Anda di halaman 1dari 24

1

POLITEKNIK NEGERI PENGUJIAN BAHAN & METROLOGI


UJUNG PANDANG
PENGUKURAN TAK LANGSUNG

JOB SHEET

PENGUJIAN BAHAN DAN METROLOGI DASAR


(PENGUKURAN TAK LANGSUNG)

PENYUSUN :

AHMAD ZUBAIR SULTAN, S.T., M.T.,Ph.D


NIP. 197404231999031002

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK MANUFAKTUR


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2

2018
PRAKTIK PENGUKURAN TAK LANGSUNG

I. Tujuan Instruksional
Setelah menyelesaikan praktek ini, mahasiswa akan terampil:
1. Mengukur radius dalam dan radius luar dengan mengunakan batang rol
dengan ketelitian sedang.
2. Mengukur sudut dengan menggunakan senter sinus
3. Mengukur sudut “V” dengan dua roll pin
4. Mengukur sudut konis dengan alat bantu pelat parallel dan rol pin
5. Menggunakan blok ukur dengan baik dan benar
6. Menggunakan dial indicator dengan baik dan benar
7. Menggunakan alat ukur dengan baik

II. Teori Dasar


Pengukuran adalah serangkaian operasi yang bertujuan untuk
mendapatkan nilai suatu besaran. Proses pengukuran merupakan perbandingan
kwantitatif antara standar yang telah ditentukan sebelumnya dengan yang diukur.
Pengukuran dapat pula diartikan sebagai tindakan manusia dalam mengamati suatu
besaran atau kuantitas/variable.
Dalam pengukuran ada bermacam-macam besaran yang berhubungan dengan oprasi
dan unjuk kerja atau proses yang sedang dikembangkan.

Gambar 1. Proses Pengukuran


3

Tujuan dari pengukuran itu sendiri adalah untuk mengetahui nilai yang sebenarnya
dari suatu variable atau kuantitas besaran. Yang menjadi pertanyaan apakah nilai
yang sebenarnya tersebut dapat diperoleh? Tentu tidak tetapi dapat didekati atau
dihampiri. Alasanya setiap pengukuran selalu disertai atau dihinggapi dengan
kesalahan atau ketidakpastian. Sehingga untuk menghampiri nilai sebenarnya harus
dilakukan pengukuran berulang-ulang. Jangan bosan.
Dari bermacam-macam masalah pengukuran komponen mesin maka
pengukuran linier merupakan hal yang sering ditemukan. Dari cara pengukuran
linier dikenal dua jenis alat ukur linier alat ukur linier langsung dan alat ukur linier
tak langsung. Dengan alat ukur linier langsung maka hasil pengukuran dapat dibaca
langsung pada bagian penunjuk (skala) dari alat ukur tersebut. Contoh mistar ukur,
mistar ingsut/jangka sorong, mikrometer.
Akan tetapi tidaak semua masalah pengukuran linier dapat diatasi dengan
menggunakan alat ukur langsung, karena dalam beberapa hal mungkin diperlukan
kecermatan yang lebih tinggi ataupun karena kondisi obyek ukur tidak
memungkinkan penggunaan alat ukur langsung. Untuk itu diperlukan cara
pengukuran tak langsung yang dilaksanakan dengan memakai dua jenis alat ukur,
yaitu : alat ukur standar (blok ukur, batang ukur, kaliber induk) dan alat ukur
pembanding (jam ukur, jam ukur test, pembanding).
Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengukuran tak lngsung yaitu :

a. Pengukuran Keradiusan
Pengukuran radius dalam maupun radius luar yang dilakukan,
merupakan salah satu pengukuran tak langsung, dimana untuk mendapatkan
ukuran sebenarnya dengan menggunakan persamaan dasar segitiga siku-siku
(rumus phytagoras) dengan panjang sisinya A, B dan C.

Rumus :
C2 = A 2 + B 2
A 2 = C 2 – B2
B2 = C2 – A2
4

Gambar 2. Segi tiga siku – siku


Dalam praktikum pengukuran keradiusan dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut :
 Pengukuran Radius Dalam
Radius dalam dapat diukur dengan bantuan 3 batang rol (lihat gambar 3).
Perlengkapan pengukuran radius dalam adalah tiga buah rol  = d, blok ukur (S),
mistar ingsut, pisau perata. Adapun langkah kerja pengukuran sebagai berikut:
 Tempatkan ketiga rol tersebut pada bagian dalam
benda kerja radius
 Letakkan pisau perata diatas batang rol dan posisikan
sampai ketiga batang rol seimbang dan berada pada posisi tengah radius.
 Ukur jarak tinggi S

S
d

Gambar 3. Mengukur Radius Dalam dengan Tiga Batang Rol

d 2  d .S
 Hitung radius dengan menggunakan rumus R 
2S
Dimana :
R = radius benda kerja yang diukur
S= Jarak permukaan atas batang selender tengah dengan permukaan
bawah pisau perata
d = diameter batang selinder
5

 Cara Ketiga : Pengukuran radius luar I

Gambar 4. Pengukuran radius luar I

Lihat gambar 4,

D = 2BE = 2r
X = Dapat diukur

Lihat Δ ABC :
AC2 = AB2 + BC2
( R + r )2 = AB2 + ( R – r )2
R2 + 2Rr + r2 = AB2 + R2 - 2Rr + r2
2Rr + 2Rr = AB2
AB2 AB2 XD
R  atau R  dimana AB 
4r 2D 2

Dimana :
R = radius benda kerja yang diukur
r = radius bola / batang selinder
D = diameter bola / batang selinder
6

 Cara keempat : Pengukuran radius luar II

Gambar 5. Pengukuran radius luar II

Lihat gambar 5,
X  D
D = 2BE = 2r BC  BE = EF – r
2
X = dapat diukur
EF = dapat diukur
Lihat Δ ABC :
AC2 = AB2 + BC2
( R + r )2 = ( R - BF)2 + BC2
R2 + 2R.r + r2 = R2 – 2R.BF + BF2 + BC2
2Rr + 2R.BF = BC2 + BF2 - r2
BC2  BF2  r 2
R 
2 (r  BF )

R = radius benda kerja yang diukur


r = radius bola / batang selinder
D = diameter bola / batang selinder
7

b. Mengukur sudut dengan alat sinus


Ada empat macam pengukur atau pemeriksa sudut benda kerja yang
memakai rumus sinus, yaitu batang sinus / meja sinus, senter sinus, meja ganda
sinus, dan busur sinus.
Jika pada batang sinus pengukuran dan pemeriksaan ditekankan untuk
bentuk geometris yang berupa pelat-pelat atau balok-balok datar, maka
pengukuran atau pemeriksaan dari bentuk-bentuk konis lebih baik dipakai senter
sinus yang dilengkapi dengan dua poros yang sejajar dengan garis singgung
kedua rol (senter sinus). Pada batangnya dilengkapi alur T yang berguna untuk
menempatkan pemegang poros. Mengukur sudut konis dengan menggunakan
senter sinus berarti mengukur setengah dari sudut konis itu.

Gambar 6. Mengukur sudut konis dengan senter sinus

Seperti pada gambar 6, setelah garis AB datar, (y = 0), maka sudut konis adalah :
½θ=θ
h
Sin θ 
L
Dimana :
θ = sudut kemiringan benda kerja ( o )
h = tinggi / tebal blok ukur yang diperlukan (mm)
L = Jarak senter dua buah rol (mm)
8

Senter sinus berupa suatu batang baja dengan dua buah rol yang
diletakkan pada kedua ujungnya pada sisi bawah, lihat gambar 4. Batang dan rol
tersebut dikeraskan dan diasah halus pada permukaan yang penting. Kedua
silinder/rol mempunyai kesamaan diameter dan kesilindrisan dengan toleransi
yang cukup sempit (0,003 mm). Mereka dipasangkan pada batang dengan jarak
antar senter yang tertentu (100, 200, 250 atau 300 mm), dengan toleransi posisi
dan kesejajaran yang tinggi (0,005 mm).
Kesejajaran kedua rol tersebut terhadap batang permukaan sebelah atas
atau kesamaan jarak dari sumbu kesumbu terhadap permukaan sebelah atas dibuat
dengan toleransi sempit (0,003). Toleransi kerataan dari permukaan batang
sebelah atas adalah sekitar 0,003 mm. Tidak semua batang sinus dibuat dengan
toleransi sebagaimana yang disebutkan diatas, ada pula yang dibuat dengan
kualitas yang lebih rendah. Toleransi yang sempit tersebut dimaksudkan untuk
menjamin ketelitiaan dari harga sudut yang akan diukur.
Dalam pemakaiannya, batang sinus diletakkan pada meja rata, kemudian
benda ukur diletakkan pada permukaan atasdan menempel pada sisi penahan.
Ujung dari batang sinus pada sisi yang tidak berpenahan diangkat dan suatu
susunan blok ukur dengan tinggi yang tertentu diletakkan di bawah selinder dari
batang sinus sedemikian rupa sehingga permukaan yang lain dari benda ukur
menjadi sejajar dengan permukaan meja rata (permukaan referensi). Kesejajaran
tersebut diperiksa dengan memakai jam ukur atau pupitas sebagaimana yang
diperlihatkan pada gambar 6.
Berikut ini cara pengukuran sudut benda konis dengan menggunakan senter
sinus.
9

Gambar 7. Sudut benda konis dengan menggunakan senter sinus.

Sebelum pengukuran dimulai, tinggi h terlebih dahulu diperkirakan yaitu


dengan mengukur sudut α ari benda kerja dengan memakai busur bilah. Setelah
dihitung harga sinusnya, maka dicari kombinasi blok ukur supaya mempunyai
tinggi susunan sebesar h. Setelah susunan blok ukur tersebut diletakkan di bawah
selinder batang sinus, maka pemeriksaan kesejajaran permukaan atas benda ukur
dengan meja rata dilakukan dengan memakai jam ukur. Apabila tinggi h tersebut
ternyata memang tepat, maka selama digeserkan sepanjang I’ jarum jam ukur
tetap diam (tetap menunjuk nol). Seandainya tidak, maka akan timbul
penyimpangan dari jam ukur sebesar d (positif atau negatif). Dalam hal ini tinggi
dari susunan blok ukur harus diubah sebesar y, (positif atau negatif), bagaimana
rumus pada gambar 8.
10

Gambar 8. Pemeriksaan kesejajaran permukaan benda ukur terhadap meja rata

c. Mengukur besar sudut ‘bentuk alur V’


Bentuk alur V dapat diukur secara tak langsung dengan menggunakan alat
bantu pengukuran meja perata, dua buah roller pin dengan diameter D dan diameter
d. pengukur ketinggian dan mikrometer. Adapun cara pengukuran yaitu; pertama
ukur diameter dua buah roller pin dengan ‘mikrometer’, merangkai alat (lihat
gambar 9), ukur tinggi H dengan pengukur ketinggian dan hitung besar sudut α

 Dd
dengan rumus : Sin 2  2 H  d  D

D u a B u a h R o l P in

P e n g u k u r K e t in g g ia n
H

α
BENDA UKUR

Gambar 9. Mengukur besar sudut ‘bentuk alur V’


11

d. Mengukur besar sudut bentuk konis


Mengukur besar sudut bentuk konis dapat dilakukan dengan pengukuran tak
langsung dengan menggunakan beberapa alat bantu diantaranya meja perata, roller
bar/roll, pelat parallel, mikrometer/jangka sorong. Pengukuran dapat dilakukan
dengan cara ukur diameter roller bar/ball dengan mikrometer/jangka sorong, ukur
tinggi/tebal pelat parallel yang diperlukan (b), dengan mikrometer, ukur panjang l1
dan ukur panjang l2 dengan jangka sorong (lihat gambar). Setelah semua data

 l  l1
lengkap hitung besar sudut γ dengan rumus berikut: tg    2
2 2b
l2

d d
B enda U kur
B enda U kur

P e la t p a r a le l
γ γ
R o lle r p in
d d

M e ja P e r a ta
l1

 
Benda Ukur 2
2

γ b

Gambar 10. Mengukur besar sudut ‘bentuk konis’

III. Bahan dan Peralatan


3.1. Media Praktek yang digunakan adalah :
a. Latihan I : Pengukuran benda radius dalam
b. Latihan II : Pengukuran benda radius luar I
c. Latihan III : Pengukuran radius luar II
d. Latihan IV : Pengukuran sudut benda konis dengan
menggunakan senter sinus.
12

e. Latihan V : Pengukuran sudut ‘bentuk alur V blok’


f. Latihan VI : Pengukuran besar sudut bentuk konis

3.2. Peralatan yang digunakan praktikum untuk latihan I, II dan III yaitu:
a. Jangka sorong / Mikrometer
b. Alat ukur ketinggian
c. Meja perata
d. Pisau Perata
e. Batang Selinder
f. Benda ukur
g. Alat pembersih
h. Cairan pembersih

1. Peralatan yang digunakan praktikum untuk latihan IV yaitu:


a. Senter sinus
b. Meja perata
c. Blok ukur
d. Dial indicator / jam ukur
e. Benda kerja konis (berpermukaan miring)
f. Lap pembesih
g. Cairan pembersih

2. Peralatan yang digunakan praktikum untuk latihan V yaitu:


a. Meja perata
b. Dua buah roller pin dengan diameter D dan
diameter d,
c. Pengukur ketinggian dan
d. Mikrometer/Mistar Ingsut

3. Peralatan yang digunakan praktikum untuk latihan VI yaitu:


a. Meja perata
b. Roller bar/roll
c. Pelat parallel 50 mm 2 buah
d. Mikrometer/jangka sorong.
13

4 Gambar Rangkaian Alat


4.1.1 Latihan I : Pengukuran sudut benda konis dengan
menggunakan senter sinus.

S
d

- Ukur S
- Ukur d

MEJA RATA

Gambar 11. Media Praktik Latihan I

4.1.2 Latihan II : Pengukuran sudut benda konis dengan


menggunakan senter sinus.

Gambar 12. Media Praktik Latihan II


14

4.1.3 Latihan III : Pengukuran sudut benda konis dengan


menggunakan senter sinus.

Gambar 13. Media Praktik Latihan III

4.1.4 Latihan IV : Pengukuran sudut benda konis dengan


menggunakan senter sinus.

Gambar 14. Media Praktik Latihan IV


15

- Tentukan tinggi susunan blok ukur (ho)


- Setelah susunan blok ukur tersebut diletakkan dibawah selinder
batang sinus, maka pemeriksaan kesejajaran permukaan atas dari benda ukur
dengan meja rata dilakukan dengan memakai jam ukur.

4.1.5 Latihan V : Pengukuran sudut ‘bentuk alur V blok’

D u a B u a h R o l P in

P e n g u k u r K e t in g g ia n -

H
Ukur jarak H
D
-
Ukur D dan d
-
α
BENDA UKUR Hitung Sudut α

Gambar 15.. Media Praktik Latihan V

4.1.6 Latihan VI : Pengukuran besar sudut bentuk konis


l2

  -
B enda U kur 2
2 Ukur jarak l2
-

γ Ukur tinggi b
b
-
Ukur diameter d
-
Hitung sudut γ
l1
Gambar 16. Media Praktik Latihan VI
16

5 Langkah Kerja
5.1. Langkah kerja Latihan I: Pengukuran radius dalam
Sebelum melakukan kegiatan pengukuran perhatikan media
praktek dengan baik beserta kelengkapannya. Radius dalam dapat diukur
dengan bantuan 3 batang rol (lihat gambar 11). Langkah pengukurannya
yaitu:
1. Siapkan alat yang diperlukan serta benda keja radius yang akan
diukur radiusnya.
2. Bersihkan benda kerja radius dan meja perata dari kotoran minyak,
debu atau kotoran lain agar tidak mengganggu proses pengukuran.
3. Letakkan benda kerja radius diatas meja perata
4. Tempatkan ketiga rol tersebut pada bagian dalam
5. Letakkan pisau perata diatas batang rol dan posisikan sampai ketiga
batang rol seimmbang dan berada pada posisi tengah radius.
6. Ukur jarak tinggi S
7. Tunjukan hasil pengukuran pada pembimbing
d 2  d .S
8. Hitung radius dengan menggunakan rumus R 
2S

5.2. Langkah kerja Latihan II: Pengukuran radius luar I


Sebelum melakukan kegiatan pengukuran perhatikan media praktek
dengan baik beserta kelengkapannya.
1. Siapkan alat yang diperlukan serta benda keja radius
yang akan diukur radiusnya.
2. Bersihkan benda kerja radius dan meja perata dari
kotoran minyak, debu atau kotoran lain agar tidak mengganggu proses
pengukuran.
17

3. Letakkan benda kerja radius diatas meja perata


4. Letakkan 2 buah batang selinder pada benda kerja radius
dengn posisi tepat seperti pada gambar (lihat gambar 12)
5. Lakukan pengukuran jarak X secara cermat (lihat
gambar 12) dengan menggunakan jangka sorong dan catat hasil
pengukurannya.
6. Lakukan pengukuran diameter batang selinder (D) secara
cermat dan catat hasil pengukurannya.
7. Tunjukkan hasil pengukuran pada pembimbing
8. Hitung radius luar 1 (Rluar 1)

5.3. Langkah kerja Latihan III: Pengukuran radius luar II


Sebelum melakukan kegiatan pengukuran perhatikan media praktek
dengan baik beserta kelengkapannya.
1. Siapkan alat yang diperlukan serta benda keja radius yang
akan diukur radiusnya.
2. Bersihkan benda kerja radius dan meja perata dari
kotoran minyak, debu atau kotoran lain agar tidak mengganggu proses
pengukuran.
3. Letakkan benda kerja radius diatas meja perata dengan
posisi seperti gambar 13.
4. Letakkan 2 buah batang selinder pada benda kerja radius
dengn posisi yang tepat seperti pada gambar 13.
5. Lakukan pengukuran jarak X dan tinggi EF secara
cermat (lihat gambar 13) dengan menggunakan jangka sorong dan catat
hasil pengukurannya.
6. Lakukan pengukuran diameter batang selinder (D) secara
cermat dan catat pengukurannya.
7. Tunjukkan hasil pengukuran pada pembimbing
8. Hitung radius luar 2 (Rluar 2)
18

5.4. Langkah kerja Latihan IV: Pengukuran Sudut Kemeiringan Benda


Kerja Konis dengan menggunakan Senter Sinus
Sebelum melakukan kegiatan pengukuran perhatikan media praktek
dengan baik beserta kelengkapannya.
Benda kerja yang mempunyai sudut konis luar dapat diukur dengan metode
pengukuran tak langsung dengan menggunakan senter sinus. Langkah kerja
pengukuran yaitu;
1. Siapkan peralatan (jam ukur dengan dudukannya, mistar ingsut, blok ukur,
senter sinus 250, meja rata)
2. Siapkan benda keja tirus konis yang akan diukur sudut kemiringannya (θ)
3. Bersihkan benda kerja tirus (konis), meja perata, senter sinus, blok ukur
dengan lap pembersih dari kotoran minyak, debu atau kotoran lain agar
tidak mengganggu proses pengukuran.
4. Letakkan senter sinus diatas meja rata
5. Pasang benda kerja poros tirus (sudut = θ) diantara dua senter (diameter
yang besar pada pihak rol engsel atau rol tetap).
6. Kencangkan poros senter dan pemegang poros senter sinus
7. Sebelum pengukuran dimulai, tinggi h terlebih dahulu diperkirakan yaitu
dengan mengukur sudut α dari benda kerja dengan memakai busur bilah.
8. Setelah dihitung harga sinusnya, maka dicari kombinasi blok ukur supaya
mempunyai tinggi susunan seperti h.
9. Pasang susunan blok ukur pada rol bergerak dan untuk mengindari
pelengkungan dari blok ukur yang tipis, maka blok ukur yang tipis
disimpan paling bawah (dekat landasan)
10. Setelah susunan blok ukur tersebut diletakkan dibawah selinder batang
sinus, maka pemeriksaan kesejajaran permukaan atas dari benda ukur
dengan meja rata dilakukan dengan memakai jam ukur.
11. Apabila tinggi h tersebut memang tepat, selama digeserkan sepanjang l’
jarum jam ukur tetap diam (tetap menunjuk nol).
19

12. Seandainya tidak, maka akan timbul penyimpangan dari jam ukur sebesar
d (positif atau negatif). Sehingga tinggi susunan blok ukur harus
diubah/dikoreksi sebesar y (positif atau negatif).
l
Dimana: yd
l'
13. Jika tinggi h tersebut memang tepat setelah dikoreksi, selama digeserkan
sepanjang l’ jarum jam ukur tetap diam (tetap menunjuk nol).
14. Tunjukan hasil pengukuran pada pemimbing
h
15. Hitung sudut dengan rumus sin  
l

5.5. Langkah kerja Latihan V: Pengukuran sudut ‘bentuk alur V blok


Mengukur sudut dengan dengan dua buah roller pin. Bentuk alur V dapat
diukur secara tak langsung dengan menggunakan alat bantu pengukuran meja
perata, dua buah roller pin dengan diameter D dan diameter d, pengukur
ketinggian dan mikrometer. Pengukuran dilakukan dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
1. Siapkan alat yang diperlukan serta benda keja radius yang akan diukur
radiusnya.
2. Bersihkan benda kerja radius dan meja perata dari kotoran minyak, debu
atau kotoran lain agar tidak mengganggu proses pengukuran.
3. Letakkan benda kerja radius diatas meja perata dengan posisi seperti
gambar 14.
4. Ukur diameter dua buah roller pin dengan ‘mikrometer’.
5. Rangkai alat seperti gambar 14.
6. Ukur tinggi H dengan pengukur ketinggian
7. Tunjukan hasil pengukuran pada pemimbing
8. Hitung besar sudut α

5.6. Langkah kerja Latihan VI: Pengukuran besar sudut bentuk konis
Benda kerja yang mempunyai sudut konis dapat diukur dengan metode
pengukuran tak langsung. Langkah kerja pengukuran yaitu:
20

1. Siapkan alat (meja perata, roller bar, pelat parallel dan jangka
sorong/mikrometer)
2. Bersihkan benda kerja radius dan meja perata dari kotoran minyak, debu
atau kotoran lain agar tidak mengganggu proses pengukuran.
3. Letakkan benda kerja radius di atas meja perata dengan posisi seperti
gambar 16
4. Ukur diameter roller bar dengan jangka sorong
5. Ukur tinggi/tebal plat parallel yang diperlukan (b), dengan menggunakan
jangka sorong
6. Perhatikan gambar 16, ukur panjang l1 dan l2. Pengkuran dengan
menggunakan jangka sorong
7. Tunjukan hasil pengukuran pada pemimbing
8. Hitung besar sudut γ

6 Pertanyaan
6.1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran tak langsung ?
6.2. Hitung besar nilai radius dalam benda kerja radius yang telah diukur?
6.3. Hitung besar radius luar I dan radius luar II benda kerja radius yang telah
diukur?
6.4. Pengukuran radius luar I dan radius luar II mana yang akan menghasilkan
ketelitian yang lebih baik? Berikan alasan?
6.5. Apa tujuan pengukuran meja sinus / senter sinus? Jelaskan.
6.6. Jelaskan teori kerja pengukuran meja sinus / senter sinus?
6.7. Hitung sudut kemiringan benda tirus / konis yang telah diukur?
6.8. Jelaskan proses pengukuran sudut V blok. Mengapa pengukuran tidak
dilakukan dengan busur bilah, jelaskan?
6.9. Jelaskan proses pengukuran sudut bentuk konis. Mengapa pengukuran tidak
dilakukan dengan busur bilah, jelaskan?
6.10. Sebutkan dan jelaskan penyebab kesalahan/penyimpangan proses
pengukuran yang terjadi dalam proses pengukuran keradiusan dan ketirusan?
21

7 Daftar Pustaka

………….., Pengukuran Tak Langsung., Keradiusan & Meja Sinus., Job Sheet
Laboratorium Mekanik., Jurusan Teknik Mesin., Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
Rachim Taufik., S.M. Soetarto., Teknik Pengukuran., Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan., Jakarta, 1980
Rochim Taufiq., Wirjomartono Sri Hardjoko., Spesifikasi, Metrologi, &
Kontrol Kualitas Geometrik., Industrial Metrology Laboratory, Mechanical &
Production Engineering (MPE), Mesin, FTI-ITB.
Muhammad Arsyad Suyuti., Pembuatan Media Alat Praktik Pengukuran Tak
Langsung Di Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Ujung Pandang.,
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar, 2007
22

8 TAKARIR
1. Blok Ukur (Gauge Blok) : Alat ukur standar
2. Batang sinus : Suatu batag baja dengan dua buah rol yang
diletakkan pada kedua ujung pada ssi
bawah
3. Dial Indikator : Alat ukur pembanding
4. Mengukur/pengukuran : Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
dimensi suatu produk/benda kerja
5. Pembersihan : Kegiatan yang dilakuka unuk membersihkn
alat ukur dan benda ukur dari benda-benda
asing seperti debu, karat dan lain-lain
23

Lampiran :
Tabel 1. Hasil pengukuran latihan I, II dan III (Pengukuran benda radius
dalam dan radius luar)
Hasil Pengukuran (mm)
Cara Variabel Ukur
Benda Benda Benda Benda
Pengukuran (mm)
Ukur 1 Ukur 2 Ukur 3 Ukur 4
d
Radius Dalam
S
Cara 1. d
Radius Luar X
d
Cara 2.
X
Radius Luar
EF

Tabel 2. Hasil pengukuran latihan IV (Pengukuran senter sinus)

Hasil Pengukuran Benda Ukur


Data α* = ….o α* = … o α* = ….o
1 2 3 1 2 3 1 2 3
l
l’
α*
hawal
d
y
hkoreksi 1
Jam ukur

hawal
d
y
hkoreksi 1
Jam ukur
α* Hasil pengukuran busur bilah

Tabel 3. Hasil pengukuran latihan V (Pengukuran sudut V blok)

D d H
Benda Kerja
No (mm) (mm) (mm)
1 Sudut I
2 Sudut II
24

Tabel 4. Hasil pengukuran latihan VI (Pengukuran sudut “Bentuk

Konis”)

d b l1 l2
No Benda Kerja
(mm) (mm) (mm) (mm)
1 Benda Kerja 1 :
Benda I
Benda II
2 Benda Kerja 2 :
Benda I
Benda II
3 Benda Kerja 3 :
Benda I
Benda II
4 Benda Kerja 4 :
Benda I
Benda II

Anda mungkin juga menyukai