Disusun oleh:
NIM : 18.01.03.004
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
nikmat dan kasih karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan peaktikum PPPM ini
dengan baik.
Dalam penyusunan laporan praktikum PPPM ini tentunya tidak bisa lepas
berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada pihak yang telah membantu. Semoga amal kebajikan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat pahala dan mendapat amal yang diridhoi oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu segala saran dan kritik untuk perbaikan laporan ini akan penulis terima dengan
senang hati. Dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
II
DAFTAR ISI
IV
Daftar Gambar
Gambar 2.10 Penyimpangan kesejajaran sumbu poros vertikal pada transmisi roda gigi dan
rantai penggerak..........................................................................................................................8
Gambar 2.11 Penyimpangan kesejajaran sumbu poros horizontal pada transmisi roda gigi dan
rantai penggerak..........................................................................................................................9
Gambar 2.12 Penyimpangan kesebarisan roda gigi rantai pada transmisi roda gigi dan rantai
penggerak.....................................................................................................................................9
\
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Pemeriksaaan dan pengukuran sistem transmisi kopling sebelum pembongkaran.........15
Tabel 3.2 Pemeriksaaan dan pengukuran sistem transmisi kopling setelah pembongkaran.........16
Tabel 3.3 Pemeriksaaan dan pengukuran sistem transmisi pully dan sabuk sebelum
pembongkaran...............................................................................................................................19
Tabel 3.4 Pemeriksaaan dan pengukuran sistem transmisi pully dan sabuk setelah pembongkaran
.......................................................................................................................................................21
Tabel 3.5 Pemeriksaaan dan pengukuran sistem transmisi rantai penggerak dan roda gigi..........24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alignment
Dengan mengetahui kondisi dari mesin yang dipakai diharapkan produk yang
dihasilkan lebih berkualitas, serta usia pakai mesin atau peralatan juga dapat lebih lama.
Dengan kata lain alignmant adalah suatu tindakan/pekerjaan yang diambil serta dilakukan
oleh seorang maintenance untuk memeriksa, memelihara elemen mesin pemindah putaran
atau daya. Selain dari pada itu Alignment merupakan suatu bahan pelajaran yang harus
dipelajari oleh mahasiswa, agar pembelajaran tentang Alignment dapat dipahami dengan
baik perlu adanya pembelajaran secara teori maupun peraktik.
1. Agar mesin dan peralatan operasi dapat dipergunakan dalam waktu yang relatif
lebih panjang
2. Agar pelaksanaan proses operasi dalam perusahaan berjalan dengan lancer
3. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat sesuai dengan yang direncanakan
4. Menekan biaya pemeliharaan bagian mesin dan peralatan operasi
5. Menjaga keselamatan para pekerja.
1.3. Tujuan Pemeliharaan, Perawatan,
1 Perbaikan Mesin
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Alignment
Dimana komponen ini berfungsi menghubungkan antara satu poros dengan poros
lainya dengan perantara piringan yang saling di satukan maupun yang dapat diputuskan
oleh pengguna, apabila kopling mengalami tidak kesumbuan maka salah satu dari
koponen ini akan mengalami kerusakan yang lebih cepat seperti pada bantalan.
Pada saat awal pemasangan atau setelah lama digunakan, kopling pasti memungkinkan
adanya sebuah penyimpangan pada sumbu penggerak maupun sumbu yang digerakkan,
maka perlu adanya perbaikan/ penyetelan penyimpangan kesumbuan pada kopling,
yang dapat diklasifikasikan menjadi :
Roda gigi merupakan alat pemindah daya yang paling tahan untuk beban berat
karena alat ini dirancang tidak ada nilai selip dimana roda gigi lebih unggul di bidang
komponen lainnya yang kurang dalam pemindahan tenaga. Selain itu roda gigi memiliki
kelemahan antara lain harga yang terlalu mahal dan tidak dapat menghantarkan putaran
yang terlalu jauh.
Pada saat awal pemasangan atau setelah lama digunakan, transmisi roda gigi
pasti memungkinkan adanya sebuah penyimpangan baik pada poros dengan roda gigi,
maupun antara roda gigi yang berhubungan, maka perlu adanya perbaikan/penyetelan
penyimpangan yang terjadi pada transmisi roda gigi. Maka dari itu perlu mengetahui
jenis – jenis penyimpangan pada roda gigi :
Rantai merupakan alat pemindah daya yang sering kita jumpai dimana rantai
digunakan pada mesin berputaran tinggi.
Gambar 2.10 Penyimpangan kesejajaran sumbu poros vertikal pada transmisi roda gigi
dan rantai penggerak
Gambar 2.11 Penyimpangan kesejajaran sumbu poros horizontal pada transmisi roda gigi
dan rantai penggerak
7
Gambar 2.12 Penyimpangan kesebarisan roda gigi rantai pada transmisi roda gigi dan
rantai penggerak
Puli dan sabuk tidak kalah pentingnya dengan yang lainnya dimana puli dapat
memindahkan putaran dengan berbagai arah putaran hanya dengan satu puli saja, namun
kekurangan puli ada pada daya yang dapa dipindahkan tidak terlalu besar seperti roda
gigi.
Pada saat awal pemasangan atau setelah lama digunakan, puli dan sabuk pasti
memungkinkan adanya sebuah penyimpangan, maka perlu adanya
perbaikan/penyetelan penyimpangan pada puli dan sabuk penggerak, yang dapat
diklasifikasikan menjadi :
Dalam pengujian ketelitian geometris mesin perkakas ada beberapa konsep dasar
yang harus diketahui dan dipakai oleh operator atau montir mesin yaitu
a. Kelurusan, Suatu garis dinyatakan lurus apabila harga perubahan dari jarak antara titik-
titik pada garis itu terhadap satu bidang proyeksi yang sejajar terhadap garis, selalu di
bawah suatu harga tertentu.
b. Kedataran, Suatu permukaan atau bidang dinyatakan rata atau datar bila perubahan
jarak tegak lurus dari titik-titik itu terhadap sebuah bidang geometrik yang sejajar
permukaannya, mempunyai harga di bawah suatu harga tertentu. Bidang geometrik dapat
diwakilkan oleh sebuah plat rata (surface plate) atau oleh sekumpulan garisgaris lurus
yang dapat diperoleh dengan pertolongan suatu pelurus (straight edge), pendatar atau
sinar cahaya yang dipindahpindahkan.
c. Kesejajaran, Sebuah garis dinyatakan sejajar terhadap suatu bidang apabila diadakan
pengukuran antara garis tersebut terhadap bidang pada beberapa tempat, maka perbedaan
maksimum yang diperbolehkan tidak melampaui harga tertentu.
d. Ketegaklurusan, Dua bidang, dua garis lurus atau satu garis lurus dan sebuah bidang
dinyatakan tegaklurus satu terhadap yang lain, apabila penyimpangan kesejajaran
terhadap sebuah harga tegaklurus baku tidak melampaui suatu harga tertentu.
10
e. Penyimpangan rotasi banyak sekali terjadi pada mesin-mesin perkakas, karena sebagian
besar dari mesin perkakas memakai prinsip kerja rotasi, walaupun dari prinsip rotasi
tersebut banyak yang diubah menjadi prinsip translasi. Dengan demikian penyimpangan
rotasi pada mesin-mesin perkakas selalu ada dan selalu terjadi baik itu secara dinamik
atau statik.
Motor bakar merupakan suatu mesin yang mengubah energi kimia dari bahan
bakar menjadi energi panas (thermal), yang kemudian energi panas ini diubah menjadi
tenaga gerak atau mekanik. Motor bakar sendiri dalam bahasa Inggris disebut dengan
Thermal Engine Misalnya; mesin bensin, mesin diesel, mesin roket, mesin jet.
Mesin bensin atau mesin Otto dari Nikolaus otto adalah sebuah tipe mesin
pembakaran dalam yang menggunakan nyala busi untuk proses pembakaran, dirancang
untuk menggunakan bahan bakar bensin atau yang sejenis. Pada mesin bensin, umumnya
udara dan bahan bakar dicampur sebelum masuk ke ruang bakar, pencampuran udara dan
bahan bakar dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi. Bahan bakar yang becampur
udara mengalir kedalam ruang bakar dan dikompresikan dalam ruang bakar, kemudian
dipercikan bunga api listrik yang berasal dari busi. Karena itu motor bensin disebut juga
sebagai spark ignation engine. Ledakan yang terjadi dalam ruang bakar mendorong torak,
kemudian mengerakan poros engkol untuk didistribusikan ke roda.
Motor diesel merupakan salah satu bentuk motor pembakaran dalam (internal
combustion engine) di samping motor bensin dan turbin gas. Motor diesel disebut dengan
motor penyalaan kompresi (compression ignition engine) karena penyalaan bahan
bakarnya diakibatkan oleh suhu kompresi udara dalam ruang bakar. Cara pembakaran dan
pengatomisasiaan bahan bakar pada motor diesel yaitu saat piston turun yang dihisap dan
dimasukkan ke dalam ruang bakar hanya udara, yang selanjutnya udara tersebut
dikompresikan sampai mencapai suhu dan tekanan yang tinggi. Beberapa saat sebelum
piston mencapai Titik Mati Atas (TMA) bahan bakar solar diinjeksoikan ke dalam ruang
bakar. Dengan suhu dan tekanan udara dalam silinder yang cukup tinggi maka partikel –
partikel bahan bakar akan menyala dengan sendirinya sehingga terjadi proses
pembakaran. Meskipun motor diesel tidak diperlukan sistem pengapian seperti motor
bensin, namun motor diesel memerlukan sistem penginjeksian bahan bakar yang berupa
pompa injeksi (injection pump), pengabut (injector) serta perlengkapan bantu lain.bahan
bakar yang disemprotkan harus memiliki sifat terbakar sendir (self ignition).
2.4 Bantalan
Bantalan adalah suatu elemen mesin yang digunakan untuk menumpu poros atau
beban yang bekerja pada suatu mesin. Penanganan secara betul dalam pemasangan
maupun pelepasan bantalan bukan merupakan masalah yang sulit, karena hanya
12
diperlukan kebersihan, ketelitian maupun keseksamaan.
Bantalan luncur adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung dengan halus
dan aman. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
Jenis bantalan ini mampu menumpu poros dengan beban besar. Atas dasar arah beban
terhadap poros maka bantalan luncur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bantalan Radial atau disebut jurnal bearing, dimana arah beban yang ditumpu bantalan
adalah tegak lurus terhadap sumbu poros.
b. Bantalan aksial atau disebut trust bearing, yaitu arah beban yang ditumpu bantalan
adalah sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan luncur khusus adalah kombinasi dari bantalan radial dan bantalan aksial
13
BAB III
N1.3 = 1490
4 Besarnya putaran
N2.1 = 574,7
(n2)
N2.2= 578,7
N2.3 = 589,6
N rata – rata = 581 Rpm
N3.3 = 541
Nrata-rata = 537
SETELAH PEMBONGKARAN
1
Pengukuran Dluar1 = 101,45 mm
diameter luar Dluar2 = 101,3 mm
15
D rata – rata = Ø 101,375 mm
Drata-rata = 75,175
b. Memeriksa seri sabuk “V- Ket : Standar ketebalan sabuk B60 adalah 11,0 mm.
belt” dan mengukur tebal Maka dapat disimpulkan bahwa sabuk mengalami
sabuk yang terhubung keausan
pada pully yang
digerakkan.
4
Pengukuran D2.1 = 35 mm
diameter poros16
2 D2.2 = 35 mm
D2.3 = 35 mm
D2.4 = 35 mm
D2.5 = 35 mm
D rata – rata = Ø 35 mm
Pengukuran D3.1 = 35 mm
diameter poros 3 D3.2 = 34,90 mm
D3.3 = 35 mm
D3.4 = 34,95 mm
D3.5 = 35 mm
5
Pengukuran Dbearing1.1 = 35 mm
diameter lubang Dbearing1.2 = 35 mm
dudukan poros Dbearing1.3 = 35 mm
(diameter dalam) 1
D rata – rata = Ø 35 mm
Pengukuran Dbearing1.1 = 35 mm
diameter lubang Dbearing1.2 = 35 mm
dudukan poros Dbearing1.3 = 35 mm
(diameter dalam) 2
D rata – rata = Ø 35 mm
Terjadi penyimpangan
sumbu poros (poros 1)
n₁.₂ = 1400
n₁.₃ = 1388
4
Besarnya putaran n₂.₁ = 567,9
(n₂)
n₂.₂ = 578,7
n₂.₃ = 589,6
5
Besarnya putaran n₃.₁ = 175,9
(n₃)
n₃.₂ = 179,6
n₃.₃ = 181,3
2
Periksa seri sabuk “v-belt” Sabuk 1
dan ukur tebal sabuk yang Seri sabuk = B60
20
terhubung pada pully motor Tebal sabuk = 10,96 m
penggerak
D₂.₃ = 35
D₂.₂ = 35
D₂.₃ = 35
D rata – rata = Ø 35 mm
terjadi penyimpangan.
21
Diameter lubang D2.1 = 35 mm
dudukan poros (
D2.2 = 35 mm
diameter dalam ) 2
D2.3 = 35 mm
D rata rata= 35 mm
terjadi penyimpangan.
Diameter lubang = 35 mm
D3.1
dudukan poros (
D3.2 = 34,98 mm
diameter dalam ) 3
D3.3 = 35 mm
terjadi penyimpangan.
D rata rata= 35 mm
terjadi penyimpangan.
22
3.3 Data hasil Pembongkaran, Pemeriksaan dan Pengukuran Transmisi rantai dan roda
gigi
Tabel 3.5 Pemeriksaaan dan pengukuran sistem transmisi rantai penggerak dan
roda gigi
N1.2 = 1495
N2.2 = 572,2
N3.2 = 572,0
N rata – rata = 572,0 Rpm
24 D luar 2 = 110
D rata – rata = 110 mm
(P1)
Gambar 3.4
diameter luar
2 Pengukuran
D dalam 1 = 86
diameter dalam
puly (P1) D dalam 2 = 86
D rata – rata = 86 mm
25
motor penggerak.
Sabuk 2
Periksa seri sabuk
Jenis sabuk = B60
“V-belt”, dan ukur
Tebal Sabuk = 10 mm
tebal sabuk yang
terhubung pada
pully yang di
gerakkan.
6 D2.1 = 34,96
. Diameter Poros 2
D2.2 = 34,96
Gambar 3.5
D2.3 = 34,9
diameter poros
D3.1 = 34,96
Diameter Poros 3
D3.2 =34,96
D3.3 = 34,96
7 Dbearing 1.1 = 35
Diameter lubang
dudukan poros ( Dbearing 1.2 = 35
D rata – rata = Ø 35 mm
D rata – rata = Ø 35 mm
Diameter lubang Dbearing 2.1 = 35
D rata – rata = Ø 35 mm
27
Gambar 3.6 Spirit level horizontal
g. Spindel 30
a. Ketegaklurusan permukaan spindle diukur pada
180° Terjadi penyimpangan 0,005 mm
Gambar 3.12 Ketegaklurusan spindel
31
Gambar 3.13 Kesumbuan pusat spindle
b. Posisi Vertikal
32
b. Posisi Vertikal
Penyimpangan 0,07
mm
33
Gambar 3.16 poros peluncur kepala lepas arah vertical
34
Gambar 3.18 Ketegaklurusan Gerakan eretan melintang
35
Gambar 3.20 kesejajaran ulir transporter horisontal
b. Posisi vertical
Penyimpangan 0,12
mm
36
Gambar 3.22 Ketepatan kisar ulir
37
3.5 Data Hasil Pengamatan Motor Bakar Bensin
A. Kepala Silinder
Kerataan kepala
silinder A B C D
Sisi A B
manifold
0,5 0,5
Gambar 3.23
kerataan kepala Kesimpulan
silinder Kerataan pada kepala silinder masih normal tetai banyak
baut atau mur yang hilang patah atau sebagainnya sihingga
kekencangan jadi tidak seimbang
cran 48, 79 mm
ksha
ft
cam 88,80mm
shaf
Gambar 3.24
t
diameter roda
gigi Kesimpulan
Dilihat dari visual kondisi rantai masih baik
belum terlihat cacat yang terlalu serius
Panjang rantai Panjang Rantai : 480 mm
Keaimpulan
Panjang rantai masih normal belum perlu
mengalami pergantaian
B. Pengukuran Kompnen
Pengukuran Hasil Ukur Keterangan
digunakan
digunakan
digunakan
digunakan
3.6 Data Hasil Praktikum Bantalan
Praktik Latihan 1
15,008 mm
Batas toleransi Ø 15j6 15+0,008
mm
−0,003 14,997 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
A B Diijinkan Tidak diijinkan
30,009 mm
Batas toleransi Ø 30j6 30 +0,009
mm
−0,004 29,996 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
A B Diijinkan Tidak diijinkan
50,011 mm
50+0,011 mm
Batas toleransi Ø 50j6 −0,005 49,995 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
A B Diijinkan Tidak diijinkan
50 mm, 90 mm, 23 mm
Ukuran standar d, D, B
ISO9001 : 2000
Hasil Pengukuran
Dimensi D D B
+14 mikron
Batas toleransi standar ring dalam 50J7
- 11 mikron
+11 mikron
Batas toleransi poros 50j6
- 5 mikron
Do 50 mm
Umax
14 mirkon + 11 mikron 25 mikron
(tol. besar poros + tol.besar lubang)
𝑈𝑚𝑎𝑥 25
tU = ( ) 41,67
0,012 .𝑑𝑜 0,012 . 50
Praktik Latihan 4
30,005 mm
Batas toleransi Ø 30j5 30+0,005 mm
−0,004 29,996 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
a b Diijinkan Tidak diijinkan
Praktik Latihan 1
15,008 mm
Batas toleransi Ø 15j6 15+0,008
mm
−0,003 14,997 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
A B Diijinkan Tidak diijinkan
30,009 mm
Batas toleransi Ø 30j6 30 +0,009
mm
−0,004 29,996 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
A B Diijinkan Tidak diijinkan
50,011 mm
50+0,011 mm
Batas toleransi Ø 50j6 −0,005 49,995 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
A B Diijinkan Tidak diijinkan
47
50 mm, 90 mm, 23 mm
Ukuran standar d, D, B
ISO9001 : 2000
Hasil Pengukuran
Dimensi D D B
+14 mikron
Batas toleransi standar ring dalam 50J7
- 11 mikron
+11 mikron
Batas toleransi poros 50j6
- 5 mikron
Do 50 mm
Umax
14 mirkon + 11 mikron 25 mikron
(tol. besar poros + tol.besar lubang)
𝑈𝑚𝑎𝑥 25
tU = ( ) 41,67
0,012 .𝑑𝑜 0,012 . 50
Praktik Latihan 4
48
30,005 mm
Batas toleransi Ø 30j5 30+0,005 mm
−0,004 29,996 mm
Hasil Pengukuran
Pengukuran Berdasar Toleransi
Posisi Rata – rata
a b Diijinkan Tidak diijinkan
mesin diesel.
Gambar 3.25 Mesin Diesel 1
silinder
2.
3.
4.
50
Gambar 3.30 Filter udara Gambar 3.31 Pully
5.
6.
Gambar 3.34 Rocker Arm dan Push Gambar 3.35 Piston dan Block cylinder
rod
7.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Untuk melengkapi laporan ini kami akan menyampaikan beberapa saran yang
mungkin bias membantu mengisi kekurangan – kekurangan yang ada, antara lain sebagai
berikut :
1. Kuasai terlebih dahulu teori sebelum melaksanakan praktikum.
2. Utamakan keselamatan kerja.
3. Gunakan waktu sebaik mungkin
4. Jangan pernah merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.vibrasindo.com/blogvibrasi/detail/37/apa-itu-alignment
2. https://www.kajianpustaka.com/2019/07/tujuan-fungsi-jenis-dan-kegiatan-
perawatan-maintenance.html
53
3. http://jendelauntukkita.blogspot.com/2013/10/keuntungan-melakukan-
pemeliharaan-mesin.html
54