Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA STRUKTUR

PENGUJIAN TARIK
Oleh
Nama : Mohammad Rafi Akbar
NIM : 195100901111004
Kelompok : O1
Tgl praktikum : Selasa, 9 Maret 2021

Asisten:
1. Udin Mastapura
2. Tifa Nur Jannah

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam praktikum mekanika struktur dilakukan percobaan berupa uji tarik. Dalam uji tarik
tersebut dilaksanakan dalam mengetahui prinsip tarik uniaksial dari suatu benda perlakuan.
Uji tarik sendiri ialah salah satu pengujian mekanik yang sering digunakan dalam industri.
Kemudahan dalam menganalisa data yang didapatkan juga dapat memperoleh informasi
akan sifat mekanik pada suatu material. Kekuatan tarik pada spesimen akan diuji dengan
kekuatan tertentu. Dalam hal ini nantinya akan diketahui seberapa besar gaya yang bekerja
pada spesimen tersebut sehingga spesimen dapat patah.
Uji Tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu material
dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Baja merupakan salah satu logam
ferro yang paling banyak digunakan dalam berbagai bidang, terutama di bidang rancang
bangun dan rekayasa. Dalam uji tarik ini dapat kita fahami akan hubungan beban yang
dilimpahkan dengan pertambahan panjang yang terjadi. Suatu logam mempunyai sifat
tertentu yang dibedakan atas sifat fisik, mekanik dan korosif. Logam memiliki fungsi sebagai
material sehingga perlu untuk dilakukan pengujian. Sifat mekanik adalah salah satu acuan
untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material. Dalam pengujian uji tarik
sendiri berhuna dalam mengetahui seberapa kuat bahan tersebut serta dalam pemenuhan
uji mekanik.

1.2 Tujuan
1.1.1 Mahasiswa mengetahui prinsip pengujian tarik uniaksial
1.1.2 Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan beban (load) - pertambahan panjang
(extension) dan hubungan tegangan (stress) – regangan (strain).
1.1.3 Mahasiswa mengevaluasi kekuatan tarik (ultimate tensile strength), kekuatan yield
(yield strength), % perpanjangan (elongation), regangan patah (fracture strain),
rasio Poisson, dan modulus elastisitas dari material uji tarik yang dibebani uniaksial.
1.1.4 Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik deformasi dan karakteristik patah
material yang berbeda
BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Apa yang dimaksud dengan Universal Testing Machine


UTM atau Universal Testing Machine merupakan mesin uji gaya sumbu tunggal tarik
atau tekan yang sering digunakan dalam pengujian material logam maupun material lainnya
yang memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh gaya yang diberikan pada material
tersebut. Universal Testing Machine ini dapat melakukan pengujian bahan atau material
seperti karet, beton, besi, logam, dan baja baik itu dengan uji tarik (Tensile Test) maupun
dengan uji tekan (Compression Test). UTM akan memberikan informasi mengenai seberapa
besar pengukuran yang akan diuji terhadap bahan, sehingga standarisasi yang diinginkan
dapat tercapai dengan sempurna. Data yang langsung diperoleh dari UTM ini adalah
perubahan panjang sampel terhadap setiap besar gaya yang diberikan. Hasil ini akan
dikonversikan ke dalam bentuk grafik. Data awal inilah yang kemudian dianalisa lebih lanjut
menggunakan komputer untuk mendapatkan parameter yang sebelumnya telah didapatkan
(Prasetya, 2018).
Bentuk mesin pengujian universal yang terkenal terdiri dari pegangan dengan jarak
vertikal untuk kedua ujung tes sampel dan menerapkan gaya tarik ke sampel selama
pengujian. Ketidakakuratan ini sebagian besar disebabkan oleh gaya lentur pada sampel
karena misalignment dari rahang atau cengkeraman selama operasi pengujian. Dalam
pengujian ketidaksejajaran resin dari kedua pegangan dapat menyebabkan subjek terkena
salah satu tepi sampel dengan gaya tarik yang hampir sama dengan gaya tariknya kekuatan
tarik. Pengukuran kekuatan tank pelekatan dilakukan dengan cara meletakkan subjek
penelitian pada alat fìksasi yang tenletak pada tengah mesin. Alat bantu untuk menarik resin
komposit dipasang pada batas resin komposit dengan dentin kemudian mesin dihidupkan
hingga alat penank bergerak ke atas dan menarik resin komposit sampai terlepas. Pada saat
terlepas monitor pada alat ui akan menunjukkan angka tertentu yang menyatakan besamya
gaya maksimum yang diperlukan untuk memutuskan tumpatan resin komposit. Angka masuk
dalam rumus perhitungan kekuatan tank pelekatan dengan satuan N/mm2 yang setara
dengan Mega Pascal atau MPa. Tingkat kepercayaan pada analisis mi adalah 95% (a= 0,05)
(Dabhi et al., 2016).

2.2 Apa yang dimaksud dengan Baja ST41?


Baja St.41 adalah baja yang memiliki kadar karbon 0,16 %, karena kadar karbonya
kurang dari 0,30 % maka baja ini termasuk golongan baja karbon rendah dan mempunyai
regangan sebesar 36-24 %. Makna dari penamaan St.41 sendiri adalah dari St memiliki arti
baja (Stahl), angka 41 dalam baja ini menunjukkan bahwa minimum ketangguhan putus-tarik
adalah 41 kg/mm². Salah satu proses pengerasan permukaan adalah karburasi padat, yang
bertujuan meningkatkan kadar karbon (C) dilapisan permukaan baja sehingga didapatkan
kekerasan permukaan kekerasan yang lebih besar dari bagian dalamnya. Ketangguhan tarik
juga dibatasi keatas yaitu umumnya St.41 ≤ 50 kg/mm. Spesimen yang digunakan adalah
jenis baja ST 41 dengan bentuk uji standrar ASTM (American Society of Testing and
Material) tipe E-466 (Test Method for Tension Testing of Metalic Materials). Baja ST 41
tanpa perlakuan panas memiliki keuletan dan ketangguhan lebih baik dibandingkan dengan
baja ST 41 perlakuan panas quenching, hal tersebut dikarenakan baja ST 41 tanpa
perlakuan panas memiliki fasa ferrite yang lebih dominan dibandingkan dengan baja ST 41
yang telah mengalami perlakuan (panas heat treatment) (Mustofa dkk., 2018).
Baja ST 41 adalah salah satu dari baja karbon rendah. Bahan ini termasuk dalam
golongan baja karbon rendah karena dalam komposisinya mengandung karbon sebesar
0,08%-0,20%. Baja karbon rendah sering digunakan dalam komponen mesin-mesin industri
seperti gear, rantai,skrup dan poros. Selain itu juga baja ST 41 juga digunakan sebagai
handle rem sepeda motor, bodi mobil, pipa saluran, kontruksi jembatan, rivet. Baja ST 41
juga merupakan baja struktur sifat-sifat yang dimilki oleh baja ST 41 mempunyai kekuatan
yang cukup tinggi, mempunyai nilai kekerasan yang cukup, stabilitas dimensi yang baik. Baja
ST 41 dengan kode 2 yang telah dilakukan proses heat treatment dengan suhu 950ºC lama
pemansan 15 menit dengan media pendinginan oli SAE10W-30 memiliki nilai rata – rata
kekerasan sebesar 152 HV. benda uji dengan kode 1 adalah baja ST 41 yang sudah
mengalami proses pemanasan pada variasi temperatur 9000 C dengan holding time tetap
selama 15 menit dan di dinginkan dengan media pendingin oli SAE10W-30, selanjutnya
benda uji dengan kode 2 adalah baja ST 41 yang sudah mengalami proses pemanasan
pada variasi temperatur 9500 C dengan holding time tetap selama 15 menit dan di dinginkan
dengan media pendingin oli SAE10W-30, selanjutnya benda uji dengan kode 3 adalah baja
ST 41 yang sudah mengalami proses pemanasan pada variasi temperatur 10000 C dengan
holding time tetap selama 15 menit dan didinginkan dengan media pendingin oli SAE10W-30
(Nofri dan Acang, 2017).

2.3 Bagaimana standar pengujian ASTM (Karakteristik Bahan)?


Menurut Muhammad dan Reza (2017) Pengujian kekuatan tarik dengan mengikuti ASTM
bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan modulus elastisitas pada bahan material
komposit dengan cara menarik spesimen sampai putus. Pengujian tarik dilakukan dengan
mesin uji tarik atau dengan universal testing machine. Hukum Hooke (Hooke’s law) hampir
semua logam pada tahap awal di uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan
berbanding lurus dengan perubahan panjang benda tersebut. Ini disebut daerah liniear atau
liniear zone. Di daerah ini kurva bertambah panjang dan beban mengikuti aturan Hooke yaitu
rasio tegangan (stres) dan regangan (strain). Spesimen ditempatkan di genggaman (grip)
mesin uji tarik universal machine pada jarak pegangan tertentu dan menarik sampai pada
kegagalan (regangan). Untuk ASTM D 3039 kecepatan uji dapat ditentukan oleh spesifikasi
material dengan waktu kegagalan 0 – 10 menit. Sebuah extensometer vs alat ukur regangan
digunakan untuk menentukan perpanjangan dan modulus tarik. Tergantung pada penguatan
dan jenis, pengujian di lebih dari satu orientasi mungkin diperlukan. Standar (ASTM D 3039)
untuk mendapatkan nilai kekuatan tarik dapat dicari dengan rumus:

Gambar 2.1 Rumus Standar (ASTM D 3039)


Sumber: Muhammad dan Reza, 2017

Standar pengujian tarik yang digunakan adalah American Society for Testing
Materials (ASTM) E 8M-04 sebagai acuan metode pengujian standar pengujian tarik material
logam dengan mengambil standar detil dari ASTM A 370-03 yang merupakan metode
pengujian standar untuk pengujian mekanik produk baja karena spesimen yang digunakan
adalah baja. Bentuk spesimen pengujian kekuatan bending yang digunakan pada penelitian
ini mengacu pada standar uji ASTM D 790 dengan dimensi (152x25,4x6) cm. Salah satu dari
pengujian mekanik yang sangat sederhana, mendasar/fundamental, tidak mahal dan telah di
standarisasi di seluruh dunia seperti di Jepang JIS 2241 dan di Amerika ASTM E 8 dan
ASTM E 8M adalah pengujian tarik (tensile test) juga sering disebut sebagai tension test,
dari pengujian ini dapat mengetahui kekuatan mulur, perpanjangan,reduksi, dan modulus
elastisitas dari suatu material (Harsi dkk., 2015).

2.4. Jelaskan definisi kelenturan dan macam – macam deformasi!


Suatu bahan dapat berubah dengan adanya gaya yang bekerja padanya dan akan
mendapat perlawanan gaya dalam bahan yang cenderung untuk melawan gaya luar. Hasil
interaksi kedua gaya tersebut adalah kecenderungan dari bahan untuk kembali kebentuk
semula apabila gaya-gaya luar ditiadakan yang disebut kelenturan bahan. Deformasi elastis
terjadi bila sepotong logam dibebani gaya dan bila berupa gaya tarik benda akan bertambah
panjang, sebaliknya bila beban berupa gaya tekan mengakibatkan benda menjadi pendek.
Regangan elastik adalah hasil dari perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik atau
dalam arah tekanan. Kelenturan adalah kemampuan untuk dapat melakukan gerakan ke
semua arah secara optimal. Kelenturan adalah salah satu unsur kondisi fisik yang
menentukan dalam mempelajari keterampilan-keterampilan gerakan, mengembangkan
kekuatan, kecepatan, daya tahan dan koordinasi (Zuchry, 2011).
Suatu deformasi dikatakan elastik jika deformasi merupakan proposional dengan gaya
penyebabnya, bekerjanya gaya, maka deformasi diabaikan. Sheet metal forming merupakan
proses pembentukan terhadap material dengan bahan dasar plat untuk dijadikan sebuah
produk. Jika sepotong logam dibebani dengan beban tarik, maka potongan logam tersebut
akan mengalami deformasi. Apabila beban bertambah secara kontinyu maka deformasi juga
akan berlangsung secara kontinyu, hingga akhirnya logam tersebut putus. Selama
pemberian beban, sebelum putus, objek akan menjalani dua fasa, yaitu fasa deformasi
elastis dan fasa deformasi plastis. Pada fasa elastis, deformasi yang terjadi akan berbanding
lurus (linier) dengan kenaikan beban, sesuai dengan hukum Hooke, dan deformasi ini tidak
bersifat permanen. Apabila pemberian beban diteruskan hingga melewati batas fasa elastis,
maka objek akan tiba pada fasa plastis. Pada fasa ini deformasi yang terjadi tidak lagi
mengikuti hukum Hooke, deformasi tidak lagi berbanding lurus dengan perubahan beban,
bentuknya sangat spesifik, bergantung pada jenis bahan logamnya, dan deformasi ini
bersifat permanen. Fasa plastis ini akan berakhir dengan putus atau patahnya objek. Dalam
teorinya yang dinamakan Teori Gelombang Plastis, Panin memperlakukan deformasi plastis
sebagai transformasi struktur lokal dari kristal penyusun material tersebut. Menurut Panin
deformasi plastis akan melalui beberapa tingkatan, yaitu tingkatan. Defleksi berdasarkan
pembebanan yang terjadi pada batang berupa defleksi aksial (regangan) terjadi jika
pembebanan pada luas penampang. Defleksi lateral (lendutan) yaitu defleksi yang terjadi jika
pembebanan tegak lurus pada luas penampang serta defleksi oleh gaya geser/puntir pada
batang (Muchiar, 2016).

2.5 Jelaskan Hubungan Tegangan dan Regangan!


Regangan skala semi lapangan dengan beban statis ini lebih besar daripada nilai
regangan skala semi lapangan dengan beban dinamis karena dipengaruhi oleh lamanya
waktu beban yang berhenti diatas perkerasan. Semakin lama suatu material diberi beban
maka material akan mengalami kelelahan yang menyebabkan nilai regangan tinggi pada
beban statis. Hubungan tegangan dengan lintasan pada ketiga lokasi memiliki model serupa
walaupun nilainya berbeda. Tegangan mengalami kenaikan hingga mencapai suatu titik
pada lintasan tertentu kemudian turun hingga pada lintasan terakhir. Nilai tegangan yang
naik turun ini disebabkan material perkerasan belum kembali ke bentuk semula dengan
sempurna, namun telah terkena beban lagi (Amaliyah dkk., 2017).
Grafik Tegangan terhadap Regangan, Kebanyakan benda adalah elastis sampai ke
suatu besar gaya tertentu dinamakan batas elastis. Jika gaya yang dikerjakan pada benda
lebih kecil daripada batas elastisnya, benda akan kembali ke bentuk semula jika gaya
dihilangkan. Akan tetapi, jika gaya yang diberikan melampaui batas elastis, benda tidak
kembali ke bentuk semula melainkan secara permanen berubah bentuk. Variasi tegangan
terhadap regangan ketika seutas kawat logam (baja) diberi gaya tarik sampai kawat itu
patah. Deformasi (perubahan bentuk) kawat adalah elastis. Ini berarti jika tegangan
dihilangkan, kawat akan kembali ke bentuk semula. Dalam daerah deformasi elastis terdapat
daerah yang grafiknya linear (garis lurus). Setiap ditambah beban kawat selalu bertambah
panjang, namun saat dituliskan dalam grafik, grafik memang linear tetapi agak bengkok
sehingga tidak konstan padahal dalam teori seharusnya grafik tersebut linear dan bernilai
konstan. Kedua hal di atas dimungkinkan karena faktor alat dan material uji terutama kawat
yang digunakan. Hal ini dimungkinkan karena kondisi kawat yang sudah tidak baik dan
keelastisannya sudah berkurang bahkan cenderung sudah berubah menjadi benda dengan
bersifat plastik. Kawat ini seharusnya bersifat elastis, dimana jika diberi gaya bentuknya
akan berubah dan kembali kebentuk semula bila gaya dilepaskan (Sulaeman, 2018).

2.6 Jelaskan definisi elastisitas!


Bahan elastis adalah bahan yang mudah diregangkan serta cenderung pulih ke keadaan
semula, dengan mengenakan gaya reaksi elastisitas atas gaya tegangan yang
meregangkan-nya. Pada hakekatnya semua bahan memiliki sifat elastik meskipun boleh jadi
amat sukar diregangkan. Sifat elastik adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk
awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan benda itu dihilangkan. Elastisitas adalah
sifat benda yang berdeformasi untuk sementara, tanpa perubahan yang permanen, yaitu
sifat untuk melawan deformasi yang terjadi. Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika
setelah gaya penyebab perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke bentuk
semula. Sekalipun tidak terdapat benda yang elastik sempurna, tetapi banyak benda yang
hampir elastik sempurna, yaitu sampai deformasi yang terbatas disebut limit elastik. Jika
benda berdeformasi diatas limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan, maka benda
tersebut tidak lagi kembali ke bentuk semula. Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan
plastik, hanyalah terletak pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi.
Suatu deformasi dikatakan elastik jika deformasi merupakan proposional dengan gaya
penyebabnya, bekerjanya gaya, maka deformasi diabaikan (Souisa, 2011).
Modulus elastisitas yang dihitung dari kaitannya dengan kecepatan gelombang.
Sementara, kecepatan gelombangnya baik jenis P (presssure) maupun S (shear) diukur
dengan menggunakan time delay analyzer. H Sifat mekanik material adalah kemampuan
bahan untuk menahan gaya atau tegangan luar. Pada saat menahan beban struktur molekul
berada dalam keadaan keseimbangan, gaya luar terjadi ketika proses penarikan,
penekanan, pemotongan, penempaan, pengerolan, dan pembengkokan yang akan
mengakibatkan material mengalami tegangan dan berubah bentuk dan ukuran (deformasi).
Defleksi akan terjadi bila sebuah pelat yang dikenai beban diluar pada beban luar yang tidak
terlalu besar defleksi pelat akan kembali ke bentuk semula setelah beban dilepas, pelat tidak
akan terjadi deformasi permanen disebabkan karena gaya elastis pelat. Hal ini disebut
sebagai sifat elastisitas bahan (Sutopo dkk., 2019).

2.7 Jelaskan definisi kekuatan ultimate (Ultimate Strength) dan kekuatan yield (Yield
Strength)!
Kekuatan Tarik merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung oleh material
sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum σ uts ditentukan
dari beban maksium F maks dibagi luas penampang awal Ao. Pada bahan ulet tegangan
maksimum ini kaitannya dengan penggunaan struktural maupun dalam proses forming
bahan, kekuatan maksimum adalah batas tegangan yang sama sekali tidak boleh dilewati.
Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material dapat memberikan keterangan yang
relatif lengkap mengenai perilaku material tersebut terhadap pembebanan mekanis.
Kekuatan maksimum atau kekuatan tarik merupakan penunjuk yang bagus adanya cacat
pada struktur Kristal logam, tetapi kekuatan maksimum atau kekuatan tarik tidak terlalu
banyak dipakai dalam perancangan adanya deformasi plastis yang terjadi sebelum tegangan
mencapai harga kekuatan maksimum atau kekuatan tarik (Rizal, 2012).
Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan
deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini
harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produk-
produk logam seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Ruang antara butir
yang lebih halus akibat pembesaran volume martensit menyebabkan kekuatan tegangan
menjadi lebih tinggi. Sifat-sifat tegangan baja yang annealing, terlihat bahwa yield dan
regangan baja meningkat dengan meningkatnya %vol. martensit. Sebaliknya, pemanjangan
baja akan berkurang saat % vol martensit meningkat. Titik luluh terjadi pada daerah dimana
deformasi plastis mudah terjadi pada logam grafik σ-ε berbelok secara bertahap sehingga
titik luluh ditentukan dari awal perubahan kurva σ-ε dari linier ke lengkung. Titik ini di sebut
batas proporsional. Pada kenyataannya titik p ini tidak bisa ditentukan secara pasti. Semakin
keras suatu material atau mengalami proses pengerasan, maka keuletannya akan menurun
dan cenderung rapuh dan mudah pecah, karena kepadatan struktur semakin rapat sehingga
tegangan muka antar atomnya tinggi, tapi hal ini dapat diatasi dengan proses pemanasan
ulang setelah proses perlakauan panas sampai titik transformasi, untuk menghilangkan
tegangan antar atom juga mengembalikan struktur molekul ke bentuk awal (Nofriady dan
Ismed, 2013).

2.8 Jelaskan definisi regangan patah (Fracture Strain)!


Pengujian spesimen uji baja yang dilakukan secara eksperimental di laboratorium dari
hasil uji tarik dengan Universal Testing Machine dan data dari strain gauge dibandingkan
dengan analisis numerik menggunakan software ABAQUS tidak jauh berbeda, meliputi data
grafik tegangan-regangan baja yang didapat dari hasil eksperimental dan analisis numerik
menggunakan ABAQUS hampir sama serta distribusi teganganregangan yang ditampilkan
pada elemen baja hasil analisis numerik ABAQUS menunjukkan kondisi yang sama pada
pengujian eksperimental dimana tegangan-regangan tertinggi pada ABAQUS menunjukkan
bagian yang mengalami patah pada kondisi sebenarnya benda uji. nilai tegangan dan
regangan pada saat melakukan pengujian pembebanan statik terhadap kekuatan tarik, akan
membentuk kurva modulus elastisitas yang biasa disebut dengan titik tarik maksimum
(Ultimate Tensile Strength) dan spesimen akan mengalami perubahan bentuk (deformasi)
hingga mengalami titik patah (fracture). Kecenderungan bahan mengalami patahan atau
retak lebih cepat jika diberikan tegangan yang sama adalah bahan kuningan kemudian
disusul dengan bahan baja campuran dan bahan besi. Hal ini berkaitan dengan kekuatan
terhadap bahan tersebut, dimana kuningan memiliki kekuatan tariknya sangat rendah jika
dibandingan dengan bahan baja campuran dan besi. Faktor yang menyebabkan terjadinya
patahan, karena laju deformasi dan menyangkut asalnya bahan itu terbentuk (Siregar dan
Juliansyah, 2018).
Kekuatan tarik sering dijadikan sebagai suatu sistem yang menunjukan kualitas suatu
bahan polimer, walaupun hasilnya tidak menggambarkan keadaan susunan molekulnya. Jika
suatu bahan polimer mengalami pertambahan tegangan (stress), maka terdapat juga
perubahan regangan (strain). Tegangan pada titik yield didefinisikan sebagai tegangan pada
kurva stress-strain dimana terjadi penambahan renggangan tanpa ada pertambhan
tegangan. Titik yield dapat ditentukan mudah pada kurva, biasanya kemiringan kurva adalah
nol (dσ/dε = 0) [10] . Setelah melewati titik yield, tegangan (stress) berlanjut pada deformasi
plastis bertambah terus hingga mencapai titik maksimum dan kemudian renggangan (strain)
menurun dan akhirnya putus. Sifat bahan yang berada pada batas elestik ini disebut sifat
plastik, dan apabila bahan diberikan tegangan terus menerus, maka pada akhirnya bahan
mengalami patahan (Sari dan Rahmad, 2010).

2.9 Jelaskan prinsip pengujian tarik uniaksial!


Hal ini menjadi suatu tantangan dalam pengembangan pengujian TMCP. karena pada uji
tank uniaksial tidak terjadi regangan bidang (plane strain) sebagaimana yang terjadi pada
material yang mengalami TMCP. Salah satu alternatif yang rnemungkinkan adalah dengan
mengembangkan model spesimen dan jig (pemegang) yang sesuai bagi uji tank uniaksial
sehingga kondisi regangan bidang dapat dicapai, baik pada temperatur ruang maupun
temperatur tinggi.Sifat-sifat mekanik material yang dikuantifikasikan salah satunya dengan
kuat tarik dapat diperoleh dengan pengujian tarik. Pada pengujian tarik uniaksial atau uji satu
arah, benda uji diberi beban atau gaya tarik pada satu arah dan gaya yang diberikan
bertambah besar secara kontinu. Pada saat bersamaan benda uji akan bertambah panjang
dengan bertambah gaya yang diberikan (Salindeho dkk., 2012).
Pengujian tarik uniaksial merupakan suatu pengujian sifat mampu bentuk logam non
simulatif. Pengujian ini tidak sensitive terhadap tebal serta kondisi permukaan logam.
Dengan diperolehnya model spesirnen uji tank dan jig yang sesuai untuk digunakan pada
mesin uji tarik uniaksial, sebagai salah satu alternatif pengujian dalam proses TMCP
diharapkan prediksi mekanisme dan evolusi mikmstruktur yang terjadi pada proses canai
panas dapat dilakukan di laboratorium-laboratorium perguruan tinggi di Indonesia yang
memiliki mesin uji tarik. Berdasarkan hasil pengujian tarik yaitu berupa data gaya dan
perpanjangan, maka dapat dianilisis untuk menentukan tegangan dan regangan secara
teknis. Pada tegangan teknis digunakan persamaan sebagai berikut :
(N/mm2 )……...…(2.1)
Dimana,
P = gaya yang diberikan pada benda uji (N)
Ao = luas penampang awal benda uji (mm 2)
Pada regangan teknis persamaannya sebagai berikut :
..................(2.2) (Nuryanto, 2011).

2.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tarik!


Pengujian kekuatan tarik merupakan pembebanan pada bahan dengan memberikan
gaya yang berlawanan pada bahan dengan arah menjauh dari titik tengah, Pengujian tarik
dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu bahan. Pengujian ini paling sering
dilakukan karena merupakan dasar pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan. Hasil
dari penarikan kekuatan tarik terhadap bahan adalah perubahan bentuk (deformasi) bahan,
yaitu pergeseran butiran kristal bahan hingga terlepasnya ikatan kristal tersebut karena gaya
maksimum. Ketangguhan (toughness) adalah kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah
energi tanpa terjadinya kerusakan. Dan juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya
energi yang diperlukan untuk membuat benda kerja patah pada suatu kondisi tertentu. Sifat
ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga sifat ini sulit untuk diukur (Sardi dkk., 2019).
Serat sebagai elemen penguat sangat menentukan sifat mekanik dari komposit karena
meneruskan beban yang didistribusikan oleh matrik. Orientasi arah serat, fraksi volume,
ukuran, dan bentuk serta material serat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi properti
mekanik dari laminat. Serat rami kontinyu yang dikombinasikan dengan resin polyester
sebagai matrik akan dapat menghasilkan komposit alternatif untuk aplikasi teknik. Dengan
memvariasikan orientasi arah serat dan fraksi volume dari rami kontinyu diharapkan akan
didapatkan hasil properti mekanik komposit yang maksimal untuk dapat mendukung
pemanfaatan komposit alternative.Banyak faktor kesalahan yang bisa terjadi pada pengujian
eksperimental, seperti strain gauge tidak terpasang dengan baik, kesalahan pembacaan,
serta dalam kesalahan teknis lainnya sehingga menyebabkan hasil tidak terlalu akurat
(Yusuf dan Zulmiardi, 2015).
BAB 3 METODE

3.1 Alat Bahan dan Fungsi


Tabel 3.1. Alat bahan dan Fungsi
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Specimen Benda uji
2. Penggaris Pengukur dimensi
3. Jangka sorong Pengukur diameter specimen
4. UTM Alat uji tarik
5. Komputer Alat pengolah data

3.2 Gambar Alat dan Bahan beserta bagiannya (gambar tangan dan SS)
Tabel 3.2. Alat bahan dan Gambar
No. Alat dan Bahan Gambar
1. Specimen

2. Penggaris

3. Jangka sorong

4. UTM
5. Komputer

3.3 Cara Kerja (Diagram Alir)

Mulai

Siapkan alat dan bahan

Mesin UTM
Hidupkan mesin dan
computer dan program

Spesimen
Dipasang pada rahang statis dan
dinamis dengan holder rapat

Pengujian

Tunggu hingga specimen patah

Catat

Hasil
BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Grafik
4.1.1 Grafik Hubungan Antara Deformasi dan Load

Grafik Hubungan Antara Deformasi dan Load


80
y = 3.2982x + 15.376
70
R² = 0.4975
60
50
Load

40
30
Linear ()
20
10
0
0 5 10 15 20
Deformasi

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara deformasi dan load


Sumber: Data diolah, 2021

4.1.2 Grafik Hubungan Antara Strain dan Stress

Grafik Hubungan Antara Strain dan Stress


0.6

0.5 y = 4.168x + 0.1254


R² = 0.4975
0.4
Stress

0.3

0.2
Linear ()
0.1

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Strain

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara strain dan stress


Sumber: Data diolah, 2021

4.2 Data Hasil Praktikum (Hasil Tensile Test) + Perhitungan


Tabel 4.1 Hasil Tensile Test Data Number: 782
Index Load(kN) Defor(mm) Stroke(mm) Time(s) Stress Strain
0 0,28 0,0088 0,009 0,055 0,002283 0,0000568
1 0,36 0,0287 0,029 0,115 0,002935 0,0001852
2 0,42 0,0475 0,047 0,175 0,003424 0,0003065
3 0,46 0,0675 0,067 0,235 0,00375 0,0004355
4 0,46 0,0875 0,087 0,295 0,00375 0,0005645
5 0,46 0,1075 0,107 0,355 0,00375 0,0006935
6 0,48 0,1275 0,127 0,415 0,003913 0,0008226
7 0,48 0,1475 0,147 0,475 0,003913 0,0009516
8 0,48 0,1675 0,167 0,535 0,003913 0,0010806
9 0,48 0,1875 0,188 0,595 0,003913 0,0012097
10 0,48 0,2062 0,206 0,655 0,003913 0,0013303
11 0,48 0,2262 0,226 0,715 0,003913 0,0014594
12 0,5 0,2462 0,246 0,775 0,004076 0,0015884
13 0,5 0,2675 0,267 0,835 0,004076 0,0017258
14 0,5 0,2862 0,286 0,895 0,004076 0,0018465
15 0,5 0,3063 0,306 0,955 0,004076 0,0019761
16 0,52 0,3262 0,326 1,015 0,004239 0,0021045
17 0,52 0,3462 0,346 1,075 0,004239 0,0022335
18 0,52 0,3662 0,366 1,135 0,004239 0,0023626
19 0,52 0,3862 0,386 1,195 0,004239 0,0024916
20 0,52 0,4062 0,406 1,255 0,004239 0,0026206
21 0,54 0,4262 0,426 1,315 0,004403 0,0027497
22 0,54 0,4462 0,446 1,375 0,004403 0,0028787
23 0,54 0,4663 0,466 1,435 0,004403 0,0030084
24 0,54 0,4862 0,486 1,495 0,004403 0,0031368
25 0,56 0,5062 0,506 1,555 0,004566 0,0032658
26 0,56 0,5263 0,526 1,615 0,004566 0,0033955
27 0,58 0,5462 0,546 1,675 0,004729 0,0035239
28 0,58 0,5662 0,566 1,735 0,004729 0,0036529
29 0,58 0,5863 0,586 1,795 0,004729 0,0037826
30 0,6 0,6062 0,606 1,855 0,004892 0,0039110

 Hasil Perhitungan
Diameter Awal (mm) 12.5 mm
Diameter Akhir (mm) 5,2 mm
Panjang Awal (mm) 100 mm
Panjang Akhir (mm) 107 mm
Cross Sectional Area (mm 2) 122,65 mm2
Gage Length (mm) 50 mm
Modulus Young (GPa) GPa
Load at yield point (N) 61940 N
Yield Strength (MPa) MPa
Maximum Load (N) 64200 N
Ultimater Strength (MPa) 0.523 MPa
% Elongation 7%
% Area Reduction 82,69%

 Perhitungan
Diameter Awal (Do) 12,5 mm
Diameter Akhir (D1) 5,2 mm
Panjang Awal (L0) 100 mm
Panjang Akhir (L1) 107 mm
Panjang gage 50 mm 

 Cross Sectional Area
A0 = A1=
A0 = A1 =
A0 = A1 =
A0 = A1 =

 Modulus Young

Mpa
Gpa

 Yield Strength

 Ultimater Strength

0.52344 Kn/mm2

 % Elongation

 % Area Reduction
4.3 Analisa Data
Data yang dihasilkan berupa data sekunder dari praktikum uji tarik yang dilaksanakan.
Praktikum uji tarik menggunakan alat uji berupa UTM. Praktikum pengujian tarik yang
dilakukan dengan menggunakan pengujian baja ST 41 yang mempunyai diameter 12,5 mm
serta panjang awal sebesar 100 mm. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
Universal Testing Machine (UTM) serta computer dalam mengelola datanya. Panjang gage
sebesar 50 mm serta panjang akhir sebesar 107 mm. Data yang didapat berupa cross
sectional area sebesar 122,65mm 2. Lalu terdapat hasil berupa modulus young sebesar
0,010753338027 GPa serta yield strength sebesar 0,49474 MPa. Terdapat juga nilai dari
ultimate strength sebesar 0,532 MPa. Dihitung nilai area reduction dan dihasilkan sebesar
82,69% dan elongation sebesar 7%. Untuk load at yield point dihasilkan sebesar 60680N
dan maximum load dihasilkan sebesar 64200 Newton. Dari data ini nantinya akan dibuat
sebuah grafik hubungan yang berisikan hubungan antara nilai regangan dengan beban serta
nilai stress dan strain.

4.4 Analisa Grafik


Terdapat dua grafik yang memiliki hubungan dalam pengujian kali ini yaitu berupa
hubungan nilai regangan (Defor) dengan beban yang diberikan (Load) dan hubungan nilai
Strain dengan Stress. Data yang diperoleh pada praktikum uji tarik menggunakan baja ST41
mempunyai nilai grafik yang berbanding lurus. Semakin besar beban yang diberikan, maka
deformasi yang terjadi juga semakin besar serta sebaliknya juka beban yang diberi kecil
maka deformasi akan juga kecil nilainya. Pada grafik tersebut menujukkan daerah elatis dan
titik luluh grafik linear. Serta bentuk benda masih dapat kembali semula. Lalu, pada daerah
plastis serta pada titik putus grafik yang mengalami penurunan yang nantinya berakibat akan
adanya penciutan serta oengerasan regangan hingga nantinya akan terjadi kepatahan.
Setelah mencapai titik maksimum ini, nilai load yang dihasilkan semakin menurun seiring
bertambahnya nilai defor. Titik patah tersebut disebabkan oleh specimen yang meingkat
dengan cepat sehingga specimen tersebut juga dapat patah.
Grafik yang kedua ialah hubungan nilai strain dengan stress seperti yang ditampilkan
pada Gambar 4.2 berdasarkan garis regresi yang terbentuk mempunyai nilai berbanding
lurus. Semakin besar nilai strain maka diikuti akan penambahan nilai stress. Garis liner
menujuukaan akan eleastis kurva. Selain itu, dalam grafik tersebut juga menunjukkan akan
adanya titik leleh, tegangan serta strain hardening yang terjadi. Ketika suatu material
tersebut mencapai titik leleh pada tegangan akan membuat suatu kurva yang akan selalu
meningkat namun juga akan mendatar pada suatu titik tertentu dan disebut tegangan
ultimate. Setelah itu, kurva akan menurun sampai menggapai tegangan patah. Dari data
tersebut dihasilkan grafik dengan nilai y = 4.168x + 0.1254

4.5 Analisa Perhitungan


Pada praktikum ini dihketahui beberapa data seperti diameter awal sebesar 12,5 mm,
diameter akhir sebesar 5,2 mm, panang awal sebesar 100 mm, panjang gage sebesar 50
mm serta panjang akhir sebesar 100 mm. Dalam perhitungan yang digunakan untuk mencari
beberapa hal seperti nilai dari cross sectional area dengan rumus A0 = dan
dihasilkan nilai sebesar 122,65 mm 2. Lalu dilanjutkan dengan perhitungan A1=
dihasilkan nilai sebesar 21,23mm 2. Selanjutnya perhitungan modulus young dnegan
menggunakan rumus dihasilkan data nilai modulus young sebesar
Gpa. Selanjutnya yaitu menghitung nilai yield strength menggunakan
rumus dan dihasilkan nilai sebesar lalu diubah nilai
satuannya menjadi . Lalu menghitung nilai ultimate strength dan
dihasilkan nilai sebesar . Menghitung nilai dari
dan dihasilkan nilai sebesar 7% dan yang terakhir mencari nilai are reduction dan didapatkan
hasil sebesar 82,69% dengan rumus .

4.6 Pebandingan dengan Literatur


Pengujian tarik ini dihasilkan beberapa data yang nantinya juga diperoleh akan sebuah
grafik hubungan. Grafik hubungan nilai regangan dengan load serta nilai strain dan stress
yang dihasilkan memiliki hasil yang berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan literature yang
menyatakan bahwa dari pengujian tarik yang dilakukan didapatkan grafik tegangan dan
regangan pada spesimen logam axle shaf tanpa pengelasandanlogam axle shaft
dengan pengelasan gesek. Dari pengujian tarik yang dilakukan didapatkan grafik
tegangan dan regangan pada gambar 10. menunjukkan tegangan berbanding lurus
dengan regangan. Dimana setelah spesimen mencapai kekuatan tarik maksimum maka
akan mengalami penurunan kekuatan sampai mencapaititik putus. Serta juga pada
specimen yang diquenching baik yang dilas maupun tidak dilas mengalami peningkatan rata-
rata nilai keuletan tarik (σu). Pengujian tarik pada umumnya menghasilkan parameter
kekuatan tarik (ultimate strength) maupun luluh (yield strength). Keuletan bahan
biasanya disajikan dalam bentuk persentase perpanjangan dan kontraksi/ reduksi
penampang (reduction of area) (Faisal dkk., 2018).
Uji tarik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang berlawanan arah.
Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat. Sifat mekanis logam yang dapat diketahui
setelah proses pengujian seperti kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan. Pengujian
tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material. Dimana
spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen
uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik
relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang
perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi
spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain. Spesimen uji harus memenuhi standar dan
spesifikasi dari ASTM (American Standard Testing and Material). Bentuk dari spesimen
penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau
yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan
patahan terjadi di daerah gage length (Setiawan, 2019).
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktikum uji tarik ini dilakukan secara daring dan dihasilkan data berupa data sekunder
yang nantinya akan kita olah. Praktikum uji tarik ini mempunyai tujuan yaitu berupa
mahasiswa mengetahui prinsip pengujian tarik uniaksial, mahasiswa dapat menjelaskan
hubungan beban (load) - pertambahan panjang (extension) dan hubungan tegangan (stress)
– regangan (strain). Lalu mahasiswa mengevaluasi kekuatan tarik (ultimate tensile strength),
kekuatan yield (yield strength), % perpanjangan (elongation), regangan patah (fracture
strain), rasio Poisson, dan modulus elastisitas dari material uji tarik yang dibebani uniaksial.
Serta mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik deformasi dan karakteristik patah material
yang berbeda. Praktikum ini menggunakan alat berupa UTM yang merupakan suatu alat
mesin uji gaya sumbu tunggal tarik atau tekan yang sering digunakan dalam pengujian
material logam maupun material lainnya. Selain itu juga terdapat grafik yang menjelaskan
hubungan strain dan stress serta hubungan antara regangan dan load yang dihasilkan data
yang berbanding lurus. Data hasil praktikum yang diperoleh dalam praktikum ini yaitu
berupa Modulus young sebesar GPa, Load at yield sebesar 61940 N,
Yield Strength (MPa) sebesar MPa, Maximum Load (N) sebesar 64200 N, Ultimater
Strength sebesar 0.523 MPa, % Elongation dan % area reduction yang masing-masing
sebesar 7% dan 82,69%

5.2 Kritik dan Saran


Praktikum sudah dilaksanakan dengan baik dan benar. Praktikum yang dilaksanakan
tidak memiliki kendala berarti dalam praktikum. Menurut saya, alangkah lebih baiknya juga
diberi contoh perhitungan untuk data hasil praktikum. Semoga dapat praktikum secara offline
sehingga ilmu yang didapatkan dapat lebih dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah, Ela Firda, Tyas Ayu Widiningrum, Ludfi Djakfar, dan Harimurti. 2017. Analisa
Tegangan dan Regangan pada Perkerasan Porus dengan Skala Semi Lapangan dan
Software Ansys. Jurnal Teknik Sipil 2(1): 34-45
Dabhi, Baiju, Chauhan, dan Choksi. 2016. Review for Design of Gripper in Universal Testing
Machine. International Journal for Scientific Research & Development 4(1): 1580-1589
Faisal, Muhammad, Muhammad Balfas dan Kusno Kamil. 2018. Analisis Kekuatan Tarik
pada Logam Axle Shaftdengan Pengelasan Gesek (Friction Welding). Jurnal Teknologi
19(1): 23-29
Harsi, Nasmi Herlina Sari, dan Sinarep. 2015. Karakteristik Kekuatan Bending Dan Kekuatan
Tekan Komposit Serat Hybrid Kapas/Gelas Sebagai Pengganti Produk Kayu. Jurnal
Dinamika Teknik Mesin 5(2): 58-67
Muchiar, dan Kisman Mahmud. 2016. Penelitian Terhadap Deformasi pada Paduan
Aluminium Tipe A5083p-O dengan Teknik Interferometri Optik. Jurnal Teknologi 8(2):
81-92
Muhammad dan Reza Putra. 2017. Uji Mekanik Komposit Berpenguat Serat Pandan Duri
dan Resin Polyester Dengan Variasi Komposisi Metoda Fraksi Berat. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal 6(2): 63 – 72
Mustofa, Ali, Sarjito Jokosisworo, dan Ari Wibawa Budi S. 2018. Analisa Kekuatan Tarik,
Kekuatan Lentur Putar dan Kekuatan Puntir Baja ST 41 sebagai Bahan Poros Baling-
baling Kapal (Propeller Shaft) setelah Proses Quenching. Jurnal Teknik Perkapalan
6(1): 198-212
Nofri, Media dan Acang Taryana. 2017. Analisis Sifat Mekanik Baja Skd 61 Dengan Baja St
41 Dilakukan Hardening dengan Variasi Temperatur. Bina Teknik 13(2): 189-199
Nofriady dan Ismet Eka. 2013. Makrostruktur dan Permukaan Patah dalam Uji Tarik
Terhadap Perlakuan Panas pada Baja Karbon Rendah. Jurnal Mechanical 4(2): 1-11
Nuryanto, Riyan. 2011. Studi kelayakan Desain Spesimen terhadap Mekanisme Deformasi
Regangan Bidang pada Uji Tarik Panas Uniaksial Baja ASTM A572 Grade 50. [Skripsi].
Universitas Indonesia. Depok
Prasetya, Juniar Adi. 2018. Sistem Human Machine Interface Pada Universal Testing
Machine. [Thesis]. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Rizal, Yose. 2012. Peningkatan Kekuatan Tarik Baja Karbon AISI 1040 Akibat Pengaruh
Media Pendingin pada Proses Perlakuan Panas. Jurnal Pengairan 1(2): 70-78
Salindeho, Robert Denti, Jan Soukota, dan Rudy Poeng. 2012. Pemodelan Pengujian Tarik
Untuk Menganalisis Sifat Mekanik Material. Jurnal Teknik Mesin 1(1): 1-11
Sari, Kartika dan Rahmat Satoto. 2010. Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan Film Tipis
Polipropilen (PP) dan Sifat-Sifat Mekaniknya dengan Metode Uji Tarik. Jurnal Berkala
Fisika 13(2): 27-38
Sardi, Vicky Bhaskara, Sarjito Jokosisworo, dan Hartono Yudo. 2018. Pengaruh Normalizing
dengan Variasi Waktu Penahanan Panas (Holding Time) Baja ST 46 terhadap Uji
Kekerasan, Uji Tarik, dan Uji Mikrografi. Jurnal Teknik Perkapalan 6(1): 31-43
Setiawan, Satria Yudha. 2019. Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik dan Tekan
pada Proses Ekstrusi di Mesin Printer 3D. [Tugas Akhir]. Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Medan
Siregar, Ahmad Marabdi dan Juliansyah Fauzan Nasution. Efek Kecepatan Pembebanan
pada Bahan Baja Terhadap Kekuatan Tarik Impak. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ITM
4(1): 34 - 43
Souisa, Matheus. 2011. Analisis Modulus Elastisitas dan Angka Poisson Bahan dengan Uji
Tarik. Jurnal Barekeng 5(2): 9 – 14
Sulaeman, Budiawan. 2018. Modulus Elastisitas Berbagai Jenis Material. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Teknik 3(2): 127 – 138
Sutopo, Eddy Ibrahim, Netty Kurniawati, dan Fitriana Lasmana. 2019. Studi Modulus
Elastisitas (Modulus Young) untuk Karakterisasi Berbagai Jenis Batubara Berdasarkan
Analisis Kecepatan Gelombang. Jurnal Penelitian Sains 12(2): 23-31
Yusuf, Edy dan Zulmiardi. 2015. Analisa Kekuatan Tarik Serat Tunggal Pelepah Lontar
Dengan 10% NaOH. Journal of Mechanical Science and Technology 3(1): 1-4
Zuchry, Muhammad. 2011. Pengaruh Suhu Karburasi dan Waktu Tahan Terhadap Kekuatan
Tarik Baja Karbon dengan Variasi Media Pendingin. Jurnal SMARTek 9(2): 122 – 127
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai