(1)
Bila konveksi alami tidak terlalu signifikan, penyelesaian secara matematis berdasarkan
teori konveksi paksa menghasilkan hasil yang akurat. Namun, di beberapa kasus yang
rumit diperlukan korelasi empiris untuk menemukan solusi.
Kelompok 9
Salah parameter penting dalam konveksi paksa adalah angka Peclet, yaitu rasio advection
(pergerakan karena arus) dan difusi (pergerakan karena gradient konsentrasi) kalor.
(2)
Bila angka Peclet lebih dari 1, advection mendominasi. Bila kurang dari 1, difusi akan
lebih dominan.
6.2 Aliran Konveksi dalam Pipa dan Tabung
Penyelesaian masalah perpindahan kalor konveksi dalam aliran laminar dapat dilakukan
secara analitis. Namun, terdapat kasus-kasus aliran laminar yang belum berkembang
penuh, sistem aliran di mana sifat fluida yang sangat berubah dengan suhu, dan sistem
aliran turbulen jauh lebih rumit, tetapi penting arti praktisnya dalam perencanaan penukar
kalor dan alat-alat perpindahan kalor yang berkaitan dengan itu. Untuk perencanaan dan
penerapan teknik, biasanya korelasi empiris sangat banyak manfaat praktisnya. Di sini
akan ditunjukkan beberapa korelasi empirisnya beserta batasannya.
Suhu Limbak
Dalam perpindahan kalor yang melibatkan aliran dalam saluran tertutup, suhu limbak
menunjukkan energi rata-rata atau kondisi mangkuk pencampur. Jadi, untuk aliran
tabung seperti pada Gambar 1, energi total yang ditambahkan dapat dinyatakan dengan
beda suhu limbak.
(3)
Dengan syarat cp sepanjang aliran tetap.
Kelompok 9
Kalor dq yang ditambahkan dengan panjang difensial dx dapat dinyatakan dengan beda
suhu limbak atau dengan koefisien perpindahan kalor.
(4)
Persamaan (4) berlaku untuk aliran turbulen yang tidak berkembang sepenuhnya di dalam
tabung licin dengan fluida yang angka Prandtl-nya berkisar antara 0.6 sampai 100, dan
dengan beda suhu moderat antara dinding dan fluida.
Di mana Tw dan Tb masing-masing adalah suhu dinding dan suhu limpak pada posisi
tertentu.
Perpindahan
kalor
total
dapat
pula
dinyatakan
sebagai
(5)
Di mana A merupakan luas permukaan perpindahan kalor. Tujuan dari persamaan (3)
adalah untuk perata-rataan yang tepat oleh karena Tw dan Tb mungkin berubah sepanjang
tabung. Rumus empiris yang akan dijelaskan berhubungan dalam mencari nilai h.
Untuk aliran turbulen yang berkembang penuh dalam tabung licin disarankan persamaan
berikut.
(6)
Untuk persamaan ini sifat ditentukan pada suhu fluida limbak, dan nilai eksponen n:
Untuk pemanasan
Untuk pendinginan
Jika terdapat beda suhu yang cukup besar dalam aliran itu, maka ada kemungkinan terjadi
perbedaan sifat-sifat fluida pada dinding tabung dan aliran tengah. Perbedaan sifat terlihat
pada perubahan profil kecepatan, adanya kenaikan suhu, sehingga viskositas gas
Kelompok 9
meningkat dan viskositas zat cair menurun. Bila terdapat perubahan sifat, disarankan
menggunakan rumus berikut.
(7)
Semua sifat-sifat ditentukan pada suhu limbak, kecuali w, yang ditentukan pada suhu
dinding.
Nusselt [3] menyarankan rumus berikut.
untuk 10 <
(8)
Di mana L panjang tabung dan d diameternya. Sifat dalam persamaan ditentukan pada suhu
borongan rata-rata. Namun, karena persamaan-persamaan di atas masih kurang akurat.
Petukhov [42] mengembangkan persamaan lebih rumit dan teliti sebagai berikut.
(9)
Di mana n = 0.11 untuk Tw > TB, n = 0.25 untuk Tw < TB , dan n = 0 untuk fluks kalor tetap
dan untuk gas. Semua sifat ditentukan pada Tf = (Tw + Tb)/2, kecuali untuk w dan b.
Faktor gesek didapatkan dari Gambar 3.
(10)
Persamaan 10 tidak dapat digunakan untuk tabung yang sangat panjang karena dapat
menghasilkan nilai nol untuk koefisien perpindahan kalor. Persamaan berlaku untuk
Kelompok 9
Perkalian antara angka Reynold dan Prandtl yang terdapat dalam koreksi aliran laminar
disebut angka Peclet
Hausen [4] menyajikan rumus empiris berikut untuk aliran laminar yang berkembang
penuh dalam tabung pada suhu tetap.
(11)
Dapat diperhatikan bahwa angka Nusselt mendekati nilai tetap 3.66 ketika tabung cukup
panjang. Suatu rumus empiris yang agak sederhana untuk perpindahan kalor laminar pada
tabung diusulkan juga oleh Sieder dan Tate [2].
(12)
Dari persamaan (10) koefisien perpindahan kalor berdasarkan rata-rata aritmetik beda suhu
masukan dan keluaran, sedangkan semua sifat fluida ditentukan oleh suhu fluida borongan
rata-rata, kecuali w yang ditentukan pada suhu dinding.
(13)
Tabung Kasar
Korelasi empiris tabung kasar menggunakan analogi Reynold antara gesekan fluida dan
perpindahan kalor. Dengan angka Stanton:
(12)
Koefisien gesek didefinisikan oleh
(13)
Kelompok 9
Di mana A ialah luas penampang dan P perimeter yang basah. DH harus digunakan dalam
menghitung angka Nusselt dan Angka Reynold, dan dalam menentukan koefisien gesek
yang dipergunakan dalam analogi Reynold. Gambar 2 menunjukkan angka Nusselt dan
faktor gesek untuk aliran aliran laminar yang berkembang penuh dalam saluran dengan
berbagai penampang.
Angka Nusselt lokal dan rata-rata untuk bagian pintu masuk yang laminar pada tabungtabung bundar untuk kasus profil kecepatan berkembang penuh dapat dianalisis dengan
angka Graetz (Gz) dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.
(14)
Efek pintu masuk untuk aliran turbulen dalam tabung lebih rumit daripada untuk aliran
laminar, dan tidak dapat dinyatakan dengan fungsi sederhana dari angka Gz.
Kays [36] telah menghitung pengaruh beberapa nilai angka Re dan Pr dengan hasil
diringkaskan pada gambar 5. Dapat dilihat bahwa panjang daerah masuk termal lebih
perndek untuk aliran turbulen daripada untuk aliran laminar.
Persamaan-persamaan penting dalam korelasi empiris untuk aliran dalam pipa dan tabung
diringkas dalam Gambar 6.
Kelompok 9
Gambar 7. Distribusi kecepatan menunjukan pemisahan aliran pada silinder dalam aliran silang
Sumber : Holman, 1988
Fenomena tersebut terjadi pada saat aliran bergerak sepanjang bagian depan
silinder, tekanan akan berkurang, untuk kemudian meningkat lagi pada bagian belakang
silinder. Hal tersebut akan menyebabkan bertambahnya kecepatan aliran bebas pada bagian
depan silinder dan berkurangnya kecepatan itu di bagian belakang. Kecepatan lintang ,
yaitu kecepatan yang sejajar dengan permukaan, akan berkurang dari nilai u pada tepi luat
lapisan batas hingga ,menjadi nol pada permukaan batas. Hal tersebut terjadi karena
tegangan permukaan yang terjadi karena tgangan permukaan yang semakin besar pada saat
mendekati permukaan. Kanaikan tekanan dan penurunan kecepatan dihubungkan dengan
persamaan Bernoulli, yang ditulis sepanjang garis aliran :
(1)
Kelompok 9
karena pada teori lapisan batas tekanan di seluruh lapisan batas dianggap tatap, maka
terlihat bahwa aliran balik bermula pada lapisan batas dekat permukaan. Hal itu terjadi
karena perbedaan tekanan pada lapisan batas dengan lapisan dekat batas yang lebih tinggi
tekanannya. Pada saat gradien kecepatan permukaan menajdi nol maka aliran tersebut
mencapai titik pisah
(2)
Akhirnya daerah aliran terpisah pada bagian belakang silinder menjadi turbulen dan
bergerak secara acak.
pemisahan aliran menyebabkan timbulnya gaya seret (drag force). Persamaan gaya seret
didefinisikan sebagai :
(3)
dimana CD ialah koefisien seret dan A adalah luas bidang frontal yaitu yang berhadapan
dengan aliran, yang dalam hal silinder ialah produk perkalian antara diameter dengan
panjang.
Nilai-nilai koefisien seret untuk silinder dan bola diberikan sebagai fungsi angka Reynold
dalam gambar 9 dan 10. Proses aliran panas yang dibahas diatas jelas mempengaruhi
perpindahan kalor dari silinder panas ke aliran fluida. Prilaku mengenai perpindahan kalor
dari silinder panas ke udara di teliti oleh Giedt dan hasilnya dirangkum dalam gambar 8.
Gambar 8. Angka Nusselt lokal untuk perpindahan kalor dari silinder aliran silang.
Kelompok 9
Pada angka Reynold yang agak rendah (70.800 dan 101.300) titik minimum koefisien
perpindahan kalor terjadi di sekitar titik pisah. Pada angka Reynold yang lebih tinggi
terdapat dua titik minimum. Yang pertama terjadi pada titik transisi dari lapisan batas
laminar ke turbulen, dan titik minimum yang kedua terbentuk ketika lapisan batas turbulen
memisah. Perpindahan kalor meningkat cepat ketika lapisan batas menjadi turbulen , dan
sekali lagi ketika terjadi peningkatan gerakan pemusaran pada pemisahan. Untuk mencari
koefisien perpindahan kalor rata-rata dengan gambar 1 sangat sulit, tetapi korelasi data
eksperimen dari Hilpert untuk gas, dan dari Knudsen dan Katz untuk zat cair menunjukan
bahwa koefisien perpindahan kalor rata-rata (h) dapat dihitung dari
(4)
dimana konstanta C dan n dapat dilihat pada gambar 11.
Berikut beberapa teori untuk menentikan koefisien perpindahan panas :
Eckert dan Drake menyarankan rumus berikut ini untuk perpindahan kalor dari tabung
dalam aliran silang, yang didasarkan atas studi ekstensif.
Kelompok 9
(6)
(7)
Untuk gas, perbandingan angka Prandl tidak perlu digunakan. Persamaan 6 dan 7
cocok dengan persamaan 4.
Untuk 102 < Red < 107; Ped > 0,2 (8)
Persamaan 8 tidak memperkirakan data untuk range diatara 20.000 dan 400.000. pada
range tersebut, disarankan untuk menggunakan persamaan dibawah ini :
(9)
Data perpindahan kalor yang dipakai untuk mendapatkan persamaan 8 dan 9 meliputi
fluida-fluida udara, air dan natrium cair.
(10)
Kelompok 9
untuk 40 < Re <105, 0,65 < Pr < 300, dan 0,25 <
< 5.2 .
Untuk nilai dibawah Ped = 0,2 , Nakai dan Okazaki memberikan rumus berikut:
Nud = [0,8237 ln(Ped1/2)]-1 untuk Ped < 0,2
(11)
Untuk memilih mana persamaan yang dipilih untuk aliran silang melintasi silinder
ditentuakan dengan terkaan saja.
Untuk bentuk Silinder tak bundar, Jakob merangkum hasil-hasil percobaan mengenai
perpindahan kalor dari silinder yangn tidak bundar. Persamaan yang dipakai sama, yaitu
persamaan 4, namun nuai C dan n nya berubah. Nilai C dan n dapat dilihat pada gambar
12.
Untuk
bentuk
bola,
Mc
Adams
menyarankan persamaan berikut untuk perpindahan kalor dari bola ke gas yang mengalir :
(12)
Achenbach mendapatkan persamaan yang berlaku untuk udara dengan Pr = 0,71 dan
rentang angka Reynolds yang lebih luas:
(13)
(14)
dengan a = 5x10-3 , b = 0,25x10-9 , c = -31x10-17
untuk aliran zat melewati bola, data Kramers dapat digunakan untuk mendapatkan korelasi:
(15)
Kelompok 9
Viet dan Leppert menyarankan persamaan berikut untuk perpindahan kalor dari bola ke
minyak dan air yang rentang angka Reynold yang cukup luas, yaitu dari 1 sampai
200.000 :
(16)
Kelompok 9
Gambar 8. Angka Nusselt lokal untuk perpindahan kalor dari silinder aliran silang.
Sumber : J.P. Holman
Gambar 7. Distribusi kecepatan menunjukan pemisahan aliran pada silinder dalam aliran
silang
Sumber : Holman, 1988
Kelompok 9
Kelompok 9
LAMPIRAN
Kelompok 9
Gambar 3. Angka Nusselt dan faktor gesek untuk aliran aliran laminar yang berkembang penuh dalam saluran dengan
berbagai penampang
Gambar 4. Angka Nusselt lokal dan rata-rata untuk bagian pintu masuk yang laminar pada tabung-tabung bundar
untuk aliran laminar berkembang penuh
Kelompok 9
Gambar 5. Angka Nusselt masuk termal turbulen dalam tabung bundar dengan qw=konstan
Geometri
Tabung
Tabung
Aliran turbulen
Tabung,
daerah pintu
masuk
Tabung
Kelompok 9
Batasan
Aliran turbulen berkembang
penuh
n = 0,4 untuk pemanasan
n = 0,3 untuk pendinginan
0,6 < Pr <100
, dan n = 0
<40
untuk gas dan fluks kalor tetap
Aliran laminar
Tabung
Tabung
Tabung kasar
Gambar 9. Koefisien seret untuk silinder bundar sebagai fungsi angka Reynold
Kelompok 9
Gambar 10. Koefisien seret untuk bola sebagai fungsi angka Reynold.
Sumber : Holman, 1988
Kelompok 9
Gambar 12. Konstanta untuk perpindahan kalor dari silinder tak bundar
Sumber : Holman, 1988
DAFTAR PUSTAKA
Holman, J. P. 1986. Heat Transfer. Singapore: McGraw Hill Co.
Kreith, F. Et al. 1999. Mechanical Engineering Handbook. Boca Raton: CRC Press LLC
Y. A. Cengel. 2003. Heat Transfer: A Practical Approach, 2nd ed., McGraw-Hill,
Kelompok 9