PENDAHULUAN
Pengelolaan sumber daya air atau pengelolaan sumber - sumber air tidak
akan lepas dari permasalahannya. pada pengelolaan sumber - sumber air ini
dijumpai sejumlah besar kriteria - kriteria berhubungan dengan kualitas dimana
masing-masing kriteria berhubungan satu sama lain dan bersifat komplek.
Dengan adanya kriteria – kriteria yang komplek inilah menjadi salah satu penyebab
utama yang mendorong berkembangnya penggunaan model.
Secara umum saluran dibagi 2 (dua), saluran terbuka dan saluran tertutup
(Saluran tertutup/pipa merupakan saluran yang digunakan untuk mengalirkan air dari
satu tempat ke tempat lainnya misalnya jaringan pipa PDAM. Dalam suatu aliran
fluida dalam saluran tertutup, baik itu jenis aliran laminar maupun turbulen, pasti
mengalami kerugian head atau kehilangan energi.
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke
tempat yang lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua
tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air. Dalam sistem
pemipaan terdapat beberapa variabel penting yang sangat mempengaruhi sistem
tersebut diantaranya panjang pipa, diameter pipa, koefisien gesekan pipa, dan debit
yang terjadi pada pipa tersebut.
Debit aliran yang terjadi akan ditentukan oleh kemiringan dari garis tekan
masing-masing pipa tersebut. Oleh karena itu untuk mendapatkan debit aliran
masing-masing pipa tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
kontinuitas dan energi.
Aliran pada saluran tertutup adalah aliran bertekanan (aliran terjadi karena
perbedaan tekanan/energi pada titik awal dan titik akhir), kehilangan tekanan/energi
(kerugian) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ukuran pipa,
kekasaran permukaan pipa (jenis pipa), kecepatan aliran, nilai kekentalan, dan
percepatan gravitasi.
Dalam dunia teknik sipil, terutama mahasiswa jurusan teknik sipil harus
mempelajari dan dapat mengetahui sifat-sifat atau prinsip dari fluida. Dalam hal ini
adalah sifat-sifat atau prinsip yang terjadi dalam pipa. Dalam ilmu hidrodinamika ada
berbagai macam aliran, namun pada saat ini kita hanya akan mempelajari aliran dan
hal-hal yang terjadi di aliran dalam pipa
2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisah massa. Tahanan fluida terhadap
perubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti
bentuk ruangan/tempat yang membatasinya.Fluida dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu zat cair dan gas. Zat cair dan gas mempunyai sifat-sifat serupa, yang
terpenting adalah sebagai berikut :
1) Kedua zat ini tidak melawan perubahan bentuk
2) Kedua zat tidak mengadakan reaksi terhadap gaya geser, yaitu gaya yang
bekerja sejajar dengan permukaan lapisan-lapisan zat cair atau gas yang
mencoba untuk menggeser lapisan-lapisan tersebut antara satu terhadap yang
lain. Oleh karena itu apabila ada sentuhan sedikit saja, dua lapisan yang
saling berdampingan akan bergerak antara satu terhadap lainnya.
Sedangkan perbedaan utama antara zat cair dan gas adalah sebagai berikut :
1) Zat cair mempunyai permukaan bebas, massa zat cair hanay akan mengisi
volume yang diperlukan dalam satu ruangan, sedangkan gas tidak mempunyai
permukaan bebas dan massanya akan mengisi seluruh ruangan
2) Zat cair merupakan zat yang praktis tak termampatkan, sedang gas adalah zat
yang bisa dimampatkan (Bambang Triatmodjo, 1993).
Aliran fluida biasanya ditunjukkan dalam kecepatan dan kapasitas, hal ini
berhubungan dengan penampang yang dilalui fluida tersebut. Penentuan kecepatan di
sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam
menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran kecepatan merupakan
fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat
diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu
pertikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan. (Riswan
dan Rahayu, 2017)
2.1.1 Fluida Statis
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan fluida. Cairan
adalah salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak
partikelnya lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas
juga merupakan fluida yang interaksi antar partikelnya sangat sehingga diabaikan.
Apabila fluida mengalami gaya geser maka akan siap untuk mengalir.
Keterangan :
ρ : Massa jenis (kg/m3)
m : Massa benda (Kg)
V : Volume benda (m3)
2) Hukum Pascal
Bila ditinjau dari zat cair yang berada dalam suatu wadah, tekanan zat cair
pada dasar wadah tentu saja lebih besar dari tekanan zat cair pada bagian di atasnya.
Semakin ke bawah, maka tekanan zat cair tersebut akan semakin besar. Sebaliknya,
semakin mendekati permukaan atas wadah, semakin kecil tekanan zat cair tersebut.
Jika suatu fluida yang dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat
bergerak maka tekanan di suatu titik tertentu tidak hanya ditentukan oleh berat fluida
di atas permukaan air tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan oleh penghisap.
Berikut ini adalah gambar fluida yang dilengkapi oleh dua penghisap dengan
luas penampang berbeda. Penghisap pertama memiliki luas penampang yang kecil
(diameter kecil) dan penghisap yang kedua memiliki luas penampang yang besar
(diameter besar).
Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair
dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah, maka tekanan yang
masuk pada penghisap pertama sama dengan tekanan pada penghisap kedua.
Tekanan dalam fluida dapat dirumuskan dengan persamaan di bawah ini
F
P=
A
P1 = P2
F1 F2 ...Pers(2.2)
=
A1 A2
Keterangan :
P : Tekanan (Pascal atau N/m2)
F : Gaya (N)
A : Luas permukaan penampang (m2)
(Kurniati dan Sri, 2013)
2.1.2 Fluida Dinamis
Fluida mempunyai karakter yang khas, misalnya Udara dan air juga
mempunyai karakter berbeda. Udara dapat ditekan sehingga menempati volume yang
lebih kecil, tetapi air tidak dapat diperlakukan serupa. Minyak pelumas dan air
mempunyai kekentalan yang berbeda. Oleh karena itu, fluida mempunyai beberapa
sifat sebagai berikut:
Sifat kedua adalah sifat yang berkaitan dengan kecepatan aliran. Jika
kecepatan pada setiap titiknya tidak mengalami perubahan, alirannya disebut aliran
tunak (steady flow) dan yang sebaliknya disebut aliran tak tunak (nonsteady flow).
Aliran tunak hanya mengizinkan arah arus dan kecepatan arus yang sama pada setiap
titiknya. Apabila ditemukan fluida yang tidak memenuhi keadaan tersebut, fluida itu
merupakan fluida tak tunak. Air yang mengalir dengan kecepatan rendah merupakan
contoh aliran tunak, tetapi ketika dipercepat alirannya menjadi tak tunak.
Sifat ketiga adalah sifat otientasi aliran, pada sifat ini ada fluida yang
mengalami perputaran (rotational) ada juga yang tidak mengalami perputaran
(irrotational). Ambillah sebuah roda kecil atau benda yang dapat dimasukkan
kedalam fluida, kemudian perhatikan. Apabila suatu ketika benda tersebut terlihat
berputar maka aliran fluida tentu mengalami putaran di titik benda tersebut berputar.
M2 = ρV1
M2 = ρA1V1t
Demikian juga, massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas
penampang A2 (diameter pipa yang kecil) selama selang waktu tertentu adalah:
M1 = M2
ρA1V1t = ρA2V2t
A1V1 = A2V2
Jadi, pada fluida tak-termampatkan, berlaku persamaan kontinuitas:
Keterangan :
A1 : Luas penampang 1 (m2)
A2 : Luas penampang 2 (m2)
v1 : Laju aliran fluida pada penampang 1 (m/s)
v2 : Laju aliran fluida pada penampang 2 (m/s)
2) Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Termampatkan (compressible)
Untuk kasus fluida yang termampatkan atau compressible, massa jenis fluida
tidak selalu sama. Dengan kata lain, massa jenis fluida berubah ketika dimampatkan.
Kalau pada fluida Tak-termampatkan massa jenis fluida tersebut di hilangkan dari
persamaan, maka pada kasus ini massa jenis fluida tetap disertakan. Dengan
berpedoman pada persamaan yang telah diturunkan sebelumnya,berikut ini akan
diturunkan persamaan untuk fluida termampatkan.
Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka :
M1 = m 2
ρA1V1t = ρA2V2t
Selang waktu (t) aliran fluida sama sehingga t bisa kita hilangkan. Persamaan
berubah menjadi:
ρA1V1 = ρA2V2
...Pers(2.4)
Keterangan :
ρ : Massa jenis fluida (kg/m3)
A1.2 : Luas Penampang 1 dan 2 (m2)
V1.2 : Kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
2.2 Jenis-Jenis Aliran
2.2.1 Aliran Laminer
Aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-
lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sama
lain. Alirannya relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar
(laminae) & mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida. Aliran laminar
adalah aliran fluida tanpa arus turbulent (pusaran air). Partikel fluida mengalir atau
bergerak dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Laminar adalah ciri dari arus yang
berkecepatan rendah, dan partikel sedimen dalam zona aliran berpindah dengan
menggelinding (rolling) ataupun terangkat (saltation). Pada laju aliran rendah, aliran
laminer tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran
laminer mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300 (Anggerdumas, 2012)
2.3 Debit
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar istilah “Debit”. Debit itu
menyatakan volume suatu fluida yang mengalir melalui penam pang tertentu dalam
selang waktu tertentu.
Secara matematis, bisa dinyatakan sebagai berikut :
𝑉
𝑄 = ...Pers(2.5)
𝑡
Keterangan :
Q : Debit aliran (m3/s)
V : Volume fluida (m3)
t : Selang waktu (s)
Sebagai contoh, misalnya fluida mengalir melalui sebuah pipa. Pipa biasanya
berbentuk silinder dan memiliki luas penampang tertentu. Pipa tersebut juga punya
panjang,perhatikan gambar berikut:
v
v
A = Luas Penampang
Gambar 2.4 Pipa yang berbentuk silinder
(Sumber : Kuniati dan Sri, 2013)
Dengan demikian, ketika fluida mengalir melalui suatu pipa yang memiliki
luas penampang dan panjang tertentu selama selang waktu tertentu, maka besarnya
debit fluida (Q) tersebut sama dengan luas permukaan penampang (A) dikalikan
dengan laju aliran fluida (v) (Kurniari dan Sri, 2013).
2.4 Head Loss
Head loss terbagi menjadi dua macam, yaitu head loss mayor dan head loss
minor. Head loss total merupakan penjumlahan dari head loss mayor dan head loss
minor.
1) Head loss mayor
Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara aliran fluida
yang mengalir dengan suatu dinding permukaan dalam pipa. Pada umumnya head
loss ini dipengaruhi oleh panjang pipa. Untuk dapat menghitung head loss mayor,
perlu diketahui lebih jelas awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut
dapat diketahui melalui turunan dari persamaan bilangan Reynold sehingga menjadi
persamaan berikut:
4𝜌𝑄
Re = ...Pers(2.6)
µ𝜋𝐷
Keterangan :
Q : Debit aliran fluida (m3/s)
ρ : Massa jenis fluida (kg/m3)
D : Diamter pipa (m)
µ : Viskositas fluida (kg/ms)
𝐿𝑣 2 ...Pers(2.7)
Hf = f
𝐷 2𝑔
Keterangan :
Hf : Head loss mayor (m)
f : Faktor gesekan (dapat diketahui melalui diagram moody)
L : Panjang pipa (m)
D : Diameter pipa (m)
v : Kecepatan aliran (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
c. Entrance dan Exit, Entrance seringkali timbul pada saat perpindahan dari
pipa menuju suatu reservoir. Berdasarkan jenisnya, entrance dapat dibedakan
menjadi 4 macam yaitu reentrant, square edge, slightly rounded dan well
rounded.
Gambar 2.8 Macam-macam entrance
(Sumber : Unpas, 2011)
Gambar 2.9 Macam-macam exit: (a) projecting, (b) sharp edge, (c)
slight rounded, dan (d) well rounded
(Sumber : Unpas, 2011)
f. Katup (Valve), Valve atau katup adalah sebuah perangkat yang terpasang pada
sistem perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan
mengarahkan laju aliran fluida dengan cara membuka, menutup atau menutup
sebagian katup pada valve tersebut dengan cara diputar.
𝑣 2
Hm = k ...Pers(2.7)
2𝑔
Keterangan :
𝑉 : Kecepatan fluida (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
k : Koefisien minor losses
Sistem perpipaan biasanya terdiri dari beberapa komponen seperti katup,
belokan, percabangan dan sebagainya yang dapat menambah head loss sistem pipa.
Kerugian head melalui komponen sistem pipa tersebut disebut kerugian minor
(minor losses). Sedangkan kerugian gesekan di sepanjang pipa disebut kerugian
mayor (mayor losses). “k” adalah koefisien kerugian minor, harga k bergantung pada
jenis komponen sistem perpipaan seperti katup, sambungan, belokan, sisi masuk, sisi
keluar, dan sebagainya
Tabel 2.1 Koefisien kerugian minor untuk komponen pipa pvc didapatkan dari
software
Komponen PVC ANSI Sch 40 Nilai K
Regular flanged elbow 90° 0,81
line flow Flanged Tee 0,54
Ball Valve 2,6
Gradual Contraction 1,63
(Sumber : Unpas, 2011)
p1 v1 2 p v2 2
+ + z1 = 𝑌2 + + z2 + hf
Y1 2g 2 2g
...Pers(2.8)
Keterangan :
P1.2 : Tekanan di penampang 1 dan 2 (N/m2)
v1.2 : Kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
z1.2 : Elevasi pada permukaan 1 dan 2 (m)
γ1.2 : Rapat massa 1 dan 2 (N/m3)
g : Gravitasi bumi (9,81 m/s2)
hf : Kehilangan tenaga (m)
(Kurniati dan Sri, 2013)
ŋ𝐴𝑣
F= ...Pers(2.9)
𝐿
Keterangan :
F : Gaya (N)
A : Luas keping yang bersentuhan dengan fluida (m2)
V : Kelajuan fluida (m/s)
L : Jarak antar keping (m)
ŋ : Koefisien viskositas (Ns/m2) atau (Pa.s)
9 𝑅2𝑔(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
µ= ...Pers(2.10)
2ŋ
Keterangan :
µ : Kecepatan terminal (m/s)
ŋ : Koefisien viskositas (Ns/m2) atau (Pa.s)
R : Jari-jari bola (m)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
ρb : Massa jenis bola (kg/m3)
ρf : Massa jenis fluida (kg/m3)
Ʋ
𝑉= . . . (2.11)
р
Keterangan :
V : Viskositas kinematic (m²/s)
Ʋ : Viskositas absolut (Ns/m²)
р : Rapat massa (Kg/m³)
Elbow pada umumnya memiliki diameter yang sama antara masukan dan
keluaran, walaupun ada juga yang memiliki ukuran berbeda, disebut dengan reducing
elbow. Ada satu komponen fitting yang dibuat dari potongan pipa, disebut dengan
miter (Adi Surahman, 2014).
2.8.2 Fitting Tee
Tee dalam fitting adalah koneksi fitting yang memiliki cabang untuk
membagi aliran. Biasanya cabangnya ini ukurannya sama dengan ukuran pipa
utamanya, disebut dengan straight tee. Sedangkan kalau berbeda, disebut dengan
reducing tee.
Seperti kalau di jalan tee ini dianalogikan sebagai pertigaan. Ada tee yang tidak
tegak lurus yang membentuk sudut 45 derajat. Biasa disebut dengan lateral Tee,
biasanya untuk pressure yang rendah.
Dalam reducer ini, dikenal dua jenis reducer yaitu concentrik reducer dan
eccentrik reducer. Keduanya memiliki peran yang berbeda (Adi Surahman, 2014).
2.8.4 Stub-in
Pipe caps fitting berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa, fitting
ini di las langsung pada pipa utama. Ada juga penutup aliran fluida yang dapat di
bongkar dan dilepas, namun biasanya menggunakan sambungan flange, lebih
tepatnya blind flange (Adi Surahman, 2014).
Aplikasi tata pipa ini bedanya pada jenis dan tebal pipa karena
pemanfaatannya.
Apabila pompa telah dinyalakan maka air sumur akan naik ke dalam tandon
melauli pipa. Pada tandon, pipa pembatas permukaan air yang ditampung ke tandon
kemudian terdapat pipa yang menyambung pada tandon menuju ke dalam bak mandi
dan keran-keran yang berada dalam rumah.