Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM UJI IMPAK

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah pengujian material

Oleh :

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234 Bandung 40012

Telp. 022-2013789, Fax. 022-2013889


Email : polban@polban.ac.id
A. TujuanPratikum
1. Mahasiswa dapat menghitung energi impak
2. Mahasiswa dapat mengetahui harga impak material
3. Mahasiswa dapat mengetahui temperatur transisi hasil pengujian
4. Menggambarkan kurva uji impak

B. Petunjuk K3
1. Pakaianlabortorium
2. Sepatu kerja
3. Posisi pengujian harus ada di depan alat uji impak

C. DasarTeori
Uji impak merupakan teknik yang digunakan untuk mengkarakterisasi patahan material
yang sulit dilakukan pada uji tarik khususnya untuk material yang memiliki transisi deformasi
yang sangat kecil.
Pemilihan uji impak penting karena:
1. Deformasi dapat dilakukan pada temperatur yang rendah
2. Laju deformasi yang tinggi
3. Adanya notch dapat didekati dengan tegangan triaxial
Ada dua metoda standar pengujian yang dapat dilakukan pada uji impak yaitu Metoda
Charpy dan MetodaIzod.

 Energi Impak
Energi impak diserap dihitung berdasarkan perbedaan ketinggian h dan h’ yang
menunjukkan ketangguhan material. Transisi ulet-getas material, merupakan fungsi utama
pemakaian uji impak. Pengujian dapat dilakukan dengan merubah atau mengatur temperatur
spesimen dengan cara pemanasan dan pendinginan. Hasil pengujian pengaruh temperatur dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Pada kurva A dan B menunjukkan adanya temperatur transisi dari ulet ke getas. Pada
temperatur yang tinggi material cenderung bersifat ulet begitu sebaliknya akan menjadi getas bila
temperaturnya rendah. Bentuk patahan spesimen uji impak memiliki permukaan fibruos atau
berserabut, flatness (rata) mengindikasi bahwa material tersebut bersifat ulet dan getas.
Pemilihan material hendaknya memperhatikan ketahanan terhadap temperatur transisi
(ulet-getas). Pada gambar di bawah ini, diperlihatkan temperatur transisi terhadap energi yang
diserap material.
Temperatur transisi logam biasanya terjadi pada (0,1-0,2) Tm di mana Tm adalah
temperatur melting absolut (K). Terlihat pada kurva bahwa logam-logam FCC kecenderungan
tidak memiliki daerah temperatur transisi.
Secaraumumperpatahandapatdigolongkanmenjadi 2 golonganumumyaitu :
 PatahUlet/ liat
Patah yang ditandaiolehdeformasiplastis yang cukupbesar, sebelumdanselama proses
penjalaranretak.
PatahGetas
Patah yang ditandaiolehadanyakecepatanpenjalaranretak yang tinggi, tanpaterjadideformasikasar,
dan sedikitsekaliterjadideformasimikro.
Terdapat 3 faktordasar yang mendukungterjadinyapatahdaribendauletmenjadipatahgetas :
1. Keadaantegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Lajuregangan yang tinggi/ lajupembebanan yang cepat.

 Perhitungan Energi
Untuk menghitung energi yang diserap material dapat dihitung dengan persamaan energi
potensial sebagai berikut:
D. Alat yang Digunakan

1. Tipe mesin uji : Charpy


2. Dimensi :
3. Kapasitas : 80 J
4. Berat gondam : 8 kg
5. Berat total : 120 kg
6. Jarak antara titik pusat ayun dengan titik pukul : 600 mm
7. Posisi awal pemukulan : 130°
8. Radius pisau pemukul : 2.5 mm
9. Sudut sisi pisau pemukul : 30°

E. Bahan yang Diperlukan

1. Termometer atau termokopel


2. Bak air
3. Heater pemanas
4. Pendingin spesimen
5. Jangka sorong
F. LangkahKerja

1. Pemeriksaan alat atau mesin yang akan digunakan


2. Alat pengukuran dimensi spesimen
3. Kebutuhan alat pengukur temperatur seperti termometer dan alat pemanas
4. Spesimen uji minimal dua buah disesuaikan dengan kebutuhan
5. Menerima pengarahan dari instruktur tentang prosedur pengujian yang akan dilakukan
6. Melakukan pengukuran spesimen dengan menggunakan jangka sorong dan mencatat pada
lembar kerja
7. Melakukan pengujian
8. Memeriksa kelengkapan praktikum
9. Membersihkan kelengkapan alat yang digunakan
10. Menendatangankan kartu praktikum kepada instruktur
11. Menyerahkan kelengkapan praktikum kepada teknisi
G. Data Percobaan
1. Baja / ST
 suhu kamar
Dimensipenampang a : 7,16 mm ; b : 9,82 mm
Luas penampang A : 70,31 mm2
Beratbandul G : 8 kg
PanjangLengan L : 0.6 m
Sudutayun α : 130°

 Es

Dimensipenampang a : 7,68 mm ; b : 9,90 mm


Luas penampang A : 76,032 mm2

 Dipanaskan

Dimensipenampang a : 6,98 mm ; b : 9,40 mm


Luas penampang A : 65,612 mm2

T β ∆E = E₁-
SPESIMEN E₁ (J) α H₂ (m) E₂ (J) HI = ∆E/A
(°C) (°) E₂ (J)
23,9 77,35 50 70 0,394 30,92 46,43 0,66
Baja / ST 10 77,35 50 30 0,175 13,73 63,62 0,83
85 77,35 50 75 0,445 34,92 42,42 0,65
2. Kuningan
 Suhu kamar
Dimensipenampang a : 7.16 mm ; b : 9,82 mm
2
Luas penampang A : 70,31 mm
Beratbandul G : 8 kg
PanjangLengan L : 0.6 m
Sudutayun α : 130°
 Es
Dimensipenampang a : 7.68 mm ; b : 9,90 mm
Luas penampang A : 76,032 mm2

 Dipanaskan

Dimensipenampang a : 7,32 mm ; b : 9,90 mm


Luas penampang A : 72,46 mm2

T β ∆E = E₁-
SPESIMEN (°C) E₁ (J) α (°) H₂ (m) E₂ (J) E₂ (J) HI = ∆E/A
23,9 77,35 50 50 0,214 16,80 60,55 0,86
Kuningan 10 77,35 50 10 0,009 0,706 76,64 1,007
85 77,35 50 55 0,255 20,01 57,34 0,79
Kurva Uji Impak

1.200
Impak Energy-Temperatur
1.000

0.800
Impak Energy

0.600

0.400

0.200

0.000
10 23.9 85
Kuningan 1.007 0.860 0.790
Carbon Steel 0.830 0.660 0.650

H. Analisis Data
Dari data percobaan diatas, maka didapatkan harga impak dari masing-masing spesimen,
berikut adalah kurva uji impak dari baja dan kuningan.
Dari kurva diatas didapatkan bahwa harga impak kuningan cenderung lebih besar jika
dibandingkan dengan baja, kuningan memiliki struktur msterial FCC sehingga tidak mempunyai
temperature transisi. Dari kurva dapat kita lihat bahwa pada suhu rendah, energi yang diperlukan
untuk terjadinya perpatahan sangat besar hal ini dipengaruhioleh sudut β yang kecil .Namun dalam
teori seharusnya pada suhu yang rendah harga impaknya paling kecil, karena pada suhu rendah
perambatan retak terjadi lebih cepat dari pada terjadinya deformasi plastis. Sedangkan pada suhu
yang lebih tinggi, energi yang dibutuhkan untuk terjadinya fracture pun lebih besar karena pada
suhu tinggi retakan didahului oleh deformasi plastis.
Pada kurva bisa dilihat bahwa harga impak baja tidak sebesar harga impak kuningan, dan
pada uji baja juga didapat harga impak tertinggi pada suhu yang rendah hal ini berbanding terbalik
dengan teori. Dalam teori dijelaskan bahwa harga impak tertinggi terjadi pada suhu yang tinggi
karena pada suhu tinngi strukturnya ulet dan pada suhu rendah strukturmya getas.

Evaluasi
1. Jelaskan terjadinya temperature transisi
2. Jelaskan mengapa pada suhu tinggi energy impac tinggi

Jawab
1. Temperatur Transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan
suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Jadi, nantinya terlihat bahwa suatu
material yang apabila pada temperatur tinggi maka sifatnya akan ductile, dan apabila pada suhu
rendah maka yang terjadi material tersebut cenderung brittle. Berbagai macam kriteria digunakan
untuk menentukan temperatur transisi, tergantung dari kegunaan aplikasi.
Fenomena diatas berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperature yang
berbeda dimana pada temperature kamar vibrasi terjadi dalam keadaan kesetimbangan dan akan
meningkat seiring meningkatnya temperature. Dan vibrasi inilah yang menghalangi pergerakan
dislokasi dan menyebabkan diperlukannya energi lebih besar untuk mematahkan benda uji dan
sebaliknya
Untuk melihat temperature transisi, kita bisa menggunakan kurva yang disebut Kurva
DBTT(Ductile-Brittle Temperature Transition). Pada kurva DBTT, plotting pada sumbu Y adalah
energy yang dapat diserap material sebelum patah. sedangkan untuk sumbu X, kurva tersebut
menunjukkan Temperatur. Pada kurva tersebut memperlihatkan perilaku patah suatu material ulet
pada temperature tinggi dan getas pada temperature rendah..
2. Dengan semakin tinggi vibrasi atom karena suhu yang semakin tinggi, maka pergerakan dislokasi
menjadi relative sulit, mengingat bahwa vibrasi atom berperan sebagai suatu penghalang
(obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/ impak dari luar.
Sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji, atau dengan kata lain
energy impak akan tinggi seiring dengan suhu yang bertambah tinggi.
I. Kesimpulan

Dari hasil praktek diatas didapat bahwa :

 Harga impak tertinggi untuk baja dan kuningan didapat pada suhu 10°C
 Harga impak kuningan lebih besar dari pada harga impak baja.
 Harga impak dipengaruhi oleh suhu, semakin besar suhunya maka semakin getas
sehinngga harga impak semakin tinggi.
 Semakin tinggi temperatur yang diberikan pada benda uji, maka energi yang
diserap akan semakin besar.
 Semakin tinggi temperatur yang diberikan, maka keuletan dan persen perpatahan
benda uji akan semakin meningkat.
 Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi akan semakin
getas.

Pada hasil uji coba diatas terdapat perbedaan dengan teori sehausnya harga impak paling
tinggi yaitu ketika suhunya paling besar sedangkan pada hasil percobaan malah sebaliknya hal ini
bisa disebabkan karena ada lesalahan ketika pembacaan pengabilan data.
 DaftarPustaka
http://material12-its.blogspot.com/2011/08/uji-impak.html
http://danidwikw.wordpress.com/2010/12/17/pengujian-impak-dan-fenomena-perpatahan/

Anda mungkin juga menyukai