Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

UJI TARIK

Oleh:
Vitri Sheila Natalya Naibaho
(122310048)

Asisten Praktikum
Kevin Saputra (120170068)

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam mempunyai beberapa sifat-sifat tertentu, sifat-sifat tersebut dapat
dibedakan dari sifat fisik, mekanik, thermal dan korosif sifat mekanik terdiri
dari keuletan, kekerasan, kekuatan dan ketangguhan. Sifat material merupakan
acuan untuk dilakukan proses terhadap suratu material, contohnya untuk
dibentuk dan dilakukan proses pemesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik
pada logam harus dilakukan pengujian, pengujian tersebut dilakukan adalah
pengujian Tarik. Dalam dilakukan pembuatan suatu kontruksi diperlukan
material dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Material juga harus
elasitas dan elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih
tidak patah. Salah satu agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih
tidak patah. Salah satu contoh material yang sekarang banyak digunakan pada
kontruksi bagunan atau contoh mayerial yang sekarang banyak digunakan pada
kontruksi bangunan atau umum adalah logam. Dalam proses pembuatan logam
perlu diprediksikan sifat mekanik dan mengetahui nilai mutlak dan akurat dari
sifat mekaniknya, sehingga dapat dilihat dari kelebihan dan kekurangan.
Dengan cara alloying dapat mengubah sifat mekanik lebih dari sifar dan kurang
lebih baik.

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang berawalan arah.
Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa tarik
dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian uji
tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara lambat. Sifat mekanis logam yang dapat diketahui
setelah proses pengujian ini seperti kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan.
Pengujian tarik sangat dibutuhkan untuk menentukan desain suatu produk
karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian tarik banyak dilakukan
untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai
data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat
diukur ketahanan suatu material terhadap gaya yang diberikan secara perlahan.
Nilai kekuatan dan elasitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian dilakukan agar mengetahui sifar-sifat khusus logam dari sifat
material. Sifat-sifat material mekanis yang dapat diketahui adalah sebagai
berikut:
a. Kekuatan tarik
b. Kekuatan luluh
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastis dari material
e. Kelentingan dari suatu material

Pengujian tarik banyak digunakan untuk melengkapi informasi rancangan


dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data dukungan bagi spesifikasi bahan.
Karena dengan tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk
dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat diketahui ketahanansuatu bahan
dengan cara di ukur terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Dalam
bidang industry diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan factor
metalurgi dan factor mekanisme yang teracak pengujian tariknya, kita sebagai
mahasiswa metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan
adanya kurva tegangan renggang kita dapat mengetahui kekuatan tarik,
kekuatan lulu, modulus elastis, ketangguhan. Dengan mengetahui parameter-
parameter tersebut maka dapat diketahui sifat dasar megenai kekuatan suatu
bahan atau logam

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a. Mengetahui nilai kekuatan tarik suatu material dan
b. Memahami fenometer yang terjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Tarik


Uji tarik merupakan salah satu pengukuran untuk mengetahui sifat-sifat suatu
bahan. Dengan adanya penarikan suatu bahan maka kita dapat mengetahui
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui
sejauh mana material itu bertambah Panjang. Uji tarik adalah suatu metode
yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/ material dengan cara
memberikan beban yang sesumbuh. Pengujian tarik adalah dasar dari
penggujian mekanik yang dipergunakan pada material. Dikatahui pembebanan
uniaxial sehingga specimen uji mengalami perenggangan dan bertambah juga
hingga akhirnya patah (davis, 1955)

Kurva dari hasil tegangan renggang yang didapat adalah tegangan membujur
rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan dapat diperoleh daengan cara membagi
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Regangan
yang digunakan untuk kurva tengangan-regangan adalah regangan linier rata-
rata yang diperoleh dengan cara membagi panjang yang dihasil kan setelah
pengujian dilakukan dengan panjang awal. Bentuk dan besaran pada tegangan-
regangan kurva suatu logam tergantung pada komposisi, perlakuan panas,
deformasi plastic, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama
pengujian.

Perpatahan ulet memberikan karakteristk berserabut (fibrous) dan gelap (dull),


sementara perpatahan getas ditandai dengan permukaan patahan yang berbutir
(granular) dan terang. Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan
ulet umumnya lebih tangguh dan memberikan peringatan lebih dahulu sebelum
terjadinya kerusakan. Pengamatan kedua tampilan perpatahan itu dapat
dilakukan baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan stereoscan
macroscope. Pengamatan lebih detil dimungkinkan dengan penggunaan SEM
(Scanning Electron Microscope). Uji tarik ini akan memberikan informasi sifat
mekanik suatu specimen. Sifat yang didapat sebagai beriku:
a. Kekuatan tarik
Ultimate tensile strength adalah batas tegangan maksimum yang dimiliki
oleh material yang beban maksimum dibagi luas penampang lintang
awalnya. Jika material uji tarik dan melewati UTS-nya, maka akan terjadi
necking. Setiap logam yang di uji tarik akan memiliki perilaku panas unik
berdasarkan empat besaran atau parameter kurva uji tarik dapat
menghasilkansifat mekanisme material tertentu, seperti kelakuan tarik,
keuletan dan elasitas. Nilai yang sering ditulis sebagai uji tarik adalah
tegangan tarik, namun nilai kurang penting dalam hal kekuatan bahan.
Selama beberapa waktu, kekuatan struktur didasarkan pada kekuatan tarik,
tetapi ini telah dikurangi dengan factor keamanan yang sesuai. Tegangan
(stress) adalah ukuran kekuatan gaya atau reaksi dalam persatuan luas.
Terhadap dua jenis tegangan: engineering stress dan nreal stress. Gaya
biasanya ditulis dengan pound atau newton dan diameter dalam 𝐼𝑛𝑐ℎ2 atau
𝑚2 . Akibatnya tegangan biasanya ditulis dalam pound/𝐼𝑛𝑐ℎ2 , yang sering
disingkat PSI atau Newton/𝑚2 (MPA). Gaya yang bekerja menentukan
tegangan yang dihasilkan pada benda secara keseluruhan. Regangan atau
strain adalah perubahan panjang. Menggunakan pendekatan yang lebih
rasional berdasarkan rancangan statis logam yang dilihat pada kekuatan
luluhnya telah menjadi tren. Kekuatan tarik logam ini mudah dihitung dan
dapat dihasilkan kembali, sehingga berguna untuk kebutuhna spesifikasi dan
penggendalian kualitas bahan. Kriteria permukaan batas luluh yang berbeda
digunakan tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan jenis data
yang digunakan, batas-batas yang digunakan yakni:
1. Batas elasitas sejati di tentukan menggunakan pengukuran regangan
mikro pada skala 2 × 10−6 Ina. Batas elasitas sangat rendah dan terkait
dengan gerak ratudan dislokasi
2. Batas propesional adalah teganggan tinggi dalam daerah hubungan
propersional antara tegangan danregangan. Dengan melihat
penyimpanan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan. Kita
dapat mendapatkan harga. Teganggan tinggi dapat ditahan oleh beban
tanpa regangan sisah permanen yang di ukur
3. Batas elasitas adalah tegangan terbesar yang dapat masih ditahan oleh
benda tanpa regangan sisah permanen yang diukur saat beban dilepaskan,
batas elstis lebih besar dari pada batas propesional dengan ketelitian
tegangan mikro yang biasa digunakan di kuliah rekayasa (10−4 Inch),
nilai batas maksimum menurun hingga saatu titik dimana batas elasitas
sebenarnya ditemukan dengan pengukuran regangan mikro proses
pengujian yang diberikan beban tak di beri beban (loading-unloading)
yang membosankan diperlukan untuk menentukan batas (askeland.,
1985).
Pmaks
Su= …………….…………………………(1)
Ao

Keterangan:
Su = kuat tarik
Pmaks = beban maksimum
Ao = luas penampang awal

Gambar 2.1 Ultimate tensile strength


Sumber: Modul Rekayasa Material
b. ield strength
Yield strength merupakan titik menunjukkan perubahan dari deformasi
elastis ke deformasi plastis (dieter, 1993) berdasarkan tegangan luluh
dituliskan pada persamaan
py
ys = A ………………………………………(2)
o

Keterangan:
Ys= besar tegangan luluh (kg/𝑚𝑚2 )
Py= besar beban di titik yield strength
Ao = luas penampang awal

Kekuatan yield strength merupakan tiik perubahan deformasi elastin ke


plastin. Tegangan dimana deformasi plastin atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada penekanan pengukuran regangan. Sebagaian besar bahan
mengalami perubahan fisik dari elastis menjadi sedikit. Dimana deformasi
plastis mulai menjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Kekuatan luluh
merupakan regangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastic yang diterapkan. Di Amerika Serikat offset biasanya
ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1% (e= 0,002 atau 0,001). Untuk
mengamati kekuatan offset yang baik adalah setelah benda uji diberikan
pembebanan (wurull, 2019)
F
so = A ……………………………………..(3)
o

Keterangan:
F= beban tarik
AO = luas penampang yang di uji

c. Pengukur keuletan (toughness)


Keuletan merupakan sifat kemampuan bahan logam untuk bertambah
Panjang ketika diberikan beban ataupun gaya tarik. Keuletan atau regangan
dapat dinyatakan dalam presentasi perpanjangan. Sebagai mana regangan
besaran tidak berdimensi (cf-10). Regangan perubahan pada ukuran sebuah
benda karena gaya-gaya atau kopel dalam kesetimbangan dibandingkan
dengan ukuran semula, regangan yang disebut deformasi. Deformasi plastis
umumnya seidah teralokasi, prinsip perpanjangan tergantung pada panjang
ukuran. Bila dinyatakan suatu bahan mengalami keuletan perlu ditegaskan
Panjang dari ukurannya. Bahan yang ulet biasanya akan mengalami
penyusustan penampang sebelum patah. Perpanjangan ukuran merupakan
regangan plastis sedangkan penyusutan merupakan penampangnya, besaran
ini dapat digunakan untuk menghitung regangan pada saat patah (sartono.
d, 2017). keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban
pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara
umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga
buah hal:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam,
misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan

Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas
penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan
tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data
yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan
patah sejati sering tidak tepat nilai.

d. Modulus elasitas
Modulus elasitas merupakan perbandingan tegangan terhadap regangan
dalam daerah linier grafik ini disebut juga dengan kristanta karakteristik
atau modulus young suatu bahan dapat ditulis sebagai berikut:
tegangan 𝜎 F/A
𝑦 = 𝑟eganga = ɛ
= ΔL /Lo
……………………………(4)
Keterangan:
𝑁
σ= tegagan (𝑚2 𝑎tau Pa)

ɛ= regangan
F= gaya
A= luas penampang (𝑚2 )
𝐿𝑜 = Panjang mula-mula
𝛥𝐿 = pertambahan panjanga(m)

(streinhim, 1974). Modulus elasitas yang besar mampu dalam menahan


tegangan atau beban yang cukup besar dalam keadaan regangan yang masih
kecil, yang artinya bahwa bahan tersebut mampu menahan regangan. Pada
umumnya sifat elastis yang merupakan perbandingan dari desakan yang
diberikan dengan perubahan bentuk persatuan panjang dari desakan yang
diberikan. Sifat keelastisan suatu bahan berhubungan langsung dengan
kekuatan suatu bahan dalam penerima beban. Semakin besar modulus
elasitas maka semakin kecil keuletan yang terjadi.

Gambar 2.2 Modulus elasitas


Sumber: https://www.researchgate.net

e. Deformasi plastis dalam tarik(tension)


Deformasi plastis merupakan perubahan bentuk yang bersifat permanen
meskipun beban dihilangkan bila suatu material dibebani sampai daerah
plastis. Bila beban ditiadakan, maka deformasi plastis akan hilang juga.
Deformasi plastin juga yakni perubahan bentuk yang tidak akan Kembali ke
asal, yang dimana jika ditarik bahan sampai melewati batas propesional dan
mencapai nilai daerah leanding (zukri, 2011). Bahan yang diberikan beban
secara kontiniu maka deformasi plastin juga akan mengalami perubahan
secara kontiniu, hingga benda tersebut putus. Pada fase elasitas, deformasi
yang terjadi akan berbanding lurus dengan kenaikan beban, dengan hukum
hooke (muchuiar., 2016).

2.2 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR


Pada praktikum modul Uji Tarik Material kali ini, alat yang digunakan adalah
mesin Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN).
dengan alat ini pengujian yang dilakukan dapat disesuaikan dengan material
uji yang digunakan. Alat Ini tersedia sebagai mesin uji berdiri di lantai
(termasuk model Z100, Z150 dan Z250) dan sebagai mesin uji di atas meja
(model Z010, Z020, Z030, Z050, Z100, Z150).

Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN) cocok
untuk aplikasi di semua bidang pengujian tarik. Konsep pengoperasian yang
telah terbukti dikombinasikan dengan desain rangka beban modular yang
fleksibel yang menjamin solusi optimal untuk aplikasi pengujian tarik

Gambar 2.3 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material
2.3 Elastisitas
Menurut (Soedojo, 2004) yang menyatakan bahwa bahan elastis adalah bahan
yang mudah diregangkan serta cenderung pulih ke keadaan semula, dengan
mengenakan gaya reaksi elastisitas atas gaya tegangan yang meregangkan-nya.
Pada hakekatnya semua bahan memiliki sifat elastik meskipun boleh jadi amat
sukar diregangkan. Sedangkan menurut (Sarojo, 2002), sifat elastik adalah
kemampuan benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar
yang diberikan benda itu dihilangkan. Elastisitas adalah sifat benda yang
berdeformasi untuk sementara, tanpa perubahan yang permanen, yaitu sifat
untuk melawan deformasi yang terjadi. Sebuah benda dikatakan elastik
sempurna jika setelah gaya penyebab perubahan bentuk dihilangkan benda
akan kembali ke bentuk semula. Sekalipun tidak terdapat benda yang elastik
sempurna, tetapi banyak benda yang hampir elastik sempurna, yaitu sampai
deformasi yang terbatas disebut limit elastik. Jika benda berdeformasi diatas
limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan, maka benda tersebut tidak
lagi kembali ke bentuk semula. Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan
plastik, hanyalah terletak pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi
yang terjadi. (J., 1986) menyatakan bahwa suatu deformasi dikatakan elastik
jika:
a. deformasi merupakan proposional dengan gaya penyebabnya,
b. bekerjanya gaya, maka deformasi diabaikan

2.4 Bioplastik
Plastik merupakan bahan kimia sintetik yang bersifat ringan, kuat, dan elastis,
Saat ini plastik telah banyak digunakan secara luas dan berkembang menjadi
suatu industri yang sangat besar. Plastik sintetis sangat banyak digunakan
dikarenakan sifatnya yang kuat, tidak mudah rapuh dan stabil. Akan tetapi
plastik juga memiliki sifat tidak mudah terurai (non-biodegradable), sehingga
dapat mencemari lingkungan apabila penanganannya tidak tepat.

Menurut (Utami RM., 2014) rata-rata sampah plastik memiliki bagian sekitar
10% dari volume sampah dan kurang dari 1% plastik yang dapat dihancurkan
karena sampah plastik berbahan polimer sintetik yang sulit untuk diuraikan
oleh mikroorganisme dekomposer di dalam tanah. Plastik biodegradable
adalah polimer biodegradable alami yang di akumulasikan oleh
mikroorganisme. Polimer merupakan makromolekul besar yang terbentuk dari
unit-unit atau monomer berulang sederhana. Salah satu kelompok polimer ini
adalah plastik. Sementara biodegradable berarti dapat diuraikan secara kimia
oleh mikroorganisme. Plastik biodegradable terbuat dari bahan polimer alami
seperti pati, selulosa, dan lemak. Bahan utama yang sering digunakan dalam
pembuatan plastik biodegradable adalah pati dan Poly Lactic Acid (PLA).

Berbagai upaya dan inovasi untuk mengurangi dampak sampah plastik telah
dilakukan. Selain proses daur ulang plastik, pembuatan plastik ramah
lingkungan (biodegradable) juga telah dikembangkan. Plastik yang terbuat dari
bahan polimer sinstetik yang bersifat tidak mudah terurai diganti dengan bahan
baku yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme pengurai atau yang disebut
dengan plastik biodegradable (bioplastik). Menurut (H., 2010) bahan utama
yang digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah pati. Pati merupakan
polisakarida yang dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan plastik
biodegradable. Pati digunakan karena merupakan bahan yang dapat atau
mudah didegradasi oleh alam menjadi senyawa-senyawa yang ramah
lingkungan.

2.5 Pati
Pati (starch) merupakan salah satu jenis karbohidrat yang banyak terdapat di
alam, dan dapat diperoleh dari berbagai bagian tubuh tanaman seperti biji, akar,
batang maupun sereal. Pati merupakan sumber salah satu karbohidrat primer
dan merupakan bahan baku dalam industri pangan, farmasi maupun kosmetik.
Beberapa pati industri yang banyak digunakan adalah pati singkong, jagung,
kentang dan gandum (Deka, 2016). Pati termasuk suatu biopolimer semi
kristalin berupa polisakharida yang terbentuk dari unit-unit glukosa yang
berikatan dengan ikatan glikosida. Secara spesifik, ikatan glikosida dalam pati
adalah (1-4)-glikosida, yaitu suatu ikatan kovalen yang menggabungkan 2
molekul monosakharida. Berdasarkan dari sumber tanamannya, pati
mengandung 20-25% amilosa dan 75-80% amilopektin. Amilosa merupakan
rantai linier primer dari unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan  (1-4)-.
Sedangkan amilopektin adalah polimer dari unit glukosa yang bercabang, yang
dihubungkan dengan ikatan glikosida -D-(1-4)- dengan cabang -D-(1-6)
yang terbentuk setiap 24-30unit glukosa.

Salah satu sumber pati di Indonesia yang belum banyak dimanfaatkan sebagai
pati industri adalah talas (Colocasia esculenta L. Schott). Talas mengandung
13-29% pati, kelembaban 63-85% dan beberapa residu seperti riboflavin,
vitamin C, abu, dll. Pati talas sebenarnya sangat potensial sebagai pati industri.
Pati talas mempunyai swelling power dan peak viscosity yang tinggi, serta
dapat membentuk struktur gel yang halus karena ukuran granul yang kecil.

2.6 Spesimen Uji Tarik


Spesimen Uji Tarik Spesimen uji tarik bentuk dan ukurannya sudah terstandar,
dalam kasus-kasus tertentu dijinkan memakai bentuk dan ukuran specimen uji
tidak standar. Bentuk dan ukuran specimen uji terstandar disebut juga specimen
uji proporsional, dan yang tidak terstandar disebut juga specimen uji non
proporsional. Bentuk penampang specimen uji dapat berbentuk lingkaran atau
bentuk segi empat. Ukuran specimen uji yang iasa dipakai standar DP 5 atau
DP 10.

Prinsip pengujian tarik ini adalah menarik spesimen sampai putus dengan laju
yang lambat sambil mencatat semua data yang diperlukan untuk pengolahan
data dan analisa. Penarikan ini dilakukan dengan laju dengan maksud agar
dapat menghindari patah getas. Bila terjadi seperti itu kita tidak dapat mencatat
kejadian tiap satuan waktu dari pengujian ini. Hasil uji tarik tersebut mencatat
fenomena hubungan antara tegangan-regangan yang terjadi selama proses uji
tarik dilakukan. Mesin uji tarik sering diperlukan dalam kegiatan engineering
untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material. Mesin uji tarik terdiri dari
beberapa bagian pendukung utama, diantaranya:
a. Kerangka,
b. Mekanikme pencekam spesimen,
c. Sistem penarik dan mekanikme,
d. Sistem pengukur.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


a. Adapun alat yang digunakan pada praktikum modul Pengujian Tarik kali
ini, yaitu:
1. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN)

Gambar 3.1 Universal Testing Machine


Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN)
Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

2. Spesimen uji tarik

Gambar 3.2 spesimen uji tarik dengan sampel bioplastik


Sumber: laboratorium Teknik biosistem
3.2 Prosedur percobaan
Adapun beberapa prosedur yang akan dilakukan pada praktikum uji tarik kali
ini yaitu:
a. Memastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan menghidupkan saklar
MCB 2 unit pada panel
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada Power Pack dan Mesin UTM
c. Memutar Switch ON pada Test Control II, memastikan lampu berwarna
kuning
d. Menghidupkan PC (Tanda PC dengan UTM connect adalah lampu pada
TestControl II) berwarna hijau dan muncul notif 2 segitiga hijau pada PC.
e. Membuka aplikasi TextXpert III atau dapat membuka file yang sudah pernah
dibuat (lihat gambar 3.3 untuk tampilan aplikasi)

Gambar 3.3 Tampilan Aplikasi Text Expert III


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

f. Memastikan kunci pada Test Control II posisi Set Up dan kunci pada Power
Pack ON
g. Menekan Tombol ON pada TestControl II
h. Memilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flow chart. Mengatur dan
menyesuaikan sesuai garis pada gambar. Catatan Pada Gambar 3.5 Flow
chart tanpa Extensometer, apabila menggunakan Extensometer, arahkan
garis panah DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer.
Gambar 3.4 Tampilan Menu Set Up Testing System
Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

i. Memasang sampel dan Mengatur crosshead menggunakan remote


crosshead (pastikan jarak crosshead atas dan bawah sesuai dengan gage
length specimen)
j. Memasang bagian atas dahulu, untuk mencekam material menggunakan
remote power pack, lalu memastikan tekanan disesuaikan dengan spesimen
(Bar), kemudian menekan grip bawah. Jangan lupa pastikan grip sebelah
kanan atas dan bawah rata dan sejajar.
k. Memperhatikan dalam pemasangan ini posisi spesimen harus tegak lurus
untuk menghindari spesimen lepas atau slip
l. Menekan tombol sampai tidak berbunyi lagi.
m. Memilih menu Configure Test berisi tentang flow chart.
1. Start Position berisi tentang pengaturan: Grip to grip separation at the
start position untuk mengukur jarak antar grip dengan tekan icon A.
Speed, start position untuk mengatur kecepatan awal pada saat
penyesuain posisi.

Gambar 3.5 Tampilan Pada Start Position


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material
2. Pre-Load Digunakan untuk mengatur kekuatan awal sebelum pengujian,
atau angka minimal yang ter record pada aplikasi.
3. Spesimen Data:

Gambar 3.6 Tampilan Pada Spesimen Data


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

Input about the specimen untuk memberikan identitas seperti Spesimen


ID, Type, Part no, Removal, dan Note. Specimen shape for cross-section
calculation untuk menentukan bentuk dari spesimen seperti bar, plat, dll.
Kemudian menu Diameter (Diamater Spesimen) dan test length
(Panjang gage length)
4. Test
Pada menu ini kita dapat mengatur kecepatan masing-masing pada saat
Modulus Young, yield point atau kita dapat mengatur kecepatan konstan
pengujian Tarik

Gambar 3.7 Tampilan Pada Menu Test


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material
5. End of test
Force shutdown threshold merupakan ambang batas untuk mematikan
paksa %Fmax

Gambar 3.8 Tampilan Menu End Of Test


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

6. Result
Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil

Gambar 3.9 Tampilan Menu Result


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

7. Break investigation
Berisi Number of captur for break detection yakni seberapa banyak titik
yang akan di deteksi, force transition, negatif elogation step dan positif
elogation step.
8. Action after the test
Input after the test digunakan untuk memberikan optical assesment, detail
about break, findings dan comment. Set the start position after the test
digunakan untuk mengembalikan posisi grip ke semula, catatan menu ini
hanya digunakan pada saat uji tekan, karna pada saat uji tarik sampel
yang telah mengalami pertambahan panjang (deformasi) dapat terbentur.
Kemudian untuk menu spesimen load removal untuk menghilangkan
beban setelah pengujian

Gambar 3.10 Tampilan Menu Action After The Test


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

9. Measurement value storage Travel save interval up to break, time to save


interval dan force save interval digunakan untuk mengukur pada saat
interval preset.
10. Control parameter
11. Parameter for the report

Gambar 3.11 Tampilan Menu Untuk Report


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

12. Report
13. Export Interfaces
Gambar 3.12 Tampilan Data Apa Saja Yang Di Dapat
Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

n. Run test :

Gambar 3.13 Tampilan Hasil Pengujian Tarik


Sumber: Laboratorum Rekayasa Material

o. Memutar kunci pada TestControl II dari Setup ke Test, kemudian


tekan Start, setelah spesimen patah menekan Stop.
p. Mengambil data hasil pengujian dengan menggunakan menu EXPORT
TEST DATA
q. Melepaskan spesimen, menutup aplikasi (lampu berubah dari
hijau ke kuning), mematikan komputer (lampu berubah dari
kuning ke putih)
r. Mematikan Power Pack dan putar saklar di TestControl II ke OFF
s. Menurunkan 2 unit MCB kemudian bersikan, rapihkan dan
kembalikan alat dan bahan yang telah digunakan. Pastikan isi
log book penggunaan alat.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan data


a. Lembar kerja
Tabel 4.1 spesifikasi mesin
Mesin Universal Testing Machine
Merk/Type Zack Roell All Round
Serial Number Z250R
Beban Skala Penuh 250 kN
Test Speed -
Grip To Grip 347 Mm
Material Bioplastic
Bentuk Plastic
Spesifikasi Selulosa dan Pati
Bentuk Persegi Panjang

b. Data Praktikum

Gambar 4.1 spesimen uji tarik dengan sampel bioplastik


Sumber: laboratorium Teknik biosistem
4.2 Pengelolahan Data
a. Perhitungan
1. Luas Penampang Awal (𝐴0 )
A0 = l*t = 100mm*0,21mm = 21mm
2. Luas Penampang Akhir (𝐴𝑙 )
Al = l*t = 100mm*0,21mm = 21mm
3. Force pada yield
Fy = 31,04236 N
4. Force ultimate
Futs = 31,0631 N
5. Forces sebelum patah
Fsp = 0,033285 N
6. Stress pada yield
𝐹𝑦
σy = Ao=14,78208 N

7. Stress ultimate
Futs
σuts = =14,79195 N
Ao

8. Stress sebelum patah


Fsp
σsp = =0,01585 N
Ao

9. Strain pada yield


ΔL
ɛy = Lo =15,4675 N

10. Strain ultimate


ΔL
ɛuts =𝐿𝑜 =15,32822 N

11. Strain sebelum patah


ɛsp = 16,81414 N
12. Modulus elasitas
E=0,965014343 N
b. Data Grafik
1. Grafik force dan displacement

Force Vs Displasment
35
30

25

20
Force (N)

15

10

0
-10 0 10 20 30 40 50 60 70
-5
Displascment (mm)

Gambar 4.2 Grafik force terhadap displacement

2. Grafik stress dan strain

16
STRESS vs STRAIN
14

12

10
Stress

0
-5 0 5 Strain 10 15 20

Gambar 4.3 Grafik stress terhadap strain


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan
Adapun pembahasan dalam praktikum modul uji tarik ini, dimana
dalam melakukan percobaan uji tarik akan melalui tahap tahap yang rinci.
Dalam eksperimen uji tarik yang dilakukan pada modul ini, kami menggunakan
sampel bioplastik yang diuji dengan penerapan gaya terus-menerus, yang
menyebabkan sampel terus bertambah panjang hingga akhirnya mengalami
fase patah.

Pada grafik force terhadap displacement (grafik 4.2), benda uji dapat menahan
gaya maksimum 16208.84 N, dengan displacement 5–6 mm. Di sisi lain, pada
grafik stres terhadap strain, benda uji dapat menahan tegangan maksimum
0,084744 Mpa, dengan regangan 0,07–0,08. Nilai kekuatan hasil pengujian
adalah 0,08–0,08. Selain itu, dapat dilihat pada (grafik 4.3) bahwa setiap
kenaikan gaya menghasilkan peningkatan nilai displacement Gaya yang
diberikan menurun setelah kekuatan terakhir, tetapi nilai displacementi tetap
meningkat. Selanjutnya, grafik hubungan antara stress dan strain dibuat pada
bahan PLA. Kurva meningkat 13428,28906 N sampai akhirnya nilai strain
meningkat tetapi tidak signifikan.

Gaya maksimum yang dapat ditahan oleh material adalah 13428,28906 N, yang
diperoleh pada saat benda uji mengalami displacement sebesar 0.035664264
mm. yield force material adalah 13428,28906 N, yang merupakan gaya yang
dapat ditahan.sebelum deformasi elastis. Dengan membagi ultimate stress
dengan ultimate strain, kita dapat mendapatkan nilai modulus elastisitas dari
grafik tersebut. Rumus ini menghasilkan hasil 4.845,90519 N/mm2. Namun,
pada grafik stress terhadap strain (gambar 4.3) pada material, kurva meningkat
sampai pada titik kekuatan pelepasan, setelah itu, material tidak akan kembali
seperti sebelumnya meskipun beban dilepas, atau mengalami deformasi
permanen. Setelah itu, kurva kembali meningkat sampai pada titik kekuatan
terakhir dan kemudian menurun, menyebabkan patah.

sifat-sifat yang diperoleh dari uji tarik termasuk kekuatan maksimum yang
dapat ditanggung oleh material untuk mengalami deformasi elastis dan
kekuatan terakhir, atau batas tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh
material. Selain itu, yaitu modulus elastisitas, yang digunakan untuk mengukur
kekakuan suatu material.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
a. Praktikan dapat memahami apa yang terjadi melalui grafik yang dihasilkan
dalam uji tarik tersebut seperti grafik force terhadap displacement dan
grafik stress terhadap strain dapat dilihat pada grafik tersebut mengalami
kenaikan yang sama akan tetapi akan mengalami penurunan saat di beri
beban pada bahan sehingga bahan mengalami uji putus getas.
b. Dalam uji tarik, fenomena elongasi, atau perpanjangan, terjadi ketika bahan
meregang saat diberi gaya tarik. Ini terjadi pada sampel uji sebelum terjadi
titik leleh dan putus, di mana perubahan struktur menyebabkan material
putus. Diperoleh sifat-sifat yang bisa di gunakan sebagai patokan untuk
menentukan tegangan, regangan serta ketahanan bioplastic dalam
menentukan elasitas dalam bahan

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah:
a. Praktikan harus mengurangi canda gurau saat praktikum agar lebih fokus
saat praktikum
b. Praktikan harus selalu waspada dan hati hati saat penggunaan mesin.
c. Praktikum harus tetap menerapkan Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
d. Setelah praktikum, praktikan harus membersihkan dan mengembalikan alat
dan bahan yang digunakan selama praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

askeland., d. r. (1985). the science and engineering of material. alternate edition,


pws engineering,: boston, USA.
davis, h. e. (1955). the testing and insprection of engineering material new york:
Mr graw- hill inc.
Deka, D. a. (2016). Dual modification of taro starch by microwave and other
heatmoisture treatments. . International Journal of Biological
Macromolecules.
dieter, e. g. (1993). metalurgi mekanik. jakarta : pt gelora aksara pratama.
H., D. Y. (2010). studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat Mekanik dan
Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. J. jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan.
J., B. F. (1986). Principles of Physics, 2nd edition. . Allyn and Bacon, Inc., Boston.
muchuiar., m. k. (2016). penelitian terhadap deformasi paduan aluminium tipe
A5083P-0 dengan teknik interferomatrik optik. jurnal teknologi.
Sarojo, G. (2002). Fisika Dasar Seri Mekanika. . Salemba Teknika, Jakarta.
sartono. d, s. (2017). keuletan(ductility) dan ketangguhan ( toughnes). fakultas
teknik universitas semarang.
Soedojo, P. (2004). Fisika Dasar. . Andi Offset, .
streinhim, k. j. (1974). fisika edisi ke 3. AIBA dan ITB Bandung.
Utami RM., L. d. (2014). Sintesis Plastik Biodegradable dari Kulit Pisang dengan
Penambahan Kitosan dan Plasticizer Gliserol. Indonesian Journal Of
Chemical Science.
wurull, c. w. (2019). analisis perbandingan kekuatan tarik roller chain ( zusuki
benuie parts) dan ( indoparts) satria FU ISO. MUSTEK ANIM HA.
zukri, m. (2011). pengaruh suhu karburasi dan waktu tahan terhadap kekuatan
tarik baja karbon dengan variasi media pendinginan. jurnal smart .
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai