Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA STRUKTUR

PENGUJIAN TARIK
Oleh

Nama : Achmad Bayazid Hidayat


NIM : 195100907111006
Kelompok : Y1
Tgl praktikum : Senin, 8 Maret 2021

Asisten:
1. Udin Mastapura
2. Tifa Nur Jannah

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui sifat mekanik logam adalah
uji tarik. Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang berlawanan arah. Hasil yang
didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk
karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian tarik banyak dilakukan untuk
melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan.
Sifat mekanik suatu logam menggambarkan hubungan antara respon bahan atau
deformasi dengan beban atau gaya yang diberikan. Sifat mekanik bahan yang penting
adalah kekuatan (strength), kekerasan (hardness), keuletan (ductility), dan kekakuan
(stiffness). Sifat mekanik secara umum ditentukan melalui pengujian destruktif dari
sampel material pada kondisi pembebanan yang terkontrol. Sifat mekanik yang paling
baik adalah didapat dengan melakukan pengujian prototype atau langsung pada material
uji dengan menggunakan mesin uji yang diinginkan. Hasil dari pengujian didapatkan nilai
uji mekanik dari suatu material dengan berdasarkan standar yang telah ditentukan yaitu
menggunakan ASTM ( American Society for Testing and Material).
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui prinsip pengujian tarik uniaksial
2. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan Beban (load) Pertambahan panjang
(extension) dan hubungan Tegangan (stress)-Regangan (strain).
3. Mahasiswa mengevaluasi kekuatan tarik ultimate (ultimate tensile strength), kekuatan
yield (yield strength), % perpanjangan (elongation), regangan patah (fracture strain),
rasio Poisson, dan modulus elastisitas dari material uji tarik yang dibebani uniaksial.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik deformasi dan karakteristik patah material
yang berbeda.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Apa yang dimaksud dengan Universal Testing Machine


UTM atau Universal Testing Machine merupakan mesin uji gaya sumbu tunggal tarik
atau tekan yang sering digunakan dalam pengujian material logam maupun material
lainnya yang memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh gaya yang diberikan pada
material tersebut. Universal Testing Machine ini dapat melakukan pengujian bahan atau
material seperti karet, beton, besi, logam, dan baja baik itu dengan uji tarik (Tensile Test)
maupun dengan uji tekan (Compression Test). UTM akan memberikan informasi
mengenai seberapa besar pengukuran yang akan diuji terhadap bahan, sehingga
standarisasi yang diinginkan dapat tercapai dengan sempurna. Data yang langsung
diperoleh dari UTM ini adalah perubahan panjang sampel terhadap setiap besar gaya
yang diberikan. Hasil ini akan dikonversikan ke dalam bentuk grafik. Data awal inilah
yang kemudian dianalisa lebih lanjut menggunakan komputer untuk mendapatkan
parameter-parameter yang sebelumnya telah didapatkan (Prasetya, 2018).
UTM yang ada menggunakan hidrolik sistem yang menggunakan cairan hidrolik yang
berbasis oli, sistem hidrolik dapat menimbulkan bahaya kebakaran saat bocor Kebocoran
ini juga bisa menimbulkan bahaya keselamatan karena hidrolik Sistem berada di bawah
tekanan tinggi, dan cairan dapat menyembur keluar kecepatan tinggi, berpotensi
membahayakan orang-orang di sekitar kebocoran. Gerakan rotasi motor induksi diubah
menjadi gerakan linier dengan kotak roda gigi. Grip atas mesin adalah diperbaiki dan grip
bawah terhubung ke motor melalui gear box dengan gerakan grip bawah yang akan kita
tuju menerapkan gaya di antara kolom-kolom ini, gaya ini diterapkan pada spesimen dan
Load cell yang disimpan satu di atas lainnya di antara grip atas dan bawah akan
mengalami gaya, gaya yang diterapkan ini diukur dengan Load cell dan diakuisisi oleh
perangkat akuisisi data melalui LabVIEW (Patel dan Gayathri, 2013).

2.2 Apa yang dimaksud dengan Baja ST41?


Spesifikasi baja ST 41 Karbon adalah logam paduan dimana logam besi sebagai
unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur
karbon dalam baja berkisar antara 0.20% berat sesuai gradenya. Unsur lain yang ada
dalam baja adalah karbon, mangan, fosfor, sulfur. Pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) serta kekuatan tariknya (tensile strength), namun disisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletan (ductility). Kebanyakan
dari produk baja ini terbentuk pelat hasil pembentukan roll dingin dan proses annil.
Kandungan karbonya yang rendah dan mikro strukturnya yang terdiri dari fasa ferit dan
pearlit menjadikan baja karbon rendah bersifat lunak dan kekuatannya lemah namun
keuletan dan ketanguhannya sangat baik. Baja karbon rendah kurang responsif terhadap
perlakuan panas untuk mendapatkan mikro struktur martensit maka dari itu untuk
meningkatkan kekuatan dari baja karbon rendah dapat dilakukan dengan proses roll
dingin maupun karburisasi. Karena kadar karbon yang sangat rendah maka baja ini lunak
dan tentu saja tidak dapat dikeraskan, dapat ditempa, dituang, mudah dilas dan dapat
dikeraskan permukaanya (case hardening). Baja dengan persentase karbon dibawah
0.15% memiliki sifat machinebility yang rendah dan biasanya digunakan untuk konstruksi
jembatan, bangunan, dan lainnya (Fadillah, 2020).
Baja ST41 termasuk baja karbon rendah dikarenakan mempunyai kandungan karbon
dibawah 0,3%. Setiap 1 ton baja karbon rendah memiliki 10–30 kg karbon. ST41 ini
menunjukkan bahwa baja ini dengan kekuatan tarik kurang lebih 40 kg/mm2 (Diawali
dengan ST dan diikuti bilangan yang menunjukkan kekuatan tarik minimumnya dalam
kg/mm2. Baja karbon rendah merupakan bukan baja yang keras karena kadar karbonnya
tidak cukup untuk membentuk struktur martensite. Kadar karbon baja karbon rendah
yaitu kurang dari 0,3 %, sering disebut juga baja ringan (mild steel). Baja ini dapat
dijadikan mur, baut, ulir skrup dan lain-lain. Baja karbon rendah yang pada penelitian ini
mempunyai kadar karbon 0,135%. Baja jenis karbon rendah mempunyai sifat tidak terlalu
keras, cukup kuat, ulet, mudah dibentuk dan ditempa, tetapi karena kurangnya kadar
karbon maka tidak dapat disepuh keras (Prasetyo, 2019).

2.3 Bagaimana Standar Pengujian ASTM (Karakteristik Bahan)?


Saat melakukan uji tarik spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari
ASTM (American Standard Testing and Material). Bentuk dari spesimen penting karena
kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya.
Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di
daerah gage length. Spesimen uji tarik dibuat dengan standar ukuran ASTM D638 type
dengan temperatur cetak filament PLA 190oC-230oC dan temperatur cetak filament ABS
230oC-260oC (Setiawan, 2019).

Gambar 2.1 Standar ukuran ASTM D638 tipe 1


Sumber: Setiawan, 2019
Dimensi spesimen komposit natural fiber disesuaikan dengan menggunakan standar
pengujian ASTM. ASTM dibentuk pertama kali tahun 1898 dan saat ini ASTM
mempunyai lebih dari 12.000 buah standarisasi. Standar ASTM banyak digunakan pada
negara maju maupun berkembang dalam penelitian akademis maupun industri.
Pemasangan specimen pada klem dipastikan 1 sumbu dengan sumbu crosshead alat uji.
Hal ini bertujuan untuk menghindari efek bucklink pada spesimen saat pengujian.
Buckling merupakan kegagalan pengujian tekan berupa terjadinya kebengkokan sebelum
spesimen belum mencapai ultimate strength (Wjaya, 2011).

2.4 Jelaskan Definisi Kelenturan dan Macam-Macam Deformasi!


Deformasi adalah perubahan dimensi atau bentuk akibat suatu beban. Deformasi
disebabkan oleh aksi mekanik dari beban eksternal atau proses secara fisik. Proses
deformasi terdiri dari beberapa tahap yang berhubungan yaitu deformasi elastis,
deformasi plastis dan perpatahan. Deformasi elastis suatu material merupakan
kemampuan untuk dapat kembali pada posisi atau bentuk awal setelah deformasi ketika
tekanan atau beban dihilangkan. sedangkan deformasi plastis berarti material tersebut
mengalami tingkat deformasi yang permanen tanpa mengalami perpatahan pada saat
diberi beban tertentu deformasi plastis terjadi setelah batas elastis terlampaui
(Herdiansyah, 2010).
Deformasi elastis terjadi diawal pembebanan ketika pembebanan masih sangat
rendah, dimana regangan dan tegangan berbanding lurus. Deformasi ketika regangan
dan tegangan berbanding lurus dinamakan deformasi elastis. Pada sebagian logam
deformasi elastis hanya terjadi hingga regangan mencapai 0,005. Apabila material terus
berdeformasi maka tegangan tidak lagi berbandi lurus dengan regangan sehingga hukum
Hooke tidak berlaku . Deformasi menjadi permanen tidak dapat balik dimana beban
dilepaskan benda tidak kembali kebentuk awalnya. Akibatnya kita katakan benda sudah
mengalami deformasi plastis (Putra, 2018).

2.5 Jelaskan Hubungan Tegangan dan Regangan!


Tegangan adalah tahanan material terhadap gaya atau beban, tegangan diukur
dalam bentuk gaya per luas. Tegangan normal adalah tegangan yang tegak lurus
terhadap permukaan dimana tegangan tersebut diterapkan. Tegangan normal berupa
tarikan atau tekanan. Regangan didefenisikan sebagai perubahan ukuran bentuk
material dari panjang awal sebagai hasil dari gaya yang yang menarik atau menekan
pada material. Apabila suatu spesimen struktur material diikat pada jepitan mesin penguji
dan beban serta penambahan panjang spesifikasi diamati serempak, maka dapat
digambarkan pengamatan grafik dimana ordinat menyatakan beban dan absis
menyatakan pertambahan panjang. Batasan sifat elastis perbandingan regangan dan
tegangan akan linier akan berakhir sampai pada titik mulur.hubungan tegangan dan
regangan tidak lagi linier pada saat material mencapai pada batasan fase sifat plastis
(Setiawan, 2019).

Gambar 2.2 Grafik Hubungan Strain dan Stress


Sumber: Putra, 2018
Dari penjelasan grafik diatas dapat diketahui bahwa kurva yang berbentuk linear atau
garis lurus merupakan daerah elastisitas dari material maupun logam uji dan untuk kurya
yang berbentuk parabolik merupakan daerah modulus elastisitas dari logam uji dan
merupakan daerah plastis sehingga kurva linear sampai dengan kurva parabolik adalah
daerah Strain maksimum sebelum logam mengalami patah atau disebut daerah fracture
yang ditunjukan oleh tanda x. Stress atau tegangan didapatkan dari pengaruh gaya dari
luar terhadap luasan logam sehingga logam mengalami deformasi bentuk sementara
Strain atau regangan didapatkan dari perubahan panjang logam uji awal sebelum
pengujian dengan perubahan panjang logam uji setelah pengujian dan modulus
elastisitas atau modulus Young dari logam ujididapatkan dari perbandingan antara
besarnya Stress dan Strain yang didapatkan (Putra, 2018).

2.6 Jelaskan Definisi Elastisitas!


Elastisitas didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan
dihilangkan. Peristiwa ini disebut juga deformasi elastis. Deformasi elastis terjadi bila
logam atau bahan padat dibebani gaya. Bila tegangan tersebut disebabkan oleh gaya
tarik maka benda akan bertambah panjang, setelah gaya ditiadakan benda akan
kembali ke bentuk semula. Sebaliknya jika tegangan tersebut disebabkan oleh gaya
tekan maka akan mengakibatkan benda akan menjadi lebih pendek dari keadaan
semula (Putra, 2018).
Elastisitas merupakan kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya
segera setelah gaya luar yang diberikan pada benda itu dihilangkan. Benda-benda yang
memiliki elastisitas atau bersifat elastis, seperti karet, pegas dan pelat logam disebut
benda elastis. Sedangkan benda yang tidak memiliki elastisitas atau tidak dapat kembai
ke bentuk semula setelah gaya luar dihilangkan disebut benda plastis. Ketika diberi atau
menerima gaya berupa tekanan maupun tarikan setiap benda akan mengalami
deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran benda akibat dikenai suatu
gaya. Karena mendapat gaya, molekul-molekul benda akan bereaksi dan memberikan
gaya untuk menghambat deformasi. Sifat mekanik suatu bahan mencerminkan
hubungan antara rangsangan atau deformasi dengan gaya terpakai (Karlina, 2015).

2.7 Jelaskan Definisi Kekuatan Ultimate (Ultimate Strength) dan Kekuatan Yield (Yield
Strength)!
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength) adalah nilai
yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai
tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengankekuatan material. Untuk
logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, dimana logam
dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangatterbatas. Pada tegangan
yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan kekuatanlogam kecil sekali
kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui adalah,mendasarkan rancangan
statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi karena jauh lebih praktis menggunakan
kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dipakai
(Salindeho et al., 2013).
Titik luluh atau yield point dan kekuatan luluh atau yield strength merupakan suatu
batas di mana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan
beban. Tegangan yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut
dengan tegangan luluh. Titik Lulu ditunjukkan oleh titik Y, gejala luluh umumnya hanya
ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal yang membentuk interstitial
solid solution dari atom-atom karbon, boron, hidrogen, dan oksigen.interaksi antar
dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukkan
titik luluh bawah dan titik luluh atas. baca berkekuatan tinggi dan besi tuang yang kertas
umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. untuk menentukan kekuatan luluh
material seperti ini maka digunakan suatu metode yang dikenal sebagai metode offset.
Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan di mana bahan
memperlihatkan batas penyimpangan tertentu dari proporsionalitas tegangan dan
regangan (Gumelar, 2017).

2.8 Jelaskan Definisi Regangan Patah (Fracture Strain)!


Tegangan pada saat patah disebut kekuatan patah (fracture strength). Untuk logam
yang menunjukkan fenomena ini, tegangan luluh adalah rata-rata dari titik luluh atas dan
titik luluh bawah. Jadi tidak perlumerlakukan metode offset untuk material seperti ini.
Kekuatan luluh dapat bervariasi dari 35 MPa untuk aluminium hingga lebih dari 1.400
MPa nuntuk baja. Setelah meluluh apabila pembebanan dilanjutkan maka grafik akan
mencapai titik maksimum dan kemudian turun ke titik patah. Kekuatan tarik adalah
tegangan maksimum pada kurva tegangan-regangan di mana merupakan tegangan
maksimum yang dapat diterima material sebelum patah. Namun demikian pada titik
maksimum mulai terbentuk leher (neck) yang merupakan daerah deformasi terlokalisasi.
Fenomena ini disebut penciutan(necking) dan patah akan terjadi pada titik ini (Putra,
2018).
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus
dengan luas penampang awal. Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban
maksimum terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi
mekanisme penciutan sebagai adanya suatu informasi yang terlokalisasi. Pada bahan
ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada
bahan kertas kekuatan putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya (Gumelar,
2017).

2.9 Jelaskan Prinsip Pengujian Tarik Uniaksial!


Sifat-sifat mekanik material yang dikuantifikasikan salah satunya dengan kuat tarik
dapat diperoleh dengan pengujian tarik. Pada pengujian tarik uniaksial atau uji satu arah,
benda uji diberi beban atau gaya tarik pada satu arah dan gaya yang diberikan
bertambah besar secara kontinu. Pada saat bersamaan benda uji akan bertambah
panjang dengan bertambah gaya yang diberikan. Berdasarkan hasil pengujian tarik yaitu
berupa data gaya dan perpanjangan, maka dapat dianilisis untuk menentukan tegangan
dan regangan secara teknis (Salindeho et al., 2013).
Pengujian tarik uniaksial adalah pengujian non simulatif yang sangat penting dalam
penelitian tentang proses pengubahan bentuk. Terdapat beberapa nilai yang didapatkan
dari pengujian tarik uniaksial. nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
berbagai aspek mampu bentuk logam. Nilai-nilai tersebut antara lain kekuatan tarik,
keuletan dan nilai perpanjangan. Parameter utama yang diukur dalam suatu uji tari
adalah tegangan dan regangan. Tegangan adalah sejumlah gaya yang bekerja pada
suatu area melintang dari suatu material, didefinisikan sebagai gaya persatuan luas
(Pramono, 2010).

2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhui Kekuatan Tarik!


Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
nilai kuat tarik belah secara signifikan. Faktor yang mempengaruhi kuat tarik belah tersebut
adalah pengaruh ukuran, pengaruh rasio diameter spesimen-ukuran agregat, pengaruh rasio
panjang-diamater, pengaruh kondisi kelembaban benda uji dan pengaruh karakteristik mesin uji.
Hubungan antara kuat tekan dan kuat tarik belah beton sudah banyak diteliti oleh para ahli
dibidang beton. Dalam SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 ditetapkan bahwa besarnya nilai kuat tarik
memiliki hubungan dengan nilai kuat tekan beton (Regar et al., 2014).
Untuk ukuran spesimen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yang mana ukuran
spesimen biasanya mengikuti standar dari ASTM. Dimana disebutkan bahwa saat
melakukan uji tarik spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM
(American Standard Testing and Material). Bentuk dari spesimen penting karena kita
harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi
standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di
daerah gage length. Spesimen uji tarik dibuat dengan standar ukuran ASTM D638 type
dengan temperatur cetak filament PLA 190oC-230oC dan temperatur cetak filament ABS
230oC-260oC (Setiawan, 2019).
Gambar 2.1 Standar ukuran ASTM D638 tipe 1
Sumber: Setiawan, 2019
BAB 3
METODE
3.1 Alat Bahan dan Fungsi
Tabel 3.1. Alat bahan dan Fungsi
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Specimen Benda uji
2. Penggaris Pengukur dimensi
3. Jangka sorong Pengukur diameter specimen
4. UTM Alat uji Tarik
5. Komputer Alat pengolah data

3.2 Gambar Alat dan Bahan Beserta Bagiannya


Tabel 3.2. Alat bahan dan Gambar
No. Alat dan Bahan Gambar
1. Specimen

2. Penggaris

3. Jangka sorong

4. UTM

5. Komputer
3.3 Cara Kerja (Diagram Alir)

Mulai

Siapkan alat dan bahan

Mesin UTM
Hidupkan mesin dan
computer dan program

Spesimen
Dipasang pada rahang statis dan
dinamis dengan holder rapat

Pengujian

Tunggu hingga specimen patah

Catat

Hasil
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Grafik

Hubungan Defor dan Load


80

y = 3,4x + 16,834
70
R² = 0,4761

60

50
Load (kN)

40

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Defor (mm)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Defor dan Load

Hubungan Strain dan Stress


0,6

0,5 y = 4,2965x + 0,1372


R² = 0,4761

0,4
Stress

0,3

0,2

0,1

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Strain

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Strain dan Stress


4.2 Data Haasil Praktikum (Hasil Tensile Test) + Perhitungan

Gambar 4.3 Hasil Tensile Test

Diameter Awal (mm) 12,5 mm


Diameter Akhir (mm) 5 mm
Panjang Awal (mm) 100 mm
Panjang Akhir (mm) 108 mm
Gage Length (mm) 50 mm
Cross Sectional Area (mm2) 122,65625
Modulus Young (Gpa) 11,779937564251
Load at Yield Poin (N) 60700 N
Yield Strength (Mpa) 494,878981
Maximum Load (N) 64720 N
Ultimater Strength (Mpa) 527,653503
% Elongation 8%
% Area Reduction 84%

 Cross Sectional Area (mm2) - 𝜎y = 494,878981


1
- A0 = 4 𝜋 d2
1
- A0 = 𝜋 12,52
4
- A0 = 122,65625  Ultimater Strength (Mpa)
1 Pmax
- A1 = 4 𝜋 52 - 𝜎u = 𝐴0
- A1 = 19,625 - 𝜎u =
64720

 Modulus Young (Gpa) 122,65625


y2−y1 - 𝜎u = 527,653503
- E = 𝑥2−𝑥1
 % Elongation
0,5014−0,001794
- E= l1 – l0 108−100
0,0425−0,0000884 - 𝑙0
x 100% = 100
x 100%
- E = 11,779937564251 =8%
 Yield Strength (Mpa)
𝑃𝑦
 % Area Reduction
- 𝜎y = A0 – A1 122,65625 – 19,625
𝐴0 - = x 100%
60700 𝐴0 122,65625
- 𝜎y = 122,65625 = 84%

4.3 Analisa Data


Dari data hasil percobaan yang diberikan oleh asisten praktikum mendapatkan data-
data seperti diameter awal, diameter akhir, panjang awal, panjang akhir, panjang gage.
Diameter awal adalah sebesar 12,5 mm, diameter akhir sebesar 5 mm, panjang awal
adalah sebesar 100 mm, panjang akhir adalah sebesar 108 mm, dan panjang gage
sebesar 50 mm. selain data-data tersebut juga terdapat data hasil percobaan dari tensile
tes, ada banyak data yang dimulai dari index 0 sampai indeks ke 743. Pada tabel data
hasil percobaan pensil teks tersebut terdapat data mengenai besarnya Load, Defor,
Stroke, Time, Stress, dan Strain. selain itu dari tabel data hasil percobaan kita juga bisa
mendapatkan nilai maksimum load atau nilai load terbesarnya yaitu sebesar 60,7 kN atau
sebesar 60700 N.

4.4 Analisa Grafik


Ada dua buah grafik yang dibuat pada praktikum kali ini yang pertama adalah grafik
hubungan antara load dan defor dan grafik kedua adalah grafik hubungan antara strain
dan stress. Grafik tersebut dibuat menggunakan bantuan software Excel dengan
memasukkan data hasil percobaan tadi, yaitu nilai defor berada pada sumbu X dan nilai
load pada sumbu Y, lalu untuk grafik hubungan strain dan stress strain berada pada
sumbu X dan nilai stres berada pada sumbu Y lalu didapatkan grafik seperti gambar
yang telah dilampirkan sebelumnya. Untuk bentuk dari kedua grafik adalah hampir sama
ada titik awalnya kemudian titik luluh atau yield poin, ada ultimate tensile strength dan
ada titik putusnya. Garis pada grafik hubungan load dan defor juga pada grafik strain dan
stress akan linier mulai dari indeks 0 sampai dengan yield point, setelah melewati yield
point maka kenaikan garisnya akan melemah sampai pada titik maksimum, lalu garisnya
akan menurun hingga di titik putusnya.
Pada grafik hubungan defor dan load di index ke-0 nilai load nya yaitu sebesar 0,22
dan nilai defor nya sebesar 0,0137. Selanjutnya pada titik luluh atau yield poin nilai
loadnya sebesar 60,7 kN atau sebesar 60.700 N bukan untuk nilai defor-nya adalah
sebesar 6,5087. Pada titik maksimum atau ultimate tensile strength nilai lautnya adalah
sebesar 64,72 kan atau sebesar 64720 N. Dan yang terakhir pada titik putus nilai
loadnya adalah sebesar 35,49 kN dan Defor sebesar 14,8812. Selanjutnya pada grafik
hubungan strain dan stress nilai strain dan stress awal pada indeks ke-0 adalah sebesar
0,0000884 dan 0,001794. Lalu pada titik luluh nilai stressnya sebesar 0,5014 dan nilai
strain nya sebesar 0,0424. Kemudian pada titik ultimate tensile strength nilai stress
adalah sebesar 0,527654 dan nilai strainnya adalah sebesar 0, 0549355. Dan yang
terakhir pada titik putus nilai stress adalah sebesar 0,293014 dan nilai strainnya sebesar
0,0960077.

4.5 Analisa Perhitungan


Untuk perhitungannya ada 6 data yang diantaranya adalah Cross sectional area,
Modulus young, Yield strength, ultimeter strength, % elongation dan % area reduction.
1
Yang pertama untuk perhitungan cross sectional area menggunakan rumus A0 = 4
𝜋 d2,
1
Dari rumus tersebut dapat dicari nilai cross sectional area yaitu A0 = 4
𝜋 12,52, Dan
hasilnya sebesar 122, 65625 mm2 dan juga didapatkan nilai A1 sebesar 19,625 mm2.
y2−y1
Selanjutnya untuk perhitungan modulus young menggunakan rumus E = 𝑥2−𝑥1
, dari
rumus tersebut didapatkan nilai modulus young sebesar 11,779937564251. Selanjutnya
𝑃𝑦
untuk perhitungan yield strength dapat menggunakan rumus 𝜎y = , Atau nilai load pada
𝐴0
yield point dibagi dengan A0, Dari rumus tersebut didapatkan nilai yield strength sebesar
494,878981. Selanjutnya untuk perhitungan ultimate strength adalah dengan cara nilai
load terbesar dibagi dengan A0, dari rumus tersebut didapatkan nilai ultimater strength
sebesar 527,653503. Selanjutnya untuk nilai %elongation didapatkan dengan
l1 – l0
menggunakan rumus 𝑙0
x 100%, dari rumus tersebut didapatkan nilai % elongation
sebesar 8%. Dan yang terakhir untuk perhitungan %area reduction dapat menggunakan
A0 – A1
rumus 𝐴0
𝑥 100%, dari rumus tersebut didapatkan nilai %area reduction sebesar
84%.

4.6 Perbandingan dengan Literatur


Dari praktikum yang telah dilaksanakan dan dari data-data yang telah didapatkan kita
membuat grafik hubungan strain dan stress. Pada grafik tersebut kita dapat melihat
bahwa bentuk dari grafik nya adalah menunjukkan hubungan linier dimana jika nilai
strainnya bertambah maka nilai stresnya juga bertambah dari indeks ke-0 sampai hingga
pada titik luluh atau yield point, setelah melewati titik lebur atau titik luluh kenaikan dari
nilai strain dan stresnya mulai melemah hingga batas ultimate tensile strength nya.
setelah melewati titik ultimate tensile strength maka grafiknya akan mulai menurun
sampai akhirnya spesimen yang diuji putus dan pada grafik ditunjukkan dengan titik
putus. hasil di atas telah sesuai dengan literatur yang saya dapatkan yang menyebutkan
bahwa perbandingan regangan dan tegangan akan linier dan akan berakhir sampai
pada titik lebur (Setiawan, 2019).
Dari praktikum yang telah dilaksanakan cara kerjanya adalah dengan menyiapkan
alat dan bahan, diantaranya adalah Spesimen, Penggaris, Jangka sorong, mesin UTM,
dan perangkat komputer. Setelah alat dan bahan siap dinyalakan mesin UTM nya dan
spesimen di letakkan pada rahang statis dan dinamis lalu bisa dimulai pengujiannya
hingga spesimen patah. Untuk cara kerja yang telah dilakukan telah sesuai dengan
literatur yang saya dapatkan yang menyebutkan bahwa Mesin uji tarik adalah mesin
yang digunakan untuk pengujian tarik spesimen logam dengan menggunakan spesimen
sesuai standar ASTM. Kemudian spesimen dipasang dalam mesin uji tarik dan diberi
beban statis yang meningkat secara perlahan sampai spesimen akhirnya patah (Putra,
2018).
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengujian tarik uniaksial adalah pengujian non simulatif yang sangat penting dalam
penelitian tentang proses pengubahan bentuk. Terdapat beberapa nilai yang didapatkan
dari pengujian tarik uniaksial. nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
berbagai aspek mampu bentuk logam. Nilai-nilai tersebut antara lain kekuatan tarik,
keuletan dan nilai perpanjangan. Parameter utama yang diukur dalam suatu uji tari
adalah tegangan dan regangan. Tegangan adalah sejumlah gaya yang bekerja pada
suatu area melintang dari suatu material, didefinisikan sebagai gaya persatuan luas.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dan dari data-data yang telah didapatkan kita
membuat grafik hubungan strain dan stress. Pada grafik tersebut kita dapat melihat
bahwa bentuk dari grafik nya adalah menunjukkan hubungan linier dimana jika nilai
strainnya bertambah maka nilai stresnya juga bertambah dari indeks ke-0 sampai hingga
pada titik luluh atau yield point, setelah melewati titik lebur atau titik luluh kenaikan dari
nilai strain dan stresnya mulai melemah hingga batas ultimate tensile strength nya.
setelah melewati titik ultimate tensile strength maka grafiknya akan mulai menurun
sampai akhirnya spesimen yang diuji putus dan pada grafik ditunjukkan dengan titik
putus.

5.2 Kritik dan Saran


Menurut saya praktikum sudah dilakukan sudah maksimal dengan kondisi yang ada.
Mungkin perlu dilengkapi lagi mengenai penjelasan secara spesifik mengenai praktikum
kali ini. Juga mungkin praktikan bisa diberikan dokumentasi praktikum secara lengkap
agar lebih bisa memahami praktikum walaupun dilaksanakan secara online.
DAFTAR PUSTAKA

Putra E. M. 2018. Analisis Kekuatan Strain dan Stress pada Baja Paduan dengan
Menggunakan Tensile Test Machine. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Setiawan S. Y. 2019. Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik dan Tekan Pada
Proses Ekstrusi di Mesin Printer 3D. Skripsi. Program Studi Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Regar R. G. et al. 2014. Nilai Kuat Tarik Belah Beton dengan Variasi Ukuran Dimensi Benda
Uji. Jurnal Sipil Statik 2 (5): 269-276.
Pramono R. 2010. Pengaruh Bentuk Spesimen Terhadap Pembentukan Mekanisme Plain
Strain pada Uji Tarik Baja C-Mn SS400 Lembaran. Skripsi. Teknik Metalurgi dan
Material Universitas Indonesia.
Salndeho R. D et al. 2013. Pemodelan Pengujian Tarik untuk Menganalisis Sifat Mekanik
Material. Jurnal Online Poros Teknk Mesin Unsrat 2(2): 1-11.
Gumelar Y. 2017. Pengaruh Lingkungan Pantai Terhadap Laju Korosi dan Sifat Mekanik
pada Baja Karbon Sedang dengan Perlakuan Quenching dan tempering. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
Karlina D. A. 2015. Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Demonstrasi dengan
Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman
Konsep. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Semarang.
Herdiansyah B. S. 2010. Studi Pengaruh Besar Deformasi Bolak-balik Melalui Proses Canai
Hangat terhadap Morfologi Butir Ferrite, Kekerasan dan Ketahanan Korosi Baja Karbon
SS400. Skripsi. Fakutas Teknik, Universitas Indonesia.
Wijaya W. W. 2011. Rancangan Alat Uji Tekan pada Bahan kmKomposit Natural Fiber
dengan Memperhatikan Aspek Keterulangan Hasil Pengujian. Skripsi. Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret.
Fadillah E. 2020. Analisa Mata Pisau Pencacah Limbah Organik dengan Menggunakan
Bahan Baja ST41. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti Tegal.
Prasetyo D. 2019. Variasi Media Pendingin pada Proses Heat Treatment Baja Karbon ST41
untuk Pisau Potong Plat Beton. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti Tegal.
Patel S dan Gayathri K. 2013. Universal Testing Machine Motion Control System. Index
Copernicus Value 6(14): 1-4.
Prasetya J. A. 2018. Sistem Human Machine Interface pada Universal Testing Machine.
Skripsi. Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Surabaya.
LAMPIRAN
DHP Pengujian Tarik Y1
ACC 9/03/2021

Diameter Awal (mm) 12,5 mm


Diameter Akhir (mm) 5 mm
Panjang Awal (mm) 100 mm
Panjang Akhir (mm) 108 mm
Gage Length (mm) 50 mm
Cross Sectional Area (mm2) 122,65625
Modulus Young (Gpa) 11,779937564251
Load at Yield Poin (N) 60700 N
Yield Strength (Mpa) 494,878981
Maximum Load (N) 64720 N
Ultimater Strength (Mpa) 527,653503
% Elongation 8%
% Area Reduction 84%

 Cross Sectional Area (mm2)


1
- A0 = 𝜋 d2
4
1
- A0 = 𝜋 12,52
4
- A0 = 122,65625
1
- A1 = 4 𝜋 52
- A1 = 19,625
 Modulus Young (Gpa)
y2−y1
- E = 𝑥2−𝑥1
0,5014−0,001794
- E=
0,0425−0,0000884
- E = 11,779937564251
 Yield Strength (Mpa)
𝑃𝑦
- 𝜎y = 𝐴0
60700
- 𝜎y =
122,65625
- 𝜎y = 494,878981
 Ultimater Strength (Mpa)
Pmax
- 𝜎u = 𝐴0
64720
- 𝜎u = 122,65625
- 𝜎u = 527,653503
 % Elongation
l1 – l0 108−100
- 𝑙0
x 100% = 100
x 100%
=8%
 % Area Reduction
A0 – A1 122,65625 – 19,625
- 𝐴0
= 122,65625
x 100%
= 84%
Hubungan Defor dan Load
80
y = 3,4x + 16,834
70
R² = 0,4761
60
Load (kN)

50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Defor (mm)

Hubungan Strain dan Stress


0,6

0,5
y = 4,2965x + 0,1372
0,4 R² = 0,4761
Stress

0,3

0,2

0,1

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Strain

Anda mungkin juga menyukai