Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM METALURGI II

UJI TARIK

Disusun oleh:
Nama Praktikan : Kharisma Mahayuda
NPM : 3334190102
Kelompok : 13
Rekan : 1. Raihan Diva Nauval
2. Muhammad Kahfa Sjafa
3. Kharisma Mahayuda
Tanggal Praktikum : 27 Februari 2023
Tanggal Pengumpulan Lap. :-
Asisten : Cindy Putri Pancaningtias

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu logam mempunyai berbagai jenis sifat yang dibedakan atas sifat fisik,
sifat mekanik, termal dan korosi. Sifat mekanik merupakan salah satu sifat yang
penting dan terdiri dari keuletan, kekerasan kekuatan dan ketangguhan. Untuk
mengetahui sifat mekanik pada logam harus dilakukan pengujian terhadap logam
tersebut, salah satu pengujiannya adalah pengujian Tarik. Pengujian tarik
merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling sering digunakan di dalam
industri, hal ini dikarenakan memudahkan dalam menganalisa data yang
didapatkan dan memperoleh informasi mengenai sifat mekanik suatu material.
Pada proses pengujian tarik ini, pembebanan berupa beban uniaxsial dengan
kecepatan pembebanan statis.
Untuk memperoleh desain material yang sesuai dengan standar sehingga
dapat mencegah terjadinya kegagalan, maka perlu diketahui nilai kekuatan dari
suatu material tersebut. Melalui pengujian tarik dapat diperoleh karakteristik suatu
material meliputi data nilai kekuatan tarik, kekuatan mulur, elongasi, dan
elastisitas. Bentuk patahan yang dihasilkan dari uji tarik juga menggambarkan
karakteristik suatu material. Selama masa pakainya, suatu material akan menerima
berbagai gaya atau beban mekanis, contohnya seperti paduan aluminum pada
sayap pesawat serta baja pada as roda mobil. Pada kondisi tersebut, penting bagi
seorang engineer untuk mengetahui bagaimana karakteristik material dan
merancangnya sedemikian rupa sehingga deformasi yang dihasilkan tidak berlebih
dan tidak menyebabkan fraktur (patah).

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan percobaan uji tarik ini adalah untuk memahami serta
menganalisis kekuatan dan bentuk patahan pada bahan melalui proses pengujian
merusak dengan pengujian tarik.
2

1.3 Batasan Masalah


Percobaan ini memiliki beberapa batasan masalah yang terdiri atas dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada percobaan
ini ialah luas penampang spesimen sedangkan variabel terikatnya ialah nilai
kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan bentuk patahan dari spesimen yang diuji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Tarik


Pengujian tarik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang
sesumbu [1]. Pengujian tarik dapat digunakan untuk menentukan beberapa sifat
mekanis material yang penting dalam suatu perancangan. Sebuah spesimen
dideformasi hingga patah oleh beban tarik yang meningkat secara perlahan yang
diterapkan secara uniaksial di sepanjang sumbu longitudinal spesimen[2].

Prinsip-prinsip dasar dari deformasi dan fracture dapat digambarkan melalui


pengujian ketegangan uniaksial (tarik). Secara umum, tes tarik dilakukan pada
spesimen silinder (misalnya, batang) atau spesimen paralel-pipa (misalnya,
lembaran dan pelat). Sampel dimuat uniaksial, sepanjang spesimen, beban
diterapkan dan ekstensi (atau perubahan panjang) dari sampel yang diukur secara
simultan. Beban dan perpindahan digunakan untuk menghitung rekayasa stres dan
rekayasa regangan menggunakan persamaan 1 dan persamaan 2:
p
S = ………………………………………………………………………….
A0
(2.1)

Dimana S = Tegangan

P = Beban

A0 = Luas Penampang (mm2)

L f − L0
e = …………………………………………………………………
L0
(2.2)

Dimana e = Regangan

Lf = Panjang setelah deformasi (mm)


4

L0 = Panjang awal (mm)

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Pada uji tarik
benda diberi gaya sesumbu yang bertambah besar secara continue, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami pada
benda uji.

Uji tarik jangka pendek (ASTM D 638 dan ISO 517) adalah salah satu tes
mekanik yang paling banyak digunakan plastik untuk menentukan sifat mekanik
seperti kekuatan tarik, kekuatan luluh, titik luluh, dan perpanjangan. Kurva
tegangan-regangan dari pengujian ketegangan juga merupakan cara yang mudah
untuk mengklasifikasikan plastik. Sebuah material yang lunak dan rapuh, seperti
PTFE, ditandai dengan modulus yang rendah, tegangan yield yang rendah, dan
perpanjangan moderat pada break point. Sebuah material yang lunak tapi kuat
seperti polyethylene menunjukkan modulus yang rendah dan tegangan yield
rendah tetapi perpanjangan yang sangat tinggi saat istirahat. Bahan keras dan
rapuh seperti tujuan umum phenolic ditandai dengan modulus tinggi dan elongasi
rendah. Hal ini kemungkinan benar atau tidaknya menghasilkan sebelum break.
Sebuah bahan keras dan kuat seperti polyacetal memiliki modulus yang tinggi,
tegangan hasil yang tinggi, kekuatan ultimate tinggi (biasanya), dan perpanjangan
rendah. Bahan keras dan tangguh seperti polycarbonate ditandai dengan modulus
yang tinggi, tegangan hasil tinggi, elongasi tinggi pada break, dan kekuatan
ultimate tinggi [3].

2.2 Sifat-Sifat Mekanik Pada Material

Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan material sangat


penting dalam industri manufaktur, guna memastikan pemilihan jenis material
yang terbaik untuk desain dengan pertimbangan berbagai faktor. Dalam
perancangan maupun proses manufaktur suatu produk pada aplikasi teknik, guna
menjamin kualitas dan faktor keamanan suatu produk perlunya memahami
karakteristik dan sifat mekanik material dalam perancangan dan perencanaan.
5

Sifat mekanik suatu material adalah sifat yang mempengaruhi kekuatan mekanik
dan kemampuan suatu material ketika diberikan perlakuan mekanis pada material
tersebut. Beberapa sifat mekanik suatu material yaitu[4]:
a. Kegetasan (brittleness)
Sifat ini menunjukkan tidak ada deformasi plastis sebelum suatu material
mengalami kerusakan. Material getas secara mendadak rusak tanpa munculnya
tanda - tanda terlebih dahulu. Material dengan sifat kegetasan ini tidak memiliki
titik mulur atau proses penampang yang mengecil dan kekuatan patah. Beberapa
contoh material yang memiliki sifat kegetasan antara lain semen cor, batu, besi
cor. Material seperti ini menggunakan uji tekan untuk menentukan
kekuatannya[5].
b. Ketangguhan (toughness)
Sifat material ini memiliki keistimewaan yakni mampu menahan beban
impact yang tinggi atau beban kejut. Ketika sebuah material mendapatkan beban
impact, maka yang terjadi adalah sebagian energi dipindahkan dan sebagian
energi diserap. Pengukuran ketangguhan ditentukan berdasarkan luasan di bawah
kurva tegangan regangan dari titik asal hingga ke titik patah[5].
c. Kekuatan (strength)
Sifat material ini ditentukan berdasarkan tegangan paling besar saat material
mampu renggang sebelum akhirnya rusak. Material dengan sifat seperti ini tidak
mempunyai nilai tertentu yang bisa mendefinisikan kekuatannya. Sebab perilaku
material berbeda baik terhadap pembebanan maupun beban[5].
d. Keuletan (ductility)
Material dengan sifat keuletan memiliki kemampuan deformasi terhadap
beban tarik sebelum akhirnya patah. Material yang mempunyai sifat ulet adalah
material yang bisa ditarik menjadi kawat tipis panjang dengan gaya tarik tanpa
mengalami kerusakan. Pengujian yang biasanya dilakukan pada sifat ini adalah
pengujian tarik. Material yang diuji ditandai dengan persentase perpanjangan
panjang ukur material selama melakukan uji tarik dan persentase pengurangan
luas penampang[5].
e. Kekakuan (stiffness)
6

Sifat material ini mempunyai kemampuan renggang pada tegangan tinggi


dengan tidak diikuti regangan yang besar. Kemampuan inilah yang disebut
ketahanan terhadap deformasi. Kekakuan material adalah fungsi dari modulus
elastisitas (E). Material dengan nilai modulus elastisitas yang tinggi berdeformasi
lebih kecil terhadap beban jika dibandingkan dengan material dengan modulus
elastisitas yang lebih rendah. Baja adalah salah satu contoh material yang
memiliki nilai modulus elastisitas yang tinggi. Sedangkan kayu adalah contoh
material yang memiliki nilai modulus elastisitas rendah[5].
f. Elastisitas
Material yang mempunyai sifat elastisitas adalah material yang dapat
kembali ke dimensi awal sesudah beban dilepaskan atau dihilangkan. Tetapi
sangat sulit untuk dapat menentukan nilai yang tepat untuk sifat elastisitas ini.
Pengukuran yang dilakukan hanya untuk menentukan batas elastisitas ataupun
rentang elastisitas sebuah material[5].
g. Kelenturan (resilience)
Sifat kelenturan ditandai dengan kemampuan material dalam menerima
beban impact yang tinggi tanpa mengakibatkan tegangan lebih pada batas elastis.
Keadaan ini menunjukkan, energi yang diserap selama masa pembebanan
disimpan dan dikeluarkan saat material tidak lagi dibebani. Pengukuran terhadap
kelenturan suatu material sama seperti pengukuran terhadap ketangguhan suatu
material[5].

2.3 Kekuatan Tarik

Setelah peluluhan, tegangan yang diperlukan untuk melanjutkan deformasi


plastis pada logam meningkat ke nilai maksimum, titik M pada Gambar 2.3
kemudian menurun hingga mengalami fraktur pada titik F. Kekuatan tarik (tensile
strength, TS) adalah nilai tegangan maksimum pada kurva tegangan-regangan.
Tegangan ini merupakan tegangan maksimum yang dapat ditahan atau diterima
oleh suatu struktur yang mengalami tension (penarikan). Jika tegangan ini terus
diterapkan, fraktur akan terjadi[6].
7

Biasanya, ketika kekuatan sebuah logam digunakan dalam perancangan,


kekuatan luluh lah yang digunakan. Ini dikarenakan pada saat tegangan
maksimum telah diterapkan, suatu struktur atau komponen seringkali telah
mengalami deformasi plastis yang begitu besar sehingga menjadi tidak
berguna[2]. Semua deformasi hingga titik maksimum adalah deformasi yang
seragam di sepanjang daerah sempit pada spesimen uji tarik. Akan tetapi, pada
tegangan maksimum ini, suatu penyempitan atau peleheran mulai terbentuk dan
deformasi selanjutnya hanya terbatas pada leher tersebut. Fenomena ini
dinamakan “necking”, dan fraktur nantinya akan terjadi pada neck. Kekuatan
fraktur merupakan nilai tegangan saat spesimen patah[6].

Gambar 2.1 Kurva Tegangan-Regangan[2]

2.4 Modulus Elastisitas


Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan
mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat
mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin [7].
8

Secara matematis persamaan modulus elastisitas dapat ditulis sebagai berikut :


Mo = σ / ε….…………………………………(2.3)
Dengan:

σ = tegangan (Newton)
ε = regangan

Tabel 2.1 Harga Modulus Elastisitas pada berbagai Suhu [7]

Modulus Elastisitas, psi x 106


Bahan
Suhu kamar 400°F 800°F 1000°F 1200°F

Baja Karbon 30,0 27,0 22,5 19,5 18,0

Baja SS-Austenit 28,0 25,5 23,00 22,5 21,0

Paduan Titanium 16,5 14,0 10,7 10,1

Paduan Alumunium 10,5 9,5 7,8

2.4 Keuletan
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif yang menyatakan derajat deformasi
plastis (regangan) yang mampu dialami oleh material hingga mengalami fraktur.
Berbeda dengan material ulet, material getas hanya mengalami sedikit deformasi
plastis (regangan < 5%) sebelum fraktur atau bahkan tidak sama sekali[2].
Keuletan material dapat dilihat pada bagian regangan saja pada kurva stress
strain. Dari bagian regangan pada kurva, dapat ditentukan apakah suatu material
bersifat ulet atau getas. Material dapat dikatakan ulet jika putus setelah terjadinya
deformasi plastis sedangkan getas jika material putus sebelum terjadinya
deformasi plastis. Keuletan sendiri merupaka suatu besaran kualitatif dan sifat
subyektif suatu bahan, yang secara umum pengukurannya dilakukan untuk
memenuhi tiga kepentingan yaitu menyatakan besarnya deformasi yang mampu
dialami suatu material tanpa terjadi patah, menunjukkan kemampuan logam untuk
mengalir secara plastis sebelum mengalami patah, serta sebagai petunjuk adanya
perubahan kondisi pengolahan
9

Keuletan bahan logam adalah sifat yang menunjukkan kemampuan bahan


logam untuk bertambah panjang ketika diberi beban atau gaya tarik. Besaran ini
biasa disebut dengan elongasi. Sifat ulet dan getas dari sebuah material dapat
ditentukan dari nilai persen elongasinya. Jika persen elongasinya dibawah 5%
maka sifat material tersebut getas, tetapi jika persen elongasi diatas 5% maka sifat
material tersebut ulet[8].
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Berikut merupakan diagram alir percobaan uji tarik yang dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Spesimen

Panjang awal P0 dan luas penampang dihitung


diukur

Spesimen dipasang pada pegangan (grip) atas dan bawah mesin uji tarik

Mesin uji tarik dioperasikan dengan Panjang awal dan luas specimen

Video recorder digunakan untuk melihat data pada display mesin uji tarik

Pembebanan dilakukan pada spesimen hingga putus (break)

Dilakukan plotting data pertambahan panjang terhadap


pembebanan dengan hasil rekaman video

Spesimen dilepaskan dari mesin uji tarik dan diamati bentuk


patahan yang terjadi

Data yang didapatkan nilai tegangan dan regangan hasil uji Tarik dihitung
12

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Uji Tarik

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat yang Digunakan
Berikut merupakan alat-alat yang digunakan pada percobaan uji
tarik:
a. Jangka Sorong
b. Mesin Uji Tarik
c. Penggaris
d. Spidol
e. Video Recorder
3.2.2 Bahan yang Digunakan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan uji
tarik:
a. Spesimen Kawat
b. Spesimen Pelat

3.3 Prosedur Percobaan


Berikut merupakan prosedur percobaan pada percobaan uji tarik.
13

1. Spesimen dengan ukuran standar disiapkan.


2. Panjang awal P0 (gauge length) diukur kemudian dan luas penampang
awal irisan spesimen dihitung.
3. Spesimen dipasang pada pegangan (grip) atas dan bawah mesin uji tarik.
4. Mesin uji tarik dioperasikan yaitu dengan mengatur panjang awal serta
luas spesimen.
5. Perekam video gerak lambat digunakan untuk melihat data pada display
mesin uji tarik.
6. Dilakukan pembebanan pada spesimen hingga putus (break) .
7. Melakukan plotting data pertambahan panjang terhadap pembebanan
dengan melihat hasil rekaman video.
8. Spesimen dilepaskan dari mesin uji tarik dan diamati bentuk patahan
yang terjadi.
9. Dari data yang didapatkan dihitung nilai tegangan dan regangan hasil uji
tarik.
10. Percobaan dilakukan dengan spesimen yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Material Science and Engineering: An Introduction. William D. Callister Jr.


John Wiley&Sons, 2004.
[2] Callister, Jr., William D. Materials Science and Engineering – An
Introduction, 7th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. 2007.
[3] Lampman, S. R. ASM Handbook Mechanical Testing & Evaluation,
Philadelphia: ASM International, 2000.
[4] https://www.etsworlds.id/2020/02/karakteristik-dan-sifat-mekanik.html
[Diakses pada tanggal 25 Februari 2023 Pukul 17.10 WIB]
[5] http://www.testindo.com/article/278/uji-tarik-tensile-test [diakses pada

tanggal 25 Februari 2023 pukul 17.32 WIB]

[6] Zafra, A. Effect of hydrogen on the tensile test properties of 42CrMo4 steel
quenched and tempered at different temperatures. Gijon: Elsevier. 2018
[7] ASM International, Metal Handbook Volume 8. Mechanical Testing, Ohio:
ASM International, 1985.
[8] R. D. Salindeho, J. Soukota, and R. Poeng, “Pemodelan pengujian tarik
untuk menganalisis sifat mekanik material,” J. J-Ensitec, vol. 3, no. 1, pp.
1–11, 2013.

Anda mungkin juga menyukai