UJI TARIK
Dosen Pembimbing :
PINIHAS,Ir
Disusun Oleh:
SAFRYAN EKO P.
SUNARYO
(TM2)
(TM2)
Kampus A. Jl. Cut Mutia No. 99 Bekasi 17000. Telp. 021.8811250, 8822842 Kampus B. Jln Raya
Cibarusah Gedung Sentra Kuning No. 20-21. Cikarang Bekasi Telp. 021. 8990185
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari
material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Kekuatan tarik
Kuat luluh dari material
Keuletan dari material
Modulus elastic dari material
Kelentingan dari suatu material
Ketangguhan.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam
melalui pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.
C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan pengujian pada
sampel yang berbentuk pelat dan kawat sampai sampel tersebut putus. Dari
hasil pengujian yang diperoleh, mencari berapa besar yield strength, tensile
strength dan persentase elongasinya.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan mengenai
latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan. Bab II
menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari
percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, Bab
IV menjelaskan mengenai data percobaan, Bab V menjelaskan mengenai
pembahasan dan Bab VI menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan.
Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh
perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat juga blangko
percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR PENGUJIAN LOGAM
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
[Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan
material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
a. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau
D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari
bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage
length.
b. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi
di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak
bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan
bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan
estndar baku pengujian.
Kekuatan tarik
Kuat luluh dari material
Keuletan dari material
Modulus elastic dari material
Kelentingan dari suatu material
Ketangguhan.
B. KEKUATAN TARIK
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan
tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
di mana :
Su
= Kuat tarik
Pmaks = Beban maksimum
A0
= Luas penampang awal
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji
tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam
kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan
tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat
menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan
ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali
kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya
ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan
struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang
lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada
kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan
kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih
banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna,
mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan.
Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang
mudah dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk
keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas
antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan
lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik
merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh
yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan.
Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan
dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan
tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah
ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas
elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati
yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian
regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas
elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik
memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loadingunloading) yang membosankan.
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda
uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluhoffset dan kemudian pada
saat beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai
dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam.
Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff
stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh
dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan
spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran
batas elastik atau batas proporsional.
E. MODULUS ELASTISITAS
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi
perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu
sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh
adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.
Dimana, s = tegangan
= regangan
Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]
F. KELENTINGAN (RESILIENCE)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada
waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus
kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk
menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh o. Energi regangan
tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
Uo = xx
Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi
pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal
pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.
G. KETANGGUHAN (TOUGHNESS)
Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah
plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar
dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah
meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini
menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada
bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan
antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.
UT su ef
atau
Keterangan;
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas
penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga
sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data yang
diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati
sering tidak tepat nilai.
BAB III
METODE PERCOBAAN
1) DIAGRAM ALIR PERCOBAAN
3) PROSEDUR PERCOBAAN
Mengukur benda uji dengan ukuran standar
Mengkur panjang awal (Lo) atau gage length dan luas penampang irisan benda
uji.
Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah pada mesin
uji tarik.
Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda uji putus.
Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala.
Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian satukan
keduanya seperti semula.
Mengukur panjang regangan yang terjadi.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN
1. DATA HASIL PERCOBAAN
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan data-data
berikut,dengan spesimen uji adalah wire dan strip.
Tabel 2. Data hasil percobaan uji tarik
Benda Uji T
Standar
WIRE
2.2 200
So
Lo
Fy
Fm
YS
TS
250
3.79
1382
=
46.5676
PLATE
0.36 50
25%
82
=
25.5419
Keterangan :
T : Tebal Sampel Uji
W : Lebar Sampel Uji
So : Luas Sampel Uji
Lo : Gage Lenght
%EL
51.083%
64%
YS : Yield strength
TS : Tensile strength
% EL : % elongation
LI
: Perpanjangan
2. PEMBAHASAN
Pada percobaan uji tarik ini, menggunakan bahan alumunium berbentuk pelat
dan kawat. Proses pengujiannya adalah dengan cara memasangkan specimen
pada alat uji tarik. Dengan gaya yang sudah ditentukan pengujian dilakukan
sampai terjadi fracture dan dapat diketahui UTS dan tegangan luluhnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, maka didapatkan
beberapa kesimpulan, antara lain :
Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan materialnya sejauh mana
pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tarikan, berdasarkan hasil percobaan dan dari grafik kurva uji tarik, plat
mengalami perpanjangan lebih kecil dari kawat dikarnakan luas penampang
kawat lebih kecil dibanding plat
Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda
dan komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda
pula dan kurva hasil uji tariknya juga berbeda.
Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua specimen uji tersebut adalah
dimensi yang berbeda dan perlakuan yang berbeda pula
II.
SARAN
Setelah melakukan praktikum di hari yang lalu penulis menyarankan agar alat
yang di gunakan (mesin uji tarik) untuk uji tarik harus di lengkapi dengan
monitor yang mana langsung menampilkan kurva hasil uji tarik. Sehingga
kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji tarik dapad di minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Dieter, E. George, 1993, Metalurgi Mekanik, Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama.
http://www.calce.umd.edu/general/facilities/hardness_ed_.htm
http://www.geology.csupomona.edu/alert/mineral/hardness.htm
http://www.gordonengland.co.uk/hardness.htm
Tim Laboratorium metalurgi, 2009, Panduan Praktikum Laboratorium Metalurgi
II, Cilegon: FT. Untirta.
LAMPIRAN
I. PERHITUNGAN
Tabel 2. Data hasil percobaan uji tarik
Benda Uji T
Standar
WIRE
2.2 200
So
Lo
Fy
Fm
YS
TS
250
3.79
1382
=
46.5676
PLATE
0.36 50
%EL
25%
82
=
25.5419
Keterangan :
T : Tebal Sampel Uji
W : Lebar Sampel Uji
So : Luas Sampel Uji
Lo : Gage Length
64%
YS : Yield strength
TS : Tensile strength
% EL : % elongation
LI
: Perpanjangan
Logam Kawat
Gage Length: Lo = (d/4)2= 3,79 mm2
Yield Strength: YS = Fy/So = 1382/3,79 = 364,64N/mm2
Tensile Strength: TS = Fm/So = 1384,5/3,79 = 365,303 N/mm2
Elongation: % EL = {(L1 L0) : L0} x 100 % = 23,28%
Logam pelat
Gage Length: Lo = 9 mm2
Yield Strength: YS = Fy/Lo = 2735.5/9 = 303,94 N/mm2
Tensile Strength: TS = Fm/Lo = 2735.8/9=303.92 N/mm2
Elongation: % EL = {(L1 L0) : L0} x 100 % = 51.083%
51.083%
2.000
1000
2.001
3000
2.003
5000
2.005
7000
2.007
7500
2.030
7900
2.080
8000
2.120
8000 (Max)
2.106
7600 (fract)
2.205
Jawab :
2. Tentukan kuat luluh dan kuat tarik dari grafik soal no.1 !
Jawab :
Kuat luluh
Didapatkan dengan cara metode offset, yaitu pada tegangan sekitar 37500 psi
dan pada regangan sekitar 1,5 x 10-5.
Kuat tarik (tensile strength)
5. Gambarkan dan jelaskan bentuk kurva uji tarik dari material lunak
dan material getas. Dan sebutkan contoh jenis materialnya! Apa
perbedaan dari kedua bentuk kurva tersebut ?
Jawab:
6. Apa yang dimaksud dengan metode offset dalam kurva uji tarik? Dan
dalam keadaan yang bagaimana metode ini digunakan?
Jawab :
Metode offset merupakan metode untuk menentukan daerah kekuatan luluh
suatu bahan dari hasil pengujian tarik. Metode ini dilakukan dengan cara menarik
garis sejajar dengan daerah elastis pada kurva hasil uji tarik, dimana garik
tersebut merupakan 2 % daerah elastisnya. Metoda offset digunakan bila dalam
grafik hasil uji tarik tidak dicantumkan daerah luluhnya