PROSES PRODUKSI 1
Disusun Oleh
Nama : I Gusti Made Aditya Chandra
NPM : 22419860
Kelas : 1IC01
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia
dan rahmat-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan
akhir praktikum proses produksi.
Saya menyadari, bahwa tugas ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Saya berterima kasih kepada
semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penyelesaian
tugas produksi ini. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. E.S. Margianti SE., MM. selaku rektor Universitas
Gunadarma.
2. Prof. Dr. Bambang Suryawan, MT. selaku dekan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Gunadarma.
3. Dr. RR. Sri Poernomo Sari ST., MT. selaku Ketua jurusan Teknik
Mesin Universitas Gunadarma.
4. Dr. Ridwan ST., MT. Selaku Kordinator Laboratorium Teknik Mesin
Dasar Universitas Gunadarma.
5. Christofel Djarot Yudaputranto ST., MT. Selaku Kepala Laboratorium
Teknik Mesin Dasar Universitas Gunadarma.
6. Ahmad Risa Harfid ST., MT. selaku wakil Kepala Laboratorium Teknik
Mesin Dasar Universitas Gunadarma.
7. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan moril dan material.
8. Para Asisten dan Penanggug Jawab Laboratorium Teknik Mesin Dasar
Universitas Gunadarma.
9. Teman-teman 1IC01 yang memberi dukungan dan bersama-sama
menyelesaikan tugas proses produksi ini.
i
Laporan Proses Produksi ini membahas proses pembuatan sebuah Palu
disertai Ulirnya berbahan dasar Alumunium. Diharapkan dengan hadirnya
Laporan Akhir Proses Produksi inidapat memberikan gambaran tentang sebuah
ilmu yang mengulas tentang cara-cara melakukan sebuah proses hingga
menghasilkan produk dengan menggunakan mesin-mesin produksi.
Demikianlah tugas proses produksi saya selesaikan. Kritik dan saran
sangatlah saya harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga tugas ini menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan.................................................................. 2
1.5 Sistematik Penulisan.............................................................. 3
iii
2.2 Mesin Frais............................................................................ 27
2.2.1 Pengertian..................................................................... 27
2.2.2 Bagian-bagian Mesin Frais........................................... 29
2.2.3 Kecepatan Potong Dan Pemakanan.............................. 31
2.2.4 Bagian- bagian Mesin Frais Dan Kegunaan................. 31
2.2.5 Macam- Macam Pisau Frais......................................... 33
2.2.6 Penggunaan Kepala Pembagi (Dividing Head)............ 34
2.2.7 Cara Kerja Kepala Pembagi......................................... 34
2.2.8 Melepaskan Piring Pembagi......................................... 36
2.2.9 Memasang Benda Kerja Pada Kepala Pembagi........... 36
2.2.10 Memasang Benda Kerja Pada Penjepit Univesal....... 37
2.2.11 Cara Menghitung Roda Gigi...................................... 38
2.3 Mesin Bor.............................................................................. 40
2.3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor.................................... 40
2.3.2 Jenis- jenis Mesin Bor................................................. 40
2.3.3 Bagian-bagian Mesin Bor............................................. 42
2.3.4 Pemegang Dan Penjepit Benda Kerja........................... 42
2.3.5 Jenis-jenis Mata Bor..................................................... 43
2.3.6 Mata Pemotong............................................................. 43
2.3.7 Kecepatan Potong Pengeboran..................................... 44
2.3.8 Pemakanan Pengeboran................................................ 46
2.4 Kerja Bangku......................................................................... 47
2.4.1 Pengertian..................................................................... 47
2.4.2 Ragum........................................................................... 50
2.4.3 Langkah-langkah Mengetap Ulir.................................. 51
2.4.4 Memeriksa Kelurusan Tap........................................... 52
2.5 Snai....................................................................................... 55
iv
BAB III PROSES KERJA
3.1 Flowchart Kepala Palu.......................................................... 58
3.2 Penjelasan Flowchart Kepala Palu........................................ 61
3.3 Flowchart Tangkai Palu........................................................ 64
3.4 Penjelasan Flowchart Tangkai Palu....................................... 66
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................ 69
4.2 Saran....................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.27 Bentuk-bentuk Hasil Frais.................................................... 28
Gambar 2.28 Bagian-bagian Mesin Frais/Milling...................................... 30
Gambar 2.29 Mesin Frais........................................................................... 32
Gambar 2.30 Mata Pisau Frais................................................................... 33
Gambar 2.31 Bagian dan Kepala Pembagi................................................. 35
Gambar 2.32 Cara Melepaskan Piringan Pembagi..................................... 36
Gambar 2.33 Cara Memasang Benda Kerja Kepala Pembagi................... 37
Gambar 2.34 Pemasangan Bneda Kerja pada Cekam Universal................ 37
Gambar 2.35 Roda...................................................................................... 38
Gambar 2.36 Mesin Bor............................................................................. 40
Gambar 2.37 Tap........................................................................................ 48
Gambar 2.38 Pemegang Tap...................................................................... 49
Gambar 2.39 Memilih Tap yang Tepat...................................................... 51
Gambar 2.40 Awal Pengetap...................................................................... 51
Gambar 2.41 Memeriksa Kelurusan Tap.................................................... 52
Gambar 2.42 Menyiku Tap......................................................................... 53
Gambar 2.43 Meneruskan Pengetapan....................................................... 53
Gambar 2.44 Membebaskan Kemacetan Pemutaran.................................. 53
Gambar 2.45 Pembuatan Baut.................................................................... 54
Gambar 2.46 Pembubutan.......................................................................... 54
Gambar 2.47 Menbuat Ujung Benda Siku................................................. 55
Gambar 2.48 Jepit Benda Kerja pada Ragum............................................ 55
Gambar 2.49 Menchamper Ujung Benda Kerja......................................... 56
Gambar 2.50 Memulai Pengulian............................................................... 56
Gambar 2.51 Pemeriksaan Siku dengan Pengamatan................................ 57
Gambar 2.52 Penguliran............................................................................. 57
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan Pendahuluan
2. Kartu Rencana Study (KRS)
3. Kartu Praktikum
4. Gambar Kepala Palu
5. Gambar Tangkai Palu
6. Lembar Revisi
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mesin perkakas bisa juga di gerakan oleh manusia bila dirancang dengan
tepat. Para ahli sejarah teknologi berpendapat bahwa mesin perkakas
sesungguhnya lahir ketika keterlibatan manusia dihilangkan dalam proses
pembentukan atau proses pengecapan dari berbagai macam peralatan. Mesin
bubut pertama dengan kontrol mekanis langsung terhadap alat potongnya adalah
sebuah bubut potong ulir pada tahun 1483. Mesin bubut ini membentuk aliran ulir
pada kayu.Mesin perkakas pertama yang dijual untuk umum diciptakan oleh
Matthew Murray di England sekitar tahun 1800.
1.3 Tujuan
Metode yang dipakai pada penulisan pada laporang akhir ini adalah:
1. Metode Pustaka
Penulisan ini juga didapatkan pada saat praktikum yang dilakukan dan
dianalisa pada saat proses kerja sehingga didapatkan penulisan ini.
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Prinsip kerja mesin bubut adalah benda kerja yang berputar,
sedangkan pisau bubut bergerak memanjang dan melintang. Dari kerja ini
dihasilkan sayatan dan benda kerja yang umumnya simetris.
Pekerjaan-pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh mesin bubut antara
lain:
1. Membubut luar
2. Membubut dalam
3. Membubut tirus
4. Membubut permukaan
5. Memotong
6. Membuat ulir
Pada gambar 1 dapat dilihat bentuk-bentuk benda kerja yang dibuat oleh
mesin bubut tersebut. Meskipun ada juga kemampuan-kemampuan lain
yang dapat dikerjakan oleh mesin tersebut.
5
D−d
Tangen =
2p
Dimana :
D = diameter besar
d = diameter kecil
p = panjang tirus
Setelah diketahui Tg , maka besarnya sudut x dilihat pada daftar berikut ini:
Tabel 2.1 Pembuatan Sudut Tirus
X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg
1 20 11 194 21 383 31 600 41 869 51 1234 61 1804 71 2904 81 6313
2 38 12 212 22 404 32 624 42 900 52 1279 62 1880 72 3077 82 7115
3 52i 13 230 23 424 33 649 43 932 53 1327 63 1962 73 3270 83 8114
4 70 14 249 24 445 34 674 44 965 54 1378 64 2050 74 3487 84 9814
5 87 15 267 25 466 35 700 45 1000 55 1428 65 2144 75 4010 85 1143
6 105 16 286 26 487 36 726 46 1035 56 1482 66 2246 76 4331 86 1430
7 122 17 305 27 509 37 753 47 1072 57 1540 67 2355 77 4704 87 J 908
8 140 18 324 28 531 38 781 48 1110 58 1600 68 2475 78 5144 88 2863
9 158 19 344 29 554 39 809 49 7750 59 1664 69 2605 79 5144 89 5729
10 178 20 364 30 577 40 839 50 1191 60 1732 70 2747 80 5671 90
Keterangan :
Angka Tg di dalam table untuk :
X no 1 - 84 dalam per 1000 (/1000)
X no 85 - 89 dalam per 100 (/100)
Menggeser kepala lepas bagian atas secara melintang, hanya untuk
tirus luar dengan sudut kecil dapat dilakukan dengan otomatis, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P.D − d
X=
2p
Dimana:
P = panjang seluruh kerjaan
p = panjang tirus
D = diameter besar
d = diameter kecil
X = penggeseran dari kepala lepas
9
Catatan :
Dengan memajukan pahat ulir oleh eretan lintang, maka
mengurangi gesekan pahat.Untuk penghalusan pembuatan ulir, eretan
lintang kita gerakan cukup dengan menambah 1 garis dari cincin pembagi
darikedudukan semula dan eretan atas tidak dirubah kedudukannya,
sehingga penyayatan seluruh bidang dari ulir mendapat gesekan yang kecil.
Lakukan hal ini 2 sampai 3 kali dengan menambah penyayatan sehingga
hasil dari ulir akan bagus. Setiap memulai pembubutan harus
menggunakan lonceng (thread dial) yaitu pada saat akanmemulai
pembubutan, jarum dengan angka yang telah ditentukan harus tepat
bertemu, langsung handle otomatis dijalankan, bila sampai ulir, handle
dilepas.
12
4 Cs
n=
D
Dimana:
Cs = Kecepatan potong, dapat dilihat dalam tabel (ft/men)
D = Diameter bahan dalan inchi
n = Putaran mesin (rpm)
14
1000 x Cs
n=
II.D
Dimana :
n = Putaran mesin (rpm)
Cs = Kecepatan potong (m/menit)
D = Diameter benda kerja dalam meter
Tabel 2.2 Penyayatan Kecepatan Potong Cs Dalam Feet/menit Untuk Cutter H.S.S
Bahan yang Untuk pekerjaan Untuk memotong Bahan pendingin
digunakan Bor Bubut Skrap Frais Kasar Halus Ulir yang digunakan
Mild steel 80 100 65 100 90 100 35 Soluble oil
Hc steel 40 50 40 80 70 90 30 Soluble oil
Cast iron 50 50 40 80 60 80 25 Tanpa coolant
Stainles steel 65 65 50 90 80 95 30 Soluble oil
Brass 160 190 100 300 150 200 50 Tanpa coolant
Capper 180 100 100 300 180 250 50 Terpenting/korosin
Bronze 65 65 50 100 30 100 25
Alumunium 100 330 130 500 200 300 50 -
Zink 100 130 100 260 150 200 45
Plastic 160 160 180 200 140 200 40
Tol steel 30 50 30 50 50 75 20 Soluble oil
15
b. Chip continous
Bentuk geram nya panjang dan liat. Geram ini terjadi saat mengerjakan
logam yang liat atau ulet, seperti low carbon steel, copper, aluminium,
dengan feed kecil dan kecepatan potong nya yang besar.
1. Straight Chips
2. Snarling Chips
Dimana:
tc = chip thickness (Ketebalan geram); mm
to = tebal geram mula – mula;mm
φ = Shear angle
α = Rake angle
2. Tebal geram
H = f sin τ k (mm)
tc
λ=
to
Jika rasio pemampatan geram semakin tinggi maka nilai sudut geser
semakin besar pula.
푡 푡ヤ − ퟰઝ
ヤ푡 =
ヤ
di mana:
tc = lebar geram sesudah pemotongan (mm)
t0 = tebal geram mula-mula (mm)
Dalam proses pemotongan sudut geser sangat ditentukan oleh sudut
geram (rake angle).
3. Shear strain
Shear strain menunjukkan banyaknya deformasi plastis yang terjadi,
dirumuskan dengan:
ヤ
=
ퟰઝ ヤ −
Ashi = ퟰઝ
(mm2)
Dimana :
A = b.h (mm2)
B = lebar geram (mm)
h = tebal geram sebelum dilakukan pemotongan (mm)
= mm
sin
= . ퟰઝ mm
5. Temperatur Pemotongan
Pada proses pemotongan hampir seluruh energi pemotongan diubah
menjadi panas melalui proses gesekan antara geram dengan pahat dan
antara pahat dengan benda kerja, serta perusakan molekuler atau
ikatan atom pada bidang geser (shear plane). Ada tiga sumber
panas yang dihasilkan ketika melakukan proses pemotongan :
1. Panas yang dihasilkan ketika tool mengubah bentuk (bekerja) pada
logam.
2. Friksi pada muka potong (cutting face).
3. Friksi pada tool flank.
푡
λ=
푡ヤ
Gambar 2.22 Hubungan Temperatur Dan Sifat Material Pada Pengerjaan Dingin
Keterangan :
a = Regangan Iintern
b = Kekuatan
c = Keuletan
d = Ukuran Butir
pahat cepat aus sehingga tool life rendah. Pada benda kerja yang keras
dihasilkan geram yang discontinuous serta dibutuhkan gaya yang lebih
besar. Tapi memiliki keuntungan yaitu dari hasil geram yang
discontinous maka dihasilkan luas permukaan geram yang lebih kecil
sehingga penetrasi dengan pahat lebih sedikit yang mengakibatkan umur
pahat lebih lama. Mampu mesin (machinability) dari benda kerja dapat
diketahui dari umur pahat dan gaya pemotongan. Makin tinggi umur
pahat maka mampu mesinnya akan semakin baik. Sedang untuk gaya
pemesinan, makin rendah gaya yang dibutuhkan maka mampu mesinnya
justru akan semakin baik. Namun kondisi pahat menjadi hal yang lebih
dipertimbangkan, karena kalau pahat mengalami keausan justru akan
menyebabkan timbulnya beberapa kerugian antara lain:
1. Gaya pemotongan akan naik;
2. Kualitas permukaan benda kerja menurun/tidak halus;
3. Perubahan dimensi produk.
Geram discontinous terdiri dari beberapa tipe berdasarkan ukuran
radiusnya. Makin besar radius kurva dari geram, maka makin besar pula
gaya yang dibutuhkan dalam proses pemesinan. Dari keempat benda
kerja yang dipakai, dengan melihat bentuk geram yang dihasilkan
terlihat StainlessSteel menghasilkan geram yang discontinous dengan
radius kurva yang lebih kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa Stainless
Steel memiliki mampu mesin (machinability) yang lebih baik dibanding
dengan benda kerja yang lain jika dilihat dari bentukgeramnya.
10. Hubungan Gaya Geser Laju Regangan Dan Kerja Pada Bidang
Geser
Geram terputus karena adanya tegangan geser (shearing stress)
yang bekerja pada bidang geser (shear plane) dan melebihi
kekuatan logam/benda kerja. Apabila gaya geser besar maka kerja
yang terjadi pada bidang geser juga akan semakin besar.
26
F = Ashi.τshi
di mana :
Ashi = luas penampang bidang geser
τ = tegangan geser (shear stress) pada bidang geser, sehingga
gaya geser dapat ditulis dengan,
ퟰઝ
. ퟰ
=
ퟰઝ
Dari rumus di atas maka dapat diketahui bahwa nilai gaya geser
dipengaruhi oleh :
1. Luas penampang geram sebelum terpotong (A = a.f) apabila
nilainya semakin besar maka gaya juga akan semakin besar.
Padahal luas penampang geram dipengaruhi oleh pemakanan
(feed). Maka jika pemakanan semakin besar maka akan
mengakibatkan gaya geser semakin besar pula.
2. Tegangan geser dari benda kerja nilainya tergantung dari
kekuatan tarik benda kerja, semakin besar kekuatan tariknya
maka nilai tegangan geser juga akan semakin besar.
3. Sudut geser (shear angle) yang semakin besar akan memberikan
gaya potong yang besar.
27
2.2.1 Pengertian
Mesin frais adalah mesin perkakas untuk
mengerjakan/menyelesaikan permukaan suatu benda kerja dengan
mempergunakan pisau sebagai alatnya. Pada mesin frais, pisau terpasang
pada arbor dan diputar oleh spindle. Benda kerja terpasang pada meja
dengan bantuan catok (vice) atau alat bantu lainnya.
Meja bergerak vertical (naik-turun), horizontal (maju-mundur dan
kekiri-kekanan). Dengan gerakan ini maka dapat menghasilkan benda-
benda seperti pembuatan :
1. Bidang rata
2. Alur
3. Roda gigi
4. Segi banyak beraturan
5. Bidang bertingkat
6. Dan lain-lain
28
menyudut terhadap meja mesin. Mesin frais jenis ini banyak digunakan
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mempergunakan frais sisi atau
frais jari.
Sedang untuk frais universal, meja dari mesin ini pada mesin
horizontal hanya meja universal dapat diputar mendatar dan membentuk
sudut 450 kearah tiang mesin.
Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi
gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut
akan diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar
pada spindel mesin milling.
Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama
mesin millingyang bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga
menghasilkan putaran atau gerakan pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja
yang telah dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan
menghasilkan pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi
karena material penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan
benda kerja.
4. Tranmisi
Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor
penggerak dengan yang digerakkan.
5. Knee
Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja
mesin. Pada bagian ini terdapat transmisi gerakan pemakanan
( feeding ).
6. Column / tiang
Merupakan badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian –
bagian mesin yang lain.
7. Base / dasar
Merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang
menopang badan / tiang. Tempat cairan pendingin.
8. Control
Merupakan pengatur dari bagian – bagian mesin yang bergerak.
Jawab :
N 40
n 8
Z 5
putaran poros cacing 8 putaran setiap mengerjakan suatu bidang.
37
kedudukkan tegak lurus. Benda kerja dipasang antara dua senter, satu senter
dipasang dalam lubang spindle kepala pembagi dan lainnya dipasang pada
kepala lepas.
Pada frais gigi untuk tiap-tiap ukuran DP terdiri dari satu set yang
mempunyai 8 nomor yaitu dari no.1 s/d 8. nomor-nomor tersebut gunanya
untuk pembuatan jumlah gigi-gigi tertentu sesuai kebutuhannya. Dibawah
ini dapat diperhatikan contoh dari satu set cutter modul frais gigi.
Tabel 2.3 Contoh Dari Satu Set Cutter Modul Frais Roda Gigi
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
cutter
Jumlah 12-13 14-16 17-20 21-25 26-34 35-54 55-134 135-
gigi rack
Morse 2 18,00 mm
Morse 3 24,10 mm
Morse 4 31,60 mm
2. Ragum Mesin
Benda kerja yang besar tidak dapat dipegang oleh tangan karena
gaya pemotongannya semakin besar, maka digunakan ragum
mesin.
3. Meja Mesin
Penjepitan benda kerja pada meja mesin umumnya dilakukan
apabila benda kerja tidak mungkin di jepit oleh ragum. Teknik
penjepitan benda kerja menggunakan baut pengunci T yang
mana baut ini dimasukkan ke dalam alur meja mesin bor.
4. Tangan
Pemegangan benda kerja dengan tangan dapat dilakukan untuk
benda kerja yang kecil dan panjang serta lobang yang dibuat
tidak dalam dan berdiameter kecil.
2.3.5 Mata Bor Spiral
Disebut mata bor spiral karena mata bor ini mempunyai alur
potong melingkar yang berbentuk spiral sepanjang badan. Mata bor spiral
mempunyai dua bagian utama yaitu mata potong dan sudut pemotong.
Mata bor spiral dibuat dari bahan baja karbon, baja campuran, baja
kecepatan tinggi dan karbida. Bentuk badan mata bor ini tidak silindris
tetapi berbentuk tirus dari ujung sampai batas tangkai dengan kenaikan
0,05 mmsetiap kenaikan panjang 100 mm.
Mata bor spiral terdapat dua macam bentuk tangkai, yaitu tangkai
berbentuk silindris dan tangkai yang berbentuk tirus. Alur spiral
mempunyai sudut tatal dan dapat mempercepat keluarnya bram selama
pengeboran. Mata potong terdiri dari dua buah bibir pemotong. Tebal bor
merupakan tulang/punggung yang berbentuk spiral , bagian ini terdapat di
kedua alur pemotong. Sisi pemotong terdapat sepanjang alur pemotong
dan ini dapat menentukan ukuran bor.
44
keliling bibir pemotongan mata bor (U) selama n putaran per menit dapat
dihitung dengan rumus:
U=pxdxn
Dimana:
U = keliling bibir potong mata bor
D = Diameter mata bor
N = putaran mata bor per menit
Biasanya kecepatan potong dilambangkan dengan huruf V dalam
satuan meter per menit. Jarak keliling yang ditempuh mata bor adalah
sama dengan jarak atau panjangnya bram yang terpotong dalam satuan
panjang per satuan waktu.
Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling yang ditempuh mata
potong bor (U) sama dengan panjangnya bram terpotong dalam satuan
meter per menit. Berarti kecepatan potong sama dengan jarak keliling
pemotongan mata bor. Maka:
V=U
V= p x d x n(m/menit)
-3 0.025 – 0.050
3–6 0.050 – 0.100
6 – 12 0.100 – 0.175
12 – 25 0.175 – 0.375
25 – dan 0.375 – 0.675
seterusnya.
2.4.1 Pengertian
Kerja bangku adalah pekerjaan dasar dalam kegiatan perbengkelan
dimana kita hanya menggunakan alat-alat biasa tanpa menggunakan mesin.
Alat yang dipakai untuk membuat ulir dalam dengan tangan dimanakan
“TAP” dalam hal ini disebut saja “tap tangan” untuk membedakan
penggunaannya dengan yang dipakai mesin. Bahannya terbut dari baja
karbon atau baja suat cepat (HSS) yang dikeraskan. Alat pengetap adalah
alat yang berfungsi untuk membuat alur pada benda hasil dari pengeboran
atau membuat ulir sekrup dalam, dengan tangan dipakai tap ulir sekrup.
Pekerjaan ini disebut pengetapan ulir sekrup, karena adanya alur-alur
serupih, tap menjadi lemah maka pemotongan ulir sekrup tidak dapat
dikerjakan dalam satu kali, oleh karena itu sepasang tap terdiri dari 3 buah.
Tiap satu set, tap terdiri dari 3 buah yaitu tap no.1 (Intermediate tap) mata
potongnya tirus digunakan untuk pengetapan langkah awal, kemudian
dilanjutkan dengan tap no. 2 (Tapper tap) untuk pembentukan ulir,
sedangkan tap no. 3 (Botoming tap) dipergunakan untuk penyelesaian.
48
1. Langkah Pengetapan
D = D’– K
Dimana :
D = Diameter bor, satuan dalam mm/inchi
D = Diameter nominal ulir, satuan dalam mm/inchi
K = Kisar (gang).
Contoh :
a. Diameter lubang bor untuk mur M10 x 1,5 adalah 10 –
1,5 = 8,5 mm
b. Diameter lubang bor untuk mur W3/8″x 16 adalah
3/8″ – 1/16″ = 5/16“
2.4.2 Ragum
Ragum adalah alat yang berfungsi sebagai tepat menahan,
memegang, menopang bahan yang akan dipotong, digerinda atau digergaji.
Ragum dalam hal pembuatan kotak paneldigunakan untuk menahan
kemudian dikikir sehingga plat tersebut halus.
51
a. Awal pengetapan:
1. memasukkan bagian tap yang tirus ke dalam lubang.
2. mengatur posisi tap bagian atas sehingga tap benar-benar
segaris dengan garis tengah lubang.
3. memberikan tekanan yang seragam pada saat tangkai tap
diputar searah putaran jarum jam.
4. memberikan sedikit pelumas pada tap.
2.5 Snai
Snai adalah alat yang berfungsi untuk membuat alur pada benda hasil
pengeboran atau membuat ulir sekrup luar dan proses pembuatan ulir luar pada
baut atau batang besi.
1. Membuat ulir pada batang besi
a. Menyiku ujung batang benda kerja.
b. menggergaji ujung batang benda kerja.
c. memeriksa kesikuan dengan menggunakan siku.
d. mengikir ujung batang sampai rata dan siku.
Menjepit benda kerja pada ragum. Benda kerja tegak lurus terhadap ragum,
benda kerja minimal 65,0 mm di atas permukaan ragum.
2. Memulai penyenaian.
a. menempatkan senai pada ujung batang yang telah dichamper.
b. Memberikan tekanan yang seimbang pada kedua ujung tangkai
saat senai diputar searah putaran jarum jam.
Memeriksa kelurusan setelah dua atau tiga kali putaran batang. Perhatikan
senai dan benda kerja harus tegak lurus. Memperbaiki setiap ketidak lurusan
dengan memberikan tekanan yang lebih besar pada sisi batang yang lebih tinggi.
57
BAB III
PROSES KERJA
Mulai
Alumunium
Ø 25x130 mm
Bubut Muka
Bubut Rata
Bubut Tirus
Bubut Tirus
A
59
Bubut Alur
Bubut Cutting
Bubut Muka
Bubut Champer
Bubut Bor
Tapping
Sney
B
60
Kepala Palu
Selesai
61
3.2.1 Mulai
Sebelum memulai praktikum, paraktikan diharuskan memakai
wearpack yang sesuai standar keamanan dan membawa kartu praktikum.
Untuk minggu ini kelompok saya akan mengerjakan Kepala Palu yang
proses-proses pengerjaannya akan diberitahu ketika briefing. Untuk
mengerjakan Kepala Palu kita menyiapkan beberapa alat dan bahan. Alat dan
bahan yang dibutuhkan adalah jangka sorong, plat, kunci T, kunci penjepit,
pahat, dan karter. Setelah selesai menyiapkan, kami mulai praktek.
D−d
Tangen =
2p
Kami mendapat 15.64 dari hasil perhitungan menggunaan rumus tirus dan
angkanya kami bulatkan menjadi 2. Pada proses ini kami mendapat sedikit
kesulitan ketika memasang pahat.
3.2.11 Tapping
Pada proses tapping, kami menggunakan manual sebelum membuat
ulir kami menjepit benda kerja terlebih dahulu di ragum dan menggunakan
kain untuk melapisi benda kerja supaya tidak rusak. Kemudian tapping ini
untuk membuat ulir.
3.2.11 Sney
Proses sney ini hampir sama seperti tapping hanya saja yang
membedakan adalah menggunan ulir panjang dan sney ini membuat tangkai
palu.
3.2.13 Selesai
Setelah kepala palu sudah sesuai dengan kriteria maka kelompok
saya sudah selesai. Kami merapihkan sisa-sisa serpihan dan mengembalikan
alat-alat yang tadi digunakan. Setelah melewati beberapa proses akhirnya
kami berhasil membuat alat yaitu palu.
64
Mulai
Alumunium
Ø 25x300 mm
Pemotongan
Bubut Muka
Bubut Lurus
Bubut Cutting
Bubut Muka
Bubut Bertingkat
A
65
Bubut Alur
Bubut Tirus
Bubut Kartel
Bubut Champer
Tangkai Palu
Ø 10x172 mm
Selesai
66
3.4.1 Mulai
Sebelum memulai praktikum, paraktikan diharuskan memakai
wearpack yang sesuai standar keamanan dan membawa kartu praktikum.
Untuk minggu ini kelompok saya akan mengerjakan Tangkai Palu yang
proses-proses pengerjaannya akan diberitahu ketika briefing. Untuk
mengerjakan Kepala Palu kami menyiapkan beberapa alat dan bahan. Alat
dan bahan yang dibutuhkan adalah jangka sorong, plat, kunci T, kunci
penjepit, pahat, dan karter. Setelah selesai menyiapkan, kami mulai praktek.
3.4.2 Alumunium Ø 25
Alumunium Ø 25 didapatkan dari asisten Lab dengan ukuran
diameter Ø 25.
3.4.3 Pemotongan
Potong alumunium yang sudah didapatkan dengan panjangnya 300
mm menggunakan gergaji besi.
menjadi 2, kami harus berhati-hati supaya benda kerja tidak terpental dan
kami di haruskan menggunakan rpm yg kecil atau low.
3.4.7 Bubut Muka
Bubut bahan kerja dan ratakan hingga tidak terlihat bekas dari proses
cutting.
3.4.15 Selesai
Setelah selesai pembubutan, kelompok saya merapikan alat-alat kerja
ke tempat semula dan membersihkan mesin bubut. Selanjutnya briefing
kembai untuk penjelasan pembuatan laporan. Setelah itu meninggalkan
ruangan praktikum.
69
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Praktikum proses produksi menghasilkan produk seperti membubut
tirus,mengebor benda kerja,membuat roda gigi. Dari seluruh praktikum proses
produksi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa jurusan teknik mesin harus dapat membaca, menganalisa,
dan membuat gambar teknik. Karena gambar teknik adalah awal dari
perancangan sebuah produk yang divisualisasikan melalui media
gambar yang memiliki standar. Dari gambar kita dapat mengetahui
bentuk dan berapa ukuran dari produk yang akan dibuat.
2. Mesin-mesin yang digunakan selama praktikum proses produksi adalah
mesin bor dan mesin konvensional seperti mesin bubut,mesin bor dan
mesin frais. Cara mengoperasikan mesin-mesin tersebut tidaklah sulit
bila kita dapat memahami komponen mesin beserta fungsinya. Tidak
hanya itu, kita juga harus mengenal jenis-jenis mata pahat pada mesin
bubut, mata pisau pada mesin frais, dan bagian dari mesin bor.
3. Untuk membuat produk yang baik dan berkualitas, setiap praktikan
harus memiliki kesungguhan, ketelitian, dan daya analisa yang tinggi
pada saat praktikum. Tingkat kepresisian dari suatu produk merupakan
kunci utama keberhasilan pada proses produksi.
70
4.2. Saran
Untuk dapat meningkatkan efektifitas pada proses produksi, maka
diperlukan suatu saran/usulan. Praktikan akan memberikan saran yang bersifat
membangun sebagai berikut :
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah aspek yang sangat
penting dalam proses produksi. Pada praktikum proses produksi masih
terdapat kekurangan dalam hal penyediaan alat keselamatan kerja.
Misalnya, kacamata pelindung dan sarung tangan las.
2. Sebelum memulai praktikum proses produksi, penjelasan tentang mesin
beserta komponen dan fungsinya harus secara mendetail. Sehinngga
kemungkinan-kemungkinan yang terburuk dapat terhindari. Hal-hal apa
saja yang tidak boleh dilakukan, tidak dijelaskan.
3. Kurangnya perawatan pada mesin-mesin di Laboratorium Teknik Mesin
Dasar. Mesin-mesin tersebut harus dirawat agar kinerja dan produktivitas
tetap terjaga.
4. Penjelasan mengenai pembuatan laporan akhir praktikum proses
produksi masih kurang.
71
DAFTAR PUSTAKA