PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara mesin mesin yang ada, mesin rotasi merupakan salah satu yang banyak
digunakan pada pabrik - pabrik industri karena kuat, handal, perawatannya mudah
dan efisiensi. Bila terjadi kerusakan pada mesin sehingga mesin berhenti bekerja,
yang biasa disebut shutdown, proses produksi akan terhenti. Karena permintaan
terus meningkat, kerugian finansial yang tinggi akan terjadi karena penundaan
tersebut. Tidak satupun dari mereka pernah benar benar menghitung berapa uang yang
terbuang pada kerusakan mesin yang terjadi sebelum waktunya, kehilangan produksi,
dan kelebihan konsumsi energi karena poros yang mengalami misalignment lebih dari
lima puluh tahun terakhir. Sekitar 70% dari penyebab kerusakan mesin rotasi
dikarenakan misalignment yang dapat menyebabkan gaya yang berlebihan pada
bearing, sehingga menyebabkan kerusakan bearing sebelum waktunya. Satu hal lain
yang sangat berpengaruh pada getaran yaitu penggunaan kopling pada mesin
rotasi.(Iman Agus Raharjo, Achmad Widodo, dan Ismoyo H, 2016)
Misalignment dapat terjadi disebabkan karena mesin mengalami soft foot
(ketidaksamaan jarak antara masing - masing machinery feet dengan machinery
foundation/base plate ketidaksaman jarak bisa dalam bentuk angular, pararell atau
kombinasi keduanya) pada kaki- kaki mesin dan terjadi run out (ketidak lurusan
poros/shaft dan terjadi penyimpangan) pada kopling dan poros mesin, yang dapat
mengakibatkan terjadinya paralel misalignment dan angular misalignment. (Iman Agus
Raharjo, Achmad Widodo, dan Ismoyo H, 2016)
1.2 Tujuan pada akhir praktik ini, mahasiswa diharapkan mampu :
Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada kendaraan yang penggerak
utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Pada tahap pertama
mesin dihidupkan tanpa digunakan tenaganya. Oleh karena itu, pada tahap pertama
mesin harus dapat berputar dahulu dan kemudian memindakan tenaganya perlahan-
lahan pada roda belakang sehingga kendaraan akan bergerak perlahan-lahan. Selain
itu, mesin juga harus bebas (tidak berhubungan) bila mengganti gigi transmisi.
(Willem M.E.Wattimena, 2013)
Untuk memungkinkan mesin dapat hidup diperlukan kopling yang dapat memindakan
tenaga dengan perlahan-lahan. Setelah sebagian besar tenaga pindah maka
pemindahan tenaga akan berlangsung tanpa terjadinya selip (tergelincir) juga kopling
harus dapat bekerja dengan sederhana. (Willem M.E.Wattimena, 2013)
Kopling adalah alat yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut ;
1. Rumah Kopling, yang ikut berputar dengan poros engkol (digerakan oleh roda
gigi pada ujung poros engkol),
2. Pusat Kopling, yang dipasang pada ujung utama transmisi.
Untuk meneruskan perputaran rumah kopling ke pusat kopling dipakai susunan pelat-
pelat gesek (kanvas kopling) dan pelat-pelat baja yang saling bersentuhan ;
1. Pelat-pelat gesek mengikuti gerak memutar rumah kopling (lidah-lidahnya terkait
pada rumah kopling),
Pelat-pelat baja mengikuti gerak memutar pusat kopling (lidah-lidahnya terkait pada
spiespie pada pusat kopling). (Willem M.E.Wattimena, 2013)
Berdasarkan data tersebut dan dengan menggunakan tabel dapat ditentukan tipe
kopling yang mana. Kopling poros akan sangat andal bila dipasang dengan tepat.
Bila kesumbuannya/ kebarisannya tidak baik, maka akan timbul getaran yang
mengakibatkan kerusakan yang fatal. (Jobsheet)
2.4 Metode Penyebarisan Kopling
Dial indikator digunakan untuk mengukur atau memeriksa kerataan, kesejajaran,
kebundaran, kehalusan, kebengkokan, kelurusan dan ketirusan dari suatu benda
kerja. Dial indikator dapat melakukan pengukuran dengan ketelitian hingga 0,001
inch hingga 0,002 inch (tergantung tipe dial indikatornya).
Metode yang digunakan adalah metode rim dan face. Pada metode rim dan face
dilakukan dengan cara kedua poros diputar secara bersamaan pengukuran di ambil
pada sisi luar kopling untuk menentukan nilai offset sedangkan pengukuran lainya
dilakukan pada permukaan kopling.(Iman Agus Raharjo, Achmad Widodo, dan
Ismoyo H, 2016)
3.2 Pembongkaran
Untuk pembongkaran dan perakitan kopling poros yang akan dibahas hanya kopling
flens saja. Kopling flens paling umum dipakai dan paling banyak digunakan. Kopling
flens ada yang fleksibel dan tidak.
Urutan pembongkaran adalah sebagai berikut:
- Baut dilepas dan motor digerakkan ke belakang
3.4 Perakitan
Perakitan kopling
- Pasang salah satu paroh kopling pada poros pompa air
- Pasang paroh kopling yang lain pada poros motor listrik
Putar flens bersama dial indicatornyasejauh 90o dan ulangi. Jika penyimpangan arah
radial terbaca pada arah horizontal, geser motor listrik pada arah memanjangnya.
Pemeriksaan poros terhadap adanya penyimpangan menyudut, dilakukan dengan
menggunakan feeler gauge.
Jarak antar flens harus sama pada setiap posisi, penyimpangan yang diijinkan hanya
0,1 mm. Jika dijumpai penyimpangan menyudut pada poros pada arah bidang
horizontal, maka motor listrik harus digeser. Jika penyimpangan terjadi pada arah
bidang vertikal diperlukan pemasangansim. Setelah penyimpangan penyimpangan
dikoreksi kencangkan baut pengikat. Yakinkan baut cukup kencang dan pasang
murnya. Setelah itu periksa kembali penyimpangan poros baik yang menyudut
maupun yang radial.
BAB IV
DATA HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1 Praktikum Pertama
4.1.1 Hasil Praktikum
Pengukuran Pasak :
a. Pasak Benam
p = 24 mm
t = 5.9 mm
l = 5.9 mm
b. Rumah Pasak
p = 41.5 mm
t = 6.2 mm
l = 6.05 mm
4.1.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran serta pembongkaran kopling, terjadi
penyetelan guna memperkecil penyimpangan yang diakibatkan getaran yang
ditimbulkan berupa:
Penyetelan ketinggian bantalan A = 251.5 mm
Penyetelan ketinggian bantalan B = 251.1 mm
4.2 Praktikum Kedua
4.2.1 Hasil Praktikum
4.2.2 Pembahasan
Berdasarkan data praktikum kedua menghasilkan data penyimpangan motor
sebesar 0.93 mm searah jarum jam serta penyimpangan pompa sebesar 0.9
mm berlawanan arah jarum jam. Dengan demikian, terjadi penyimpangan
berupa misalignment diantara keduanya sebesar 0.03 mm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada kendaraan yang penggerak
utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Misalignment
pada kopling dapat terjadi dimana disebabkan karena mesin mengalami soft foot
(ketidaksamaan jarak antara masing - masing machinery feet dengan machinery
foundation/base plate ketidaksaman jarak bisa dalam bentuk angular, pararell atau
kombinasi keduanya) pada kaki- kaki mesin dan terjadi run out (ketidak lurusan
poros/shaft dan terjadi penyimpangan) pada kopling dan poros mesin, yang dapat
mengakibatkan terjadinya paralel misalignment dan angular misalignment.
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa, kopling memiliki kode KC-
4016 dengan Kode Bearing Housing FBJ P205 dan Kode Bearing UC 205. Kopling
ini juga memiliki penyimpangan sebesar 0.03 mm, dengan penyimpangan ini
dilakukan penyetelan guna mengurangi besar penyimpangan.
5.2 Saran
Diharapkan mahasiswa lebih teliti dalam melakukan pengukuran agar data yang
didapat tidak terjadi penyimpangan dengan ukuran yang sebenarnya
DAFTAR PUSTAKA
Agus Iman Raharjo, Achmad Widodo, Ismoyo H, 2016, Analisis Misalignment Kopling
pada Mesin Rotary Menggunakan Sinyal Getaran Steady State dengan Metode Rim and
Face, Universitas Diponegoro