Yang
berkerjanya didasarkan pada propagasi gelombang ultrasonik terhadap obyek tertentu atau
material yang diuji. Dalam aplikasi UT yang paling umum, gelombang pulsa ultrasonik yang
sangat pendek dengan frekuensi pusat mulai dari 0,1-15 MHz, dan kadang-kadang hingga 50
MHz, ditransmisikan ke dalam bahan untuk mendeteksi cacat internal atau untuk
mengkarakterisasi material. Contoh umum adalah pengukuran ketebalan ultrasonik, yang
menguji ketebalan benda uji, misalnya, untuk memantau korosi pipa.
Pengujian ultrasonik sering dilakukan pada baja dan logam dan paduan lainnya, meskipun juga
dapat digunakan pada beton, kayu dan komposit, meskipun dengan resolusi yang lebih rendah.
Ini digunakan di banyak industri termasuk konstruksi baja dan aluminium, metalurgi,
manufaktur, aerospace, otomotif dan sektor transportasi lainnya.
Secara umum, pengujian ultrasonik didasarkan pada penangkapan dan kuantifikasi gelombang
pantul (pulse-echo) atau gelombang yang ditransmisikan (melalui transmisi). Masing-masing
dari kedua jenis ini digunakan dalam aplikasi tertentu, namun pada umumnya, sistem pulse echo
lebih berguna karena hanya memerlukan akses dari satu sisi ke objek yang diperiksa.
Bila ada diskontinuitas, misalnya seperti retakan, di jalur rambatan gelombang, energi akan
dipantulkan kembali dari permukaan yang cacat tersebut. Sinyal gelombang yang dipantulkan
diubah menjadi sinyal listrik oleh transduser dan ditampilkan di layar.
Dengan mengetahui kecepatan gelombang dan waktu tempuh maka jarak tempuh sinyal dapat
diketahui pula. Dari sinyal tersebut, informasi tentang lokasi reflektor, ukuran, orientasi dan fitur
lainnya terkadang bisa didapat.
Uji tarik
TINJAUAN PUSTAKA
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material
dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan
suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.
Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah sumbunya.
Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material. Dimana
spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif
sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi spesimen
uji, pemilihan grips dan lain-lain.
1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari
spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip
atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan
terjadi di daerah gage length.
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik.
Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan
luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:
s= P/A0
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan linier rata-
rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian
dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus terhadap
regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak
menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas.
Persamaannya dituliskan dalam persamaan
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengimbangi
penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding dengan beban F)
yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana
pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban
yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.
Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai
mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat
daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan
untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada
persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat mekanik
yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
2.2 Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield
Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik
maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada
kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan.
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di
mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan
ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya
untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah
menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor
keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih rasional yakni
mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh
lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini
lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip
dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena
kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali
(reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas
bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan
tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan
pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi
plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi
dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh yang
tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan 2 X 10-
6
inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus
dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional antara
tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian
garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa terjadi
regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan bertambahnya
ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama
dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan
ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik
lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur
pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.
2.3 Kekuatan luluh (yield strength)
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan
dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti
pada persamaan 2.4, sebagai berikut.
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan
pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi
plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi
dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi
plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh
ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan
dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika
Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi
pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka
benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat
dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji
(proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan
metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena
metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.
2.4 Pengukuran Keliatan (keuletan)
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan penetrasi
dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk
memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam
suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan logam untuk
mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan
2.5 Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya. Makin besar
modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus
elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa
terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat
mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya penambahan
paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Dimana, s = tegangan
ε = regangan
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada pemakaian di
mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah data bahan yang
memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang lintang. Tegangan
ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat
terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka
tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai.
________________________________________________________________________
Uji impact
Sejarah pengujian impak terjadi pada masa perang dunia ke dua, karena ketika itu banyak terjadi
fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal perang dan tanker-tanker.
Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian dan ada yang benar-benar patah
terbeah menjadi dua bagian, fenomena patahan ini terjadi terutama pada saat musim dingin
ketika dilaut bebas ataupun ketika kapal sedang berlabuh. Dan contoh yang sangat terkenal
tentang fenomena patahan getas adalah tragedi Kapal Titanic yang melintasi samudera Atlantik.
C. Perpatahan Impak
Secara umum sebagai mana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impa
k digolongkanmenjadi tiga jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-
bidang kristal di dalambahan (logam) yang ulet (ductile).
Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang
menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage)
pad abutir-butir daribahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan patahan
yang datar yang mampu memberikandaya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di
atas.
Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan.
Temperatur transisiadalah temperatur yang
menunjukkan transisip perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang
berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-
beda maka akan terlihat bahwa padatemperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile)
sedangkan padat temperatur rendah material akan bersifatrapuh atau getas (brittle).
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang
berbedadimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan selan
jutnya akan menjaditinggi bila temperatur dinaikkan
(ingatlah bahwa energi panas merupakan suatu driving force terhadap pergerakanpartikel atom
bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle)
terhadap pergerakandislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin
tinggi vibrasi itu maka pergerakandislokasi mejadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang
lebih besar untuk mematahkan benda uji.Sebaliknya pada temperatur di
bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom
relatif sedikit sehingga pada saat bahandideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih sangat m
udah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkandengan energi yang
relatif lebih rendah (Dany, 2010).
2. Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan pada material, jika
beban dihilangkan maka penjalaran retakakan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan
penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan,
sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain itu
komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan karena
pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang
merupakan baja dengan kandungan karbon rendah (duta, 2011).
Ciri-cirinya :
a. Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial
b. Tempo terjadinya patah lebih lama.
c. Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban
d. Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa), berserat,
menyerap cahaya, danpenampilannya buram.
E. Ketangguhan Bahan
Ketangguhan suatu bahan adalah kemampuan suatu bahan material untuk menyerap energi pada
daerah plastis atau ketahanan bahan terhadap beban tumbukan atau kejutan. Penyebab
ketangguhan bahan adalah pencampuran antara satu bahan dengan bahan lainnya. Misalnya baja
di campur karbon akan lebih tangguh dibandingkan dengan baja murni. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi ketangguhan bahan adalah :
1. Bentuk takikan
Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena adanya perbedaan
distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang mengakibatkan
energi impak yang dimilikinya berbeda-beda pula. Ada beberapa jenis takikan berdasarkan
kategori masing-masing. Berikut ini adalah urutan energi impak yang dimiliki oleh suatu bahan
berdasarkan bentuk takikannya. Takikan dibagi menjadi beberapa macam antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Takikan segitiga
Memiliki energi impak yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini disebabkan
karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.
2. Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impak semakin kecil yang dibutuhkan untuk
mematahkanspecimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu material
akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya yang sangat besar.
3. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya semakin tinggi dalam
menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan temperatur yang lebih
rendah. Namun temperatur memiliki batas tertentu dimana ketangguhan akan berkurang dengan
sendirinya.
Suatu material dapat bertahan dari energi tekan di karenakan energi tekan tidak melebihi
energi material itu. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk material yang di beri gaya tarik
atau tekan sehingga dapat berubah bentuk dan bila energi tarik atau tekan di hilang kan benda
tersebut akan kembali ke bentuk semula, contohnya saja pada waktu kita maelakukan uji
tarik, pada saat material yang kita uji di tarik maka aka ada perubahan panjang pada material itu
tetapi material itu akan kembali pada bentuk semula apa bila gaya tarik di hilangkan. Sedangkan
pada deformasi plastis material yang sudah di beri gaya tarik hingga mengalami perubahan
panjang atau bentuk tidak akan kembali pada bentuk semula setelah gaya tarik di hilangkan.
Seperti diperlihatkan dalam grafik tegangan-regangan terdapat yang namanya batas luluh (yield
strength) nah untuk deformasi elastis itu berada di bawah batas luluh sedangkan untuk deformasi
plastis berada/melewati batas luluh suatu material, di mana untuk setiap material memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, misalnya saja pada pipa jenis API 5L X 52 di mana yield
strength (SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter elastis pada material tersebut adalah <
52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi.
Mengenai tentang struktur mikro, pada saat di deformasi elastis tidak ada perubahan perubahan
mikro begitu juga ketika deformasi elastis itu hilang. Secara sederhana deformasi elastis itu dapat
kita gambarkan dengan dua buah atom Fe yang diikat dengan sebuah pegas. Ketika kita
deformasi elastis maka pegas akan berusaha melawan Fe yang kita tarik. Untuk deformasi
plastis struktur mikro sudah berubah. Sebagai inisiasinya adalah sudah putusnya ikatan antara
Fe, kemudian adanya pembentukan ukuran butir yang baru (biasanya ukuran butir menjadi lebih
kecil dan gepeng karena deformasi plastis akibat tekanan). Pembentukan butir butir baru
terbutlah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro. Biasanya daerah elastik itu
dibatasi oleh garis proporsioanal antara tegangan san tegangan, nah ujung dari titik proporsioanl
ini disebut sebagai yield point. Setelah keluar dari daerah ini, disebut sebagai daerah plastic yang
tidak akan kembali kebentuk semula. Alasannya karena sudah terjadi perubahan, sedangkan di
daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis, hal ini disebabkan ketika masih di daerah
elastis, logam dapat menahan beban yg diberikan yg disebabkan oleh bertemunya dengan batas
butir dengan dislokasi. sehingga menghambat pergerakkan dari dislokasi, sedangkan ketika
sudah memasuki daerah plastik, dislokasi sudah memotong batas butir (Dimas, 2013).
Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih benda yang
tahan terhadap patah getasdengan menggunakan kurva suhu peralihan. Dasar pemikiran perancan
gan adalah memilih benda yang mempunyai ketangguhan takik yang
memadai untuk berbagai kondisi pembebanan yang
berat sedemikian hinggakemampuan dukung beban bagian konstruksi dapat dihitung dengan men
ggunakan metode kekuatan standar, tanpa memperhatikan sifat-
sifat patah dari benda atau efek konsentrasi tegangan retak atau cacat.
Suhu peralihan benda dapat digolongkan menjadi tiga kategori, logam kps (FCC) berkekuatan
menengah dan rendah dan sebagian besar logam heksa gonal tumpukan padat mempunyai
ketangguhan takik yang demikian tingginya sehingga kepatahan getas tidak merupakan
persoalan, terkecuali dalam lingkungan kimiawi khusus yang relatif.
Benda berkekuatan tinggi mempunyai ketangguhan takik demikian rendahnya, sehingga patah
getas dapat terjadi akibat beban nominal di daerah elastis pada sembarang suhu dan laju
regangan, apabila terdapat cacat (retakan). Baja berkekuatan tinggi, paduan-paduan titanium dan
aluminium termasuk dalam kategori ini. Pada suhu rendah, terjadi perpatahan pembelahan getas,
sedangkan pada suhu yang lebih tinggi terjadi perpatahan energi rendah. Pada kondisi seperti
inilah, análisis mekanika patahan merupakan hal yang berguna dan wajar. Ketangguhan takik
logam kubik pusat ruang (BCC) berkekuatan menengah dan rendah, Be, Zn dan benda keramik
sangat tergantung pada suhu. Pada suhu rendah, patah terjadi secara pembelahan, sedangkan
pada suhu tinggi terjadi perpatahan ulet. Jadi,
terdapat peralihan dari takik getas ke takik tangguh, apabila suhu naik.
Kriteria suhu peralihan demikian dinamakan plastik peralihan patah (fracture transitionplastic,
FTP). FTP adalah suhu di mana perpatahan akan mengalami perubahan benda dari ulet sempurna
menjadi patah getas. Kemungkinan terjadinya patah getas di atas FTP, dapat diabaikan.
Penggunaan FTP dianggap tua dan pada berbagai penerapan, kriteria FTP kurang praktis.
Kriteria lain yang kurang konservatif adalah berdasarkan suhu peralihan di mana terjadi
perpatahan 50% pembelahan dan 50% geseran, dan disebut
T2. Kriteria ini dinamakansuhu peralihan penampilan patah (fracture-appearance transition
temperature,
FATT). Hubungan antara hasil ujiimpak Charpy dan kegagalan dalam pemakaian menunjukkan
bahwa bila terjadi patah belah pada batang Charpykurang dari 70%,
maka besar kemungkinan bahwa tidak terjadi patah pada suhu peralihan atau diatasnya,
jikategangan tidak melebihi setengah tegangan luluhnya. Secara garis besarnya, akan diperoleh
serupa bila digunakan definisi suhu peralihan T3. T3 adalah nilai rata-rata bagian atas dan bagian
bawah.
Kriteria umum lainnya adalah definisi, suhu peralihan T4 berdasarkan sembarang nilai energi
serap yang rendah, CV. T4 ini sering disebut suhu peralihan keuletan (ductility transition
temperature). Sesuai dengan hasil pengujian pada pelat baja kapal Perang Dunia II, terbukti pada
pada pelat tidak akan mengalami patah getas apabila CV sama dengan 15 ft-lb pada suhu uji.
Suhu peralihan dimana CV = 15 ft-lb menjadi kriteria umum yang diterima untuk baja kapa
lkekuatan rendah. Akan tetapi, perlu ditegasakan di sini bahwa untuk bendalain, C V 15
tidakberlaku.
Kriteria yang didefinisikan dengan cermat adalah penentuan suhu transisi berdasarkan suhu
T5 dimana terjadi patah belah sempurna atau
100%. Titik ini dikenal sebagai suhu tanpa keuletan (Hadir, 2013).
LAS
Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku kelingnya di
samping kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keling dipasang. Adapun
pemasangan paku keling bisa dilakukan dengan tenaga manusia, tenaga mesin dan bisa dengan
peledak (dinamit) khususnya untuk jenis-jenis yang besar.
Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua komponen yang
tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-alat
elektronika, dll
Keuntungan
Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu banyak dipakai pada
pembebanan-pembebanan dinamis.
Jenis kerusakan
1. Tearing of the plate at ende : robek pada bagian pinggir dari plat yang dapat terjadi jika margin
(m) KURANG DARI 1.5 d, dengan d ialah diameter paku keling.
2. Tearing of the plate a cross a row of rivets : robek pada garis sumbu lubang paku keling dan
bersilangan dengan garis gaya.
3. Shearing of the rivets : kerusakan sambungan paku keling karena beban geser.
Tips pemasangan
Lap joint : pemasangan tipe lap joint biasanya digunakan pada plat yang overlaps satu dengan
yang lainnya.
Butt joint : digunakan untuk menyambung dua plat utama, dengan menjepit menggunakan 2 plat
lain, sebagai penahan (cover), dimana plat penahan ikut dikeling dengan plat utama. Tipe ini
meliputi single strap butt joint dan double strap butt joint.
Bagian utama paku keling adalah :
1. kepala
2. badan
3. ekor
4. kepala lepas
Bahan paku keling
yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass, aluminium, dan tembaga tergantung jenis
sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.
Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron.
Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys) aluminium
(+alloys), monel, dll.
Cara Pemasangan
ket :
1. Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku keling yang akan digunakan.
Biasanya diameter lubang dibuat 1.5 mm lebih besar dari diameter paku keling.
2. Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung.
3. Bagian kepala lepas dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung.
4. Dengan menggunakan alat atau mesin penekan (palu), tekan bagian kepala lepas masuk ke
bagian ekor paku keling dengan suaian paksa.
5. Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa kemudian dipotong dan dirapikan/ratakan.
6. Mesin/alat pemasang paku keling dapat digerakkan dengan udara, hidrolik atau tekanan uap
tergantung jenis dan besar paku keling yang akan dipasang.
KELING
P aku keling / rivet adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana.
sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal Dan
pesawat terbang. Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini juga sangat baik
digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet
dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran
yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing
jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk
melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku
kelingnya.
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Kepala Lepas
Bahan Paku Keling adalah :
Yang biasa digunakan antara lain adalah
1. Baja
2. Brass
3. Aluminium
4. Tembaga
Semua bahan itu tergantung dari jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.
a. Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron.
b. Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys)
aluminium (+alloys), monel, dll
PENGGUNAAN PAKU KELING
Pemakaian paku keling ini biasanya digunakan untuk :
1. Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler (boiler, tangki dan pipa-pipa tekanan
tinggi).
2. Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan crane).
3. Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek, cerobong, pipa-pipa
tekanan).
4. Sambungan pengikat, untuk penutup chasis ( misalnya ; pesawat terbang, kapal).
a). Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu banyak dipakai
pada pembebanan-pembebanan dinamis.
b). Sambungan keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.
c). Pemeriksaannya lebih mudah
d). Sambungan keling dapat dibuka dengan memotong kepala dari paku keling tersebut
2. Kelemahan
a). Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku
kelingnya di samping kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keling
dipasang. Adapun pemasangan paku keling bisa dilakukan dengan tenaga manusia, tenaga
mesin dan bisa dengan peledak (dinamit) khususnya untuk jenis-jenis yang besar.
b). Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua komponen
yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-
alat elektronika, dll
Pada jenis pembebanan tangensial ini, gaya yang bekerja terletak pada garis kerja resultannya,
sehingga pembebanannya terdistribusi secara merata kesetiap paku keling yang digunakan.
JENIS KERUSAKAN
Kerusakan yang biasanya terjadi paku keling adalah :
1. Tearing of the plate at ende : robek pada bagian pinggir dari plat yang dapat terjadi jika
margin (m) kurang dari 1.5 d, dengan d ialah diameter paku keling.
2. Tearing of the plate a cross a row of rivets : robek pada garis sumbu lubang paku keling dan
bersilangan dengan garis gaya.
3. Shearing of the rivets : kerusakan sambungan paku keling karena beban geser.
1. Lap Joint (Sambungan Berimpit) : sambungan yang menempatkan pelat yang akan
disambung saling berimpitan dan kedua pelat tersebut disambung dengan paku keling.
Pemasangan tipe lap joint biasanya digunakan pada plat yang overlaps satu dengan yang
lainnya..
2. Butt Joint (Sambungan Bilah) : sambungan yang menempatkan kedua ujung pelat yang akan
disambung saling berdekatan, lalu kedua pelat tersebut ditutup dengan bilah (strap), kemudian
masing-masing pelat disambungkan dengan bilah menggunakan paku keling
Digunakan untuk menyambung dua plat utama, dengan menjepit menggunakan 2 plat lain,
sebagai penahan (cover), dimana plat penahan ikut dikeling dengan plat utama. Tipe ini meliputi
single strap butt joint dan double strap butt joint
Pada sambungan berimpit, sambungan baris tunggal adalah sambungan yang menggunakan
satu baris paku keeling pada sistem sambungan. Sedangkan pada sambungan bilah,
sambungan baris tunggal adalah sambungan yang menggunakan satu baris paku pada masing-
masing sisi sambungan.
Pada sambungan berimpit, sambungan baris ganda adalah sambungan yang menggunakan
dua baris paku keling pada sistem sambungan. Sedangkan pada sambungan bilah, sambungan
baris ganda adalah sambungan yang menggunakan dua baris paku pada masing-masing sisi
sambungan.
Tipe Sambungan Paku Keling Berdasarkan Jumlah Baris
1. Sambungan Rantai
2. Sambungan Zig - Zag
Dimana :
= pitch dari keling
= diameter keling
= ketebalan plat
= tegangan tarik yg diijinkan dari bahan plat
Sehingga
Dimana :
b. Strength of Plate,
c. Efisiensi Sambungan
EFISIENSI SAMBUNGAN
MUR DAN BAUT
Gambar 1. Mur dan Baut
1. Nama Baut
Baut memiliki nama-nama yang berbeda untuk mengidentifikasikan ukuran
dan kekuatannya. Baut-baut yang digunakan pada kendaraan dipilih menurut
kekuatan dan ukurannya yang dibutuhkan oleh masing-masing area tersebut.
Oleh karena itu, mengetahui nama-nama baut adalah salah satu dasar
pelaksanaan perawatan.
Contoh:M 8 x 1.25-4T
M = Tipe alur
“M” kependekan dari alur metrik tipe-tipe lain alur adalah “S” untuk alur kecil,
dan “UNC” untuk alur kasar yang disatukan.
4T = kekuatan
Nomor menunjukkan 1/10 dari daya rentang minimum dalam unit of kgf/mm2,
dan huruf adalah kependekan dari “daya rentang”. Kekuatan distempelkan
pada baut kepala.
1. Spesifikasi Pengerasan Baut
Gambar 4. Tabel Spesifikasi Pengerasan Baut
1. Gunakan kunci momen, kencangkan sebuah baut atau mur ke 15 Nm (150 kgf cm)
2. Gunakan kunci boxe end (offset), kencangkan kembali dengan cara yang serupa.
1. Tipe-Tipe Baut
1. Baut Kepala Heksagonal
1. Tipe Flange
Gambar 6.a. Baut Kepala Heksagonal Tipe Flange
Bagian kepala baut yang mengalami kontak dengan part memiliki permukaan
yang lebar untuk meredam tekanan kontak yang digunakan kembali oleh
kepala baut pada part. Oleh karena itu, ia lebih efektif dalam meminimalkan
kemungkinan merusak part.
1. Tipe Washer
1. Baut U
Gambar 7. Baut U
1. Baut Tanam
Baut-baut ini digunakan untuk mencari part pada part lain atau untuk
memudahkan perakitannya.
Untuk mengencangkan baut tanam, pasang dua mur pada baut tanam dan
kencangkan bersama-sama. Lalu putar untuk mengencangkan atau
mengendorkan baut tanam. Teknik ini disebut sebagai “mur ganda”.
Dengan teknik ini, pengencangan dan penguncian ke dua mur terhadap satu
dan yang lainnya memungkinkan mur untuk melaksanakan fungsi kepala baut
dari baut biasa. Adapun metodenya adalah sebagai berikut:
1. Untuk memasang baut tanam, putar bagian atas mur ke arah pengencangan.
2. Untuk melepas baut tanam, putar bagian dasar mur ke arah pengendoran.
1. Baut Plastic Region
1. Tipe-Tipe Mur
1. Mur Heksagonal
Mur tipe ini adalah yang paling umum digunakan. Beberapa diantaranya
memiliki flange dibawah mur.
1. Mur Bertutup
Mur-mur ini memiliki galur silinder bergalur. Untuk mencegah agar mur tidak
berputar dan menjadi kendor, sebuah cotter pin dimasukkan ke dalam galur.
Mur-mur ini digunakan pada berbagai macam persambungan, seperti pada
sistem kemudi.
PEMBAHASAN 2.1 Definisi Liquid Penetrant Test Metode Liquid Penetrant test merupakan Metode NDT
yang paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat (discontinuity) di permukaan
(open surface) terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam. Seperti keramik dan plastic
fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan
memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinsfeksi. Cairan ini harus memiliki daya
penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material.
Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan. Cacat akan terlihat jelas jika
perbedaan warna penetrant dengan latar belakang yang cukup kontras. Seusai inspeksi, penetrant yang
tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer. Kelemahan dari metode ini antara lain adalah
bahwa metode ini hanya diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterpkan pada
komponen dengan permukaan kasar, berpelapis, atau berpori. Pengujian ini mempergunakan sifat
kapiler benda cair yang dipergunakan adalah cairan tidak kental dan mempunyai tegangan permukaan
kecil, yang biasanya berwarna sebagai penetrant. Material uji dicelup atau disemprot dengan cairan ini,
karena sifat kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah atau pori-pori pada perukaan
material uji tersebut sampai ke bagian yang paling dalam. Gambar 1. Proses Kapilaritas pada spesimen
uji Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran , sehingga terlihat bekas
yang jelas pada retakan, celah atu pori-p 6 | P a g e 1. Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih
terhadap segala macam kotoran, minyak, olie, parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-kotoran
tersebut akan menutupi cacat yang diperiksa 2. Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan
tidak keropos(porous). 3. Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat tersebut dengan kertas
gosok. Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa dapat digunakan
minyak bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat serupa dengan bahan pebersih diatas.
Sedangkan bahan pembersih kedua yang fungsinya untuk membersihkan penetran yang menempel
pada benda yang diperiksa adalah cairan pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set
dengan penetran dan developer, tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin atau acetone atau
cairan lain yang murah harganya. Tidak merusak benda yang diperiksa ( menyebabkan karat) dan tidak
beracun. 2.2 Prinsip dari liquid penetrant Prinsip dari pengujian ini adalah memanfaatkan kemampauan
cairan penetrant untuk memasuki celah discontinuity serta kerja developer untuk mengangkat kembali
cairan yang meresap pada retakan, sehingga cacat dapat terdeteksi. Berikut ini merupakan prosedur
pemeriksaannya: 1) Pembersihan permukaan. 2) Penetration. pada tahap ini diberikan cairan penetrant
pada permukaan benda kerja yang diperiksa kemudian ditunggu beberapa saat ( dwell time ). Sehingga
cairan dapat masuk kedalam celah retakan. 3) Removal or excess penetrant. Pembersihan cairan
penetrant dengan air, pelarut, atau di lap saja. Pembersihan tidak boleh berlebihan, karena dapat
menyebabkan penetrant yang meresap akan terbilas semua. 4) Development Pemberian serbuk
developer pada permukaan yang telah bersih. Cairan developer akan menyerap cairan penetrant
kembali ke permukaan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tegangan permukaan antara cairan
penetrant dengan developer. 5) Inpection Jenis cairan penetrant di bedakan menjadi dua, yaitu :
visible penetrant dan fluorescent penetrant. Kemudian cara pembersihannya dibedakan menjadi tiga,
yaitu: pembersihan dengan air pembersihan dengan pelarut 7 | P a g e pembersihan dengan
emulsifier. Selain itu developer juga ada yang bekerja pada kondisi kering maupun basah. Dry developer
biasanya digunakan untuk penetrant yang fluorescent. Sedangkan wet developer, ada yan berupa water
suspendible (suspense dalam air) maupun solvent suspenpendible (suspense dalam cairan yang mudah
menguap). Namun hal penting yang perlu diingat bahwa warna developer harus kontras dengan cairan
penetrant, agar mudah mengamati cacat yang timbul. Metode pengujian ini dapat diguanakan untuk
mendeksi cacat permukaan maupun di bawah permukaan (sub surface). Akan tetapi seberapa dalam
dari permukaan bergantung daya kapilaritas cairan penetrant. Keuntungan dari Liquid penetrant test
adalah: mudah di aplikasikan. Murah Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan
komposisi kimianya. Jangkauan pemeriksaan yang cukup luas. Kekurangan dari Liquid penetrant test
adalah: Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk powder metallurgy. Hal
tersebut akan menyebabkan terserapnya cairan penetrant secara berlebihan sehingga dapat
mengindikasi cacat palsu. Permukaan yang kasar menyebabkan kesulitan pada saat pembersihan sisa
penetrant. Beberapa material (karet dan plastic) mungkin dapat terpengaruh oleh penetrant yang
berbahan dasar minyak. Sangat tergantung pada keahlian operator, dan Beberapa produk penetrant
dapat menyebabkan iritasi terhadap kulit jika digunakan terus menerus jika tidak menggunakan alat
proteksi yang sesuai. 2.3 Langkah - langkah kerja Liquid Penetrant Test Sebelum kita melihat langkah –
langkah kerja Liquid Penetrant Test. Adapun tujuh langkah dalam proses inspeksi dengan menggunakan
penetrant test yaitu: 1. Pembersihan (cleaning) permukaan test past yang akan diinspeksi. 2.
Pengeringan. 3. Pemberian penetrant (penetrant application). 4. Pembersihan penetrant (penetrant
removal). 5. Pemberian developer (developer application). 8 | P a g e 6. Eveluasi subjek yang diinspeksi.
7. Pembersihan akhir dari subjek yang diinspeksi. Langkah – langkah kerja dalam metode liquid
penetrant. Pada dasarnya metode ini menggunakan beberapa bahan bantu yaitu cairan penetrant,
cleaner, dan developer. Adapun langkah kerja secara umum adalah sebagai berikut: 1. Benda yang akan
diperiksa terlebih dahulu dibersihkan dengan cairan cleaner dari kotoran sisa – sisa oli, debu, atau
kotoran lainnya yang dapat menutupi retak. Jika benda yang ingin di periksa ternyata di lapisi cat, maka
cat harus terlebih dahulu dibersihkan. 2. Celupkan benda kedalam cairan penetrant atau untuk lokasi
tertentu saja dapat menggunakan penetrant dalam bentuk spray. Setelah itu angkat dan diamkan
beberapa saat agar penetrant dapat masuk ke dalam celah retak secara optimal. Lamanya bergantung
dari material benda yang diuji. Misalnya: untuk alloys antara 10 – 15 menit. 3. Bersihkan cairan
penetrant berlebih yang menempel pada benda uji. Cara pembersihan tergantung dari jenis penetrant
yang digunakan. Untuk penetrant yang waterwashable dapat langsung dibersihkan dengan air
bertekanan, sedangkan untuk post – emulsifiable harus menggunakan emulsifier dan air bertekanan.
Yang perlu diperhatikan adalah cara penyemprotan air tidak tegak lurus pada permukaan benda yang
akan diperiksa karena akan menghilangkan penetran yang terdapat dalam celah retak. 4. Untuk
mengeringkan sisa air setelah proses pencucian maka benda di lap dan dimasukkan ke dalam pemanas
dengan temperature dan waktu yang telah ditentukan. 5. Setelah kering, permukaan benda yang akan
dites disemprotkan cairan developer agar cairan penetrant dalam retak dapat tertarik keluar. Untuk
penetrant jenis fluorescence, dapat dilihat dengan alat bantu ultraviolet sehingga penetrant yang ditarik
oleh developer akan tertarik dengan jelas. untuk memastikan bahwa penetrant yang terlihat adalah
berasal dari retak maka penetrant yang keluar harus dibersihkan dengan cleaner dan pada permukaan
tersebut disemprotkan lagi cairan developer. Bila terlihat masih ada cairan penetrant yang keluar dari
permukaan tersebut, maka dapat di pastikan bahwa terdapat retak pada permukaan benda tersebut. 2.4
Ruang lingkup pemakaian uji penetrant test. Penggunaan uji Liquid Penetrant ini sangat terbatas yakni:
9 | P a g e a. Keratakan atau kekeroposan yang diselediki dapat dapat dideteksi apabila keretakan
tersebut terjadi sampai ke permukaan benda. Keretakan dibawah permukaan (subsurface cracks) tidak
dapat terdeteksi dengan cara ini. b. Permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori dapat
mengakibatkan indikasi yang palsu. c. Tidak dianjurkan menyelidiki benda – benda hasil powder
metellurgi kerena kurang padat (berpori – pori). Klasifikasi penetrant sesuai cara pembersihannya:
Ada tiga macam sistem liquid penetrant yang dapat digunakan ketiganya memiliki perbedaan yang
mencolok. Pemilihan salah satu system bergantung pada factor – factor: 1) Kondisi permukaan benda
kerja yang diselidiki. 2) Karakteristik umum keretakan logam. 3) Waktu dan tempat penyelidikan. 4)
Ukuran benda kerja. Ketiga sistem liquid penetrant yang dapat digunakan adalah : The Water
Washable Penetrant System. Direncanakan agar liquid penetrant dapat dibersihkan dari system serupa.
System ini berupa flucreacont atau fisibledye. Proses cepat dan efisien. Pembasuh harus dilakukan
secara hati – hati, Karena liquid penetrant dapat terhapus habis dari permukaan yang retak. Derajat dan
kecepatan pembasuh untuk proses ini tergantung pada karakteristik dari spray nozzle, tekanan
temperature air selama pembasuhan, kondisi permukaan benda kerja, dan karakteristik liquid penetrant
sendiri. The Post Emulsifisible System. Untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, digunakan
penetrant yang tidak dapat dibasuh dengan air (not water washable). Hal ini penting agar tidak ada
kemungkinan penetrant terbasuh oleh air. Penetrant jenis ini dilarutkan dalam oli dan membutuhkan
langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier dibiarkan pada permukaan
pada permukaan benda kerja, harus dibatasi waktunya agar penetrant yang berada di dalam keretakan
tidak menjadi water washable agar tidak ikut terbasuh. The Solvent Removeable System. 10 | P a g e
Kadang – kadang dibutuhkan penyelikikan pada daerah yang sempit pada permukaan benda kerja yang
penyelikannya dilakukan di lapangan. Biasanya benda kerjanya besar atau ongkos pemindahan benda
kerja ini dari lapangan ke tempat penyelidikannya adalah relative mahal. Untuk situasi seperti ini solvent
removable system digunakan pada saat pembersihan pendahuan (pracianing) dan pembasuhan
penetrant. Proses seperti ini sesuai dan sangat luas digunakan untuk inspeksi lapangan. Penetrant jenis
ini larut dalam oli, pembersihan pelarut secara optimum dapat dicapai dengan cara mengelap
permukaan benda kerja dari penetrant dengan lap yang dibasuhi solvent. Tahap akhir dari pengelapan
dilakukan dengan kain kering. Penetrant dapat pula dibasuh dengan cara membanjiri permukaan benda
kerja dengan solvent. Cara ini diterapkan pada benda kerja yang besar. Tetapi pelaksaannya harus
berada dalam keretakan tidak ikut terbasuh. Proses ini biasanya dilakukan untuk aplikasi yang khusus,
karena prosesnya memakan tenaga yang relative banyak dan tidak praktis untuk diterapkan sebagai
inspeksi pada hasil produksi. Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis,
yaitu: Visible penetrant. Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukan pada
penampilannya yang kontras terhadap latar belakang warna developernya. Proses ini tidak
membutuhkan cahaya ultraviolet, tetapi membutuhkan cahaya putih yang cukup untuk pengamatan.
Walaupun sesivitas penetrant jenis ini tidak setinggi jenis fluorescent, tetapi cukup memadai untuk
berbagai kegunaan. Fluorescent penetrant Liquid penetrant jenis ini adalah liquid penetrant yang
dapat berkilau bila disensitivitas. Fluorecent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultraviolet yang lemah pada ruangan gelap. Ada tiga tingkatan
sensitivitas, yaitu: 1. Sensitivitas normal (cahaya normal) 2. Sensitivitas tinggi (cahaya gelap) 3.
Sensitivitas ultra tinggi (infra merah) 11 | P a g e Pemilihan penggunaan sensitivitas penetrant
bergantung pada kekritisan inspeksi, kondisi permukaan yang diselidiki, jenis proses (system), dan
tingkat senstivitas yang diinginkan. Dual Sensitivity Penetrant Ini adalah gabungan dari visible
penetrant dan fluorescent penetrant, maksudnya adalah benda kerja mengalami dua kali pengujian
yaitu: visible penetrant dan fluorescent penetrant, sehingga dengan sensitivity dapat diperoleh hasil
yang lebih teliti dan akurat. 12 |
P a g e BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Data keterangan dia yang telah diketahui maka dapat
disimpulkan bahwa Liquid Penetrant test dapat mendeteksi cacat pada permukaan berdasarkan
kapilaritas yang dimana material akan di uji tidak berpori. Berikut ini dapat diuraikan beberapa hal yang
bisa dilakukan dalam Liquid penetrant test, yaitu: Prinsip yang di gunakannya adalah sifat kapilaritas.
Material yang dapat terdeteksi material yang tidak berpori. Dapat menemukan cacat dengan cepat.
Jadi Liquid penetrant test ini tidak dapat dilakukan pada material yang berpori – pori. Keuntungan dari
Liquid penetrant test adalah: mudah di aplikasikan. Murah Tidak dipengaruhi oleh sifat
kemagnetan material dan komposisi kimianya. Jangkauan pemeriksaan yang cukup luas. Kekurangan
dari Liquid penetrant test adalah: Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk
powder metallurgy. Hal tersebut akan menyebabkan terserapnya cairan penetrant secara berlebihan
sehingga dapat mengindikasi cacat palsu.