Judul Modul
Konveksi Paksa
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang konveksi paksa
Materi
• Bilangan Tak Berdimensi Pada Konveksi Paksa
• Konveksi Paksa Melintasi Permukaan Rata
• Konveksi Paksa Melintang Silinder dan Bola
• Konveksi Paksa Melintang Berkas Pipa
• Koefisien Paksa Pada Aliran Dalam Pipa
Standar Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :
• membedakan antara proses perpindahan kalor konduksi, konveksi paksa, dan konveksi bebas pada
fluida
• menjelaskan proses-proses yang termasuk koneksi paksa
• membedakan antara aliran eksternal dan internal
• menghitung koefisien konveksi dan laju aliran perpindahan kalor pada aliran melintasi permukaan
rata, aliran melintang silinder dan bola, aliran melintang berkas pipa, serta aliran dalam pipa
Referensi
• Cengel (1998) Bab 6, Incropera & DeWitt (1981) Bab 4, Holman (1976) Bab 3
1
5 Konveksi Paksa
Pada benda padat perpindahan kalor yang terjadi pasti berupa konduksi, sedangkan pada fluida
perpindahan kalor dapat berupa konduksi ataupun konveksi tergantung ada-tidaknya gerakan fluida.
Jika tidak terdapat gerakan fluida maka yang terjadi adalah proses perpindahan kalor konduksi,
sedangkan jika terdapat gerakan fluida maka dikatakan terjadi proses perpindahan kalor konveksi.
Berdasarkan sumber gerakan fluida konveksi dibagi lagi menjadi konveksi paksa dan konveksi bebas.
Konveksi paksa terjadi jika gerakan fluida disebabkan oleh suatu sumber gerak eksternal, misalnya
pompa, fan, atau juga angin. Pada konveksi bebas gerakan fluida disebabkan oleh perbedaan bobot
molekul fluida akibat perbedaan temperatur. Molekul fluida yang lebih tinggi temperaturnya
mempunyai bobot lebih ringan sehingga akan cenderung naik, dan digantikan oleh molekul fluida
lainnya yang bertemperatur lebih rendah dan tentunya bobot yang lebih berat. Gambar 5-1
menunjukkan perpindahan kalor yang dapat terjadi dari suatu permukaan yang panas ke udara
sekitarnya.
Gambar 5-1 Perpindahan kalor yang mungkin terjadi dari permukaan panas ke udara sekitarnya
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan aliran internal. Aliran
eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda. Contohnya adalah aliran fluida melintasi
plat atau melintang pipa. Aliran internal adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat,
misalnya aliran dalam pipa. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa
ditunjukkan pada Gambar 5-2.
2
Konveksi Paksa
Gambar 5-2 Aliran eksternal udara dan aliran internal air pada suatu pipa
Berdasarkan hukum pendinginan Newton laju perpindahan kalor konveksi dinyatakan dengan
persamaan
conv = hA ( Ts − T∞ )
ɺ
Q (5.1)
atau dalam bentuk fluks kalor
qɺ conv = h ( Ts − T∞ ) (5.2)
dengan
h = koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2.°C
A = luas permukaan perpindahan kalor, W/m2.°C
Ts = temperatur permukaan, °C
T∞ = temperatur fluida, °C
Gambar 5-3 Aliran laminar dan turbulen pada percobaan menggunakan jejak tinta
Untuk membedakan antara aliran laminar, transisi, dan turbulen maka digunakan bilangan tak
berdimensi, yaitu bilangan Reynolds, yang merupakan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya
viskos
Gaya Inersia V∞ δ
Re = = (5.4)
Gaya Viskos ν
dengan V∞ adalah kecepatan aliran fluida (m/s) dan δ panjang karakteristik (m). Panjang karakteristik
ditunjukkan oleh jarak x dari ujung plat pada aliran melintasi plat rata serta diameter D untuk silinder
atau bola. Viskositas kinematika ν adalah perbandingan antara viskositas dinamik dengan massa
jenisnya
µ
ν= (5.5)
ρ
Nilai bilangan Reynolds yang kecil menunjukkan aliran bersifat laminar sedangkan nilai yang besar
menunjukkan aliran turbulen. Nilai bilangan Reynolds saat aliran menjadi turbulen disebut bilangan
Reynolds kritis yang nilainya berbeda-beda tergantung bentuk geometrinya.
ν µCp
Pr = = (5.6)
α k
ν adalah momentum difusivitas molekul, α adalah kalor difusivitas molekul, µ adalah viskositas fluida,
Cp adalah kalor spesifik fluida, dan k adalah konduktivitas termal.
Nilai bilangan Prandtl berkisar pada nilai 0.01 untuk logam cair, 1 untuk gas, 10 untuk air, dan 10000
untuk minyak berat. Difusivitas kalor akan berlangsung dengan cepat pada logam cair (Pr << 1) dan
berlangsung lambat pada minyak (Pr >> 1). Pada umumnya nilai bilangan Prandtl ditentukan
menggunakan tabel sifat zat. Tabel 5-1 menunjukkan rentang nilai bilangan Prandtl untuk beberapa
jenis fluida.
Tabel 5-1 Rentang nilai bilangan Prandtl untuk fluida
Cairan Pr
Logam cair 0.004 – 0.030
Gas 0.7 – 1.0
Air 1.7 – 13.7
Cairan organik ringan 5 – 50
Minyak 50 – 100000
Gliserin 2000 – 100000
Pada aliran melintasi plat rata nilai bilangan Reynolds kritis adalah 5×105. Untuk Re < 5×105 maka
persamaan yang digunakan adalah persamaan aliran laminar sedangkan jika Re > 5×105 maka
persamaan yang digunakan adalah persamaan aliran turbulen atau kombinasi laminar dan turbulen.
Gaya hambat yang terjadi pada aliran fluida untuk kasus plat rata dapat dihitung menggunakan
persamaan
ρV∞ 2
FD = Cf A (5.9)
2
dengan Cf adalah koefisien gesek atau koefisien hambat.
hL
Nu = (5.10)
k
Temperatur fluida pada lapis batas termal mempunyai nilai yang bervariasi dari Ts pada permukaan
hingga T∞ pada sisi luar lapis batas. Karena sifat fluida juga bervariasi terhadap temperatur, maka
untuk penentuan sifat-sifat fluida pada perhitungan didasarkan pada temperatur film Tf, yaitu
Ts + T∞
Tf = (5.11)
2
Aliran Laminar
Koefisien gesek rata-rata untuk aliran laminar adalah
1.328
Cf =
Re L1/ 2 (
ReL < 5 × 105 ) (5.12)
Cf =
0.074 1742
−
Re L1/5 Re L
( 5 ×10 5
≤ Re L ≤ 107 ) (5.16)
ρ = 876kg / m3 Pr = 2870
k = 0.144W / m.°C ν = 242 × 10−6 m 2 / s
Bilangan Reynold pada ujung plat
Re =
V∞ L
=
( 2m / s )( 5m ) = 4.13 ×104
ν 242 × 10 −6 m 2 / s
Re < 5×105 sehingga aliran adalah laminar
Koefisien gesek rata-rata
1.328 1.328
Cf = = = 0.00653
( )
0.5 0.5
Re L 4.13 ×10 4
Gaya hambat
ρV∞ 2 (876kg / m ) ( 2m / s )
3 2
FD = Cf A
2
(
= 0.00653 × 5 × 1m 2 ) 2
= 57.2 N
Bilangan Nusselt
( ) ( 2870 )
1/ 2
Nu = 0.664 Re L1/ 2 Pr1/3 = 0.664 × 4.13 × 104 = 1918
1/3
Penyelesaian
Sifat udara pada tekanan 1 atm dan temperatur rata-rata (134 + 20 ) / 2 = 77°C = 350K adalah
( )
Nu = 0.037 ReL 4/5 − 871 Pr1/3 = 0.037 1.92 × 106 ( ) − 871 0.7061/3 = 2727
0.8
Koefisien perpindahan kalor konveksi
k 0.0297W / m.°C
h=Nu = ( 2727 ) = 13.5W / m 2 .°C
L 6m
Laju perpindahan kalor konveksi
ɺ
Q (
conv = hA ( Ts − T∞ ) = 13.5W / m .°C 1.5 × 6m
2 2
)( )
(134 − 20 ) °C = 11040W
Penyelesaian
Bilangan Reynold
V∞ L ( 8m / s )(1.5m )
Re = = −5
= 4.8 × 105
ν 2.50 × 10 m / s
2
( ) ( 0.706 )
1/ 2
Nu = 0.664 Re L1/ 2 Pr1/3 = 0.664 × 4.8 × 105 = 410
1/3
Gambar 5-7 Perbandingan perpindahan kalor untuk arah aliran yang berbeda
Tabel 5-2 Bilangan Nusselt rata-rata untuk berbagai penampang saluran pada aliran laminar
k = 0.0283W / m.°C
ν = 1.86 × 10−5 m 2 / s
Pr = 0.708
Bilangan Reynold
V∞ D ( 8m / s )( 0.1m )
Re = = = 43011
ν 1.86 × 10−5 m 2 / s
Bilangan Nusselt
4/5
hD 0.62 Re1/ 2 Pr1/3 Re 5/8
Nu = = 0.3 + 1/4 1 +
k 1 + ( 0.4 / Pr ) 2/3 28200
0.62 ( 43011) ( 0.708)
4/5
1/2 1/3
43011 5/8
= 0.3 + 1/ 4 1 +
1 + ( 0.4 / 0.708 )2/3 28200
= 196.3
Koefisien konveksi paksa
k 0.0283W / m.C
h= Nu = (196.3) = 55.6W / m 2 .°C
D 0.1m
Luas perpindahan kalor
A = pL = πDL = π ( 0.1m )(1m ) = 0.314m 2
Laju aliran kalor
ɺ = hA ( T − T ) = ( 55.6W / m 2 .°C )( 0.314m 2 ) (110 − 4 ) °C = 1851W
Q s ∞
A = πD 2 = π ( 0.25m ) = 0.196m 2
2
SD = SL2 + ( ST / 2 )
2
(5.22)
Kecepatan aliran fluida yang melintang berkas pipa akan bertambah dibandingkan dengan kecepatan
awalnya, sehingga dalam perhitungan bilangan Reynold digunakan kecepatan maksimal
Vmax D ρVmax D
Re = = (5.23)
ν µ
Kecepatan maksimal fluida melintang berkas pipa dipengaruhi oleh susunan berkas pipa. Untuk
susunan segaris dan selang seling ( SD > ( ST + D ) / 2 ) maka kecepatan maksimal fluida adalah
ST
Vmax = V (5.24)
ST − D
Sedangkan kecepatan maksimal fluida pada susunan selang-seling dengan SD < ( ST + D ) / 2 adalah
ST
Vmax = V (5.25)
2 ( ST − D )
Tabel 5-3 Bilangan Nusselt rata-rata untuk NL>16 dan 0.7 < Pr < 500
Dalam perhitungan bilangan Nusselt rata-rata digunakan persamaan umum hasil eksperimen yang
diusulkan oleh Zukauskas
0.25
hd Pr
Nu D = = C RemD Pr n (5.26)
k Prs
dengan C, m, dan n adalah konstanta yang tergantung pada nilai bilangan Reynolds. Tabel 5-3
menunjukkan beberapa nilai konstanta untuk nilai bilangan Prandtl 0.7 < Pr < 500, nilai bilangan
Reynolds 0 < ReD <2×106, serta jumlah pipa dalam berkas arah lognitudinal NL > 16. Semua sifat
fluida ditentukan pada temperatur rata-rata fluida
Ti + To
Tm = (5.27)
2
dengan Ti dan To adalah temperatur fluida sebelum dan setelah melewati berkas pipa. Untuk jumlah
pipa dalam berkas kurang dari 16 maka digunakan persamaan koreksi
Nu D,N L = F Nu D (5.28)
dengan F adalah faktor koreksi yang nilainya bergantung pada jumlah pipa pada berkas seperti
tercantum pada Tabel 5-4. Begitu nilai bilangan Nusselt telah dihitung maka nilai koefisien konveksi
segera dapat dihitung. Untuk menghitung laju perpindahan kalor konveksi maka selisih temperatur
yang digunakan adalah selisih temperatur rata-rata logaritmik (LMTD)
∆Tln =
( Ts − Te ) − ( Ts − Ti ) = ∆Te − ∆Ti (5.29)
ln ( Ts − Te ) / ( Ts − Ti ) ( ∆Te / ∆Ti )
Temperatur keluar Te dapat dihitung dengan persamaan
As h
−
Te = Ts − ( Ts − Ti ) e
mC
ɺ p
(5.30)
dengan A s = NπDL adalah luas permukaan perpindahan kalor dan m ɺ = ρV ( N TST L ) adalah laju aliran
massa fluida. N adalah jumlah total pipa pada berkas, NT jumlah pipa pada bidang transversal, L
panjang berkas pipa, dan V kecepatan fluida sebelum melewati berkas pipa. Laju aliran perpindahan
kalor konveksi dapat dihitung menggunakan persamaan
s ln
ɺ p ( Te − Ti )
ɺ = hA ∆T = mC
Q (5.31)
Tabel 5-4 Faktor koreksi dalam perhitungan bilangan Nusselt rata-rata untuk Nu < 16 dan ReD >
1000
ST 0.05
Vmax = V= ( 4.5m / s ) = 6.43m / s
ST − D 0.005 − 0.015
Re = =
3
(
ρVmax D 1.06kg / m ( 6.43m / s )( 0.015m ) )
= 5091
µ 2.008 × 10−5 kg / m.s
Bilangan Nusselt rata-rata diperoleh menggunakan persamaan yang diperoleh dari tabel
Karena pada soal ini NL = 6 maka digunakan faktor koreksi dari tabel dan diperoleh F = 0.945 sehingga
Nu D,N L = FNu D = 49.3
Koefisien konveksi
Nu D,N L k 49.3 ( 0.02808W / m.°C )
h= = = 92.2W / m 2 .°C
D 0.015m
Jumlah total pipa adalah
N = N L × N T = 6 × 10 = 60
Luas perpindahan kalor total
A s = NπDL = 60π ( 0.015m )(1m ) = 2.827
Laju aliran massa
( )
ɺ = ρ1V ( N TST L ) = 1.204kg / m 3 ( 4.5m / s )(10 )( 0.05m )(1m ) = 2.709
m
Temperatur keluar
As h
−
Te = Ts − ( Ts − Ti ) e
ɺ p
mC
(
2.827m 2 92.2W / m 2 .°C
= 120 − (120 − 20 ) exp −
)(
= 29.11°C
)
( 2.709kg / s )(1007J / kg.°C )
LMTD
∆Tln =
( Ts − Te ) − ( Ts − Ti ) = (120 − 29.11) − (120 − 20 ) = 95.4°C
ln ( Ts − Te ) / ( Ts − Ti ) ln (120 − 29.11) / (120 − 20 )
Laju aliran kalor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
( )(
ɺ = hA ∆T = 92.2W / m 2 .°C 2.827m 2 ( 95.4°C ) = 2.49 × 10 4 W
Q s ln )
atau menggunakan persamaan
ɺ p ( Te − Ti ) = ( 2.709kg / s )(1007J / kg.°C )( 29.11 − 20 ) °C = 2.49 × 104 W
ɺ = mC
Q
L h,laminar ≈ 0.05 Re D
(5.35)
L t,laminar ≈ 0.05 Re Pr D
sedangkan pada aliran turbulen
L h,turbulent ≈ L t,turbulent ≈ 10D (5.36)
Gambar 5-14 Diameter hidrolik untuk saluran berpenampang lingkaran, bujur sangkar, dan persegi
panjang.
hA
−
Te = Ts − ( Ts − Ti ) e
mC
ɺ p
(5.40)
sedangkan laju perpindahan kalornya
ɺ = hA∆T
Q ln
dengan
∆Tln =
( Ts − Te ) − ( Ts − Ti ) = ∆Te − ∆Ti (5.41)
ln ( Ts − Te ) / ( Ts − Ti ) ( ∆Te / ∆Ti )
Aliran Laminar
Penurunan tekanan yang terjadi pada aliran dalam pipa adalah adalah
L ρVm 2
∆P = f (5.42)
D 2
dengan f adalah faktor kekasaran, L panjang pipa, D diameter pipa, ρ densitas fluida, dan Vm
kecepatan rata-rata fluida. Pada aliran laminar faktor kekasaran adalah
64
f= (5.43)
Re
Untuk menghitung bilangan Nusselt rata-rata pada kondisi aliran laminar dapat digunakan persamaan
Sieder Tate
0.4
Re Pr D µ b
1/3
Tabel 5-5 Bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran laminar pada berbagai penampang saluran
Aliran Turbulen
Penurunan tekanan pada aliran turbulen menggunakan persamaaan yang sama dengan pada aliran
laminar, yaitu persamaan (5.42). Terdapat beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk
menghitung faktor kekasaran. Faktor kekasaran untuk aliran turbulen pada pipa halus dapat
menggunakan persamaan
f = 0.184 Re −2 ( pipa halus ) (5.45)
Pada pipa berdinding kasar untuk menghitung faktor kekasaran dapat digunakan persamaan Colebrook
1 ε / D 2.51
= −2 log + (5.46)
f 3.7 Re f
atau dalam bentuk eksplisit menggunakan persamaan Haaland
1 6.9 ε / D 1.11
= −1.8log + (5.47)
f Re 3.7
Bilangan Nusselt rata-rata pada aliran dalam pipa juga terdapat beberapa persamaan. Jika dimasukkan
faktor kekasaran maka bilangan Nusselt rata-rata dapat dihitung menggunakan persamaan Chilton-
Colburn
Nu = 0.125f Re Pr1/3 (5.48)
Dengan melakukan substitusi persamaan (5.45) ke persamaan (5.48) diperoleh persamaan Colburn
untuk aliran turbulen pada pipa berdinding halus
0.7 ≤ Pr ≤ 160
Nu = 0.023 Re0.8 Pr1/3 (5.49)
Re > 10000
Selain kedua persamaan tersebut, daat juga digunakan persamaan Dittus Bolter untuk aliran turbulen
0.7 ≤ Pr ≤ 160
Nu = 0.023 Re0.8 Pr n Re > 10000 (5.50)
n = 0.3 untuk pemanasan
n = 0.4 untuk pendinginan
4A c 4π ( D 0 − Di ) / 4
2 2
Dh = = = D o − Di (5.51)
p π ( D o + Di )
Bilangan Nusselt untuk dinding dalam dan luar dapat dilihat pada tabel Tabel 5-6, setelah itu untuk
menghitung koefisien konveksinya digunakan persamaan
hi Dh h D
Nu i = dan Nu o = o o (5.52)
k k
Penyelesaian
Kalor spesifik air dihitung pada temperatur rata-rata (15 + 115 ) / 2 = 65°C adalah 4187J/kg.°C.
Kalor kondensasi uap pada 120°C adalah 2203kJ/kg
Laju aliran kalor
ɺ Cp ∆t = ( 0.3kg / s )( 4.187kJ / kg.°C )(115 − 15 ) °C = 125.6kW
ɺ =m
Q
LMTD
∆Te = Ts − Te = 120°C − 15°C = 5°C
∆Ti = Ts − Ti = 120°C − 15°C = 105°C
∆Te − ∆Ti 5 − 105
∆Tln = = = 32.85°C
ln ( ∆Te / ∆Ti ) ln ( 5 /105 )
Luas permukaan perpindahan kalor yang diperlukan
ɺ = hA ∆T
Q s ln
Qɺ 125.6kW
As = = = 4.78m 2
h∆Tln ( 0.8kW / m ) ( 32.85°C )
2
Contoh 5-8 Konveksi paksa dalam pipa dengan fluks kalor konstan
Air dipanaskan dari 15°C menjadi 65°C dan mengalir melalui pipa berdiameter dalam 3 cm sepanjang
5m. Pipa dipanaskan menggunakan elemen pemanas elektrik yang memberikan fluks kalor seragam
pada seluruh permukaan pipa. Jika sistem pemanas ini menghasilkan air panas dengan laju aliran
10L/menit, hitung (a) daya pemanas elektrik (b) temperatur permukaan dalam pipa pada kondisi keluar
πD 2 π ( 0.03m )
2
Ac = = = 7.069 × 10−4 m 2
4 4
Luas perpindahan kalor
A = πDL = π ( 0.03m )( 5m ) = 0.471m 2
Laju aliran massa
ɺ = ( 992.1kg / m3 )( 0.01m3 / menit ) = 9.921kg / menit = 0.1654kg / s
ɺ = ρV
m
Laju perpindahan kalor
Q ɺ p ( Te − Ti ) = ( 0.1654kg / s )( 4.179kJ / kg.°C )( 65 − 15 ) °C = 34.6kW
ɺ = mC
Fluks kalor
ɺ 34.6kW
Q
qɺ s = = 2
= 73.46kW / m 2
A 0.471m
Kecepatan rata-rata air
Vɺ 0.010m3 / menit
Vm = = = 14.15m / menit = 0.236m / s
Ac 7.069 ×10 −4 m 2
Bilangan Reynold
Vm D ( 0.236m / s )( 0.03m )
Re = = = 10760
ν 0.658 × 10 −6 m / s
k
sehingga
k 0.631W / m.°C
h= Nu = ( 69.5 ) = 1462W / m 2 .°C
D 0.03m
Temperatur permukaan pipa pada kondisi keluar adalah
qɺ s 73.460kW / m 2
Ts = Tm + = 65°C + = 115°C
h 1462W / m 2 .°C
Vm D h ( 3.75m / s )( 0.2m )
Re =
= = 36408
ν 2.06 × 10−5 m 2 / s
Re>4000 sehingga aliran bersifat turbulen, panjang masuk
L h ≈ L t ≈ 10D = 10 × ( 0.2m ) = 2m
yang jauh lebih pendek dibanding panjang pipa, sehingga dapat diasumsikan aliran turbulen terbentuk
penuh.
Bilangan Nusselt
hD
Nu = = 0.023 Re0.8 Pr 0.4 = 0.023 ( 36408 ) ( 0.706 ) = 92.3
0.8 0.4
k
sehingga
k 0.0297W / m.°C
h=Nu = ( 92.3) = 13.7W / m 2 .°C
D 0.2m
Luas perpindahan kalor
A = pL = 4aL = 4 ( 0.2m )( 8m ) = 6.4m 2
Laju aliran massa
ɺ = (1.009kg / m3 )( 0.15m3 / s ) = 0.151kg / s
ɺ = ρV
m
Temperatur udara keluar
Ts − Te − hA/ mC
=e
ɺ p
Ts − Ti
(13.7W / m 2 .°C )( 6.4m 2 )
Te = Ts − ( Ts − Ti ) e = 60°C − ( 60 − 80 ) °C exp −
− hA/ mC
= 71.2°C
ɺ p
4
Temperatur udara keluar
Ts − Te − hA/ mC
=e
ɺ p
Ts − Ti
(15.8W / m 2 .°C )(188.5m 2 )
Te = Ts − ( Ts − Ti ) e = 0°C − ( 0 − 20 ) °C exp −
− hA/ mC
= 19.75°C
ɺ p
LMTD
∆Te − ∆Ti 19.75 − 20
∆Tln = = = 19.875°C
ln ( ∆Te / ∆Ti ) ln 0 − 19.75
0 − 20
Laju aliran kalor
ɺ = hA ∆T = (15.8W / m 2 .°C )(188.5m 2 ) (19.875°C ) = 1368W
Q s ln