Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA BAHAN 2

UJI LENTUR

Disusun oleh :
Nidha Maghfiroh Nadlifah
4.21.16.1.19
MS 3B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNIK MESIN


PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian bahan merupakan salah satu proses penting didalam pemilihan
sebuah material. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan
dan ketangguhan material tersebut dalam menerima beban dari tekanan atau
gaya dalam sebuah konstruksi. Defleksi dan modulus elastisitas merupakan
komponen didalam pengujian momen bending dengan variasi momen inersia
dan tekanan. (Darmanto, M.Nursalim, dan Imam Syafaat, 2014). Dalam
perencanaan suatu konstruksi, perhitungan defleksi/kelenturan dan tegangan
pada elemen-elemen sangat diperlukan. Defleksi dan tegangan yang terjadi
pada elemen-elemen yang mengalami pembebanan harus pada suatu batas yang
diijinkan, karena jika melewati batas yang diijinkan, maka akan terjadi
kerusakan pada elemen-elemen tersebut ataupun pada elemen-elemen
lainnya.(Basori, Syafrizal, dan Suharwanto, 2015)
Hal ini sangat penting terutama dari segi kekakuan (stiffness) dan kekuatan
(strength), dimana pada batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan
mengalami defleksi. (Basori, Syafrizal, dan Suharwanto, 2015)
Untuk mengetahui karakteristik material umumnya dilakukan uji tarik yang
kemudian dinyatakan dengan kurva Tegangan-Regangan. Dari hasil pengujian
ini kemudian didapat data modulus elastsitas, kekuatan luluh, tegangan ultimate
dan tegangan patah.(Agung Supriyanto dan Joko Yunianto P, 2016)

1.2 Tujuan
Praktikum Uji Lentur ini dilakukan dengan tujuan:

1.2.1 Membandingkan lenturan akibat momen inersia yang berbeda pada


batang
1.2.2 Membandingkan lenturan akibat momen inersia yang berbeda pada
batang baja konstruksi profil c
1.2.3 Membandingkan lenturan akibat momen inersia pada pegas spiral

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa mampu menentukan modulus elastisitas bahan baja st 37
dengan baja amutit
1.3.2 Mahasiswa mampu menentukan modulus elastisitas pada tiap bentuk
benda uji
1.3.3 Mahasiswa mampu menentukan nilai lenturan pada setiap benda uji
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Baja

Baja merupakan logam yang utama digunakan pada industri. Baja terdiri
dari 2 campuran utama yakni antara besi (Fe) dan Karbon (C). Baja mempunyai
sifat ulet, keras, tangguh, dan mudah untuk proses permesinan. Baja sering
digunakan dalam berbagai industri baik industri manufaktur, pengolahan,
pertambangan, hingga industri rumah tangga.(Darmanto, M. Nursalim, dan
Imam Syafaat, 2014)
2.2 Pengertian Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Defleksi diukur
dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi seperti
Gambar 4 sebagai berikut. (Darmanto, M. Nursalim, dan Imam Syafaat, 2014).
Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi sesuai dengan
bahan material, dari posisinya sebelum mengalami pembebanan.(Basori,
Syafrizal, dan Suharwanto, 2015)

(Darmanto, M. Nursalim, dan Imam Syafaat, 2014)


Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikan beban
yang cukup besar. Lendutan batang sangat penting dalam konstruksi terutama
konstruksi mesin, dimana pada bagian-bagian tertentu seperti poros, lendutan
sangat tidak diingingkan karena adanya lendutan maka kerja poros atau operasi
mesin akan tidak normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian
mesin atau pada bagian lainnya. (Darmanto, M. Nursalim, dan Imam Syafaat,
2014)
Struktur batang material juga harus menghasilkan defleksi (lendutan) yang
berada dalam batas-batas tertentu. Lendutan ini tidak boleh terlalu besar sampai
melebihi batas defleksi yang diijinkan. (Basori, Syafrizal, dan Suharwanto,
2015)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Defleksi


2.2.1 Sifat Material

Sifat material yang dimaksud meliputi modulus elastisitas dan bentuk


penampang material yang berpengaruh terhadap nilai momen inersia.
Modulus elastisitas dan inersia merupakan dua hal yang berpengaruh terhadap
kekakuan suatu benda. Nilai modulus elastisitas beberapa material dapat
dilihat pada Tabel 3.1 (YAKOBUS ARYO PRAMUDITO, 2016)

Dari diagram uji tarik bahan, dimana modulus elastisitas E= tegangan


tarik regangan €, bahwa semakin besar harga E menunjukkan bahwa semakin
sulit diregang. Oleh sebab itu, modulus elastisitas E sering disebut sebagai
ukuran kekakuan bahan. (Jobsheet)

Harga modulus elastisitas E ini dengan sendirinya berpengaruh terhadap


besarnya lenturan y. Makin besar harga E makin kecil harga y dan sebaliknya.
Jika pemilihan bahan telah dilakukan, ini artinya harga E telah ditetapkan.
Selanjutnya apakah lenturan y diharapkan minimum, maksimum atau pada
nilai tertentu maka hal ini tergantung pada momen inersia I yang dipilih. Makin
besar harga I maka makin kecil harga y dan sebaliknya.
Tabel momen inersia I terhadap posisi beban untuk penampang segi empat dan
profil C serta lingkaran ditunjukkan sebagai berikut (Jobsheet)

2.2.2 Beban

Besar kecilnya beban yang terjadi pada suatu batang akan mempengaruhi
nilai defleksi. Selain besar kecilnya, jenis beban juga mempengaruhi nilai
defleksi. Jenis beban dapat berupa beban terpusat atau beban merata.
Letak beban juga dapat berpengaruh terhadap defleksi. Untuk beban titik,
defleksi terbesar terjadi jika beban diletakan pada tengah bentang. (YAKOBUS
ARYO PRAMUDITO, 2016)

2.2.3 Jenis Tumpuan

Jumlah reaksi dan arah gaya pada setiap jenis tumpuan berbeda, sehingga
besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda tidak sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban,
maka nilai defleksi semakin kecil. (YAKOBUS ARYO PRAMUDITO, 2016)
2.3 Rumus Lenturan

Pada batang menerima momen lentur/ momen bengkok defleksi batang


memiliki hubungan matematis sebagai berikut: y = f(P,E,I, a,b,c,l)
Dimana :
y = lenturan
P = gaya/ beban
I = momen inersia terhadap sumbu yang melalui titik pusat
luas penampang lintang dan sumbu itu tegak lurus dengan
garis kerja gaya luarnya.
a,b,c,l = jarak
E = modulus elastisitas young
A = luas penampang lintang

Pada harga P,E,I,a,b,c,l yang besarnya telah ditetapkan maka harga


lenturan y dipengaruhi oleh harga E dan I.

Suatu cara praktis untuk membandingkan besarnya lenturan y dari berbagai bahan
adalah dengan menggambarkan hubungan y dan p dalam satu bidang grafik.
Dengan cara ini sekaligus dapat dibandingkan harga kekakuannya. Dari percobaan
lentur dapat juga ditentukan modulus elastisitas E sehingga dapat disimpulkan
apakah suatu bahan lebih kaku dibandingkan bahan lainnya. Hal ini dapat
diklasifikasikan kebenarannya dengan harga E yang diperoleh dari uji tarik, karena
pada umumnya harga E dihitung dari pengujian tarik. (Jobsheet)

2.4 Alat Ukur Lenturan

Adapun salah satu alat ukur yang bisa digunakan untuk mengetahui
defleksi batang lentur yaitu Dial Indicator. Dial indikator adalah salah satu alat
ukur yang dapat mengukur kerataan benda kerja yang ketelitiannya 0,01mm.
(Basori, Syafrizal, dan Suharwanto, 2015)

Dial indicator memiliki berbagai macam fungsi, yaitu memeriksa kerataan


dari permukaan benda, memeriksa penyimpangan yang kecil pada bidang
datar, benda bulat,benda permukaan lengkung, memeriksa penyimpangan
eksentris, dan memeriksa kesejajaran permukaan benda. (Basori, Syafrizal, dan
Suharwanto, 2015)
Metode pengambilan data secara eksperimental pada penelitian ini dilakukan
dengan pengujian tarik dan pengujian defleksi. Pengujian tarik dilakukan untuk
memperoleh modulus elastisitas bahan (E) sebagai salah satu variabel yang
digunakan dalam perhitungan defleksi secara teoritis. Sedangkan pada pengujian
defleksi dilakukan untuk memperoleh besarnya defleksi yang terjadi sesuai dengan
pembebanan yang diberikan.(Onny S Sutresman dan Thomas Tjandinegara, 2012)

Anda mungkin juga menyukai