PENGUJIAN BAHAN
Dosen Pembimbing :
PINIHAS,Ir
Disusun Oleh:
SAFRYAN EKO P
SUNARYO
Kampus A. Jl. Cut Mutia No. 99 Bekasi 17000. Telp. 021.8811250, 8822842 Kampus B. Jln Raya
Cibarusah Gedung Sentra Kuning No. 20-21. Cikarang Bekasi Telp. 021. 89901853
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang bukan
berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan pengujian.
Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi, permesinan, bangunan,
maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat logam yang bisa diubah, sehingga
pengetahuan tentang metalurgi terus berkembang.
Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat kaitannya dengan pemilihan bahan
yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat, selain itu juga bisa untuk membuktikan suatu
teori yamg sudah ada ataupun penemuan baru dibidang metalurgi. Dalam proses perencanaan, dapat
juga ditentukan jenis bahan maupun dimensinya, sehingga apabila tidak sesuai dapat dicari
penggantinya yang lebih tepat. Disamping tidak mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnya.
Adapun pengujian yang akan kita lakukan adalah:
Uji Kekerasan
Uji Jomini
Uji Struktur Mikro
Uji Impak
Uji Tarik
c)
Untuk mengetahui perhitungan suatu pengujian material yang dikaitkan dengan penggunaanya
didalam praktek.
d)
e)
Mempratekkan teori teori yang diperoleh dalam mata kuliah ilmu logam kedalam praktikum
pengujian material
f)
Melengkapi syarat mata kuliah dan syarat mengikuti Praktek Kerja Nyata.
g)
2.
Tujuan Pengujian
Melalui pengujian ini diharapkan dapat mengetahui sifat sifat logam seperti sifat mekanik, sifat
fisik dan lain sebagainya. Sifat mekanik adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban atau
gaya tanpa menimbulkan kerusakan pada benda tersebut. Beberapa sifat mekanik antara lain :
KEKUATAN ( STRENGHT )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah,
kekuatan ini terdiri dari : kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan geser, dan lain sebagainya.
KEKERASAN ( HARDNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan, pengikisan
( abrasi ).Sifat ini berkaitan terhadap sifat tahan aus ( wear resistance ).
KEKENYALAN ( ELASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk yang permanent setelah tegangan dihilangkan. Tetapi apabila tegangan melampaui batas maka
perubahan bentuk akan terjadi walaupun beban dihilangkan.
KEKAKUAN ( STIFNESS )
Adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan atau beban tanpa mengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk atau defleksi.
PLASTISITAS ( PLASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis ( yang permanent )
tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sering disebut sebagai keuletan ( ductility ).
KETANGGUHAN ( TOUGHNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan.
MERANGKAK ( CREEP )
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastis yang besarnya merupakan
fungsi waktu pada saat menerima beban yang besarnya relatif besar.
KELELAHAN ( FATIQUE )
Merupakan kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima tegangan berulang ulang yang
besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastisnya.
BAB II
PENGUJIAN BAHAN
B. PENGUJIAN BAHAN
Melalui pengujian kita dapat mengetahui sifat sifat mekanik logam dan sifat fisik
lainnya.Seperti kekerasan,kekuatan,kekenyalan,kekakuan dan plastisitas bahan.Adapun jenis
pengujiannya antara lain:
1. Pengujian Destruktif
Sesuai dengan namanya pengujian ini bersifta merusak bahan yang diuji sehingga bahan yang
diuji akan rusak atau cacat. Bahan yang diuji adalah bahan yang telah memenuhi bentuk dan jenis
secara internasional .
Salah satu sifat mekanik dahan yang penting adalah kekerasan. Untuk mengetahui nilai kekerasan
dari suatu bahan, dilakukan pengujian kekerasan menurut suatu metode tertentu.
Pengujian kekerasan ini bertujuan :
1. Untuk memperoleh harga kekerasan suatu logam.
2. Untuk mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu kekerasan dari logam setelah
di Heat Treatment.
3. Untuk mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan pendinginan.
4. Untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh media pendingin.
Pengertian Kekerasan
Kekerasan suatu bahan pada umumnya, menyatakan terhadap deformasi dan untuk logam
dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik atau deformasi
permanen. apabila yang menyatakan kekerasan sebagai ukuran terhadap lekukan dan ada pula yang
mengartikan kekerasan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu
mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam.
Terdapat 3 jenis ukuran kekerasan secara umum, yang bergantung pada cara pengujian ketiga
jenis tersebut adalah:
1. Kekerasan goresan ( Stracht Hardness ), adalah kekerasan yang diukur dari hasil goresan yang
terdapat pada benda kerja. misalnya cara pengujian MOHS.
2. Kekerasan Lekukan ( Identation Hardness ), adalah harga kekerasan yang diukur dari hasil
lekukan yang terdapat pada benda kerja.
3. Kekerasan Pantulan ( Rebound ) atau kekerasan dinamik ( Dinamic Hardness ), adalah harga
kekerasan yang diukur dari hasil pantulan yang lakukan pada saat pengujian.
lain-lain.
Penentuan kekerasan untuk keperluan industri biasanya digunakan metode. Pengukuran ketahanan
penetrasi bola kecil, kerucut atau piramida. Pengujian kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak
pengujian yang dipakai. Karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran
mengenai spesifikasinya.
Pengukuran kekerasan digolongkan dalam kelompok pengujian tak merusak. dan diterapkan untuk
inspeksi sebagai suku cadang karena kekerasan dengan kekuatan tarik sedang ketahanan aus
berbanding terbalik dengan kekerasan.
-
1. Thermal Treatments.
2. Thermochemical Treatment.
3. Inovatif Surface Treatment.
Pada tiap perlakuan panas diatas mempunyai pengaruh yang berbeda beda pada kekerasan
misalnya thermochemical treatments, pengaruhnya terhadap kekerasan hanya pada kedalaman tertentu
dari benda kerja, sesuai dengan yang diinginkan pada pengujian kekerasan yang dilakukan, perlakuan
panas yang digunakan adalah thermal treatment yang meliputi : annealing ( full annealing,
recrystalization annealing, stress relief annealing ), normalizing, hardening, tempering.
Tiap-tiap perlakuan panas memberikan efek yang berbeda pada bahan yang dikenai, sedangkan
pada thermal treatment prosesnya meliputi:
1. Hardening
Adalah proses pemanasan logam ( baja ) diatas temperature kritis untuk beberapa waktu, lalu
dicelupkan kedalam media pendingin, dengan cara seperti ini tingkat kekerasan akan meningkat.
Hardening juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk mendapatkan struktur
martensite yang keras dengan sifat kekerasan yang tinggi dan kekenyalan yang rendah.
2. Tempering
Adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk menghilangkan tegangan
dalam. Pada proses tempering baja yang telah diheat treatments dipanasi kembali pada suhu 150oC 650 oC.
3. Anealing
Adalah proses heat treatment dimana pemanasannya dilakukan sampai mencapai temperature
tertentu, dan ditahan pada temperature tertentu yang diinginkan, kemudian didinginkan perlahan.
Tujuan anealing adalah untuk menghilangkan tegangan dalam. Pada peristiwa ini dilakukan
pemanasan sampai diatas suhu kritis ( 60 oC ), kemudian setelah suhu rata didinginkan diudara.
4. Normalizing
Adalah suatu proses heat treatments yang dilakukan untuk mendapatkan struktur butiran yang
halus dan seragam. Pada proses ini dilakukan pemanasan diatas suhu kritis 721 oC ( 60 oC ),
kemudian setelah merata didinginkan diudara.
Pada percobaan kita menggunakan proses annealing yang bertujuan :
Melunakkan regangan sisa
Menghaluskan ukuran butir
Memperbaiki sifat kelistrikan
Melunakkan dan memperbaiki keuletan
Secara khusus jenis annealing yang dipergunakan adalah full annealing. Full annealing
digunakan untuk membuat baja yang lebih lunak, menghaluskan butir dan dalam beberapa hal dapat
memperbaiki machineability. Baja dalam proses pengerjaan mengalami pemanasan sampai temperatur
yang tinggi. Biasanya butir kristalnya akan terlalu besar, sehingga sifat mekaniknya kurang baik.
Maka butiran kristal tersebut perlu dihaluskan dengan full annealing.
Pada baja hypoutektoid dipanaskan dengan range temperatur 30 oC - 60 oC diatas A1 pada
dapur pemanas, ditahan pada temperatur itu dan didinginkan secara lambat ( dengan media udara ),
sedangkan pada baja hypotektoid perbedaannya hanya pada pemanasan pada range 30 oC - 60oC
diatas garis A1.
- Macam macam Pengujian Kekerasan Yang Dilakukan
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada benda kerja
dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk diatasnya :
a. Metode Brinel
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada benda kerja
dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk diatasnya :
a. Metode Brinel
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Metode yang dilakukan pada pengujian ini adalah Metode Brinell dan Metode Vickers.
Berikut ini adalah flowchart metodologi pengambilan data untuk praktikum ini:
Penjelasan Flowchart Metodologi pengambilan data pada simulasi adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan Material Logam ferrous (baja karbon) dan logam non ferrous (alumunium dan
tembaga).
2.
3.
4.
Mengamplas Menghaluskan bahan uji dari amplas berukuran 100 sampai dengan 1000 sampai
permukaan benda rata.
5.
Uji Kekerasan (rockwell) Baja Karbon, Alumunium, dan Tembaga Menguji bahan uji dengan
alatRockwell, yaitu untuk kelompok logam ferrous menggunakan indentor kerucut diamond 120o dan
untuk kelompok logam non ferrous menggunakan indentor steel ball berukuran 1/16.
6.
Pengambilan data Mengambil data yang dihasilkan pada saat menguji bahan, yaitu dengan
menetukan beban yang diberikan, dimana untuk baja menggunakan jenis HRa dengan beban yang
diberikan 60KP, untuk logam ferrous baja yang telah dilakukan kalibrasi menggunakan jenis HRc
dengan beban yang diberikan 150KP, logam non ferrous alumunium dan tembaga menggunakan jenis
HRb dengan beban yang diberikan 100KP.
7.
Analisa Menganalisa hasil pengambilan data, yaitu membandingkan hasilnya untuk kelompok
logamferrous dan logam non ferrous untuk dicari mana yang paling keras.
8.
2.
3.
Specimen uji diletakkan pada landasan dengan posisi penampang tegak lurus terhadap indentor.
4.
5.
6.
a)
b)
c)
7.
8.
9.
A =
C =
D =
diameter indentor.
: 10
besar beban
: 1000
: 120
: ST 37
Media pendingin
: Air
Dimensi
: - panjang : 15 mm
Mesin penguji
- diameter : 10 mm
Suhu
Bahan
( oC
)
Beban (F)
Kekerasan
( Kg )
( mm )
( mm )
( HB )
725
ST 37
1000
10
3,4
106,869
750
ST 37
1000
10
2,8
159,235
798
ST 37
1000
10
2,8
159,235
800
ST 37
1000
10
2.6
176,928
106,869
HB
HB2 = =
159,235
HB
HB3 = =
159,235
HB4 = =
176,928
HB
HB
= =
Dimana :
F
: Force
( Kgf )
: Diagonal Tapak
( mm )
2)
3)
Meletakkan specimen pada landasan sehingga penampangnya tegak lurus terhadap indentor.
4)
Menyetel ketinggian atau kenaikan specimen, agar seratnya terlihat pada microscope kemudian
menggeser posisi sensor dengan indentor.
5)
6)
7)
Mengeser posisi indentor dengan sensor kembali, kemudian menghitung diagonal batas
penekanan yang terjadi.
8)
Bahan
: ST 37
Holding
: 6 menit
Media pendingin
: Air
Dimensi
: - Panjang
- diameter
: 15 mm
: 10 mm
Mesin penguji
Suhu
Bahan
(oC)
Beban
(F)
Diagonal
(d)
( Kg )
( mm )
Kekerasan
( HV )
725
ST 37
30
0,5935
191,79
750
ST 37
30
0,5515
182,868
798
ST 37
30
0,538
192,456
800
ST 37
30
0,546
186,57
191,79
HV
HV2 = 1,854
182,868 HV
HV3= 1,854
192,456 HV
HV4 = 1,854
186,57
HV
Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian tarik dapat
menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan. Pada uji tarik , benda uji diberi beban gaya
tarik , yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap
perpanjangan yang dialami benda uji.
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material, maka yang harus dilakukan adalah
melakukan pengujian terhadap material tersebut. Dalam dunia industri tentu akan menjadi sangat
boros bila dilakukan pengujian dari setiap barang yang ingin diketahui sifat mekaniknya. Lalu apa
yang dilakukan oleh orang-orang di industri? Mereka melakukan pengujian terhadap spesimen dari
barang yang ingin mereka ketahui sifat mekaniknya. Ada beberapa uji mekanik yang bisa dilakukan
untuk mengetahui sifat-sifat material, antara lain; uji tarik (tensile test), uji tekan (compression test),
uji torsi/ puntir(torsion test), uji fatigue, dll. Dari sekian pengujian yang dapat dilakukan untuk
mengetahui sifat material, uji tarik menjadi pengujian yang paling disukai untuk dilakukan karena dari
satu pengujian dapat diketahui lebih banyak sifat material dari satu pengujian tersebut. Dalam artikel
kali ini, penulis akan sedikit membahas tentang pengujian tarik dan sifat-sifat material apa saja yang
bisa diketahui dari uji tarik.
Uji tarik mungkin dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana,
tidak mahal dan telah mengalami standarisasi di seluruh dunia, baik dari metode pengujian, bentuk
spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil pengujian tersebut. Dengan menarik suatu
material secara perlahan-lahan, kita akan mengetahui reaksi dari material tersebut terhadap
pembebanan yang diberikan dan seberapa panjang material tersebut bertahan sampai akhirnya putus.
Strain: = L/L
Selanjutnya kita dapatkan Gambar, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji
tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan () dan regangan
() selalu tetap. E diberi nama Modulus Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang menyatakan
hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk keperluan kebanyakan
analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi seperti pada Gbr.6.
Gbr.7 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan strain
adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum
suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang
terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase
perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan
satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan
ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus. Sering disebut
dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama
dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
5. Pembacaan skala
6. Meja plotter
HAZ ).
2. Root Bend ( Bending pada akar las )
Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan
dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan
tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal.
HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ)
3. Side Bend ( Bending pada sisi las ).
Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las .
Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi. Pengamatan
dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya,apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
b. Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi menjadi
dua :
Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami tegangan tarik dan
dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami
tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld
metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan dasar las
mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik,
apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ
atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Kriteria kelulusan uji bending
Untuk dapat lulus dari uji bending maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan.
2. Keretakan maksimal 10 mm dari jumlah semua keretakan terbesar antara 1mm 3 mm.
3. Keretakan sudut maksimal 6 mm. kecuali keretakan berasal dari beberapa jenis retak maka
keretakan maksimal 3mm.
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode uji impct
digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy dan uji impact izod. Dasar pengujian ini
adalah penyerapan energy potensial dari pendulum beban yang mengayun dari suatu ketinggian
tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.
Uji Charphy
Benda uji diletakkan secara mendatar dan ditahan pada sisi kiri & kanan. Kemudian benda dipukul
pada bagian belakang takikan, letaknya persis di tengah.Takikan membelakangi pululan.
2.
Uji Izod
Benda uji dijepit pada satu ujungnya pada posisi tegak. Lalu benda uji ini dipukul dari sisi depan pada
sisi ujung yang lain
Macam-Macam Patahan :
1.
Patahan getas :
Patahan yang tejadi pada bahan yang getas.
misal : besi tuang
2.
Patahan liat :
Patahan yang terjadi pada bahan yang lunak.
misal : baja lunak, tembaga dsb
3.
Patahan campuran :
Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat, namun ulet.
misal : pada baja temper
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memeperjelas batas butir yang ada pada suatu material karena
larutan etsa akan memeberi warna tambahan pada batas butir. Namun larutan ini dapat merusak batas
butir tersebut.,bertujuan juga untuk mengetahui struktur mikro logam serta sifat sifatnya. Selain itu
juga untuk mengetahui pengaruh Heat Treatment terhadap perubahan struktur mikro dan perubahan
sifat logam serta membandingkannya dengan sifat mekanik yang diinginkannya.
Baja dipanaskan tepat pada Temperatur kritis ( A1 ), belum tampak adanya perubahan struktur
mikro.
baja dipanaskan tepat melewati temperatur kritis (7230 C ) akan mengalami reaksi eutektoid,
yaitu lamel-lamel ferrit dan sementit dari perlit akan bereaksi menjadi austenit.
Perlit ( ferrit sementit ) = austeneaksi ini berlangsung pada temperatur konstan temperatur tidak
akan naik sampai seluruh ferrit dan sementit dalam perlit habis menjadi austenit.
Setelah perlit habis maka mulai terjadi kenaikan temperatur, maka ferrit hypoeutektoid akan
mengalami transformasi allotropik ( ferrit BBC menjadi ferrit FCC ), transformasi ini berlangsung
pada temperatur konstan. Transfomasi allotropik berlangsung bersamaan dengan naiknya temperatur,
makin tinggi temperatur makin banyak ferrit yang bertransformasi menjadi austenit.
Ferrit hypouetektoid telah berubah seluruhnya menjadi austenit ketika tempertur mencapai titik
kritis A3.
Pada saat penahanan temperature dengan waktu tertentu akan terjadi difusi oleh atom-atom untuk
menghomogenkan austenit yang terbentuk.. Pada saat perbandingan austenit akan bertransformasi
kembali, sehingga struktur mikro yang terbentuk sesuai dengan laju perbandingan, misalnya perlit
kasar, perlit halus, bainit bawah, bainit atas, martensit dsb.
Transformasi pendinginan lambat dengan media udara :
Austenit akan mulai membentuk inti ferrit pada saat temperature kritis A3 ( inti ferrit pada batas
butir austenit )
Transformasi ini terjadi karena perubahan allotropic dan besi gamma ke besi alpha. Karena ferrit
hanya dapat melarutkan sangat sedikit sekali, maka karbon pada austenit akan semakin banyak bila
ferrit semakin banya terbentuk ( dengan turunnya temperatur ).
Besarnya kandungan karbon dalam austenit dengan menurunnya temperature mengikuti garis
temperature kritis A3, sehingga pada saat temperature mencapai temperatur kritis A3, komposisi sisa
austenit sama dengan komposisi eutectoid. Pada temperature ini austenit berubah menjadi perlit
lamellar.
Prosesnya dengan tumbuhnya sementit yang kaya karbon di perlakukan sejumlah besar karbon
dari austenit akan mengalami kekurangan karbon dan berubah menjadi ferrit. Untuk berubahnya
austenit menjadi ferrit ini dikeluarkan sejumlah karbon yang akan menjadi sementit.
Dengan demikian akan membentuk struktur yang lamellar yang dinamakan perlit. Perpindahan
atom itu berlangsung secara difusi, karenanya membutuhkan waktu yang panjang. Karena itu perlit
terjadi pada proses pendinginan yang berlangsung cukup lambat.
Transformasi austenit menjadi perlit ( reaksi eutectoid ) mengeluarkan sejumlah panas, sehingga
reaksi eutectoid berlangsung pada temperature konstan ( temperature akan turun bila reaksi sudah
selesai ).
Saat berada pada temperature kritis transformasi hanya terjadi pada austenit. Ferrit yang terbentuk
sebelumnya ( ferrit hypoeutektoid ) tidak mengalami parubahan.
Pada temperatur yang lebih rendah lagi tidak terjadi transformasi fase.
Proses full annealing ini digunakan untuk membuat baja lebih lunak, menghaluskan butir dan dalam
beberapa hal dapat mamperbaiki maehinability. Baja dalam proses pengerjaan mengalami temperature
pengerjaan yang tinggi dan dapat menghasilkan butiran-butiran kristal yang terlalu besar sehingga
sifat mekaniknya kurang baik. Dengan proses full annealing inilah butiran kristal
tersebutdihaluskan.
2.
Pengujian non-destruktif
Pengujian ini tidak merusak dan merupakan bagian dari pengujian bahan. Berainana dengan pengujian
destruktif pengujian nendstruktif terdiri dari:
2.1 Penetrant testing
Yaitu pengujian yang digunakan untuk melihat keretakan dan perositas dari suatu bahan. Pengujian
dengan penetrant terdiri dari 4 tahap yaitu pembersihan awal, pemberian penetrant, pembersihan
penetrant, dan pemberian developer. Pengujian ini memiliki keuntungan yaitu murah dan cepat
dilaksanakan.
2.4 Radiography
Yaitu pengujian dengan menggunakan x-ray untuk mendapatkan gambar dari material. Prinsipnya
sama denagn penggunaan pada tubuh material hanya saja menggunakan gelombang yang lebih
pendek.
-eddy currentmemiliki prisnsip dasar yang hamper sama dengan teknik medan magnet tetapi disini
medan listrik yang dipancarkan adalah arus bolak-balik. Prisnsipnya hamper sama denggan impedensi