekalipun. Dikarnakan tidak berpengaruh
dengan hasil kerja.
3. Nyala Busur Listrik Kecil
Nyala busur listik di mesin las listrik AC ini terbilang kecil. Sehingga bisa
mengurangi terjadinya keropos pada bagian rigi-rigi las. Membuat hasil lasan
lebih kuat.
Kekurangan dari mesin las arus bolak balik (AC), antara lain:
Media pengelasan pada mesin las listrik AC. Tidak bisa digunakan untuk semua
jenis logam. Ada keterbatasan pengelasan. Untuk medianya itu sendiri.
Jenis elektroda yang dipakai dalam pengelasan. Pada mesin las listrik AC
sangatlah terbatas. Jadi tidak semua jenis elektroda bisa dipakai untuk jenis las
listrik ini.
3.Kurang Stabil
Nyala busur listrik pada mesin las listrik AC ini kurang stabil. Atau berfluktuasi
akibat arus listrik ditempat tidak stabil. Sehingga membuat arus las nya turun
naik.
Mesin las jenis AC paling sering dipakai untuk pengelasan SMAW (shielded
metal arc welding) dan GTAW (gas tungsten arc welding). Pada umumnya untuk
mesin las jenis ini. Media yang digunakan yaitu alumunium dan stainless steel.
MESIN LAS LISTRIK ARUS PARALEL (DC)
Mesin las DC adalah jenis las listrik yang menggunakan arus paralel untuk
menghasilkan daya. Pada umumnya berasal dari sebuah dinamo motor listrik yang
searah. Dinamo ini dapat digerakan oleh motor diesel, motor listrik, motor bensin
dan lain-lain. Jenis mesin las listrik ini memerlukan suatu alat yang berfungsi.
Untuk merubah arus menjadi arus paralel yang dapat digunakan. Sebagai
penyearah arus (rectifier).
Jenis mesin las listrik ini mempunyai 2 polaritas yang berguna. Untuk
menyesuaikan kedalaman pengelasan. Terhadap ketebalan benda kerja.
Penempatan polaritas tersebut antara lain sebagai berikut:
Tang las berada di polaritas (-) dan untuk tang massa berada di polaritas (+). Jika
seperti ini 2/3 panas berada pada base metal biasa digunakan untuk pengelasan
root dan plat tebal diatas 8mm. Berfungsi agar penetrasi dapat dimaksimalkan,
karena panas lebih besar ada di media kerja dan lebih mudah tergerus.
DCEP (Direct Current Elektroda Positif)
Tang las berada di polaritas (+) dan untuk tang massa berada di polaritas (-). Jika
seperti ini 2/3 panas berada pada elektroda. Biasa digunakan untuk pengelasan
filler, capping dan juga dapat digunakan untuk pengelasan plat tipis. Dengan
tujuan menghindari panas yang berlebih. Juga dapat mengakibatkan plat menjadi
bolong.
Mesin las arus paralel (DC) nyala busur listrik lebih stabil di bandingkan dengan
mesin las arus bolak-balik (AC). Dan pekerjaan pun jadi lebih maksimal. Juga
tentunya bisa diandalkan.
Mesin las ini bisa dipakai mengelas plat-plat yang tipis. Dikarnakan nyala
busurnya stabil. Maka membuat jenis mesin las ini. Banyak dipakai oleh welder
yang sering mengelas plat yang tipis.
4.Mudah Digunakan
Untuk mesin las arus paralel ini banyak sekali peminatnya. Karna sangat mudah
digunakan dan lebih fleksible. Sehingga banyak yang memakai mesin las jenis ini.
5.Tidak Berisik
Pada umumnya pada jenis mesin las lainnya terbilang cukup berisik saat
digunakan. Berbeda dengan jenis mesin las DC ini. Karena suaranya tidak terlalu
bising atau berisik.
Polaritas Berbeda-beda
Untuk jenis mesin las ini memiliki polaritas yang berbeda. Sehingga tidak bisa
digunakan pada kutub sembarangan. Karna bisa mempengaruhi hasil las.
Pada umumnya mesin las jenis DC ini. Media yang digunakan yaitu besi, baja,
dan stainless steel. Untuk tebal atau tipis media yang akan di las dapat disesuaikan
dengan pengaturan besar ampere.
MESIN LAS LISTRIK GANDA (AC-DC)
Mesin las ACDC adalah mesin las listrik ganda. Tipe mesin las ini pastinya sudah
bisa digunakan dengan dua arus yang berbeda sekaligus. Sesuai dengan namanya
jadi bisa di fungsikan menjadi mesin las arus searah dan mesin las arus bolak-
balik. Karna mesin las listrik ganda sendiri sudah dilengkapi dengan transformator
(trafo) satu frasa dan juga sebuah alat perata dalam satu unit mesin. Tentunya
membuat mesin ini bekerja dalam dua sistem.
Pada arus bolak-balik mesin ini diambil dari lilitan sekunder. Pada trafo las yang
menggunakan regulator arus di dalam unit mesinnya. Sedangkan pada arus searah
diambil. Dari unit perata arus yang terpasang di dalam unitnya. Untuk saat ini
sudah banyak terdapat model digital pada mesin las listrik ganda yang tentunya.
Lebih memudahkan kalian dalam mode pengaturannya.
Mesin las ganda (AC DC) merupakan tipe yang umum diterapkan. Pada arus
paralel (DC) dan arus bolak balik (AC). Mesin las jenis ini sering digunakan.
Untuk bengkel-bengkel yang mempunyai jenis pekerjaan yang bervariasi,
sehingga tidak perlu mengganti mesin las untuk pengelasan yang berbeda.
Mesin las listrik ganda ini pastinya mempermudah kalian. Dalam pekerjaan yang
banyak sekalipun. Karena hanya butuh satu mesin untuk semua jenis lasan.
Mesin las listrik ini memiliki kemampuan ganda. Sebagaimana yang dimiliki
mesin las arus paralel ataupun mesin las arus bolak-balik. Jadi tinggal diatur untuk
memakai yang mana.
4.Multi Media
Salah satu keuntungan dari mesin las ACDC ini. Dapat digunakan untuk berbagai
macam media las, yaitu seperti: besi, stainless steel, alumunium, dan lain-lain.
5.Heavy Duty
Untuk jenis mesin las ganda/AC-DC ini memiliki berbagai kelebihan. Selain bisa
mengelas logam yang tebal dan keras. Juga bisa dipakai dalam tugas berat
sekalipun.
Untuk jenis mesin las ganda ini. Tentunya menggabungkan dua komponen. Mesin
arus bolak-balik (AC) dan arus searah (DC). Membuat beban mesin las jelas lebih
berat.
Jenis Pertama adalah pengelasan MIG (Metal Inert Gas) atau yang disebut juga
dengan pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding) adalah salah satu jenis
pengelasan yang menggunakan gas sebagai proteksi terhadap udara. Proses
pengelasan ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik ke antara elektroda
dan logam yang akan disambung, sehingga terjadi proses pengelasan.
Selain itu, pengelasan MIG juga dapat dilakukan pada bahan logam yang
memiliki ketebalan yang lebih tebal. Namun, jika Anda menggunakan pengelasan
MIG pada bahan logam yang tebal, proses pengelasannya akan lebih lama dan
memerlukan peralatan yang lebih besar.
Jenis selanjutnya adalah pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) atau yang disebut
juga dengan pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) adalah jenis
pengelasan yang menggunakan tungsten sebagai elektrode dan gas sebagai
proteksi terhadap udara. Proses pengelasan ini dilakukan dengan cara mengalirkan
arus listrik ke antara elektroda dan logam yang akan disambung, sehingga terjadi
proses pengelasan.
Gas yang digunakan dalam proses pengelasan TIG biasanya adalah gas inert
seperti Argon atau Helium, yang bertujuan untuk melindungi zona las dari udara
luar selama proses pengelasan. Pengelasan TIG sangat cocok untuk mengelas
bahan logam yang memiliki ketebalan yang tipis, seperti pada pembuatan karoseri
mobil atau pesawat terbang.
Jenis pengelasan ketiga adalah pengelasan stick atau yang disebut juga dengan
pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Shielded Metal Arc Welding
adalah jenis pengelasan yang menggunakan elektrode las yang terbuat dari bahan
logam dan memiliki lapisan pengisolasi. Proses pengelasan jenis ini dilakukan
dengan cara mengalirkan arus listrik ke antara elektroda dan logam yang akan
disambung, sehingga terjadi proses pengelasan.
Ada lima jenis sambungan las utama, yang dibuat untuk menahan kebutuhan dan
gaya dari aplikasi yang berbeda. Masing-masing dari kelima jenis tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi proyek.
Desain sambungan setiap bagian memengaruhi kualitas dan biaya dari las
tersebut. Memilih desain sambungan yang paling sesuai untuk pekerjaan las
memerlukan perhatian dan keahlian khusus.
Sambungan las menurut AWS A3.0 terbagi menjadi 5 jenis sambungan, berikut ini
penjelasannya:
1. Butt Joint
Sambungan las butt joint adalah jenis sambungan di mana dua bagian logam yang
akan disambungkan diletakkan secara berdampingan pada satu bidang. Jenis ini
merupakan jenis sambungan las yang paling sederhana untuk disatukan.
Ada beberapa jenis kampuh yang dapat digunakan, seperti square, single bevel,
double bevel, single J, double J, single V, double V, single U, double U grooves.
2. Tee Joint
Sambungan las T (Tee joint) adalah jenis sambungan las yang memiliki bentuk
seperti huruf T. Sambungan las ini sering digunakan dalam berbagai konstruksi,
seperti konveyor, atap, dan lainnya.
Sambungan ini terbentuk dengan memotong dua bagian logam pada sudut 90
derajat, di mana salah satu bagian terletak di tengah secara tegak lurus dan
membentuk huruf T.
Sambungan Tee biasanya tidak dipersiapkan dengan groove, kecuali jika logam
dasarnya tebal dan pengelasan di kedua sisi tidak dapat menahan beban yang
harus didukung oleh sambungan.
Cacat yang umum terjadi pada sambungan Tee adalah terkikis lamella - yang
terjadi karena keterbatasan yang dialami oleh sambungan. Untuk mencegah ini,
pengelas sering menempatkan stopper untuk mencegah deformitas sambungan.
3. Corner Joint
Sambungan las sudut (corner joint) adalah jenis sambungan di mana dua bagian
logam yang akan disambungkan membentuk sudut. Corner joint ini mirip dengan
sambungan T, tetapi bagian-bagian yang disambung adalah ujung-ujungnya.
Ada dua jenis sambungan las sudut, yaitu sambungan sudut tertutup (close corner
joint) dan sambungan sudut terbuka (open corner joint). Pada sambungan sudut
tertutup, material pertama ditumpuk di atas material kedua, sedangkan pada
sambungan sudut terbuka, bagian-bagian yang disambung bertemu pada
ujungnya.
4. Lap Joint
Sambungan las lapis (lap joint) adalah jenis sambungan di mana dua bagian logam
yang akan disambungkan ditumpuk satu di atas yang lain. Lap joint biasanya
digunakan untuk menyambung bagian-bagian yang memiliki ketebalan yang
berbeda, misalnya ketika menyambung bagian tipis ke bagian sedikit lebih tebal.
Sambungan Lap jarang digunakan pada material yang lebih tebal, dan biasanya
digunakan untuk logam lembaran. Kerugian potensial dari jenis sambungan las ini
termasuk terkikis lamella atau korosi karena adanya bagian-bagian yang tumpang
tindih. Namun, hal ini dapat dicegah dengan menggunakan teknik yang benar dan
mengubah variabel sesuai kebutuhan.
Jenis ini sering digunakan untuk pengelasan spot atau seam, terutama pada bagian
body kereta dan pada plat-plat tipis. Jika menggunakan proses las SMAW,
GMAW, atau FCAW, teknik pengelasannya sama dengan pengelasan fillet.
5. Edge Joint
Sambungan sisi (edge joint) adalah jenis sambungan di mana dua bagian logam
yang akan disambungkan diletakkan secara sejajar satu sama lain dengan ujung-
ujungnya pada tingkat yang sama.
Jenis sambungan ini lebih rentan terhadap korosi karena adanya bagian-bagian
yang tumpang tindih. Pengelas harus memperhatikan cacat lain seperti inklusi
slag, kekurangan fusi, dan porositas, yang juga dapat terjadi.
F7A2-EM12K
F: Mengindikasikan Fluks
7: 70-95 KSI kekuatan tari minimum
A: Sebagai las lasan, jika P: Post Weld Heat treatment
2: Minimum kekuatan impact 20 ft-lbs pada 20 derajat F
E: Mengindikasikan Elektroda
M: Medium Manganese per AWS Spefisications
12: 0,12% Kandungan karbon dalam elektroda
K: Produced from a heat of aluminium killed steel
iv
2.4.6 Posisi Pengelasan
Posisi-posisi dalam pengelasan terdiri dari :
Posisi di bawah tangan (down hand position). Posisi dalam pengelasan ini
adalah posisi yang paling mudah dilakukan.
Posisi mendatar (horizontal position)
Posisi tegak (vertical position)
Posisi di atas kepala (over head position).
1. Posisi 1F/PA
Pengelasan sabungan fillet pelat dengan pelat, dengan arah elektroda/kawat las
menghadap kebawah.
2. Posisi 1G Plat/PA
1G pelat merupakan pengelasan butt joint pelat dengan pelat dengan arah
elektroda/busur listrik menghadap kebawah. Untuk mengelas dengan posisi 1G,
dimulai dari pembuatan root, kemudian membuat lapisan pengisian dan terakhir
lapisan penutup/capping.
3. Posisi 1G Pipa/PA
Posisi 1G pipa adalah pengelasan joint atau sambungan pipa dengan pipa, arah
dan gerakan busur listrik menghadap kebawah dan seiring berjalannya pengelasan
maka pipa juga diputar untuk menjaga agar arah elektroda tetap menghadap
kebawah.
Untuk posisi datar 1G ini juru las / tukang las tetap pada tempatnya, yang berputar
adalah material pipa yang akan disambung. Berlaku untuk semua proses baik itu
las OAW , SMAW,GMAW hingga GTAW.
4. Posisi 1FR/PA
Pengelasan pelat dan pipa dengan arah kawat las elektroda menghadap kebawah,
seiring berjalannya pengelasan maka benda kerja diputar untuk menjaga agar arah
elektroda tetap menghadap kebawah selama pengelasan.
Tidak hanya pengelasan SMAW saja, disemua jenis pengelasan juga harus
memperhatikan jenis ayunan, ayunan atau dalam istilah pengelasan disebut
weaving ini berguna untuk mengatur cairan yang meleleh agar tidak longsor
mengikuti gravitasi.
Lebih jelasnya dibawah ini gambar untuk semua pengelasan posisi horizontal
beserta penjelasannya.
Gambar posisi pengelasan 2F, 2F pipa, 2FR pipa, 2G pelat, 2G pipa
1. Posisi 2F/PB
2. Posisi 2F Pipa/PB
Pengelasan sambungan antara pipa dan pelat dengan arah elektroda pengelasan
menghadap ke depan/mendatar.
Posisi benda kerja lihat pada gambar diatas, pengelasan sambungan pelat dengan
pipa dan arah elektroda menghadap kedepan mendatar, seiring berjalannya
pengelasan benda kerja diputar hingga seluruh jalur lasan tertutup.
4. Posisi 2G Plat/PC
Pengelasan sambungan tumpul butt joint plat dengan plat dengan posisi
peletakkan benda kerja lihat pada gambar diatas. Untuk proses pengelasannya
dimulai dari pembuatan root, pengisian dan penutup. Khusus untuk las SMAW,
pada proses pembuatan root harus menggunaka kawat elektroda yang di desain
untuk pembuatan root.
5. Posisi 2G Pipa/PC
Pengelasan butt joint sambungan horizontal pipa dengan pipa, disini material
(pipa) tidak diputar, tetapi welder yang bergerak mengikuti jalur lasan.
Pengelasan posisi vertikal menurut standar ASME dikenal dengan kode 3. Ini
mencakup untuk semua sambungan las mulai dari sambungan sudut, sambungan
fillet dan butt joint.
Ada sedikit perbedaan dengan standar ISO, perbedaannya adalah pada arah
pergerakan pengelasannya. Jika arah las dari bawah ke atas dinamakan PF.
Sedangkan jika arah pengelasannya dari atas ke bawah dinamakan PG.
Sedikit Tips agar hasil pengelasan diposisi vertikal memenuhi standart adalah
dengan mengatur cairan logam cair dari busur listrik. Penggunaan jenis ayunan
harus sesuai untuk mengatur agar cairan tidak turun kebawah mengikuti gravitasi.
Dibawah ini adalah gambar dan penjelasan posisi pengelasan vertikal:
1. Posisi 3F Uphill/PF
2. Posisi 3F Downhill/PG
Sedangkan 3F Downhill merupakan posisi proses las plat dengan plat, dengan
arah elektroda menghadap kedepan dan jalur pengelasannya dari atas ke bawah.
3. Posisi 3G Uphill/PF
Merupakan bentuk sambungan tumpul butt joint, proses las penyambungan plat
dengan plat, dengan arah elektroda kedepan dan jalur pengelasannya dari bawah
ke atas.
4. Posisi 3G Downhill/PG
Pengelasan posisi di atas kepala dikenal dengan pengelasan posisi 4 pada standart
kode ASME. Untuk standar ISO jika yang dilakukan adalah pengelasan Fillet 4F
maka disebut posisi PD. Sedangkan jika yang dilakukan itu pengelasan butt joint
4G maka disebut PE.
Berikut ini adalah gambar dan penjelasan posisi tegak di atas kepala :
G
ambar posisi pengelasan 4, 4G pelat dan 4F pipa
1. Posisi 4F/PD
Posisi 4F merupakan bentuk sambungan fillet plat dengan plat, dengan arah
elektroda las / busur listrik menghadap ke atas.
2. Posisi 4F Pipa/PD
4F Pipa merupakan las fillet, penyambungan plat dengan pipa, dengan arah
elektroda las menghadap ke atas.
3. Posisi 4G Plate/PE
1. Posisi 5G Downhill/PJ
Pengelasan butt joint sambungan pipa dengan pipa dengan peletakkan lurus.
Untuk downhill maksutnya adalah pengerjaan jalur las dilakukan pengelasan dari
atas arah jam 12 ke jam 6.
2. Posisi 5G Uphill/PH
3. Posisi 6G Uphill/H-LO45
Posisi 6G termasuk dalam butt joint, sambungan pipa dengan pipa yang
diletakkan miring dengan sudut 45 derajat. Uphill maksutnya adalah arah
pengelasannya dari bawah ke atas.
4. Posisi 6G Downhill/J-LO45
Cacat pengerukan
Cacat las yang terlalu melebar
B. Porositas
Cacat porositas
D. Incluisi slag
Penyebab terjadinya inclusi slag adalah sebagai berikut:
a. Kecepatan gerak electrode yang tidak tepat
b. Sudut electrode yang kurang tepat
c. Sudut bevel kekecilan
F. Retak manik
Penyebab retak manik adalah sebagai berikut:
a. Penahan terlalu kuat
b. Electrode menyerap uap
c. Terlalu banyak unsur paduan dalam logam induk
d. Pendinginan terlalu cepat
e. Terlalu banyak belerang dalam logam induk
f. Terdapat oksigen dan hydrogen
g. Terdapat pasir atau debu pada daerah logam
H. Incomplete Fusion
3.2 Penjelasan
Flowchart ................................................................
3.2.1 Mulai.............................................................................
3.2.2 A...................................................................................
3.2.3 B...................................................................................
3.2.4 C...................................................................................
3.2.5 D...................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan...............................................................................
4.2
Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
https://www.klopmart.com/article/detail/jenis-jenis-pengelasan
https://eprints.uny.ac.id/52508/84/76866500-Macam-Macam-Cacat-Las-
Welding-Defects.pdf
https://www.pengelasan.net/kode-kawat-las/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310886/pendidikan/(PPt)
+Materi+3.+Proses+Kerja+Freis+(Milling).pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569341/pendidikan/cnc-memasang-
cekam-dan-benda-kerja-pada-mesin-frais-cnc.pdf
https://eprints.uny.ac.id/46904/2/Materi%201.pdf
https://jayapresisiengineering.wordpress.com/2019/08/27/mengenal-proses-
frais-7-0/
https://kursuscnc.com/bagian-bagian-mesin-frais/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569341/pendidikan/proses-frais-
material-dan-jenis-pisau-frais.pdf
https://www.niagamas.com/welding/jenis-mesin-las-listrik/
https://www.klopmart.com/article/detail/jenis-jenis-sambungan-las
https://digilib.polban.ac.id/files/disk1/72/jbptppolban-gdl-ridwanthor-3556-3-
bab2--5.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569341/pendidikan/teori-pemesinan-
dasar-proses-bubut-turning.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/3796/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y