Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM PRESTASI MESIN

POMPA SERI DAN PARALEL

Oleh :

Nama : Novaldi Andryoga

NIM : 1707122616

Kelompok : C3

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tujuan dan prinsip kerja rangkaian pompa seri


a. Tujuan
Menaikkan head/tekanan discharger pompa. Pada suatu kondisi, dimana
kapasitas atau head yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan satu pompa saja,
maka selanjutnya dapat digunakan dua pompa atau lebih untuk mencapai kondisi
head dan kapasitas yang diperlukan, dengan merangkai pompa tersebut secara seri
maupun paralel.
b. Prinsip Kerja

Gambar 2. 1 2 Buah Pompa yang Identik dengan Rangkaian Seri


Kurva A adalah kurva pompa untuk satu buah pompa. Kurva B terbentuk
dengan mempararelkan laju aliran sehingga dapat memperlihatkan karakteristik
pompa di rangkaian operasi paralel. kurva C merepresentasikan sistem pipa ketika
penambahan pompa kedua adalah sebesar 50 % pada sistem yang di lalui, kurva D
memperlihatkan kepada kita kurva yang lebih curam dari sistem pipa jika sistem
dinaikan sebesar 20 %.
Gambar di atas ini memperlihatkan efek dari pemasangan 2 pompa dalam
rangkaian seri. Kurva A adalah kurva head flow rate untuk satu buah pompa.
Kurva kombinasi untuk kedua pompa. B. dibentuk dengan mempararel kurva A
head untuk setuap nilai dari laju aliran. Keuntungan dari penambahan pompa
dapat di lihat dengan memeriksa perpotongan dari kurva sistem pipa. yaitu kurva
C dan D dengan kurva Pompa.

2.2 Tujuan dan prinsip kerja rangkaian pompa pararel


a. Tujuan
Menaikkan kapasitas tekanan pada pompa.Pada suatu kondisi, dimana
kapasitas atau head yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan satu pompa saja,
maka selanjutnya dapat digunakan dua pompa atau lebih untuk mencapai kondisi
head dan kapasitas yang diperlukan, dengan merangkai pompa tersebut secara seri
maupun paralel.
b. Prinsip Kerja

Gambar 2. 2 Operasi seri dan paralel pompa karakteristik sama


Pada kurva karakterisitik diatas menunjukan pompa yang dipasang secara
seridan paralel. Dimana untuk pompa tunggal diberi tanda (1), pompa seri (2),dan
pompa paralel (3). Ditunjukan tiga buah kurva dari head-kapasitas sistem,yaitu
R1,R2, dan R3. Pada kurva R3, menunjukan tahanan yang lebih
tinggidibandingkan dengan R1 dan R2. Jika sistem memiliki kurva head-kapasitas
R3,maka titik kerja pompa 1 akan terletak di D. Jika pompa disusun secara
serisehingga menghasilkan kurva 2, maka titik kerjanya akan berpindah ke E
yangtidak sama dengan dua kali lipat head di D, karena ada perubahan yang
berupakenaikan kapasitas. Jika sistem memiliki kurva head-kapasitas R1 maka
titik kerja pompa 1 akan terletak di A. Andaikan pompa disusun secara paralel
sehingga menghasilkan kurva 3 maka titik kerjanya akan berpindah ke B, disini
dapat terlihat bahwa kapasitas di titik B tidak sama dengan dua kali lipat kapasitas
pada titik A, karena ada perubahan kenaikan head sistem. Andaikan sistem
memiliki kurva karakteristik seperti R2, maka laju aliran akan sama untuk susunan
secara seri ataupun paralel. Akan tetapi jika karakteristik sistem adalah R1 dan R3,
maka akan diperlukan pompa susunan seri atau paralel. Jadi rangkaian seri
digunakan untuk menaikan head, sedangkan paralel berguna untuk menaikan
kapasitas aliran (Sularso, 1994).

2.3 Hukum Bernauli


Hukum Bernoulli menyatakan bahwa kenaikan kecepatan aliran fluida
akan menyebabkan penurunan tekanan fluida secara bersamaan atau penurunan
energi potensial fluida tersebut. Intinya adalah tekanan akan menurun jika
kecepatan aliran fluida meningkat. Hukum Bernoulli dinamakan dari Daniel
Bernoulli yang pertama kali mencetuskan hukum ini berdasarkan bukunya yang
berjudul ‘Hydrodynamica’ yang diterbitkan pada tahun 1738. Hukum Bernoulli
dapat diaplikasikan pada berbagai jenis aliran fluida dengan beberapa asumsi.
Agar hukum bernoulli dapat dipakai dan diterapkan, maka diperlukan
asumsi-asumsi yang mengenai fluida kerjanya, diantaranya adalah:
a. Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible).
b. Fluida tidak memiliki viskositas (inviscid).
c. Aliran Fluida tidak berubah terhadap waktu (steady).
d. Aliran fluida laminar (bersifat tetap, tidak ada pusaran).
e. Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan dinding.
f. Tidak ada kehilangan energi akibat turbulen.
g. Tidak ada energi panas yang ditransfer pada fluida baik sebagai
keuntungan ataupun kerugian panas.
Persamaan Bernoulli berhubungan dengan tekanan, kecepatan, dan
ketinggian dari dua titik point (titik 1 dan titik 2) aliran fluida yang bermassa
jenis. Persamaan ini berasal dari keseimbangan energi mekanik (energi kinetik
dan energi potensial) dan tekanan.
Tekanan + Ekinetik + Epotensial = konstan
Dalam bentuk lain, persamaan Bernoulli diatas dapat dituliskan menjadi:

Dimana :
P = adalah tekanan (Pascal)
ρ = adalah massa jenis fluida (kg/m3)
v = adalah kecepatan fluida (m/s)
g = adalah percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2)
h = adalah ketinggian (m)
Hukum Bernoulli sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan
dimanfaatkan pada beberapa aplikasi yakni:
 Perhitungan gaya angkat (lift) pada sayap pesawat
 Perhitungan untuk mencari tekanan yang hilang pada aliran (pressure
losses)
 Tabung pitot (pitot tube)
 Venturimeter
 Manometer
 Toricelli1

2.4 Head total pompa


Dalam memilih suatu pompa untuk maksud tertentu, terlebih dahulu harus
diketahui aliran serta head yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair yang akan
dipompa. Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai kondisi instalasi pompa
atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya dinyatakan
dalam satuan panjang. Head dapat bervariasi pada penampang yang berbeda,
tetapi pada kenyataannya selalu ada rugi energi. Head total pompa yang harus
disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti direncanakan, dapat ditentukan
dari kondisi instalasi yang dilayani oleh pompa.
Gambar 2. 3 Head Pompa
Dari Head Pompa di atas kita dapat menentukan head total pompa dengan
persamaan dibawah ini:

Dimana :
Hsis = Head sistem pompa (m)
ha = Head statis total (m)
Δhp = Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan (m), =
hp2 – hp1 phΔ
hl = Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m)
h1 = hld + hls
vd2/2g = Head kecepatan keluar (m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)

Head total pompa salah satunya dipengaruhi oleh berbagai kerugian pada
sistem perpipaan yaitu gesekan dalam pipa, katup, belokan, sambungan, reduser
dll. Untuk menentukan head total yang harus disediakan pompa, perlu menghitung
terlebih dahulu kerugaian-kerugaian pada instalasi. Dimana kerugian-kerugian
tersebut akan dijumlahkan untuk mengetahui kerugian head yang terjadi dalam
instalasi. Berikut akan dihitung kerugian head pemipaan dan instalasi pengujian
pompa.
2.5 Prinsip Kerja Manometer dan Pengukurannya
Istilah “manometer” paling sering merujuk secara khusus pada tabung
berbentuk-U yang sebagian diisi dengan cairan. Anda dapat dengan mudah
membuat manometer jenis ini sebagai bagian dari percobaan laboratorium untuk
menunjukkan efek tekanan udara pada kolom cair.Manometer adalah instrumen
yang mengukur tekanan menggunakan kolom cairan. Instrumen ini digunakan
untuk mengukur tekanan cairan dan terdiri dari tabung yang diisi dengan cairan.
Tingkat cairan ditentukan oleh tekanan fluida dan juga oleh tinggi cairan yang
ditunjukkan pada skala.Manometer digunakan untuk mengukur perbedaan
tekanan. Perbedaan tekanan diukur dengan menyeimbangkan bobot kolom cairan
antara dua tekanan. Merkuri adalah cairan berat yang digunakan dalam
manometer untuk mengukur perbedaan tekanan yang besar.
Cairan yang lebih ringan seperti air digunakan untuk mengukur perbedaan
tekanan kecil dalam flowmeters venturi atau terowongan angin eksperimental.
Masalah umum yang dialami saat mengukur perbedaan tekanan dalam sistem
dengan kecepatan rendah memuaskan secara akurat dan ketinggian kolom rendah.
a. Jenis – jenis manometer ada beberapa yakni sebagai berikut:
1. Manometer raksa tertutup.

Gambar 2. 4 Manometer raksa tertutup


Manometer ini sangat mudah dibuat karena terdiri dari tabung bengkok
berbentuk U yang salah satu ujungnya terhubung ke lokasi pengukur ‘A’
dan lokasi alternatif menerima atmosfer yang kemudian diisi dengan
Liquid. Kepadatan cairan menentukan berbagai tekanan yang dapat
diamati.Jika satu port dibiarkan terbuka ke atmosfer dan oleh karena itu
port alternatif terhubung ke tekanan yang akan diamati, perangkat
bertindak sebagai pengukur tekanan meteran. Jika setiap port terhubung ke
2 tekanan yang tidak diketahui yang sangat berbeda, instrumen bertindak
sebagai pengukur diferensial.

2. Manometer raksa terbuka.

Gambar 2. 5 Manometer raksa terbuka.


Manometer raksa terbuka sangat mirip dengan manometer tabung-U
seperti yang disebutkan di atas. Di sini satu lokasi terbuka (yang dianggap
sebagai lokasi atmosfer di manometer U-Tube) terhubung ke lokasi
tekanan yang berbeda.Manometer ini sebagian besar digunakan untuk
mengamati perbedaan antara titik yang sama sekali berbeda jika tidak,
Anda akan mengatakan kami cenderung menghitung perbedaannya.
Perbedaan tekanan antara A dan B diberikan oleh persamaan.

3. Manometer U-Tube Terbalik.


Manometer U-Tube terbalik digunakan untuk mengukur perbedaan
tekanan yang sangat kecil dalam cairan. U – Tube terbalik yang
mengandung cairan ringan yang sering digunakan untuk mengamati
perbedaan tekanan rendahantara 2 titik di mana akurasi lebih tinggi
diperlukan. Jenis manometer ini biasanya terdiri dari asosiasi udara pada
jenis cair Mano-metrik.

Gambar 2. 6 Manometer U-Tube Terbalik.


4. Mikro manometer.

Gambar 2. 7 Mikro manometer.

Mikro-manometer dapat menjadi jenis khusus manometer kolom cair yang


didasarkan pada prinsip manometer tabung miring. Mikro-manometer ini
digunakan untuk mengukur variasi tekanan yang sangat kecil atau variasi
tekanan yang sangat rendah. Mikro-manometer adalah jenis manometer
yang mudah berubah, satu anggota badan dibentuk ruang cross sectional
yang lebih besar. Mikro-manometer mengamati begitu sedikit variasi
tekanan dengan ketelitian tinggi.

b. Prinsip Kerja Manometer :


Manometer adalah alat yang sangat dasar tetapi sangat efektif digunakan
untuk mengukur tekanan. Dalam sebagian besar kasus tekanan maka akan
berhubungan dengan alat ukur yang terdiri dari tabung kaca berbentuk U yang
diisi dengan merkuri atau cairan lain.
Umumnya salah satu ujung tabung manometer dibiarkan terbuka, rentan
terhadap tekanan atmosfer, sementara selang manometer terhubung melalui segel
kedap gas ke sumber tekanan tambahan. Sementara biasanya terkait dengan
tekanan gas, pengukur manometer juga dapat digunakan untuk mengukur tekanan
yang diberikan oleh cairan. Karena pengukur tekanan manometer tidak memiliki
bagian mekanis, maka tentu akan memerlukan perawatan minimal dan sangat
akurat.
Bagaimana prinsip kerja manometer? Prinsip di balik gas manometer atau
pengukur tekanan cair sangat sederhana. Keseimbangan hidrostatik menunjukkan
bahwa tekanan ketika cairan diam sama pada titik mana pun.
Misalnya, jika kedua ujung tabung-U dibiarkan terbuka ke atmosfer, maka
tekanan pada setiap sisi akan sama. Sebagai akibatnya tingkat cairan di sisi kiri
akan sama dengan tingkat cairan di sisi kanan – keseimbangan. Namun, jika salah
satu ujung tabung-U dibiarkan terbuka ke atmosfer dan yang lainnya terhubung ke
pasokan gas / cairan tambahan ini akan menciptakan tekanan yang berbeda.
Jika tekanan dari pasokan gas / cairan tambahan lebih besar dari tekanan
atmosfer, ini akan memberikan tekanan ke bawah pada cairan pengukur. Sebagai
akibatnya, cairan akan didorong ke bawah di satu sisi dengan tekanan yang lebih
besar menyebabkan cairan naik di sisi dengan tekanan yang lebih rendah.
Sebaliknya akan terjadi jika pasokan gas / cairan tambahan menciptakan
tekanan yang lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Dalam hal ini cairan akan
jatuh di sisi bagian terbuka tabung-U dan naik di sisi yang terhubung ke pasokan
gas / cairan tambahan. Manometer memungkinkan pengukuran sumber cairan /
gas tambahan terhadap tekanan atmosfer atau terhadap sumber cairan / gas
lainnya.

c. Cara kerja Manometer


Cairan ditempatkan di dalam tabung, biasanya cairan responsif seperti
merkuri yang stabil di bawah tekanan. Salah satu ujung tabung U kemudian diisi
dengan gas yang akan diukur, biasanya dipompa sehingga tabung bisa disegel di
belakangnya. Ujung satunya dibiarkan terbuka supaya mendapat tekanan alami
dari luar. Cairan tersebut kemudian diimbangi di bagian bawah U, tergantung
tekanan gasnya. Tekanan atmosfer menekan cairan, memaksanya turun dan masuk
ke ujung tabung yang tertutup. Gas yang terjebak di ujung yang tertutup juga
mendorong ke bawah, memaksa cairan kembali ke sisi lain.
Kemudian pengukuran diambil untuk melihat seberapa jauh cairan di
ujung yang disegel telah didorong baik di bawah titik cairan di ujung terbuka atau
di atasnya. Jika cairannya rata, langsung di kedua tabung, maka tekanan gasnya
sama dengan tekanan udara luar. Jika cairan naik di atas level ini di ujung yang
disegel, maka tekanan udara lebih berat daripada gas. Jika gas lebih berat daripada
udara, maka akan mendorong cairan di ujung yang tertutup rapat di bawah titik
yang sama.

Gambar 2. 8 Bagian perhitungan manometer U


2.6 Prinsip Kerja V-Notch dan Pengukurannya
Alat ukur V-notch adalah alat ukur berbentuk segi tiga yang didesain
dengan bentuk takik yang berbentuk seperti huruf V. Alat ukur ini menghasilkan
pengukuran yang akurat untuk pengaliran debit kecil dibandingkan dengan alat
ukur yang lain.
Pengukuran dengan menggunakan sekat-ukur/ambang. Konstruksi sekat-
ukur terdiri atas:
a) Pelat ambang dan Pelat penahan (support plate);
b) Saluran (channel).
Berikut penjelasan untuk masing-masing konstruksi sekat-ukur :
a) Pelat ambang dan pelat penahan
Pelat ambang dan pelat penahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(1) Permukaan dalam dan ujung atas dari pelat bila dilihat pada potongan
penampang pelat harus bersudut 900, sudut- sudut yang terdapat pada
potongan tersebut harus tajam. Lebar bidang atas berukuran 2 mm, dan
sudut yang dibentuk antara permukaan ujung atas dan bidang miring pada
dinding luar harus bersudut 450.

Gambar 2. 9 Potongan melintang pelat ambang


(2) Permukaan dalam pelat weir harus rata, dan terutama permukaan pelat
yang berjarak 100 mm dari ujung permukaan atas harus rata dan halus. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya arus turbulensi selama
pengukuran. Pelat weir dipasang pada penahannya, dengan tinggi
minimum yang terpasang 100 mm.
Gambar 2. 10 Bagian dalam ambang
(3) Bahan pelat ambang harus terbuat dari bahan tahan karat.
(4) Pelat penahan, harus terbuat dari bahan yang kokoh dapat berupa baja atau
beton untuk mencegah terjadinya perubahan (deformasi) pada pelat yang
disebabkan oleh tekanan. Selain itu harus mempunyai konstruksi dan
ukuran sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu air yang jatuh dari
weir yang ketinggiannya;
(a) 30 mm atau lebih untuk weir segitiga;
(b) 70 mm atau lebih untuk weir lebar penuh (diukur dari dasar weir
segitiga).
(5) Permukaan bagian dalam pelat ambang dan pelat penahan harus tegak
lurus terhadap sumbu saluran.
(6) Takik ambang segitiga siku-siku harus memenuhi persyaratan;
(a) Sudut takik ambang segitiga harus bersudut 900, dan kedua bagian
sudut takik harus saling tegak lurus di tengah- tengah saluran;
(b) Toleransi sudut takik adalah50.

Gambar 2. 11 Sudut takik ambang segitiga siku-siku

(7) Takik ambang segi empat harus mengikuti persyaratan;


(a) Takik ambang segi empat harus sedemikian rupa sehingga kedua sisi
takik tegak lurus pada tepi dasar (bawah);
(b) Toleransi sudut takik adalah 50;
(c) Takik harus terletak di tengah-tengah lebar saluran, dan tepi bawah
harus horizontal;
(d) Ukuran lebar takik merupakan tinggi dari tepi bawah takik;
(e) Toleransi lebar takik 0,001 b.

Gambar 2. 12 Pelimpah ambang segi empat


(8) Lebar dari ambang lebar penuh harus mengikuti persyaratan sebagai
berikut:
(a) Tepi atas ambang lebar penuh harus datar sepanjang lebar saluran.
(b) Lebar pelat ambang merupakan fungsi dari panjang sisi sekat-ukur
terletak diantara permukaan dinding saluran;
(c) Toleransi lebar sekat-ukur 0,001 B.

Gambar 2. 13 Sisi atas ambang dari ambang lebar penuh


(9) Muka air setelah ambang harus lebih rendah dari 20 cm dari puncak
ambang.
b) Saluran (Channel)
Saluran harus terdiri dari: bagian asal aliran (driving section – L2), bagian
pengarah aliran (flow straighting section – Ls),bagian aliran terarah (L1), harus
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

Gambar 2. 14 Saluran
(1) Panjang dari masing-masing bagian saluran tersebut harus sesuai dengan
tabel 1. Bila saluran tidak dilengkapi dengan bagian pengarah aliran,
panjang dari bagian aliran terarah (L1) sekurang-kurangnya 10 kali lebar
saluran bagian aliran terarah.
Tabel 2. 1 Panjang tiap bagian saluran

(2) Saluran pada bagian pengarah aliran (Ls) harus mendatar dan sisi vertikal
harus kokoh untuk menghindari terjadinya perubahan bentuk jika terisi
penuh oleh air. Selanjutnya garis aksial dan saluran harus lurus dan tebal
saluran seragam.
(3) Pada saluran ambang lebar penuh, kedua dinding saluran harus ditinggikan
sebanding dengan head maksimum (h’) atau lebih ke hilir dari pelat
ambang dan pelat penahan, untuk mencegah air di hilir ambang agar tidak
melimpah ke samping. Ujung bagian dinding terendah yang ditinggikan 50
mm atau lebih dibawah ujung pelat ambang. Dinding saluran harus
dilengkapi dengan lubang-lubang berdiameter cukup untuk membebaskan
udara terjebak yang berada dalam aliran terjunan air sewaktu melalui pelat
ambang.

Gambar 2. 15 Saluran dengan ambang lebar penuh


(4) Saluran pada bagian pengarah aliran harus mempunyai beban yang sama
dengan lebar pada saluran bagian air terarah dan mempunyai tinggi yang
sama dengan dinding saluran bagian sumber aliran. Bagian pengarah aliran
harus sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya gelombang
serta menjamin terbentuknya aliran air yang terarah.
(5) Kapasitas tampung air pada bagian sumber aliran sebaiknya sebesar
mungkin. Tinggi dinding pada bagian sumber aliran harus lebih tinggi dari
dinding sisi pada bagian aliran terarah untuk mencegah meluapnya air.
(6) Pengukuran tinggi harus dilakukan dengan menentukan ketinggian air
tabung kecil yang dihubungkan dengan sebuah saluran melalui lubang
kecil pada dinding bagian aliran terarah.

Gambar 2. 16 Alat untuk mengukur Head

(7) Posisi lubang kecil tersebut minimal berjarak 3 h’ (h’ adalah tinggi
maksimal weir) dan maksimal berjarak B (lebar saluran) dari bagian
permukaan dalam weir ke arah hulu. Sedangkan tingginya adalah 50 mm
atau lebih di bawah dasar takik, baik dari titik bawah atau sisi weir, atau
berjarak minimal 50 mm dihitung dari dasar saluran ke permukaan air.
(8) Lubang kecil tersebut harus memiliki diameter dalam antara 10 mm
sampai 30 mm dan dibuat tegak lurus terhadap permukaan dinding saluran.
Permukaan dinding di sekitar lubang harus rata dan sisi disekitar lubang
harus bebas dari cacat.

c) Prosedur pengukuran
Pengukuran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan di bawah ini:
(1) Pengukuran harus dilaksanakan pada kondisi dimana air yang jatuh
melalui weir mengalir dengan tenang.
(2) Pengukuran titik nol dari tinggi harus dilaksanakan sesuai dengan contoh
berikut, dan dengan ketelitian sekitar 0,2 mm;
(a) Pada pengukuran weir segi empat atau weir lebar penuh, sebuah
segitiga pengukur atau sejenis ditempatkan di bagian hulu weir, setelah
diatur sesuai dengan tinggi tepi weir dengan menggunakan spirit level,
kemudian air dialirkan hingga mencapai ketinggian ini. Penunjukkan
alat ukur yang dipasang pada tangki air kecil pada keadaan ini dibaca,
pembacaan tersebut menunjukkan titik nol.
(b) Pada pengukuran weir segitiga, segitiga pengukur tersebut ditempatkan
pada sisi dalam weir, dan sebuah batang bulat yang berdiameter D
ditempatkan horisontal dan sejajar dengan sumber longitudinal dari
saluran pada ujung takik, kemudian tinggi dasar batang diatur,
pembacaan titik nol diperoleh dari perhitungan.
(3) Ketelitian pengukuran ketinggian air adalah 1/250 dari tinggi untuk weir
segitiga, dan 1/ 150 dari tinggi untuk weir segi empat atau weir lebar
penuh.

(4) Untuk mengukur ketinggian air, harus digunakan suatu segitiga ukur (hook
gauge) atau alat ukur ambang (float gauge) yang dapat menunjukkan
pembacaan dengan ketelitian tertentu, atau suatu alat ukur ketinggian air
yang mempunyai ketinggian yang sama.
(5) Pengukuran tinggi harus dilakukan setelah ketinggian air pada tangki kecil
stabil.

Gambar 2. 17 Perhitungan titik nol head ambang segitiga

d) Perhitungan
Perhitungan debit harus dilakukan sesuai dengan persamaan berikut:
(1) Ambang segitiga siku-siku, dihitung dengan persamaan (1).
...........................................
Q = K.h5/ 2 (1)

Keterangan:
Q = debit (m3/s)
h = tinggi air di atasweir (m)
K = koefisien kapasitas, 1,39 atau dihitungdengan persamaan (2)

0,24 12 h
K= 81,2 + + (8,4 + )( - 0,09)2..........................
h D B
(2)

Keterangan:
B adalah lebar saluran (m)
D adalah tinggi takik saluran sekat-ukur dari dasar saluran (m)
Persamaan (1) hanya berlaku untuk nilai berikut:

B=0,5 m sampai dengan 1,2 m


h = 0,07 m sampai dengan 0,26 m
D = 0,1 m sampai dengan 0,75 m
B
h ≤˂
3

Gambar 2. 18 Ambang segitiga siku-siku


(2) Untuk sekat-ukur segi empat, dihitung dengan persamaan (3).
Q = K.b.h3/ 2 …...…………………………
(3)

Keterangan:
Q = debit (m3/s)
b = lebar weir (m)
h = tinggi air di atas weir (m)
K = koefisien kapasitas, dihitung dengan persamaan (4)

0,117 h
K= 107,1+
h
+ 8,4
D
- 25,7 x [√ ( B−b ) h
DB √]
+2,04
B ………....(4)
D

Persamaan (3) hanya berlaku untuk:


B = 0,5 msampai dengan 6,3 m
b = 0,15msampai dengan 3,5 m
D = 0,03m sampai dengan 0,45 m √ b m
h = 0,15 m sampai dengan0,5 m
dengan,
b.D
˃ 0,06
B
Gambar 2. 19 Ambang segi empat
(3) Sekat-ukur lebar terbuka penuh (lihat gambar 12), dihitung dengan
persamaan (5)

Q  K.b.h3/ 2……………………………
(5)

Keterangan:
Q = debit (m3/s)
b = lebar ambang (m)
h = tinggi air di atas weir (m)
K = koefisien kapasitas, dihitung dengan persamaan (6)

0,117 h
K = 107,1 + ( + 14,2 )(1 + ).....................................
h D
(6)

Keterangan:
D = tinggi tepi ambang dari dasar saluran (m)
Є = faktor koreksi,(bila D = 1 m, Є= 0 dan bila D > 1 m, Є= 0,55)
Persamaan (5) hanya berlaku untuk:
B ≥ 0,5 m sampai dengan 6,3 m
D = 0,3 m sampai dengan 2,5 m
h = 0,03m sampai dengan D m

h tidak harus > 0,8 m dan tidak > B


Gambar 2. 20 Ambang lebar penuh

2.7 Prestasi Rangkaian Pompa Seri dan Paralel


Pelaksanaan Percobaan
1. Analisa kinerja aliran fluidapada pompa sentrifugal dengan rangkaian
paralel dengan tambahan tube bundle.
2. Analisa kinerja aliran fluida pada pompa sentrifugal dengan rangkaian
paralel tanpa tambahan tube bundle.
3. Analisa kinerja aliran fluida pada pompa sentrifugal dengan rangkaian seri
dengan tambahan tube bundle.
4. Analisa kinerja analisa fluida pada pompa sentrifugal tanpa rangkaian seri
tambahan tube bundle.

Perhitungan
a. Tekanan fluida
Tekanan fluida langsug didapat dari pressure gauge yang dipasang pada
pipa keluarannya, untuk rangkaian dengan tambahan tube bundle
menggunakan 2 pressure gauge yang ditaruh sebelum dan sesudah tube
bundle, sedangkan untuk rangkaian tanpa tambahan tube bundle hanya
menggunakan 1 pressure gauge yang ditaruh pada pipa keluarannya.
b. Debit air (Q)
Untuk mendapatkan data kapasitas atau debit dengan menggunakan V-
notch.
5
8 θ 2
𝑄= √ 2. g tan H
15 2
Keterangan :
H = di peroleh dari ketinggian air yang mengalir pada bak penampung air.
𝜃 = di peroleh dari sudut yang berbentuk seperti V pada bak pemampung
air.
𝑔 = Untuk standar gravitasi adalah 9.81(m/𝑠2).
Diketahui :
H = 6 cm = 0,06 m
Sudut 𝜃V-notch = 60o
𝑔 = 9.81(m/𝑠 2 ).
Jadi
5
8
𝑄= √ 2.9,81 tan 60 0,06 2
15 2
8 5
𝑄= √ 19,62 tan30.(0,06)2
15
8
𝑄=
15
.(4,429)(0,577)(0,000881)
0,018
𝑄= = 0,0012(m3/s) = 1,2 x 10-3 m3/s
15
c. Kecepatan aliran fluida
Setelah mengetahui debit air selanjutnya menghitung kecepatan aliran
yang akan digunakan untuk menghitung bilangan Reynolds. Untuk
menghitung kecepatan aliran fluida dapat menggunakan rumus :
𝑉 = 𝑄/ 𝐴
Keterangan :
V : kecepatan aliran fluida (𝑚2 /𝑠)
Q : debit air
A : luas penampang pipa
𝑑 ∶ 1 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 2,54 𝑐𝑚 = 0,0254 𝑚
𝑟 ∶ 1/2 × (2,54 × 10-2 𝑚) = 1,27 × 10-2 𝑚
untuk menghitung luas penampang dengan menggunakan rumus dibawah
ini :
𝐴 = 𝜋(𝑟 × 10−2𝑚)2
𝐴 = 3,14(1,27 × 10-2 𝑚)2
𝐴 = 3,14(1,6129 × 10-2 𝑚)
𝐴 = 5,064 × 10-4 𝑚2
Luas penampang diketahui barulah menghitung kecepatan aliran fluida
menggunakan rumus diatas.
1,2 x 10−3 (m 3 /s)
𝑉=
5,064 x 10−4 m2
𝑉 = 2,37 𝑚/s
Tabel 2. Hasil dari Pengujian

d. Menghitung bilangan Reynold (Re)


𝑅𝑒 = 𝜌. 𝑉.𝐷/𝑣
Rumus diatas adalah rumus untuk mencari bilangan Reynold (Re)
Keterangan :
𝑅𝑒 = 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑦𝑛𝑜𝑙𝑑
𝜌 = 𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 (𝑘𝑔/𝑚3 )𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑖𝑟 1000
𝑉 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎(𝑚⁄𝑠 )
𝐷 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 (𝑚)
𝑣 = 𝑣𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘(𝑚3 /𝑠 )
Diketahui :
𝜌 = 1000
𝑉 = 2,37 𝑚/𝑠
𝐷 = 0,0254
𝑣 = 8.87 × 10-4
Jadi :
( 1000 )( 2,37 ) (0,0254)
𝑅𝑒 = −4
8,87 x 10
60,198
𝑅𝑒 =
8,87 x 10−4
𝑅𝑒 = 6,78 × 104
Hasil dari perhitungan bilangan Reynold (Re) diatas adalah 6,78 × 10 4,
sehingga dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui jenis alirannya.
Jenis aliran ini adalah aliran turbulen karena Re > 4000.

Grafik Hasil
a. Tekanan Fluida

Gambar 2. 21 Grafik Tekanan Fluida percobaan 1 sususan seri paralel


Data pada gambar menunjukkan bahwa tekanan fluida dalam rangkaian
paralel sebelum tube bundle 1400 mbar, sesudah tube bundle 25 mbar, dan untuk
rangkaian pompa paralel tanpa adanya tube bundle 390 mbar, sedangkan untuk
rangkaian seri tekanan fluida sebelum tube bundle 2600 mbar, sesudah tube
bundle 65 mbar, dan untuk rangkaian seri tanpa tube bundle 200 mbar.
Gambar 2. 22 Grafik Tekanan Fluida percobaan 2 susunan seri dan paralel
Data pada gambar menunjukkan bahwa pompa rangkaian paralel sebelum
tube bundle 1550 mbar, sesudah tube bundle 10 mbar, dan untuk rangkaian
paralel tanpa tube bundle 370 mbar, sedangkan untuk rangkaian pompa seri
tekanan fluida sebelum tube bundle 3000 mbar, sesudah tube bundle 40 mbar, dan
untuk rangkaian seri tanpa tube bundle 200 mbar.

b. Debit

Gambar 2. 23 Grafik Debit percobaan 1 rangkaian seri dan paralel


Data gambar menunjukkan bahwa debit pada rangkaian pompa paralel
dengan tube bundle 0,0012 m3/s, tanpa tube bundle 0,00487 m3/s, sedangkan untuk
rangkaian seri dengan tube bundle 0,00189 m3/s, tanpa tube bundle 0,00330 m3/s.
Gambar 2. 24 Grafik Debit percobaan 2 rangkaian seri dan paralel
Data gambar menunjukkan bahwa debit pada rangkaian pompa paralel
dengan tube bundle 0,0012 m3/s, tanpa tube bundle 0,00487 m3/s, sedangkan untuk
rangkaian seri dengan tube bundle 0,00189 m3/s, tanpa tube bundle 0,00330 m3/s.

c. Kecepatan Aliran

Gambar 2. 25 Grafik Aliran Fluida percobaan 1 rangkaian seri dan paralel


Data gambar menunjukkan bahwa kecepatan aliran pada rangkaian paralel
dengan tube bundle 2,37 m/s, tanpa tube bundle 11,2 m/s, sedangkan untuk
rangkaian seri dengan tube bundle 3,97 m/s, tanpa tube bundle 7,66 m/s.
Gambar 2. 26 Grafik Aliran Fluida percobaan rangkaian seri dan paralel
Data gambar menunjukkan bahwa kecepatan aliran pada rangkaian pompa
paralel dengan tube bundle 2,37 m/s, tanpa tube bundle 9,61 m/s, sedangkan untuk
rangkaian seri dengan tube bundle 3,73 m/s, tanpa tube bundle 6,51 m/s.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Irawan, Agung. 2017. Laporan analisis Praktikum prestasi mesin Modul
Pompa seri dan parallel. Universitas Riau. Pekanbaru

Cengel, A. Yunus & Boles, Michael A. 1994, Thermodynamics An Engineering


Approach, Mc Graw-Hill Book Inc., New York.

M. E. Ir. Ali Mahmudi, Buku Bahan Ajar Pompa Dan Kompresor. BANDUNG:
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai