Anda di halaman 1dari 35

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH TEORI PEMESINAN DASAR

MATERIAL ALAT POTONG DAN TIPE KERUSAKANNYA

Disusun Oleh :
Kukuh Bangun Sudrajat
15503241061

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Thomas Sukardi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
tugas individu tentang Material Alat Potong dan Tipe Kerusakannya ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Saya berterima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Thomas Sukardi, M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Teori
Pemesinan Dasar UNY yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan saya tentang alat alat potong, fungsi serta jenis jenis
kerusakannya. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas individu
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan tugas individu yang
akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas individu sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya tugas individu yang telah saya tulis ini dapat berguna
bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Dan juga dapat memenuhi
tugas individu dalam Mata Kuliah Pemesinan Dasar ini. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, September 2015


Penyusun

DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
I.1
I.2
I.3
I.4

Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................1
Batasan Masalah...........................................................................................2
Tujuan...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3
ISI.............................................................................................................................3
2.1 Alat Potong Perkakas...................................................................................3
2.2 Material Alat Potong....................................................................................3
2.2.1 Faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan material alat
potong...............................................................................................3
2.2.2 Sifat Material Alat Potong................................................................3
2.2.3 Jenis Material Perkakas Potong........................................................3
2.3 Alat Potong Mesin Bubut............................................................................5
2.3.1 Pahat Bubut ......................................................................................5
2.4 Alat Potong Mesin Frais.............................................................................13
2.4.1 Macam macam Pisau Frais..........................................................13
2.5 Alat Potong Mesin Bor...............................................................................22
2.5.1 Macam macam mata bor..............................................................22
2.6 Kerusakan pada Pahat................................................................................28
BAB III...................................................................................................................31
PENUTUP..............................................................................................................31
3.1 Kesimpulan.................................................................................................31
3.1 Saran...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

32

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat Potong Perkakas adalah suatu alat yang digunakan untuk
memproses suatu benda kerja untuk membetuk benda kerja tersebut sesuai
dengan yang kita inginkan berdasarkan prosedur-prosedur yang telah dibuat
dan diteliti. Untuk menghasilkan bentuk benda kerja yang sesuai dengan yang
kita inginkan, diperlukan alat potong dengan material tertentu menimbang
dari jenis benda kerja yang akan dibuat.
Pada kegiatan proses produksi menggunakan mesin perkakas, alat
potong merupakan salahsatu jenis alat yang mutlak diperlukan untuk
melakukan proses produksinya. Berbagai macam dan bentuk alat potong yang
digunakan pada proses produksi, yang masing-masing alat potong akan
berpengaruh terhadap bentuk hasil produksinya.
Alat potong berfungsi untuk menyayat/memotong benda kerja sesuai
dengan tuntutan bentuk dan ukuran pada gambar kerja. Alat potong perkakas
adalah alat yang langsung bersentuhan dengan benda kerja sehingga rawan
akan kerusakan.
Kerusakan alat potong perkakas dapat diperlambat dengan memilih
material penyusun yang tepat. Oleh karena itu sangat perlu untuk mengetahui
material alat potong dan fungsinya. Serta agar terhindar dari kerusakan tentu
saja kita juga harus mengenal seperti apa kerusakan yang akan terjadi dan
penyebabnya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahannya adalah karena kita belum mengenal dan mengetahui
tentang alat potong perkakas dan macam macam kerusakannya. Sehingga
kita dapat menggunakannya secara efektif dan efisien serta dapat
mengantisipasi jika terjadi kerusakan pada alat potong.

1.3 Batasan Masalah


Dalam tugas individu ini ditetapkan batasan batasan masalah sebagai
berikut :
1. Definisi Alat Potong Perkakas.
2. Macam macam material alat potong pada mesin bubut, frais, dan bor
beserta pengertian dan fungsi.
3. Jenis jenis kerusakan alat potong dan penyebabnya.
1.4 Tujuan
Tujuan dari tugas individu ini adalah :
1. Memenuhi tugas individu pemesinan dasar yang diberikan oleh dosen.
2. Mengetahui dan mengenal material alat potong dan tipe tipe
kerusakannya.

BAB II
ISI
2.1 Alat Potong Perkakas
Alat Potong Perkakas adalah suatu alat yang digunakan untuk memproses
suatu benda kerja untuk membetuk benda kerja tersebut sesuai dengan yang kita
inginkan berdasarkan prosedur-prosedur yang telah dibuat dan diteliti.
Pemgertian Pahat atau perkakas potong (Cutting Tool) adalah alat atau benda
yang digunakan untuk memotong material atau benda kerja dalam proses
pemesinan.
2.2 Material Alat Potong
Sebelum kita menggunakan alat potong maka kita harus mengetahui dahulu
bahan-bahan atau material untuk membuat alat potong tersebut.
2.2.1

Faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan material alat potong :


1. Material atau bahan dari benda kerja/product.
2. Kualitas/kehalusan permukaan.
3. Kecepatan potong/Cutting Speed (Cs) yang dikehendaki.
4. Frekuensi penggunaan.
5. Harga.

2.2.2

Sifat Material Alat Potong


1. Keras / Hardness
Mampu

mempertahankan

kekerasannya

dalam

suhu

pemotongan,

sehingga tidak deformasi.


2. Ulet / Toughness
Mampu menahan beban kejut akibat pemotongan maupun vibrasi.
3. Tahan aus / Wear resistance
Mampu digunakan pada umur pakainya sebelum terjadi kerusakan.
4. Tahan terhadap bahan kimia
Kemampuan untuk tidak bereaksi terhadap bahan-bahan kimia pada saat
proses pemotongan.

2.2.3

Jenis Material Perkakas Potong :


1. Carbon and Medium-Alloy Steels
Biasa disebut juga baja karbon paduan, sudah digunakan sejak 1880
sebagai twist drill, tap, broaching dan reamer. Murah, dan mudah dibentuk.
Kekerasan terhadap panas rendah,tahan aus rendah. Kecepatan potong
rendah. Cocok untuk mengerjakan material yang lunak.
2. High Speed Steel / HSS
Diproduksi pertamakali tahun 1900-an, dapat dikeraskan dengan ketebalan
yg bervariasi, tahan aus dan keuletan cukup baik, harga relatif murah.
3. Cast Cobalt Alloys
Diperkenalkan pertamakali pada tahun 1915, komposisi 38-53%cobalt, 3033% chromium, 10-20% tungsten, memiliki kekerasan dan tahan aus yang
baik sensitif terhadap beban kejut.
4. Carbide
Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1930-an, memiliki kecepatan
potong yang tinggi, kekerasan tinggi, tahan panas tinggi, memiliki
modulus elastis tinggi, dan penghantar panas yang baik
Jenis bahan carbide :
- Tungsten carbide (WC)
- Titanium carbide (TiC)
5. Alumina based ceramic
Diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Unsur utamanya aluminum
oxide, dapat ditambahkan unsur titanium carbide dan zirconium oxide
untuk meningkatkan keuletan dan thermal shock, Memiliki ketahanan
abrasi dan panas yang tinggi. Kecepatan potong tinggi. Rentan terhadap
beban kejut, vibrasi dan thermal shock. Dikembangkan tahun 1960-an
yaitu Cermets (Black ceramic), memiliki sifat kimiawi yang stabil, sangat
getas dan mahal.
6. Cubic Boron Nitride (cBN)
4

Diperkenalkan pada tahun 1962, digunakan sebagai material abrasive


ketebalan 0,5 1 mm dengan proses sinter, getas dan kurang ulet, rentan
vibrasi dan thermal shock, disarankan menggunakan cBN dalam kondisi
kering.
7. Silicon Nitride Based Ceramic (SiN)
Dikembangkan pada tahun 1970-an, komposisi silicon nitride + aluminum
oxide, yttrium oxide, dan titanium carbide. Kuat, tahan temperatur tinggi
dan tahan thermal shock.
8. Diamond
Dikenal sebagai diamond indusri/sintetik merupakan material paling
keras tahan aus, mampu menjaga ketajaman mata potongnya,
kecepatan potong tinggi, kontinyu digunakan untuk proses finishing
dengan tuntutan kualitas permukaan dan akurasi ukuran yang tinggi.
2.3 Alat Potong Mesin Bubut
Pada proses pembubutan, selain alat potong pahat bubut terdapat beberapa
jenis alat potong lain yang digunakan diantaranya: senter bor (centre drill), mata
bor (twist drill), konter bor(counter bore), rimer (reamer), kontersing (counter
sink) dan lain-lain.
2.3.1 Pahat Bubut
Pahat bubut merupakan salah satu alat potong yang sangat diperlukan pada
proses pembubutan, karena pahat bubut dengan berbagai jenisnya dapat
membuat benda kerja dengan berbagai bentuk sesuai tututan pekerjaan
misalanya, dapat digunakan untuk membubut permukaan/ facing, rata,
bertingkat, alur, champer, tirus, memperbesar lubang, ulir dan memotong.
Kemampuan/performa pahat bubut dalam melakukan pemotongan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, jenis bahan/ material yang
digunakan, geometris pahat bubut, sudut potong pahat bubut dan
bagaimana apakah teknik penggunaanya sudah sesuai petunjuk dalam
katalog.
1. Bahan/ Material Pahat Bubut
Macam-macam pahat bubut dilihat dari jenis material/ bahan yang
digunakanmeliputi: Baja karbon, Baja kecepatan tinggi/ High Speed Steels
5

(HSS), Paduan cor nonferro (cast nonferrous alloys; cast carbides),


Karbida (cemented carbides; hardmetals), Keramik (ceramics), CBN
(cubic boron nitrides), dan Intan (sintered diamonds & natural diamond)
a) Baja karbon
Yang termasuk dalam kelompok baja karbon adalah High Carbon Steel
(HCS) dan Carbon Tool Steels (CTS). Baja jenis ini menggandung karbon
yang relative tinggi (0,7% 1,4% C) dengan prosentasi unsur lain relatif
rendah yaitu Mn, W dan Cr masing-masing 2% sehingga mampu memiliki
kekerasan permukaan yang cukup tinggi. Dengan proses perlakuan panas
pada suhutertentu, strukur bahan akan bertransformasi menjadi martensit
dengan hasil kekerasan antara 500 1000 HV. Karena mertensitik akan
melunak pada temperature sekitar 250C, maka baja karbon jenis ini hanya
dapat digunakan pada kecepatan potong yang rendah (10 m/menit) dan
hanya dapat digunakan untuk memotong logam yang lunak atau kayu.
b) Baja Kecepatan Tinggi/ High Speed Steel (HSS)
Pada sekitar tahun 1898, ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan unsur
paduan Crome (Cr) dan Tungsten/ Wolfram (W) dengan melalui proses
penuangan (molten metallurgy) selanjutnya dilakukan pengerolan atau
penempaan dibentuk menjadi batang segi empat atau silinder. Pada kondisi
masih bahan (raw material), baja tersebut diproses secara pemesinan
menjadi berbagai bentuk pahat bubut. Setelah proses perlakukan panas
dilaksanakan, kekerasannya akan menjadi cukup tinggi sehingga dapat
digunakan untuk kecepatan potong yang tinggi yaitu sampai dengan tiga
kali kecepatan potong pahat CTS. Baja Kecepatan Tinggi (High Speed
Steel HSS) apabila dilihat dari komposisinya dapat dibagai menjadi dua
yaitu, Baja Kecepatan Tinggi (High Speed Steel HSS) Konvensional dan
Baja Kecepatan Tinggi (High Speed Steel HSS) Spesial.
HSS Konvensional: Baja Kecepatan Tinggi (HSS) Konvesional, terbagi
menjadi dua yaitu:
Molibdenum HSS

Tungsten HSS
HSS Spesial: Baja Kecepatan Tinggi Konvesional (HSS) Spesial, terbagi
menjadi enam yaitu:
Cobalt Added HSS
High Vanadium HSS
High Hardess Co HSS
Cast HSS
Powdered HSS
Coated HSS
c) Paduan Cor Nonferro
Sifat-sifat paduan cor nonferro adalah diantara sifat yang dimiliki HSS dan
Karbida (Cemented Carbide), sehingga didalam penggunaannya memiliki
karakteristik tersendiri karena karbida terlalu rapuh dan HSS mempunyai
ketahanan panas (hot hardness) dan ketahanan aus (wear resistance) yang
terlalu rendah. Jenis material ini di bentuk dengan cara dituang menjadi
bentuk-bentuk yang tertentu, misalnya tool bit (sisipan) yang kemudian
diasah menurut geometri yang dibutuhkan. Baja paduan nonferro terdiri
dari empat macam elemen/ unsur utama diantaranya:
Cobalt (Co):
Unsur cobalt,berfungsi sebagai pelarut bagi unsure-unsur lainnya.
Chrom (Cr):
Unsur chrom (10% s.d 35%), berfungsi sebagai pembetuk karbida
Tungsten/ Wolfram (W):
Unsur tungsten/ wolfram (10% s.d 25%), berfungsi sebagai pembentuk
karbida dan menaikan karbida secara menyeluruh.

K
arbon (C):
Apabila terdapat unsur karbon (1%) akan menghasilkan jenis baja yang
masih relaitif lunak, dan apabila terdapat unsur karbon (3%) akan
menghasilkan jenis yang relatif keras serta tahan aus.
d) Karbida
Jenis karbida yang disemen (Cemented Carbides) merupakan bahan
pahat yang dibuat dengan cara menyinter (sintering) serbuk karbida
(Nitrida, Oksida) dengan bahan pengikat yang umumnya dari Cobalt (Co).
Dengan cara Carburizing masing-masing bahan dasar (serbuk) Tungsten
(Wolfram,W) Tintanium (Ti), Tantalum (Ta) dibuat menjadi karbida yang
kemudian digiling (ball mill) dan disaring. Salah satu atau campuaran
serbuk karbida tersebut kemudian di campur dengan bahan pengikat (Co)
dan dicetak tekan dengan memakai bahan pelumas (lilin). Setelah itu
dilakukan presintering (1000 C) pemanasan mula untuk menguapkan
bahan pelumas dan kemudian sintering (1600 C) sehingga bentuk keeping
(sisipan) sebagai hasil proses cetak tekan (Cold atau HIP) akan menyusut
menjadi sekitar 80% dari volume semula. Hot Hardness karbida yang
disemen (diikat) ini hanya akan menurun bila terjadi pelunakan elemen
pengikat. Semakin besar prosentase pengikat Co maka kekerasannya
menurun dan sebaliknya keuletannya membaik. Ada tiga jenis utama pahat
karbida sisipan, yaitu:
Karbida Tungsten:
Karbida tungsten merupakan jenis pahat karbida untuk memotong besi
tuang.
Karbida Tungsten Paduan:
Karbida tungsten paduan merupakan jenis karbida untuk pememotongan
baja.
Karbida lapis:
Karbida lapis yang merupakan jenis karbida tungsten yang di lapis (satu
atau beberapa lapisan) karbida, nitride, atau oksida lain yang lebih rapuh
tetapi ketahanan terhadap panasnya (hot hardness) tinggi.

e) Keramik (Ceramics)
Keramik menurut definisi yang sempit adalah material paduan metalik dan
nonmetalik. Sedangkan menurut definisi yang luas adalah semua material
selain metal atau material organik, yang mencakup juga berbagai jenis
karbida, nitride, oksida, boride dan silicon serta karbon. Keramik secara
garis besar dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu:
Keramik tradisional
Keramik tradisional yang merupakan barang pecah belah peralatan rumah
tangga
Keramik industri
Keramik industri digunakan untuk berbagai untuk berbagai keperluan
sebagai komponen dari peralatan, mesin dan perkakas termasuk perkakas
potong atau pahat. Keramik mempunyai karakteristik yang lain daripada
metal atau polimer (plastik, karet) karena perbedaan ikatan atom-atomnya,
ikatannya dapat berupaikatan kovalen, ionic, gabungan kovalen & ionic,
ataupaun sekunder. Selain sebagai perkakas potong, beberapa contoh jenis
keramik adalah sebagai berikut :
Kertamik tradisional (dari ubin sampai dengan keramik untuk
menambal gigi)
Gelas (gelas optic, lensa, serat)
Bahan tahan api (bata pelindung tandur/ tungku)
Keramik oksida (pahat potong, isolator, besi, lempengan untuk
mikroelektronik dan kapasitor)
Karemik oksida paduan
Karbida, nitride, boride dan silica
Karbon
f) Cubic Boron Nitride (CBN)
Cubic Boron Nitride (CBN) termasuk jenis keramik. Dibuat dengan
penekanan panas (HIP, 60 kbar, 1500C) sehingga bentuk grafit putih
nitride boron dengan strukrur atom heksagonal berubah menjadi struktur
kubik. Pahat sisipan CBN dapat dibuat dengan menyinter serbuk BN tanpa

atau dengan material pengikat, TiN atau Co. Ketahanan panas (Hot
hardness) CBN ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis pahat
yang lain.
g) Intan
Sintered diamond merupakan hasil proses sintering serbuk intan tiruan
dengan pengikat Co (5% 10%). Tahan panas (Hot hardness) sangat tinggi
dan tahan terhadap deformasi plastic. Sifat ini ditentukan oleh besar butir
intan serta prosentase dan komposisi material pengikat. Karena intan pada
temperature tinggi akan berubah menjadi graphit dan mudah ter-difusi
dengan atom besi, maka pahat intan tidak dapat di gunakan untuk
memotong bahan yang mengadung besi (ferros). Cocok untuk ultra high
precision & mirror finish cutting bagi benda kerja nonferro (Al Alloys, Cu
Alloys, Plastics dan Rubber).
2. Pahat Bubut Standar ISO
Jenis pahat bubut menurut standar ISO, terdapat 9 (sembilan) type
diantaranya: ISO 1, ISO 2, ISO 3, ISO 4, ISO 5, ISO 6, ISO 7, ISO 8 dan
ISO 9. Ilustrasi penggunaan dari berbagai jenis pahat bubut standar ISO
dapat dilihat pada (Gambar 2.11).

Keterangan:
Pahat ISO 1
Pahat ISO 1 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dengan hasil
sudut bidangnya (plane angle)sebesar 75. Pada umumnya pahat jenis ini

10

digunakan untuk membubut pengasaran yang hasil sudut bidangnya tidak


memerlukan siku atau 90.
Pahat ISO 2
Pahat ISO 2 digunakan untuk pembubutan memanjang dan melintang
(pembubutan permukaan/ facing) dengan hasil sudut bidangnya (plane
angle) sebesar 45. Pahat jenis ini juga dapat digunakan untuk membubut
champer atau menghilangkan ujung bidang yang tajam (debured).
Pahat ISO 3
Pahat ISO 3 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dan
melintang dengan sudut bidang samping (plane angle) sebesar 93. Pada
proses pembubutan melintang tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil
yang siku (90) pada sudut bidangnya, yaitu dengan cara menggerakan
pahat menjahui sumbu senter.
Pahat ISO 4
Pahat ISO 4 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dengan
pemakanan relatif kecil dengan hasil sudut bidangnya (plane angle)
sebesar 0.Pahat jenis ini pada umumnya hanya digunakan untuk proses
finising.
Pahat ISO 5
Pahat ISO 5 digunakan untuk proses pembubutan melintang menuju
sumbu senter dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 0. Jenis
pahat ini pada umumnya hanya digunakan untuk meratakan permukaan
benda kerja atau memfacing.
Pahat ISO 6
Pahat ISO 6 digunakan untuk proses pembubutan memanjang dengan
hasilsudut bidangnya (plane angle) sebesar 90, sehingga padaproses
pembubutan bertingkat yang selisih diameternya tidak terlalu besar dan

11

hasil sudut bidangnya dikehendaki siku (90) pahatnya tidak perlu


digerakkan menjahui sumbu senter.
Pahat ISO 7
Pahat ISO 7 digunakan untuk proses pembubutan alur menuju sumbu
center dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 0. Pahat jenis
ini dapat juga digunakan untuk memotong pada benda kerja yang memilki
diameter nominal tidak lebih dari dua kali lipat panjang mata pahatnya.
Pahat ISO 8
Pahat ISO 8 digunakan untuk proses pembesaran lubang tembus dengan
hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 75.
Pahat ISO 9
Pahat ISO 9 digunakan untukproses pembesaran lubang tidak tembus
dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) sebesar 95.
3. Pahat bubut sisipan (inserts tips) pengikatan dibrasing
Pahat bubut sisipan (inserts tips) pengikatan dibrasing, pembuatannya
hanya pada bagian ujung yang terbuat dari pahat bubut sisipan, kemudian
diikatkan dengan cara dibrassing pada ujung badan/ bodi. Contoh macammacam bentuk pahat bubut sisipan yang sudah dibrasing pada tangkai/
bodinya dapat dilihat pada gambar.

12

4. Pahat bubut sisipan (inserts tips) pengikatan diklem/ dibaut


Pahat bubut sisipan (inserts tips) pengikatan diklem/ dibaut, pengikatannya
yaitu dengan cara pahat bubut sisipan klem/ dibaut diselipkan pada
pemegang/ holder. Contoh macam-macam pahat bubut sisipan pengikatan
diklem/ dibaut terpasang pada pemegannya untukpembubutan bidang luar
dapat dilihat pada dan terpasang pada pemegangnya untuk pembubutan
bidang dalam dapat dilihat pada gambar.

2.4 Alat potong mesin Frais


Alat potong yang digunakan pada waktu mengefreis ialah pisau freis.
Umumnya bentuk pisau freis bulat panjang dan disekililingnya bergerigi yang
beralur. Pada lubangnya tedapat alur untuk kedudukan pasak agar pisau freis tidak
ikut berputar. Bahan pisau freis umumnya terbuat dari HSS, atau Karbida.
2.4.1 Macam macam Pisau Frais
1. Pisau frais jari / end mill cutter.
- Mempunyai gagang silindris ataupun konus dengan diameter sisi
potong 0.25 63 mm

13

Cutter roughing mempunyai alur-alur pada sisi potong bagian samping

dan chamfer pada bagian ujung sisi potong muka


Cutter finishing tidak beralur dan sisi potong muka lancip.
Pemasangan dengan collet adaptor atau quick change arbor untuk

gagang silindris
Pemasangan dengan sleeve adaptor untuk gagang konus.
Kegunaan :
a. Digunakan untuk penyayatan muka ataupun samping
b. Pembuatan alur (sesuai dengan diameter cutter)
c. Pembuatan step dan bidang miring
d. Pembuatan radius dalam sesuai dengan jari-jari cutter
e. Sebagai boring tool

2. Pisau frais keong / shell end mill


- Mempunyai lubang yang digunakan untuk dipasang pada stub arbor,
-

dengan diameter lubang mulai dari 16, 22, 27 dan 32 mm


Diameter cutter mulai dari 30 160mm
Cutter roughing mempunyai alur-alur pada sisi potong bagian samping
dan chamfer pada bagian ujung sisi potong muka
Cutter finishing tidak beralur dan sisi potong muka lancip.
Kegunaan :
a. Digunakan untuk penyayatan muka ataupun samping

14

b.
c.
d.
e.

3.
-

Pembuatan alur (sesuai dengan diameter cutter)


Pembuatan step dan bidang miring
Pembuatan radius dalam sesuai dengan jari-jari cutter
Sebagai boring tool

Pisau muka / face mill


Mempunyai lubang seperti shell end mill.
Diameter cutter diatas 63 mm
Tidak mempunyai sisi potong samping.
Ujung sisi potong berbentuk chamfer.
Kegunaan :

Membuat bidang rata /bidang miring yang luas

4.
-

Pisau frais jari 2 mata potong / end mill 2 lips


Bentuk sama dengan endmill pada umumnya
Panjang sisi potong muka tidak sama
Pada umumnya finishing
Diameter cutter mulai 0.25 30
Kegunaan :
a. Membuat lubang tanpa membuat lubang awalan
b. Memperbaiki lubang yang salah.
c. Sebagai boring tool

5. Pisau frais sudut / angle cutter

15

Satu sudut / single angle


a. Dovetail cutter
Bergagang silindris maupun berlubang seperti shell end mill
Sudut pembentukan 45, 50, 55, 60, 75
Kegunaan :
Pembuatan alur ekor burung pada bagian-bagian mesin

b. Reverse dovetail / cutter chamfer


Bergagang silindris maupun berlubang seperti shell end mill
Sudut pembentukan 45, 60, 75
Kegunaan :
Membuat bidang miring dengan sudut istimewa (chamfer)

16

Dua sudut / double angle


a. Prisma cutter.
- Berlubang seperti shell end mill
- Sudut pembentukan 45-45, 45-60, 30-60 dsb.
- Kegunaan :
a. Membuat alur V
b. Membuat alur helic pada pembuatan cutter

b. Pisau frais jari 2 sudut / double angle end mill


Bergagang silindris maupun konus
Sudut pembentukan bervariasi
Digolongkan sebagai special tool
Kegunaan :
Membuat sudut yang sulit dikerjakan.

6. Pisau profil / profil cutter


a. Endmill Ballnose / pisau radius jari
- Bergagang silindris atau konus
- Umumnya dua mata potong
- Kegunaan :
a. Membuat alur radius
b. Membuat radius di bagian pojok.

17

b. Convex radius / radius dalam


- Berlubang seperti shell end mill
- Bermata potong banyak seperti disc cutter.
- Kegunaan :
a. Membuat alur radius
b. Membuat radius di bagian pojok.

c. Corner radius / radius pinggir


Bergagang silindris atau konus
Berbentuk mirip dengan counter sink
Kegunaan :
Pembentukan radius bagian pinggir benda kerja

18

d. Concave radius / radius luar


Berlubang seperti shell end mill
Bermata potong banyak seperti disc cutter.
Kegunaan :
Pembentukan radius luar setengah lingkaran

e. Gear module cutter / pisau modul roda gigi


Berlubang seperti shell end mill
Bermata potong banyak seperti disc cutter.
Kegunaan :
Pembentukan alur-alur roda gigi lurus maupun helic

f. Gear module end mill cutter / pisau jari modul roda gigi
Bergagang silindris atau konus
Berbentuk mirip dengan counter sink
Kegunaan :
Pembentukan alur-alur roda gigi lurus maupun helic

19

g. T-Slot Cutter
Bergagang silindris / konus
Kegunaan :
a. Pembuatan alur T
b. Pembuatan alur pasak (woodruff)

h. Disc Cutter
Berlubang seperti shell end mill
Berbentuk piringan bergerigi
Kegunaan :
Membuat alur

i. Circular saw / sliting saw


Berlubang seperti shel end mill
Mirip dengan disc cutter dengan gerigi yg lebih banyak
Lebih tipis dari disc cutter
Kegunaan
20

a. Membuat alut tipis dan dalam


b. Memotong benda kerja

7.
-

Horizontal milling cutter


Plain mill cutter / slab mill cutter / pisau mantel
Bentuk sama dengan shell end mill
Tidak mempunyai sisi potong bagian muka
Kegunaan :
a. Membuat bidang rata
b. Membuat bidang miring
c. Membuat step

2.5 Alat Potong Mesin Bor


Alat potong pada mesin bor pada umumnya berupa mata bor. Mata bor adalah
bagian yang langsung bersentuhan dengan benda kerja. Seperti alat potong
lainnya.
Mata bor dapat dibagi menjadi dua yaitu mata bor untuk melubangi dan mata
bor untuk memotong.
2.5.1 Macam macam mata bor
1. Mata Bor Beton ( Mansory Drill Bit / Concrete Drill Bit )
Digunakan untuk pengeboran pada beton dan aneka batuan.
21

Ciri umum dari mata bor beton adalah ujung mata bor beton terdapat
mata pisau tumpul, biasa terbuat dari bahan yang memiliki karakteristik
sangat keras, karena penggunaan mata bor ini selain berputar juga
memukul.
Mata bor beton dibedakan dari fungsi alat yang digunakan, biasa hanya
berbeda di bagian pangkal, bentuk yang standar digunakan untuk unit bor
beton biasa (impact drill / hammer drill) untuk bentuk yang khusus seperti
SDS drill bit digunakan untuk unit SDS drill atau Demolition Drill.

2. Mata Bor Metal Standar


Digunakan untuk pengeboran aneka metal seperti plat besi, aluminium,
kuningan, plastik, acrylic, dsb.
Mata bor metal masih dibedakan dari jenis material bahan, hanya saja
yang umum dipasaran adalah HSS ( High Speed Steel ) atau HSS-Co
( Cobalt ) walaupun ada type khusus untuk material tertentu.
HSS-Co lebih keras daripada HSS biasa, sehingga dalam penggunaan
lebih awet dan tentunya dari segi harga lebih mahal dari HSS biasa.
Mata bor besi standar berbentuk cylinder rata ( straight shank ) yang
biasa digunakan pada unit bor tangan, bor duduk atau mesin-mesin metal
processing lainnya, bentuk yang khusus hanya berbeda pada bagian
pangkal, seperti kerucut ( taper shank ) digunakan sesuai dengan unit
mesin bor atau mesin metal processing lainnya.

22

3. Mata Bor Besi Khusus


- Mata Bor Besi Putaran Berlawanan Jarum Jam
Mirip dengan mata bor metal standar hanya saja arah putaran
berlawanan jarum jam.
-

Subland Drill
Mata bor bertingkat dengan dua ukuran diameter.

Center Drill Bit


Mata bor bertingkat dengan sudut kemiringan, berfungsi untuk
centering, biasa digunakan pada mesin bubut ( lathe machine )

Countersink Bit
Mata bor sudut, digunakan untuk menghilangkan ketajaman /
merapikan tepi lubang hasil pengeboran.

Deburring Tool
Berfungsi sama dengan countersink bit.

23

4. Mata Bor Kayu Standar


Digunakan untuk pengeboran pada aneka jenis kayu, plastik, acrylic,
atau material lunak lainnya.
Ciri umum pada mata bor kayu standar terletak pada ujungnya yang
memiliki bentuk runcing dibagian tengahnya, beralur dua ( two flute ) dan
memiliki alur lebih lebar daripada mata bor besi.
Yang umum dipasaran adalah model standar dengan bahan HSS yang
digunakan untuk unit bor tangan, untuk jenis lain yang digunakan pada
mesin-mesin perkayuan, perbedaan hanya ada pada bagian pangkal dari
mata bor, walaupun ada juga type yang berujung tungsten tip.
Biasa digunakan dengan putaran mesin ( rpm ) yang tinggi.

5. Mata Bor Kayu - Auger Bit


Digunakan untuk pengeboran pada aneka jenis kayu atau material
lunak lainnya.
Diameter ukuran lebih besar daripada mata bor kayu standar.
Berbentuk ulir tunggal ( single flute )
Biasa digunakan dengan putaran mesin ( rpm ) rendah.

6. Mata Bor Kayu - Flat Bit


Digunakan untuk pengeboran pada aneka jenis kayu atau material
lunak lainnya.

24

Diameter ukuran lebih besar daripada mata bor kayu standar.


Berbentuk pipih rata ( flat )
Selain type satu flat bit satu ukuran diameter ada juga type adjustable
flat bit, yaitu satu flat bit dapat digunakan untuk berbagai ukuran.
Biasa digunakan menggunakan bor tangan manual dengan putaran
( rpm ) yang sangat rendah, tidak disarankan menggunakan bor tangan /
bor listrik.

7. Mata Bor Kayu Forstner Bit Hinge Borring Bit


Digunakan untuk membuat lubang pada kayu, plastik, acrylic atau
material lunak lainnya. dengan diameter tertentu, biasa untuk ukuran
diameter yang cukup besar, dimana sudah tidak tersedia ukuran diameter
mata bor kayu standar.
Dapat digunakan untuk membuat lubang cekung dan lubang tembus.
Sisa ( wise ) dari hasil proses pelubangan menggunakan forstner bit /
hinge borring bit berupa material debu, tidak seperti sisa proses hole saw.
Biasa digunakan dengan putaran mesin ( rpm ) yang tinggi sampai
sangat tinggi.

8. Mata Bor Kayu Khusus


- Chisel Bit
Digunakan untuk membuat lubang berbentuk kotak pada kayu.
Digunakan pada mesin Hollow Chisel Mortiser.

25

Mortiser Bit
Digunakan untuk membuat lubang geser pada kayu.
Digunakan pada mesin Mortising.

Router Bit
Digunakan untuk membuat aneka bentuk profile pada kayu atau
material lunak lainnya.
Digunakan pada mesin Router atau Trimmer.

9. Mata Bor Kaca


Untuk melubangi kaca, bentuk seperti tombak sehingga sering disebut
mata bor tombak.

10. Hole Saw Metal


Digunakan untuk membuat lubang pada metal dengan diameter
tertentu, biasa untuk ukuran diameter yang cukup besar.
Jenis dari hole saw metal biasa dari jenis bahan pembuatnya, seperti
HSS atau tungsten tip, untuk penggunaan ke plat tipis dan besi lunak biasa
digunakan jenis Bi-metal hole saw.
Sisa ( wise ) dari hasil proses pelubangan menggunakan hole saw
masih berupa material solid yang tertingal pada bagian dalam hole saw.

11. Hole Saw Kayu


Digunakan untuk membuat lubang pada kayu, plastik, acrylic atau
material lunak lainnya. dengan diameter tertentu, biasa untuk ukuran

26

diameter yang cukup besar, dimana sudah tidak tersedia ukuran diameter
mata bor kayu standar.
Kekurangan dari hole saw adalah pada keterbatasan ketebalan, dan
cocok digunakan untuk fungsi membuat lubang, tidak dapat digunakan
untuk membuat lubang cekung.
Sisa ( wise ) dari hasil proses pelubangan menggunakan hole saw
masih berupa material solid yang tertingal pada bagian dalam hole saw.

12. Core Drill Bit\


Mirip dengan hole saw hanya saja digunakan untuk membuat lubang
pada beton, dinding, marmer, granit, atau aneka jenis batuan lainnya,
dengan diameter tertentu, biasa untuk ukuran diameter yang cukup besar.
Untuk setiap type core drill bit bentuk hampir sama, hanya saja biasa
dibedakan menurut aplikasi benda kerja, type untuk melubangi dinding
lain dengan type untuk melubangi granit, dan seterusnya.

13. Diamond Drill Bit / Diamond Core Bit


Mirip dengan hole saw hanya saja digunakan untuk membuat lubang
pada kaca, keramik lantai, marmer atau granit dengan diameter tertentu,
biasa untuk ukuran diameter yang cukup besar, sering disebut dengan hole
saw kaca.

27

2.6 Kerusakan Pada Pahat


Kerusakan pahat potong selama operasi pemesinan tidak dapat dihindarkan,
akan tetapi dapat diminimalisir. Fenomena kerusakan akibat impact pada saat
pahat potong pertama sekali menyayat benda kerja belum banyak informasi yang
telah diperoleh
Berikut adalah Macam - macam kerusakan Pahat:
1.

Kerusakan karena retak/patah (fracture failure), terjadi bila gaya potong (Fc)

2.

terlalu tinggi.
Kerusakan karena temperatur (temperature failure), terjadi bila temperatur akibat

3.

gesekan terlalu tinggi.


Aus karena pemakaian berulang-ulang (gradual wear); pemakaian yang berulangulang dapat menyebabkan ketajaman perkakas berkurang. Ketajaman
berkurang menyebabkan efisiensi pemakaian berkurang dan temperatur
meningkat akibat gaya gesekan bertambah, maka akan terjadi kerusakan
Berikut kerusakan pada tool disertai identifikasi dan penyebabnya
Identifikasi:
1. Abrasif Wear
Bentuk ini ditemukan pada permukaan mata pahat yang berkecepatan rendah
dan permukaannya sangat kasar.

Biasanya menciptakan BUE chip.Chipnya

tersebut tidak membentuk spiral. .


Penyebab:
Pengelasan bagian material kepada tool yang menyebabkan terlepasnya tool

28

2. Adesi Wear
Identifikasi: dalam,banyak terdapat goresan - goresan yang terlihat secara
jelas di atas permukaan tool. Goresan - goresan tersebut juga dapat muncul secara
dominan di depan baris
Penyebab: terjadi akibat adanya gaya tekan dan panas yang tinggi sehingga
perkakas mengalami keausan akibat adanya partikel-partikel kecil material
perkakas yang lepas dari permukaannya dan melekat pada bagian benda kerja. Hal
ini biasa terjadi antara serpihan dengan permukaan garuk perkakas.
3. Difusi
Proses difusi

prosesnya hampir sama dengan adesi, tetapi disini yang

melepaskan diri adalah atom-atom material perkakas, berdifusi menuju serpihan


sehingga kekerasan perkakas berkurang. Bila proses ini berlanjut secara terusmenerus, maka akan mudah mengalami adesi dan abrasi. Difusi adalah merupakan
penyebab terjadinya keausan dalam bentuk lubang (crater wear) pada perkakas.
Deformasi plastik terjadi karena ada peningkatan temperatur yang tinggi
akibat gesekan, maka material perkakas menjadi lunak dan mudah mengalami
deformasi plastik. Deformasi plastik merupakan penyebab utama terjadinya
keausan panggul (flank wear).
4. Built Up Edge
Identifikasi : masalah ini pada umumnya yaitu diidentifikasi oleh bagian kecil
material terhadap permukaan tool.Bue selalu menyebabkan chip
Penyebab : kecepatan pemahatan yang rendah,lemahnya aksi yang digunakan
5. Chipping ware
Identifikasi: masalah ini pada umumnya terlihat sisi yang menajam.bentuknya
irregular sepanjang sisinya
Penyebab: getaran yang terjadi pada cutting edge

6. Flaking
Identifikasi:Munculnya Chip pada tool itu sendiri yang dapat memengaruhi
proses permesinan pada tool
29

Penyebab : karena sering digunakan dan biasanya terjadi pada tool keramik
7. Spalling
Identifikasi : Bentuk ini ditandai dengan adanya terkikisnya lapisan - lapisan
Penyebab : Terjadinya delaminasi terhadap lapisan oleh lapisan lain
8. Thermal Cracking
Identifikasi : terdapat beberapa retakan retakan
Penyebab : yaitu karena peningkatan suhu yang diakibatkan oleh proses
pemotongannya
9. Deformation Wear
Identifikasi : Terdapat suatu perbedaan pola dari yang sebenarnya yang
terlihat kental
Penyebabnya: juga merupakan Suhu yang tinggi
10. Cobalt leaching wear
Identifikasi : pengaruh yang rendah yang terdapat pada cutting edge, grove grovenya muncul dan membuat Kerusakan
Penyebab: Reaksi cobalt dengan amino alkohol yang merupakan zat sisa dari
proses permesinan.

30

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa sesuai dengan tugas individu tentang material alat potong dan tipe
kerusakannya penulis menyimpulkan bahwa sangat perlu untuk mengenal dan
memahami material alat potong dan kerusakannya menimbang manfaat material
alat potong dalam kesesuaian dengan benda kerja dan bahaya kerusakan alat
potong yang sangat berbahaya.
3.2

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang tugas individu di
atas dengan sumber sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan tugas
individu yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari tugas individu adalah
daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka
tugas individu.

31

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2006. MESIN PERKAKAS BENGKEL Buku Acuan untuk Siswa
Menengah Kejuruan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Elias dan R Rachmad M. 1978. Petunjuk Kerja Mesin Bubut, Sekrap dan Frais 1
Untuk Bagian Mesin Sekolah Teknologi Menengah Sekolah Menengah
Pembangunan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan
https://www.google.co.id
https://gurupujaz.wordpress.com/2015/03/07/mengenal-pahat-bubut/
http://pras-tpm.blogspot.co.id/2010/02/proses-pemilihan-material-pahat.html
http://teknik-manufaktur.blogspot.co.id/2012/09/perkakas-potong.html
http://tek-enginering.blogspot.co.id/2012/12/alat-potong-logam.html
http://hilmanburhanudin.blogspot.co.id/2011/09/macam-macam-alat-potong-danfungsinya.html
http://diobubut.blogspot.co.id/2015/06/macam-macam-alat-potong-pada-mesinbubut.html
http://machiningtool.blogspot.co.id/2014/10/alat-potong-mesin-frais-fraismilling.html
http://fiandruva.blogspot.co.id/2011/12/macam-macam-pisau-frais.html
http://indopowertools.com/news/12/JENIS-MATA-BOR-DANKENGGUNAANNYA
http://leciazarin.blogspot.co.id/2014/03/kerusakan-pada-pahat.html

32

Anda mungkin juga menyukai