JOB SHEET
PENYUSUN :
2018
PRAKTIK PENGUKURAN TAK LANGSUNG
I. Tujuan Instruksional
Setelah menyelesaikan praktek ini, mahasiswa akan terampil:
1. Mengukur radius dalam dan radius luar dengan mengunakan batang rol
dengan ketelitian sedang.
2. Mengukur sudut dengan menggunakan senter sinus
3. Mengukur sudut “V” dengan dua roll pin
4. Mengukur sudut konis dengan alat bantu pelat parallel dan rol pin
5. Menggunakan blok ukur dengan baik dan benar
6. Menggunakan dial indicator dengan baik dan benar
7. Menggunakan alat ukur dengan baik
Tujuan dari pengukuran itu sendiri adalah untuk mengetahui nilai yang sebenarnya
dari suatu variable atau kuantitas besaran. Yang menjadi pertanyaan apakah nilai
yang sebenarnya tersebut dapat diperoleh? Tentu tidak tetapi dapat didekati atau
dihampiri. Alasanya setiap pengukuran selalu disertai atau dihinggapi dengan
kesalahan atau ketidakpastian. Sehingga untuk menghampiri nilai sebenarnya harus
dilakukan pengukuran berulang-ulang. Jangan bosan.
Dari bermacam-macam masalah pengukuran komponen mesin maka
pengukuran linier merupakan hal yang sering ditemukan. Dari cara pengukuran
linier dikenal dua jenis alat ukur linier alat ukur linier langsung dan alat ukur linier
tak langsung. Dengan alat ukur linier langsung maka hasil pengukuran dapat dibaca
langsung pada bagian penunjuk (skala) dari alat ukur tersebut. Contoh mistar ukur,
mistar ingsut/jangka sorong, mikrometer.
Akan tetapi tidaak semua masalah pengukuran linier dapat diatasi dengan
menggunakan alat ukur langsung, karena dalam beberapa hal mungkin diperlukan
kecermatan yang lebih tinggi ataupun karena kondisi obyek ukur tidak
memungkinkan penggunaan alat ukur langsung. Untuk itu diperlukan cara
pengukuran tak langsung yang dilaksanakan dengan memakai dua jenis alat ukur,
yaitu : alat ukur standar (blok ukur, batang ukur, kaliber induk) dan alat ukur
pembanding (jam ukur, jam ukur test, pembanding).
Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengukuran tak lngsung yaitu :
a. Pengukuran Keradiusan
Pengukuran radius dalam maupun radius luar yang dilakukan,
merupakan salah satu pengukuran tak langsung, dimana untuk mendapatkan
ukuran sebenarnya dengan menggunakan persamaan dasar segitiga siku-siku
(rumus phytagoras) dengan panjang sisinya A, B dan C.
Rumus :
C2 = A 2 + B 2
A 2 = C 2 – B2
B2 = C2 – A2
4
S
d
d 2 d .S
Hitung radius dengan menggunakan rumus R
2S
Dimana :
R = radius benda kerja yang diukur
S= Jarak permukaan atas batang selender tengah dengan permukaan
bawah pisau perata
d = diameter batang selinder
5
Lihat gambar 4,
D = 2BE = 2r
X = Dapat diukur
Lihat Δ ABC :
AC2 = AB2 + BC2
( R + r )2 = AB2 + ( R – r )2
R2 + 2Rr + r2 = AB2 + R2 - 2Rr + r2
2Rr + 2Rr = AB2
AB2 AB2 XD
R atau R dimana AB
4r 2D 2
Dimana :
R = radius benda kerja yang diukur
r = radius bola / batang selinder
D = diameter bola / batang selinder
6
Lihat gambar 5,
X D
D = 2BE = 2r BC BE = EF – r
2
X = dapat diukur
EF = dapat diukur
Lihat Δ ABC :
AC2 = AB2 + BC2
( R + r )2 = ( R - BF)2 + BC2
R2 + 2R.r + r2 = R2 – 2R.BF + BF2 + BC2
2Rr + 2R.BF = BC2 + BF2 - r2
BC2 BF2 r 2
R
2 (r BF )
Seperti pada gambar 6, setelah garis AB datar, (y = 0), maka sudut konis adalah :
½θ=θ
h
Sin θ
L
Dimana :
θ = sudut kemiringan benda kerja ( o )
h = tinggi / tebal blok ukur yang diperlukan (mm)
L = Jarak senter dua buah rol (mm)
8
Senter sinus berupa suatu batang baja dengan dua buah rol yang
diletakkan pada kedua ujungnya pada sisi bawah, lihat gambar 4. Batang dan rol
tersebut dikeraskan dan diasah halus pada permukaan yang penting. Kedua
silinder/rol mempunyai kesamaan diameter dan kesilindrisan dengan toleransi
yang cukup sempit (0,003 mm). Mereka dipasangkan pada batang dengan jarak
antar senter yang tertentu (100, 200, 250 atau 300 mm), dengan toleransi posisi
dan kesejajaran yang tinggi (0,005 mm).
Kesejajaran kedua rol tersebut terhadap batang permukaan sebelah atas
atau kesamaan jarak dari sumbu kesumbu terhadap permukaan sebelah atas dibuat
dengan toleransi sempit (0,003). Toleransi kerataan dari permukaan batang
sebelah atas adalah sekitar 0,003 mm. Tidak semua batang sinus dibuat dengan
toleransi sebagaimana yang disebutkan diatas, ada pula yang dibuat dengan
kualitas yang lebih rendah. Toleransi yang sempit tersebut dimaksudkan untuk
menjamin ketelitiaan dari harga sudut yang akan diukur.
Dalam pemakaiannya, batang sinus diletakkan pada meja rata, kemudian
benda ukur diletakkan pada permukaan atasdan menempel pada sisi penahan.
Ujung dari batang sinus pada sisi yang tidak berpenahan diangkat dan suatu
susunan blok ukur dengan tinggi yang tertentu diletakkan di bawah selinder dari
batang sinus sedemikian rupa sehingga permukaan yang lain dari benda ukur
menjadi sejajar dengan permukaan meja rata (permukaan referensi). Kesejajaran
tersebut diperiksa dengan memakai jam ukur atau pupitas sebagaimana yang
diperlihatkan pada gambar 6.
Berikut ini cara pengukuran sudut benda konis dengan menggunakan senter
sinus.
9
Dd
dengan rumus : Sin 2 2 H d D
D u a B u a h R o l P in
P e n g u k u r K e t in g g ia n
H
α
BENDA UKUR
l l1
lengkap hitung besar sudut γ dengan rumus berikut: tg 2
2 2b
l2
d d
B enda U kur
B enda U kur
P e la t p a r a le l
γ γ
R o lle r p in
d d
M e ja P e r a ta
l1
Benda Ukur 2
2
γ b
3.2. Peralatan yang digunakan praktikum untuk latihan I, II dan III yaitu:
a. Jangka sorong / Mikrometer
b. Alat ukur ketinggian
c. Meja perata
d. Pisau Perata
e. Batang Selinder
f. Benda ukur
g. Alat pembersih
h. Cairan pembersih
S
d
- Ukur S
- Ukur d
MEJA RATA
D u a B u a h R o l P in
P e n g u k u r K e t in g g ia n -
H
Ukur jarak H
D
-
Ukur D dan d
-
α
BENDA UKUR Hitung Sudut α
-
B enda U kur 2
2 Ukur jarak l2
-
γ Ukur tinggi b
b
-
Ukur diameter d
-
Hitung sudut γ
l1
Gambar 16. Media Praktik Latihan VI
16
5 Langkah Kerja
5.1. Langkah kerja Latihan I: Pengukuran radius dalam
Sebelum melakukan kegiatan pengukuran perhatikan media
praktek dengan baik beserta kelengkapannya. Radius dalam dapat diukur
dengan bantuan 3 batang rol (lihat gambar 11). Langkah pengukurannya
yaitu:
1. Siapkan alat yang diperlukan serta benda keja radius yang akan
diukur radiusnya.
2. Bersihkan benda kerja radius dan meja perata dari kotoran minyak,
debu atau kotoran lain agar tidak mengganggu proses pengukuran.
3. Letakkan benda kerja radius diatas meja perata
4. Tempatkan ketiga rol tersebut pada bagian dalam
5. Letakkan pisau perata diatas batang rol dan posisikan sampai ketiga
batang rol seimmbang dan berada pada posisi tengah radius.
6. Ukur jarak tinggi S
7. Tunjukan hasil pengukuran pada pembimbing
d 2 d .S
8. Hitung radius dengan menggunakan rumus R
2S
12. Seandainya tidak, maka akan timbul penyimpangan dari jam ukur sebesar
d (positif atau negatif). Sehingga tinggi susunan blok ukur harus
diubah/dikoreksi sebesar y (positif atau negatif).
l
Dimana: yd
l'
13. Jika tinggi h tersebut memang tepat setelah dikoreksi, selama digeserkan
sepanjang l’ jarum jam ukur tetap diam (tetap menunjuk nol).
14. Tunjukan hasil pengukuran pada pemimbing
h
15. Hitung sudut dengan rumus sin
l
5.6. Langkah kerja Latihan VI: Pengukuran besar sudut bentuk konis
Benda kerja yang mempunyai sudut konis dapat diukur dengan metode
pengukuran tak langsung. Langkah kerja pengukuran yaitu:
20
1. Siapkan alat (meja perata, roller bar, pelat parallel dan jangka
sorong/mikrometer)
2. Bersihkan benda kerja radius dan meja perata dari kotoran minyak, debu
atau kotoran lain agar tidak mengganggu proses pengukuran.
3. Letakkan benda kerja radius di atas meja perata dengan posisi seperti
gambar 16
4. Ukur diameter roller bar dengan jangka sorong
5. Ukur tinggi/tebal plat parallel yang diperlukan (b), dengan menggunakan
jangka sorong
6. Perhatikan gambar 16, ukur panjang l1 dan l2. Pengkuran dengan
menggunakan jangka sorong
7. Tunjukan hasil pengukuran pada pemimbing
8. Hitung besar sudut γ
6 Pertanyaan
6.1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran tak langsung ?
6.2. Hitung besar nilai radius dalam benda kerja radius yang telah diukur?
6.3. Hitung besar radius luar I dan radius luar II benda kerja radius yang telah
diukur?
6.4. Pengukuran radius luar I dan radius luar II mana yang akan menghasilkan
ketelitian yang lebih baik? Berikan alasan?
6.5. Apa tujuan pengukuran meja sinus / senter sinus? Jelaskan.
6.6. Jelaskan teori kerja pengukuran meja sinus / senter sinus?
6.7. Hitung sudut kemiringan benda tirus / konis yang telah diukur?
6.8. Jelaskan proses pengukuran sudut V blok. Mengapa pengukuran tidak
dilakukan dengan busur bilah, jelaskan?
6.9. Jelaskan proses pengukuran sudut bentuk konis. Mengapa pengukuran tidak
dilakukan dengan busur bilah, jelaskan?
6.10. Sebutkan dan jelaskan penyebab kesalahan/penyimpangan proses
pengukuran yang terjadi dalam proses pengukuran keradiusan dan ketirusan?
21
7 Daftar Pustaka
………….., Pengukuran Tak Langsung., Keradiusan & Meja Sinus., Job Sheet
Laboratorium Mekanik., Jurusan Teknik Mesin., Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
Rachim Taufik., S.M. Soetarto., Teknik Pengukuran., Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan., Jakarta, 1980
Rochim Taufiq., Wirjomartono Sri Hardjoko., Spesifikasi, Metrologi, &
Kontrol Kualitas Geometrik., Industrial Metrology Laboratory, Mechanical &
Production Engineering (MPE), Mesin, FTI-ITB.
Muhammad Arsyad Suyuti., Pembuatan Media Alat Praktik Pengukuran Tak
Langsung Di Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Ujung Pandang.,
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar, 2007
22
8 TAKARIR
1. Blok Ukur (Gauge Blok) : Alat ukur standar
2. Batang sinus : Suatu batag baja dengan dua buah rol yang
diletakkan pada kedua ujung pada ssi
bawah
3. Dial Indikator : Alat ukur pembanding
4. Mengukur/pengukuran : Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
dimensi suatu produk/benda kerja
5. Pembersihan : Kegiatan yang dilakuka unuk membersihkn
alat ukur dan benda ukur dari benda-benda
asing seperti debu, karat dan lain-lain
23
Lampiran :
Tabel 1. Hasil pengukuran latihan I, II dan III (Pengukuran benda radius
dalam dan radius luar)
Hasil Pengukuran (mm)
Cara Variabel Ukur
Benda Benda Benda Benda
Pengukuran (mm)
Ukur 1 Ukur 2 Ukur 3 Ukur 4
d
Radius Dalam
S
Cara 1. d
Radius Luar X
d
Cara 2.
X
Radius Luar
EF
hawal
d
y
hkoreksi 1
Jam ukur
α* Hasil pengukuran busur bilah
D d H
Benda Kerja
No (mm) (mm) (mm)
1 Sudut I
2 Sudut II
24
Konis”)
d b l1 l2
No Benda Kerja
(mm) (mm) (mm) (mm)
1 Benda Kerja 1 :
Benda I
Benda II
2 Benda Kerja 2 :
Benda I
Benda II
3 Benda Kerja 3 :
Benda I
Benda II
4 Benda Kerja 4 :
Benda I
Benda II