Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

KEKUATAN BAHAN

PENGUJIAN TARIK
Oleh
Nama : M. Reza Nurfanza
NIM : 185100900111022
Kelompok : O1
Tgl praktikum : 11 April 2020

Asisten:
1. Reza Rienaldy
2. Udin Mastapura

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu material mempunyai sifat-sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan
dan elastisitas. Sifat mekanik merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari
pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon
atau perilaku suatu material terhadap pembebanan yang diberikan berupa gaya, torsi atau
gabungan keduanya. Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam
adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas
dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan.
Uji tarik merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri
dan di dunia pendidikan karena kemudahan dalam menganalisa data yang didapatkan dan
memperoleh informasi mengenai sifat mekanik suatu material. Pada proses pengujian tarik
ini, pembebanan berupa beban uniaksial dengan kecepatan pembebanan yang statis.
Pengujian ini dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui sifat – sifat mekanik suatu bahan
atau logam terhadap pembebanan tarik.

1.2 Tujuan
 Mahasiwa mengetahui prinsip pengujian tarik uniaksial
 Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan beban (load) – pertambahan panjang
(extension) dan hubungan tegangan (stress) – regangan (stress)
 Mahasiswa mengevaluasi kekuatan tarik ultimate (ultimate tensile strength), kekuatan
yield (yield strength), % perpanjangan (elongation), regangan patah (fracture strain),
rasio poisson, dan modulus elastisitas dari material uji tarik yang dibebani uniaksial
 Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik deformasi dan karakteristik patah
material yang berbeda
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Apa yang dimaksud dengan Universal Testing Machine


Universal Testing Machine (UTM) digunakan untuk uji bending. UTM merupakan mesin
atau alat pengujian yang berfungsi untuk menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan suatu
bahan atau material. Universal Testing Machine, mesin pengujian ini telah terbukti bahwa ia
dapat melakukan tarik banyak standar dan tes kompresi pada bahan, komponen, dan
struktur (Zamzami, 2013).
Universal Testing Machine merupakan sejenis peralatan eksperimental dasar yang
dapat menguji banyak sifat mekanik bahan seperti tegangan dan regangannya dinamai
berdasarkan fakta bahwa ia dapat melakukan banyak uji tarik dan kompresi standar pada
bahan, komponen dan struktur. Alat ini menggunakan hidrolik sistem yang menggunakan
cairan hidrolik yang berbasis oli, sistem hidrolik dapat menimbulkan bahaya kebakaran saat
bocor. Kebocoran ini juga dapat menimbulkan bahaya keselamatan karena bersifat hidrolik .
Sistem berada di bawah tekanan tinggi, dan cairan dapat keluar kecepatan tinggi, berpotensi
membahayakan mereka yang berada di dekat kebocoran (Patel, 2013).

2.2 Apa yang dimaksud dengan Baja ST37?


Baja ST 37 adalah logam yang luas penggunaanya di bidang industri. Sifat ringan, tahan
korosi, dan penghantar panas yang baik menyebabkan aluminium dipilih menjadi salah satu
material untuk membuat sebuah komponen mesin seperti velg, piston, dan komponen mesin
lainnya. Tingginya angka penggunaan aluminium di industri manufacturet tidak terlepas dari
Teknologi pengecoran. Pengujian Quenching ini menggunakan alat uji furnace dan di
dinginkan dengan air dan minyak Pelumas SAE 40 (Junaidi, 2018).
Baja St 37 yang setara dengan AISI 1045 dengan komposisi kimia 0.5% C, 0.8% Mn,
dan 0.3% Si, adalah salah satu baja yang dihasilkan untuk pembuatan berbagai komponen
permesinan. Untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis pada baja St 37 maka diberlakukan
proses perlakuan panas, dengan cara pengerasan permukaan (Carburizing). Salah satu
proses pengerasan permukaan adalah karburasi padat, yang bertujuan meningkatkan kadar
karbon (C) di lapisan permukaan baja sehingga didapatkan kekerasan permukaan
kekerasan yang lebih besar dari bagian dalamnya (Kirono, 2011).

2.3 Bagaimana standar pengujian ASTM (Karakteristik Bahan)?


Standar ASTM D790-03 untuk uji bending dan ASTM D3039 untuk uji tarik adalah
bentuk standar dari spesimen penelitian yang dilakukan. Pembuatan spesimen
menggunakan metode hand lay up. Untuk mengetahui perubahan sifat mekanis bahan
dilakukan uji tarik dan uji bending. Kemudian dilakukan foto struktur makro terhadap jenis
perpatahan yang terjadi pada spesimen setelah pengujian (Hestiawan, 2014).
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan tarik dari bahan
komposit. Pengujian dilakukan dengan mesin uji Universal Testing Machine buatan jepang.
Hasil pengujian dengan mesin ini lebih akurat karena melalui grafik tegangan-regangan:
Spesimen pengujian tarik di bentuk menurut standar ASTM D 638-02 (Susilowati, 2017).
2.4. Jelaskan definisi kelenturan dan macam – macam deformasi!
Suatu bahan elastis apabila diberi gaya terus menerus lama kelamaan akan mengalami
deformasi plastis. Jika gaya semakin besar maka bahan tersebut akan patah (fracture).
Elastisitas didefenisikan sebagai kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan tejadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan
(Astuti, 2018).
Teori baru tentang deformasi pada bahan logam, khususnya deformasi pada fasa
plastis, yang dikembangkan oleh Panin, menunjukkan bahwa pada fasa deformasi plastis
akan timbul slip-band. Slip-band yang muncul pada fasa deformasi plastis mempunyai
kaitan dengan deformasi yang terjadi. Pada lokasi slip-band, deformasi yang terjadi akan
berbeda dibandingkan dengan lokasi lainnya. Metoda interferometri, yang didasarkan pada
interferensi antara dua muka gelombang, diketahui mempunyai sensitifitas yang tinggi
didalam menentukan deformasi suatu objek (Muchiar, 2016).

2.5 Jelaskan Hubungan Tegangan dan Regangan!


Sebuah penelitian tentang hubungan tegangan dan regangan pada material beton ketika
adanya peningkatan temperatur. Pada penelitiannya Li dan Purkiss membandingkan model
dan data pengujian eksperimental yang sudah ada sebelumnya tentang sifat mekanik beton
saat terjadinya peningkatan temperatur. Li dan Purkiss juga membentuk model yang dapat
dikombinasikan dengan program elemen hingga komersial dengan cara membandingkan
beberapa data tersebut (Suryanita, 2019).
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan persamaan
dalam analisis maupun desain struktur beton. Untuk mengetahui perilaku hubungan
tegangan-regangan beton didapat dari hasil pengujian tekan terhadap silinder beton.
Hubungan tegangan-regangan beton normal pada pembebanan uniaksial yang diusulkan
oleh E. Hognestad diperlihatkan pada Gambar 1 (Amalia, 2010).

2.6 Jelaskan definisi elastisitas!


Suatu bahan elastis apabila diberi gaya terus menerus lama kelamaan akan mengalami
deformasi plastis. Jika gaya semakin besar maka bahan tersebut akan patah (fracture).
Elastisitas didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan
(Astuti, 2018).
Jika tegangan yang kita berikan mencapai titik E maka kawat akan patah. untuk
selanjutnya, bila kita memperhatikan grafik kembali dan memperhatikan dalam daerah OA
maka grafik berbentuk garis lurus. Dimana perbandingan antara tegangan dan regangan
adalah konstan. Konstanta inilah yang disebut sebagai modulus elastis atau modulus young.
Dengan demikian, modulus elastis suatu bahan (E) didefenisikan sebagai perbandingan
antara tegangan dan regangan yang dialami bahan (Sulaeman, 2018).

2.7 Jelaskan definisi kekuatan ultimate (Ultimate Strength) dan kekuatan yield (Yield
Strength)!
Ultimate Tensile Strength yaitu tegangan nominal maksimum yang dapat ditahan oleh
batang uji sebelum patah disebut Tegangan Tarik. Tegangan tarik merupakan perbandingan
antara beban maksimum yang dicapai selama percobaan tarik dan penampang mula-mula.
Pengujian kekuatan tarik baja dapat memberikan informasi tetang tegangan tarik maksimal
(the ultimate tensile stress), regangan, dan tegangan patah baja maksimum (Rimpung,
2017).
Ketahanan suatu bahan terhadap deformasi plastik di kenal dengan istilah kekuatan
luluh (yield strength). Nilai dari kekuatan luluh adalah besar gaya pada saat luluh dibagi
dengan luas penampang. Untuk baja lunak, titik luluhnya dapat terlihat dengan jelas
sedangkan pada bahan yang yang tanpa batas proporsional yang jelas, kekuatan luluhnya
didefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan plastik
sebesar 0,2% (Bakri, 2010).

2.8 Jelaskan definisi regangan patah (Fracture Strain)!


Dalam penelitian ini, akan menggunakan bahan (material) untuk dilakukan dengan
hanya menggunakan perlakuan tarik, dan tidak dilakukan perlakuan tekan. Pada kasus ini
yang akan dikaji adalah benda yang akan ditarik dengan gaya menimum sampai gaya
maksimum sehingga benda mengalami retak atau patah. Hal ini berarti dapat menunjukkan
keterangan dan informasi kuantitatif tentang daerah proposionalitas atau elastisitas, batas
elastis dan tarikan maksimum atau patahan. Sekaligus dapat menentukan harga modulus
yang merupakan suatu perbandingan antara tegangan terhadap regangan (Souisa, 2011).
Kecenderungan bahan mengalami patahan atau retak lebih cepat jika diberikan
tegangan yang sama adalah bahan kuningan kemudian disusul dengan bahan baja
campuran dan bahan besi. Hal ini berkaitan dengan kekuatan terhadap bahan tersebut,
dimana kuningan memiliki kekuatan tariknya sangat rendah jika dibandingan dengan bahan
baja campuran dan besi. Faktor yang menyebabkan terjadinya patahan, karena laju
deformasi dan menyangkut asalnya bahan itu terbentuk (Souisa, 2011).

2.9 Jelaskan prinsip pengujian tarik uniaksial!


Sifat-sifat mekanik material yang dikuantifikasikan salah satunya dengan kuat tarik dapat
diperoleh dengan pengujian tarik. Pada pengujian tarik uniaksial atau uji satu arah, benda uji
diberi beban atau gaya tarik pada satu arah dan gaya yang diberikan bertambah besar
secara kontinu. Pada saat bersamaan benda uji akan bertambah panjang dengan bertambah
gaya yang diberikan (Salindeho, 2013).
Uji tarik uniaksial merupakan pengujian yang telah diterima secara luas sebagai
informasi dasar sifat mekanik bahan. Sebagai contoh pada simulasi bending proses ekstrusi
aluminium, data uji tarik digunakan untuk menentukan konstanta material dari persamaan
kriteria luluh Hill. Selain itu uji tarik dan uji geser bersifat komplementer. Tensor regangan
(strain tensor) memiliki komponen diagonal yaitu regangan pada uji tarik (Handoko, 2013).

2.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tarik!


Dengan begitu maka faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan juga merupakan
faktor yang mempengaruhi nilai kuat tarik belah secara signifikan. Faktor yang
mempengaruhi kuat tarik belah tersebut adalah pengaruh ukuran, pengaruh rasio diameter
spesimen-ukuran agregat, pengaruh rasio panjang-diamater, pengaruh kondisi kelembaban
benda uji dan pengaruh karakteristik mesin uji (Regar, 2014).
Kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui dengan menguji tarik pada bahan yang
bersangkutan. Hasil pengujian tarik tersebut dapat diketahui pula sifat-sifat yang lain seperti:
kekuatan mulur, perpanjangan, reduksi penampang, modulus elastisitas, dan sebagainya.
Pengujian tarik dilakukan dengan jalan memberikan beban tarik pada batang uji secara
perlahan-lahan sampai patah. Batas mulur, kekuatan tarik, perpanjangan, pengecilan luas,
dan sebagainya diukur pada pengujian ini (Kurniawan, 2014).
BAB III
METODE

3.1 Alat Bahan Dan Fungsi


 Spesimen ST37 : Material yang akan diuji tarik
 Jangka Sorong : Mengukur diameter spesimen
 Penggaris : Mengukur panjang spesimen
 UTM : Alat uji untuk mengetahui tegangan, regangan, elastisitas,
dan waktu untuk mencapai titik maksimum material patah
 Komputer + aplikasi : Perangkat pengolah data

3.2 Gambar Alat dan Bahan beserta bagiannya


No Alat dan Bahan Gambar

1 Spesimen St37

2 Jangka Sorong

3 Penggaris

4 UTM

5 Komputer
3.3 Cara Kerja (Diagram Alir)
a. Pengujian spesimen

Alat dan Bahan

Disiapkan
UTM dan Komputer

Dinyalakan
Spesimen ST37

Dipasang pada rahang statis dan


dinamis dengan holder rapat
UTM
Diklik start, dan ditunggu hingga
spesimen patah, lalu simpan data
Hasil

b. Aplikasi Windwdw

Aplikasi Windwdw

Dinyalakan, dan klik area testing

Area testing

Ditentukan beban dan laju penarikan (100 kn


dan 20 mm/menit), lalu klik new spesimen
New spesimen

 Dimasukkan data yang diperlukan pada


kolom, lalu klik newly built one
 Diklik ok, lalu klik start
 Ditunggu hingga spesimen patah, setelah
patah data disimpan dengan klik save
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Grafik
a. Hubungan antara Deformasi dan Load

Hubungan Deformation dan Load


60
f(x) = 1.7 x + 20.31
50 R² = 0.45

40

30 Load (y)
Load

Linear (Load (y))


20

10

0
0 5 10 15 20 25
Deformation

b. Hubungan antara Strain dan Stress

Hubungan Strain dan Stress


0.5
f(x) = 2.21 x + 0.17
0.45 R² = 0.45
0.4
0.35
0.3
Stress (y)
Stress

0.25
Linear (Stress (y))
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Strain
4.2 Data Hasil Praktikum (Hasil Tensile Test) + Perhitungan
Diameter awal (mm) 12,2 mm
Diameter akhir (mm) 8 mm
Panjang awal (mm) 100 mm
Cross Sectional Area (mm2) 105 mm
Gauge length (mm) 116,84 mm2
Modulus young (Gpa) 6,81 Gpa
Load at yield point (N) 50,48 N
Yield Strength (Mpa) 0,43 Mpa
Maximum load (N) 54,96 N
Ultimate Strength (Mpa) 0,47 Mpa
% elongation 5%
Area production 57%
Perhitungan :
1. Cross section area (mm2) 5. % elongation
A0 = ¼ x π x (D0)2
L1−L0
= ¼ x 3.14 x (12.2)2 % Elongation = X 100%
L0
= 116, 839 mm2
105−100
= X 100%
2. Modulus young (Gpa) 100
y 2− y 1
E= 5
x 2−x 1 = X 100%
100
0,432044−0,002054
= = 0,05 X 100%
0,063586−0,000444

0,43 = 5%
=
0,063 6. % area reduction
= 6,81 Mpa A 0− A F
% Area Reduction = X 100%
A0
3. Load at Yield point (N)
Py 116.839−50.24
O’y = = X 100%
P0 116.839

50.48 66,599
= = X 100%
116.839 116,839

= 0,432 N = 0, 57 X 100%

4. Ultimate strength (Mpa)


P max
O’u =
A0
54.96
=
116.839
= 0,47 Mpa
4.3 Analisa Data
Data yang kami dapat berasal dari praktikum yang telah kami lakukan, dimana diameter
awal dan panjang awal pada spesimen sebesar 12,2 mm dan 100 mm yang merupakan
spesifikasi spesimen itu sendiri. Untuk diameter akhir setelah dilakukan pengujian tarik
sebesar 8 mm, gauge length nya sendiri didapat sebesar 116,84 mm2 dimana untuk standart
ASTM nya yaitu sebesar 50 mm. Berat beban pada yield point sebesar 50,48 N, sedangkan
beban maksimum nya sebesar 54,96 N. Elastisitas spesimen sebesar 6,81 Gpa dengan yield
strength dan ultimate strength masing-masing sebesar 0,43 Mpa dan 0,47 Mpa. Nilai cross
sectional area nya 105 mm dengan pertambahan panjang mencapai 5% dengan
menghasilkan luas mencapai 57%.

4.4 Analisa Grafik


Pada grafik hubungan antara perubahan ukuran benda (deformation) dengan beban
tarik (load), dapat dijelaskan bahwa beban tarik maksimum yang dapat diterima oleh material
uji sebesar 54,96 N, sedangkan nilai batas elastis nya diperoleh 50,48 N. Untuk grafik
hubungan antara regangan (strain) dan tegangan (stress) adalah berbanding lurus, yaitu
semakin besar tegangan, maka semakin besar pula regangannya hingga berhenti saat
benda tersebut patah. Pada grafiknya sendiri dapat dilihat bahwa tegangan maksimum nya
sebesar 0,47 Mpa yang membuat benda patah.

4.5 Analisa Perhitungan


Terdapat enam perhitungan yang digunakan dalam praktikum materi pengujian tarik ini,
yaitu cross section area, modulus young, load at yield point, ultimate strength, elongation,
dan area production. Dimana untuk menghitung dengan menggunakan rumus yang ada
diperlukan data-data yang telah didapat melalui praktikum. Untuk menghitung cross section
area menggunakan persamaan A0 = ¼ x π x (D0)2 dan diperoleh nilai sebesar 116,839 mm2.
y 2− y 1
Untuk menghitung modulus young menggunakan persamaan E = dan diperoleh
x 2−x 1
nilai sebesar 6,81 Mpa. Untuk menghitung load at yield point menggunakan persamaan O’y =
Py
dan diperoleh nilai sebesar 0,432 N. Untuk menghitung ultimate strength menggunakan
P0
P max
persamaan O’u = dan diperoleh nilai sebesar 0,47 Mpa. Untuk menghitung elongation
A0
L1−L0
menggunakan persamaan % Elongation = X 100% dan diperoleh nilai sebesar 5%.
L0
Dan untuk menghitung area production menggunakan persamaan % Area Reduction =
A 0− A F
X 100% dan diperoleh nilai sebesar 57%.
A0
4.6 Pebandingan dengan Literatur
Tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan panjang)
dari benda uji, sementara untuk mendapatkan tegangan-regangan sejati diperlukan luas
area dan panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva
tidaklah terlampau besar pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang
terjadinya pengerasan regangan, yaitu setelah titik luluh terlampaui. Secara khusus
perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah necking (pengecilan penampang). Pada
teganganregangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara aktual mampu
menahan turunnya beban karena luas area awal Ao bernilai konstan pada saat
penghitungan tegangan σ = P/ Ao . Sementara pada kurva tegangan-regangan sejati luas
area aktual adalah selalu turun hingga terjadinya perpatahan dan benda uji mampu
menahan peningkatan tegangan karena σ ' = P/ Ai (Salindeho, 2013). Hal yang dapat
dibandingkan dengan praktikum kami adalah memiliki persamaan dalam hal mencari
hubungan antara tegangan dan regangan yang menjadi acuan penting dalam praktikum ini.
Dari eksperimen pengujian tarik yang memvariasikan model penampang speciment
dengan luasan penampang yang sama, ini menunjukkan bahwa pengaruh model
penampang speciment bulat dan kotak sangat signifikan meskipun secara teori luasannya
sama hasilnya sangat berbeda yaitu yang terjadi pada base metal sebesar 401,315 Mpa
penampang speciment bulat dan 781,004 Mpa penampang speciment kotak. Perlu kajian
lebih lanjut untuk membahas tegangan geser yang terjadi pada kedua penampang sehingga
didapatkan kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui pengaruh model penampang
speciment uji tarik (Mulyadi, 2016). Hal yang dapat dibandingkan adalah persamaan metode
yang dilakukan pada literatur dengan praktikum yang kami lakukan, namun perbedaan nya
hanya pada penggunaan material ujinya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sifat mekanik merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari pemilihan
bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku
suatu material terhadap pembebanan yang diberikan berupa gaya, torsi atau gabungan
keduanya. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam
tersebut. Pada proses pengujian tarik ini, pembebanan berupa beban uniaksial dengan
kecepatan pembebanan yang statis. Universal Testing Machine merupakan sejenis
peralatan eksperimental dasar yang dapat menguji banyak sifat mekanik bahan seperti
tegangan dan regangannya dinamai berdasarkan fakta bahwa ia dapat melakukan banyak
uji tarik dan kompresi standar pada bahan, komponen dan struktur. Alat ini menggunakan
hidrolik sistem yang menggunakan cairan hidrolik yang berbasis oli, sistem hidrolik dapat
menimbulkan bahaya kebakaran saat bocor. Sistem berada di bawah tekanan tinggi, dan
cairan dapat keluar kecepatan tinggi, berpotensi membahayakan mereka yang berada di
dekat kebocoran. Baja St 37 yang setara dengan AISI 1045 dengan komposisi kimia 0.5% C,
0.8% Mn, dan 0.3% Si, adalah salah satu baja yang dihasilkan untuk pembuatan berbagai
komponen permesinan. Salah satu proses pengerasan permukaan adalah karburasi padat,
yang bertujuan meningkatkan kadar karbon di lapisan permukaan baja sehingga didapatkan
kekerasan permukaan kekerasan yang lebih besar dari bagian dalamnya. Standar ASTM
D790-03 untuk uji bending dan ASTM D3039 untuk uji tarik adalah bentuk standar dari
spesimen penelitian yang dilakukan. Kemudian dilakukan foto struktur makro terhadap jenis
perpatahan yang terjadi pada spesimen setelah pengujian. Elastisitas didefinisikan sebagai
kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Kekuatan tarik suatu bahan dapat
diketahui dengan menguji tarik pada bahan yang bersangkutan. Perbedaan kedua kurva
tidaklah terlampau besar pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang
terjadinya pengerasan regangan, yaitu setelah titik luluh terlampaui. Hal yang dapat
dibandingkan dengan praktikum kami adalah memiliki persamaan dalam hal mencari
hubungan antara tegangan dan regangan yang menjadi acuan penting dalam praktikum ini.
Dari eksperimen pengujian tarik yang memvariasikan model penampang speciment dengan
luasan penampang yang sama, ini menunjukkan bahwa pengaruh model penampang
speciment bulat dan kotak sangat signifikan meskipun secara teori luasannya sama hasilnya
sangat berbeda yaitu yang terjadi pada base metal sebesar 401,315 Mpa penampang
speciment bulat dan 781,004 Mpa penampang speciment kotak. Perlu kajian lebih lanjut
untuk membahas tegangan geser yang terjadi pada kedua penampang sehingga didapatkan
kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui pengaruh model penampang speciment uji
tarik . Hal yang dapat dibandingkan adalah persamaan metode yang dilakukan pada literatur
dengan praktikum yang kami lakukan, namun perbedaan nya hanya pada penggunaan
material ujinya.

5.2 Saran
Mahasiswa yang melakukan praktikum online lebih aktif lagi, karena praktikum online
memang tidak seefektif praktikum yang biasanya. Untuk itu diharapkan setiap mahasiswa
memperhatikan dan memahami penjelasan yang diberikan oleh asisten praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia. dkk. 2010. Perilaku Tegangan Regangan dan Modulus Elastisitas Beton Limbah
Debu Pengolahan Baja (Steel Dust Collector). Jurnal Dinamika Teknik Sipil.
Astuti, Irnin Agustina Dwi. dkk. 2018. Penggunaan Video Based Laboratory (VBL) dalam
Menentukan Nilai Modulus Elastisitas Penggaris Aluminium. UPEJ, Vol. 7(1).
Bakri. 2010. Efek Waktu Perlakuan Panas Temper Terhadap Kekuatan Tarik dan
Ketangguhan Impak Bajak Komersial. Jurnal Smartek, Vol. 4(2): 97-102.
Handoko. 2013. Pengaruh Variasi Laju Regangan Linier Terhadap Data Hasil Uji Tarik Plat
Aluminium. Seminar Nasional Teknologi Terapan.
Hestiawan, Hendri. 2014. Studi Pengaruh Fraksi Volume dan Susunan Serat Terhadap
Kekuatan Tarik dan Bending Komposit Resin Berpenguat Serat Rotan (Calamus
Trachycoleus). Jurnal Mechanical, Vol. 5(1): 1-4.
Junaidi. 2018. Karakteristik Material Baja St.37 dengan Temperatur dan Waktu Pada Uji
Heat Treatment menggunakan Furnace. Jurnal Uhamzah, Vol. 8(15).
Kirono, Sasi. 2011. Pengaruh Tempering pada Baja ST 37 yang Mengalami Karburasi
dengan Bahan Padat terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro. Jurnal UMJ.
Muchiar. 2016. Penelitian terhadap Deformasi pada Paduan Aluminium Tipe A5083P-O
dengan Teknik Interferometri Optik. Jurnal Teknologi UMJ, Vol. 8(2).
Patel, Sagar S. 2013. Universal Testing Machine Motion Control System. International
Journal of Science and Research (IJSR), Vol. 6(14): 1317-1320.
Regar, Renaldo Glantino. 2014. Nilai Kuat Tarik Belah Beton dengan Variasi Ukuran Dimensi
Benda Uji. Jurnal Sipil Statik, Vol. 2(5): 269-276.
Rimpung, I Ketut. 2017. Analisis Perubahan Kekuatan Tarik Baja (St. 42) dengan Perlakuan
Panas 800° C. Jurnal Logic, Vol. 17(2): 98-103.
Salindeho, Robert Denti. dkk. Pemodelan Pengujian Tarik untuk Menganalisis Sifat Mekanik
Material. Jurnal Mechanical, Vol. 5(1).
Souisa, Matheus. 2011. Analisis Modulus Elastisitas dan Angka Poisson Bahan dengan Uji
Tarik. Jurnal Barekeng, Vol. 5(2): 9-14.
Sulaeman, Budiawan. 2018. Modulus Elastisitas Berbagai Jenis Material. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Teknik, Vol. 3(2): 127-138.
Suryanita, Reni. 2019. Pemodelan Perilaku Tegangan dan Regangan Beton pada Suhu
Tinggi dengan Software LUSAS. Jurnal Media Komunikasi Teknil Sipil, Vol. 25(1): 115-
122.
Susilowati, Sri Endah. 2017. Studi Perlakuan Alkali terhadap Sifat Mekanik Bahan Komposit
Berpenguat Sekam Padi. Jurnal Kajian Teknik Mesin, Vol. 2(1): 67-80.
Zamzami, Yusman. 2013. Pengaruh Ukuran Fly Ash pada Kekuatan Bending Komposit
Resin Epoxy. Jurnal FEMA, Vol. 1(4): 49-53.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Mulyadi. 2016. Pengaruh Model Speciment Uji Tarik Pada Pengelasan Besi Fc-30 Di Lihat
Dari Kekuatan Tarik Pengelasan. Jurnal Rekayasa Energi Manufaktur, Vol. 1(2): 29-36.
LAMPIRAN

1. (Zamzami, 2013)
2. (Patel, 2013)

3. (Junaidi, 2018)
4. (Kirono, 2011)

5. (Hestiawan, 2014)
6. (Susilowati, 2017)
7. (Astuti, 2018)
8. (Muchiar, 2016)
9. (Suryanita, 2019)
10. (Amalia, 2010)
Dinamika TEKNIK SIPIL, Akreditasi BAN DIKTI No : 110/DIKTI/Kep/ 2010

11. (Sulaeman, 2018)


12. (Rimpung, 2017)
13. (Bakri, 2010)
14. (Souisa, 2011)
15. (Salindeho, 2013)

Jurnal Mechanical Volume 5 Nomor 1 / Maret 2013


16. (Handoko, 2013)
17. (Regar, 2014)
18. (Kurniawan, 2014)
LAMPIRAN TAMBAHAN

1. (Salindeho, 2013)

2. (Mulyadi, 2016)

Anda mungkin juga menyukai