Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap aktivitas keseharian kita, kita selalu berhubungan dengan fluida.
Baik pada saat mandi,minum, dan hal hal lain yang behubungan dengan fluida.
Tanpa kita sadari kegiatan yang kita lakukan ini dapat kita selidiki misalnya
fenomena fluida pada instalasi perpipaan air di rumah yang kita tempati dapat kita
pelajari dan selidiki.

Pengelolaan sumber daya air atau pengelolaan sumber - sumber air tidak
akan lepas dari permasalahannya. pada pengelolaan sumber - sumber air ini
dijumpai sejumlah besar kriteria - kriteria berhubungan dengan kualitas dimana
masing-masing kriteria berhubungan satu sama lain dan bersifat komplek.
Dengan adanya kriteria – kriteria yang komplek inilah menjadi salah satu penyebab
utama yang mendorong berkembangnya penggunaan model.

Secara umum saluran dibagi 2 (dua), saluran terbuka dan saluran tertutup
(Saluran tertutup/pipa merupakan saluran yang digunakan untuk mengalirkan air dari
satu tempat ke tempat lainnya misalnya jaringan pipa PDAM. Dalam suatu aliran
fluida dalam saluran tertutup, baik itu jenis aliran laminar maupun turbulen, pasti
mengalami kerugian head atau kehilangan energi.

Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke
tempat yang lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua
tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air. Dalam sistem
pemipaan terdapat beberapa variabel penting yang sangat mempengaruhi sistem
tersebut diantaranya panjang pipa, diameter pipa, koefisien gesekan pipa, dan debit
yang terjadi pada pipa tersebut.
Debit aliran yang terjadi akan ditentukan oleh kemiringan dari garis tekan
masing-masing pipa tersebut. Oleh karena itu untuk mendapatkan debit aliran
masing-masing pipa tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
kontinuitas dan energi.

Aliran pada saluran tertutup adalah aliran bertekanan (aliran terjadi karena
perbedaan tekanan/energi pada titik awal dan titik akhir), kehilangan tekanan/energi
(kerugian) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ukuran pipa,
kekasaran permukaan pipa (jenis pipa), kecepatan aliran, nilai kekentalan, dan
percepatan gravitasi.

Dalam dunia teknik sipil, terutama mahasiswa jurusan teknik sipil harus
mempelajari dan dapat mengetahui sifat-sifat atau prinsip dari fluida. Dalam hal ini
adalah sifat-sifat atau prinsip yang terjadi dalam pipa. Dalam ilmu hidrodinamika ada
berbagai macam aliran, namun pada saat ini kita hanya akan mempelajari aliran dan
hal-hal yang terjadi di aliran dalam pipa

Oleh karena itu berdasarkan pemaparan diatas mengingat banyaknya


pemanfaatan sistem perpipaan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada instalasi air,
maka kami dari kelompok 3 (tiga) teknik sipil melakukan praktikum percobaan tata
pipa agar dapat mengetahui kehilangan energi yang terjadi pada pipa dan untuk
memanajemen penataan pipa agar lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum percobaan tata pipa ini adalah
sebagai berikut :
a) Bagaimana menentukan kehilangan energi yang diakibatkan oleh pengaruh
gesekan dan pengaruh lokal ?
b) Bagaimana menentukan koefisien pengaliran (Cd) dengan bilangan Reynold
(Re) pada aliran yang melalui pipa pengamatan ?
c) Bagaimana menentukan hubungan antara (H1 ukur) dan (H1 hitung) ?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum percobaan tata pipa ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk menentukan kehilangan energi yang diakibatkan oleh pengaruh
gesekan dan pengaruh lokal
b) Untuk menentukan koefisien pengaliran (Cd) dengan bilangan Reynold (Re)
pada aliran yang melalui pipa pengamatan
c) Untuk menentukan hubungan antara (H1 ukur) dan (H1 hitung)

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum percobaan tata pipa ini adalah sebagai
berikut :
a) Dapat menentukan kehilangan energi yang diakibatkan oleh pengaruh
gesekan dan pengaruh lokal
b) Dapat menentukan koefisien pengaliran (Cd) dengan bilangan Reynold (Re)
pada aliran yang melalui pipa pengamatan
c) Dapat menentukan hubungan antara (H1 ukur) dan (H1 hitung)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisah massa. Tahanan fluida terhadap
perubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti
bentuk ruangan/tempat yang membatasinya.Fluida dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu zat cair dan gas. Zat cair dan gas mempunyai sifat-sifat serupa, yang
terpenting adalah sebagai berikut :
1) Kedua zat ini tidak melawan perubahan bentuk
2) Kedua zat tidak mengadakan reaksi terhadap gaya geser, yaitu gaya yang
bekerja sejajar dengan permukaan lapisan-lapisan zat cair atau gas yang
mencoba untuk menggeser lapisan-lapisan tersebut antara satu terhadap yang
lain. Oleh karena itu apabila ada sentuhan sedikit saja, dua lapisan yang
saling berdampingan akan bergerak antara satu terhadap lainnya.
Sedangkan perbedaan utama antara zat cair dan gas adalah sebagai berikut :
1) Zat cair mempunyai permukaan bebas, massa zat cair hanay akan mengisi
volume yang diperlukan dalam satu ruangan, sedangkan gas tidak mempunyai
permukaan bebas dan massanya akan mengisi seluruh ruangan
2) Zat cair merupakan zat yang praktis tak termampatkan, sedang gas adalah zat
yang bisa dimampatkan (Bambang Triatmodjo, 1993).

Aliran fluida biasanya ditunjukkan dalam kecepatan dan kapasitas, hal ini
berhubungan dengan penampang yang dilalui fluida tersebut. Penentuan kecepatan di
sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam
menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran kecepatan merupakan
fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat
diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu
pertikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan. (Riswan
dan Rahayu, 2017)
2.1.1 Fluida Statis
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan fluida. Cairan
adalah salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak
partikelnya lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas
juga merupakan fluida yang interaksi antar partikelnya sangat sehingga diabaikan.
Apabila fluida mengalami gaya geser maka akan siap untuk mengalir.

1) Tekanan dalam Fluida Statis


Fluida diam adalah Zat alir yang tidak dalam kondisi bergerak.Contohnya air
dalam gelas dan air dalam bak mandi. Cabang ilmu fisikan yang mempelajari fluida
diam disebut Hidrostatistika, sedangkan yang mempelajari fluida bergerak disebut
sebagai Hidrodinamika. Hidrodinamika yang khusus mempelajari aliran gas dan
udara dinamakan Aerodinamika

Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan


massasss dengan volume zat tersebut. Secara matematis, massa jenis dirumuskan
sebagai berikut :
𝑚
ρ =
𝑉 ...Pers(2.1)

Keterangan :
ρ : Massa jenis (kg/m3)
m : Massa benda (Kg)
V : Volume benda (m3)
2) Hukum Pascal
Bila ditinjau dari zat cair yang berada dalam suatu wadah, tekanan zat cair
pada dasar wadah tentu saja lebih besar dari tekanan zat cair pada bagian di atasnya.
Semakin ke bawah, maka tekanan zat cair tersebut akan semakin besar. Sebaliknya,
semakin mendekati permukaan atas wadah, semakin kecil tekanan zat cair tersebut.
Jika suatu fluida yang dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat
bergerak maka tekanan di suatu titik tertentu tidak hanya ditentukan oleh berat fluida
di atas permukaan air tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan oleh penghisap.

Berikut ini adalah gambar fluida yang dilengkapi oleh dua penghisap dengan
luas penampang berbeda. Penghisap pertama memiliki luas penampang yang kecil
(diameter kecil) dan penghisap yang kedua memiliki luas penampang yang besar
(diameter besar).

Gambar 2.2 Fluida yang dilengkapi penghisap


(Sumber : Kuniati dan Sri, 2013)

Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair
dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah, maka tekanan yang
masuk pada penghisap pertama sama dengan tekanan pada penghisap kedua.
Tekanan dalam fluida dapat dirumuskan dengan persamaan di bawah ini

F
P=
A

sehingga persamaan hukum Pascal bisa ditulis sebagai berikut :

P1 = P2

F1 F2 ...Pers(2.2)
=
A1 A2

Keterangan :
P : Tekanan (Pascal atau N/m2)
F : Gaya (N)
A : Luas permukaan penampang (m2)
(Kurniati dan Sri, 2013)
2.1.2 Fluida Dinamis
Fluida mempunyai karakter yang khas, misalnya Udara dan air juga
mempunyai karakter berbeda. Udara dapat ditekan sehingga menempati volume yang
lebih kecil, tetapi air tidak dapat diperlakukan serupa. Minyak pelumas dan air
mempunyai kekentalan yang berbeda. Oleh karena itu, fluida mempunyai beberapa
sifat sebagai berikut:

Sifat pertama adalah kemampuan (compressibility), yaitu kemampuan fluida


untuk mengalami perubahan volume ketika ditekan (dimampatkan). Hampir semua
zat cair tidak dapat dimampatkan (incompressible). Gas pun dalam kondisi tertentu
dapat dianggap tidak termampatkan, misalnya saja dengan mengatur alirannya
sedemikian rupa sehingga perubahan tekanan pada setiap titiknya tidak terlalu besar.

Sifat kedua adalah sifat yang berkaitan dengan kecepatan aliran. Jika
kecepatan pada setiap titiknya tidak mengalami perubahan, alirannya disebut aliran
tunak (steady flow) dan yang sebaliknya disebut aliran tak tunak (nonsteady flow).
Aliran tunak hanya mengizinkan arah arus dan kecepatan arus yang sama pada setiap
titiknya. Apabila ditemukan fluida yang tidak memenuhi keadaan tersebut, fluida itu
merupakan fluida tak tunak. Air yang mengalir dengan kecepatan rendah merupakan
contoh aliran tunak, tetapi ketika dipercepat alirannya menjadi tak tunak.

Sifat ketiga adalah sifat otientasi aliran, pada sifat ini ada fluida yang
mengalami perputaran (rotational) ada juga yang tidak mengalami perputaran
(irrotational). Ambillah sebuah roda kecil atau benda yang dapat dimasukkan
kedalam fluida, kemudian perhatikan. Apabila suatu ketika benda tersebut terlihat
berputar maka aliran fluida tentu mengalami putaran di titik benda tersebut berputar.

Sifat keempet berkaitan dengan kekentalannya (viscosity). Fluida yang kental


akan lebih sulit mengalir jadi kekentalan setara dengan gaya gesekan untuk benda
padat.
Gambar 2.3 Aliran fluida pada sebuah pipa
(Sumber : Kuniati dan Sri, 2013)
Gambar ini menujukan aliran fluida dari kiri ke kanan (fluida mengalir dari
pipa yang diameternya besar menuju diameter yang kecil). Garis putus-putus
merupakan garis arus.
Keterangan :
A1 : Luas penampang bagian pipa yang berdiameter besar (m2)
A2 : Luas penampang bagian pipa yang berdiameter kecil (m2)
v1 : Laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter besar (m/s)
v2 : Laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter kecil (m/s)
L : Jarak tempuh fluida (m)

1) Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Tak-termampatkan (incompressible)


Pada fluida tak-termampatkan (incompressible), kerapatan atau massa jenis
fluida tersebut selalu sama di setiap titik yang dilaluinya. Massa fluida yang mengalir
dalam pipa yang memiliki luas penampang A1 (diameter pipa yang besar) selama
selang waktu tertentu adalah:

M2 = ρV1
M2 = ρA1V1t

Demikian juga, massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas
penampang A2 (diameter pipa yang kecil) selama selang waktu tertentu adalah:

M1 = M2
ρA1V1t = ρA2V2t
A1V1 = A2V2
Jadi, pada fluida tak-termampatkan, berlaku persamaan kontinuitas:

A1v1 = A2v2 ...Pers(2.3)

Keterangan :
A1 : Luas penampang 1 (m2)
A2 : Luas penampang 2 (m2)
v1 : Laju aliran fluida pada penampang 1 (m/s)
v2 : Laju aliran fluida pada penampang 2 (m/s)
2) Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Termampatkan (compressible)
Untuk kasus fluida yang termampatkan atau compressible, massa jenis fluida
tidak selalu sama. Dengan kata lain, massa jenis fluida berubah ketika dimampatkan.
Kalau pada fluida Tak-termampatkan massa jenis fluida tersebut di hilangkan dari
persamaan, maka pada kasus ini massa jenis fluida tetap disertakan. Dengan
berpedoman pada persamaan yang telah diturunkan sebelumnya,berikut ini akan
diturunkan persamaan untuk fluida termampatkan.

Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka :

M1 = m 2
ρA1V1t = ρA2V2t

Selang waktu (t) aliran fluida sama sehingga t bisa kita hilangkan. Persamaan
berubah menjadi:

ρA1V1 = ρA2V2
...Pers(2.4)
Keterangan :
ρ : Massa jenis fluida (kg/m3)
A1.2 : Luas Penampang 1 dan 2 (m2)
V1.2 : Kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
2.2 Jenis-Jenis Aliran
2.2.1 Aliran Laminer
Aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-
lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sama
lain. Alirannya relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar
(laminae) & mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida. Aliran laminar
adalah aliran fluida tanpa arus turbulent (pusaran air). Partikel fluida mengalir atau
bergerak dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Laminar adalah ciri dari arus yang
berkecepatan rendah, dan partikel sedimen dalam zona aliran berpindah dengan
menggelinding (rolling) ataupun terangkat (saltation). Pada laju aliran rendah, aliran
laminer tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran
laminer mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300 (Anggerdumas, 2012)

Gambar 2.1 Aliran Laminer


(Sumber : Hisham, 2018)
2.2.2 Aliran Transisi
Aliran transisi yaitu merupakan salah satu aliran-aliran peralihan dari aliran
laminar ke aliran yang turbulen.

Gambar 2.2 Aliran Transisi


(Sumber : Muh.Nabil, 2012)
2.2.3 Aliran Turbulen
Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara
acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi. Akibat dari
hal tersebut garis alir antar partikel fluidanya saling berpotongan. Turbulen
mentransport partikel-partikel dengan dua cara; dengan penambahan gaya fluida dan
penurunuan tekanan lokal ketika pusaran turbulen bekerja padanya. Keduanya adalah
penyebab terjadinya transportasi pasir sepanjang bawah permukaan. Di alam hampir
semua mekanisme transport pasir terjadi secara turbulen. Turbulen terutama terjadi di
sungai akibat penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat akibat kekasaran
bawah permukaan; sepanjang garis pantai dan laut penyebabnya adalah ombak,
tekanan angin permukaan, dan penggerusan arus. Di udara turbulen yang membawa
bekas ledakan volkanis ditransport angin. Besarnya gerakan turbulen bervariasi dari
mikro hingga makro, yang terakhir tadi sangat mudah dilihat di sungai dengan
penampakkan pusaran yang kompleks atau dengan boil yang berbenturan dengan
permukaan sungai, secara terus menerus. Aliran turbulen mempunyai bilangan
reynold yang lebih besar dari 4000 (Anggerdumas, 2012).

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


(Sumber : Muh. Nabil, 2012)

2.3 Debit
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar istilah “Debit”. Debit itu
menyatakan volume suatu fluida yang mengalir melalui penam pang tertentu dalam
selang waktu tertentu.
Secara matematis, bisa dinyatakan sebagai berikut :

𝑉
𝑄 = ...Pers(2.5)
𝑡

Keterangan :
Q : Debit aliran (m3/s)
V : Volume fluida (m3)
t : Selang waktu (s)

Sebagai contoh, misalnya fluida mengalir melalui sebuah pipa. Pipa biasanya
berbentuk silinder dan memiliki luas penampang tertentu. Pipa tersebut juga punya
panjang,perhatikan gambar berikut:

v
v

A = Luas Penampang
Gambar 2.4 Pipa yang berbentuk silinder
(Sumber : Kuniati dan Sri, 2013)

Dengan demikian, ketika fluida mengalir melalui suatu pipa yang memiliki
luas penampang dan panjang tertentu selama selang waktu tertentu, maka besarnya
debit fluida (Q) tersebut sama dengan luas permukaan penampang (A) dikalikan
dengan laju aliran fluida (v) (Kurniari dan Sri, 2013).
2.4 Head Loss
Head loss terbagi menjadi dua macam, yaitu head loss mayor dan head loss
minor. Head loss total merupakan penjumlahan dari head loss mayor dan head loss
minor.
1) Head loss mayor
Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara aliran fluida
yang mengalir dengan suatu dinding permukaan dalam pipa. Pada umumnya head
loss ini dipengaruhi oleh panjang pipa. Untuk dapat menghitung head loss mayor,
perlu diketahui lebih jelas awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut
dapat diketahui melalui turunan dari persamaan bilangan Reynold sehingga menjadi
persamaan berikut:

4𝜌𝑄
Re = ...Pers(2.6)
µ𝜋𝐷

Keterangan :
Q : Debit aliran fluida (m3/s)
ρ : Massa jenis fluida (kg/m3)
D : Diamter pipa (m)
µ : Viskositas fluida (kg/ms)

Perhitungan head loss menurut Darcy Weisbach dapat dilakukan dengan


menggunakan rumus :

𝐿𝑣 2 ...Pers(2.7)
Hf = f
𝐷 2𝑔

Keterangan :
Hf : Head loss mayor (m)
f : Faktor gesekan (dapat diketahui melalui diagram moody)
L : Panjang pipa (m)
D : Diameter pipa (m)
v : Kecepatan aliran (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)

Faktor gesekan (f) digunakan dalam persamaan Darcy Weisbach. Koefisien


ini dapat diperkirakan dengan diagram dibawah ini:

Gambar 2.5 Diagram Moody


(Sumber : Unpas, 2011)

2) Head loss minor


Head loss minor dapat terjadi karena adanya sambungan pipa (fitting) seperti
katup (valve), belokan (elbow), saringan (strainer), percabangan (tee), losses pada
bagian entrance, losses pada bagian exit, pembesaran pipa (expansion), pengecilan
pipa (contraction), dan sebagainya.
a. Elbow, belokan merupakan suatu sambungan yang sering digunakan pada
suatu sistem perpipaan.
Gambar 2.6 Regular flanged elbow 90°.
(Sumber : Unpas, 2011)
b. Percabangan (Tee), Penggunaan Tee dilakukan untuk mengalirkan aliran
fluida menuju dua arah yang berbeda dalam satu siklus tertentu yang dipasang
secara parallel.

Gambar 2.7 Line flow flanged Tee


(Sumber : Unpas, 2011)

c. Entrance dan Exit, Entrance seringkali timbul pada saat perpindahan dari
pipa menuju suatu reservoir. Berdasarkan jenisnya, entrance dapat dibedakan
menjadi 4 macam yaitu reentrant, square edge, slightly rounded dan well
rounded.
Gambar 2.8 Macam-macam entrance
(Sumber : Unpas, 2011)

Exit merupakan kebalikan dari entrance. Exit timbul karena adanya


perpindahan dari reservoir menuju ke suatu pipa, sama halnya dengan
entrance.

Gambar 2.9 Macam-macam exit: (a) projecting, (b) sharp edge, (c)
slight rounded, dan (d) well rounded
(Sumber : Unpas, 2011)

d. Pembesaran (Expansion), Pembesaran dalam suatu perpipaan dapat


dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembesaran mendadak atau terjadi
secara tiba-tiba yang seringkali disebut dengan sudden ekspansion ataupun
gradual ekspansion.

Gambar 2.10 Sudden ekspansion


(Sumber : Unpas, 2011)

Gambar 2.11 Gradual ekspansion


(Sumber : Unpas, 2011)

e. Pengecilan (Contraction), Sama halnya dengan ekspansion, contraction juga


dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sudden contraction (pengecilan
secara tiba-tiba), dan gradual contraction (pengecilan secara bertahap).

Gambar 2.12 Sudden contraction


(Sumber : Unpas, 2011)
Gambar 2.13 Gradual contraction
(Sumber : Unpas, 2011)

f. Katup (Valve), Valve atau katup adalah sebuah perangkat yang terpasang pada
sistem perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan
mengarahkan laju aliran fluida dengan cara membuka, menutup atau menutup
sebagian katup pada valve tersebut dengan cara diputar.

Gambar 2.14 Katup


(Sumber : Unpas, 2011)
Head loss minor dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑣 2
Hm = k ...Pers(2.7)
2𝑔

Keterangan :
𝑉 : Kecepatan fluida (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
k : Koefisien minor losses
Sistem perpipaan biasanya terdiri dari beberapa komponen seperti katup,
belokan, percabangan dan sebagainya yang dapat menambah head loss sistem pipa.
Kerugian head melalui komponen sistem pipa tersebut disebut kerugian minor
(minor losses). Sedangkan kerugian gesekan di sepanjang pipa disebut kerugian
mayor (mayor losses). “k” adalah koefisien kerugian minor, harga k bergantung pada
jenis komponen sistem perpipaan seperti katup, sambungan, belokan, sisi masuk, sisi
keluar, dan sebagainya

Tabel 2.1 Koefisien kerugian minor untuk komponen pipa pvc didapatkan dari
software
Komponen PVC ANSI Sch 40 Nilai K
Regular flanged elbow 90° 0,81
line flow Flanged Tee 0,54
Ball Valve 2,6
Gradual Contraction 1,63
(Sumber : Unpas, 2011)

2.5 Prinsip Bernoulli


Persamaan yang telah dihasilkan oleh Bernoulli tersebut dapat disebut sebagai
Hukum Bernoulli, yakni suatu hukum yang dapat digunakan untuk menjelaskan
gejala yang berhubungan dengan gerakan zat alir melalui suatu penampang pipa.
Hukum tersebut diturunkan dari Hukum Newton dengan berpangkal tolak pada
teorema kerjatenaga aliran zat cair dengan beberapa persyaratan antara lain aliran
yang terjadi merupakan aliran steady (mantap, tunak), tak berolak (laminier, garis
alir streamline), tidak kental dan tidak termampatkan. Prinsip Bernoulli menyatakan
bahwa di mana kecepatan aliran fluida tinggi, tekanan fluida tersebut menjadi
rendah. Sebaliknya jika kecepatan aliran fluida rendah, tekanannya menjadi tinggi.

Persamaan dinyatakan dalam Hukum Bernoulli tersebut melibatkan hubungan


berbagai besaran fisis dalam fluida, yakni kecepatan aliran yang memiliki satu garis
arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan tekanannya (Kurniati dan Sri, 2013).
2.6 Persamaan Bernoulli
Hukum Bernoulli menjelaskan tentang konsep dasar aliran fluida (zat cair dan
gas) bahwa peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas, akan
mengakibatkan penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Artinya, akan
terdapat penurunan energi potensial pada aliran fluida tersebut.

Konsep dasar ini berlaku pada fluida aliran termampatkan (compressible


flow), juga pada fluida dengan aliran tak-termampatkan (incompressible-flow).
Hukum Bernoulli sebetulnya dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari konsep
dalam mekanika fluida secara umum, yang dikenal dalam persamaan Bernoulli.
Secara matematis persamaan bernauli adalah sebagai berikut.

p1 v1 2 p v2 2
+ + z1 = 𝑌2 + + z2 + hf
Y1 2g 2 2g
...Pers(2.8)

Keterangan :
P1.2 : Tekanan di penampang 1 dan 2 (N/m2)
v1.2 : Kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
z1.2 : Elevasi pada permukaan 1 dan 2 (m)
γ1.2 : Rapat massa 1 dan 2 (N/m3)
g : Gravitasi bumi (9,81 m/s2)
hf : Kehilangan tenaga (m)
(Kurniati dan Sri, 2013)

2.7 Kinematika Fluida (Viskositas)


Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,
kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung
menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya–
gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan
semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunya
viskositas dari zat cair tersebut (Ridwan,2019).

ŋ𝐴𝑣
F= ...Pers(2.9)
𝐿

Keterangan :
F : Gaya (N)
A : Luas keping yang bersentuhan dengan fluida (m2)
V : Kelajuan fluida (m/s)
L : Jarak antar keping (m)
ŋ : Koefisien viskositas (Ns/m2) atau (Pa.s)

Untuk benda berbentuk bola, digunakan persamaan kecepatan terminal yaitu :

9 𝑅2𝑔(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
µ= ...Pers(2.10)

Keterangan :
µ : Kecepatan terminal (m/s)
ŋ : Koefisien viskositas (Ns/m2) atau (Pa.s)
R : Jari-jari bola (m)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
ρb : Massa jenis bola (kg/m3)
ρf : Massa jenis fluida (kg/m3)

Viskositas kinematik adalah rasio antara viskositas absolut untuk kecepatan


dengan jumlah dimana tidak ada kekentalan yang terlibat. Secara matematis yaitu:

Ʋ
𝑉= . . . (2.11)
р
Keterangan :
V : Viskositas kinematic (m²/s)
Ʋ : Viskositas absolut (Ns/m²)
р : Rapat massa (Kg/m³)

Tabel 2.1 Viskositas kinematik berdasarkan suhu


Dynamic Kinematic
Temperatur spesific weight Density
Viscosity Viscosity
( C) (kn/m3) (kg/m3)
(N/m3) (m2/s)
1 2 3 4 5
-3
0 9,81 1000 1.15 x 10 1.75 x 10-6
5 9,81 1000 1.52 x 10-3 1.52 x 10-6
10 9,81 1000 1.30 x 10-3 1.30 x 10-6
15 9,81 1000 1.15 x 10-3 1.15 x 10-6
20 9,79 998 1.02 x 10-3 1.02 x 10-6
25 9,78 997 8.91 x 10-4 8.94 x 10-7
30 9,77 996 8.00 x 10-4 8.03 x 10-7
35 9,75 994 7.18 x 10-4 7.22 x 10-7
40 9,73 992 6.51 x 10-4 5.56 x 10-7
45 9,71 990 5.94 x 10-4 6.00 x 10-7
50 9,69 988 5.41 x 10-4 5.48 x 10-7
55 9,67 986 4.98 x 10-4 5.05 x 10-7
60 9,65 984 4.60 x 10-4 4.67 x 10-7
65 9,62 981 4.31 x 10-3 4.39 x 10-7
70 9,59 978 4.02 x 10-3 4.11 x 10-7
75 9,56 975 3.73 x 10-4 3.83 x 10-7
80 9,53 971 3.50 x 10-4 3.60 x 10-7
85 9,5 968 3.30 x 10-4 3.41 x 10-7
90 9,47 965 3.11 x 10-4 3.22 x 10-7
95 9,44 962 2.92 x 10-4 3.04 x 10-7
100 9,4 958 2.82 x 10-4 2.94 x 10-7
(Sumber: L,Molt,Robbert,1994)
2.8 Macam-Macam Fitting (Sambungan) pipa
Fitting dibagi dalam berbagai jenis, fitting fitting tersebut akan sangat
berperan dalam sebuah sistem pemipaan. Fitting adalah salah satu komponen
pemipaan yang memiliki fungsi untuk merubah aliran, menyebarkan aliran,
membesar atau mengecilkan aliran. Fitting merupakan salah satu pemain utama
dalam pemipaan, karenanya kita akan selalu menggunakan komponen ini. Untuk
mengetahui gambaran umum pengunaan fitting dalam pemipaan, ada baiknya anda
membaca sejarah dan teori dasar pemipaan.

Fitting bukanlah nama untuk individu, melainkan nama yang digunakan


untuk pengelompokan. Karena di dalam fitting sendiri terdapat berbagai macam
komponen lain pemipaan, yang anda harus memahaminya satu persatu fungsi dan
kegunaanya. Adapun jenis dari fitting Antara lain adalah (Adi Surahman, 2014).

2.8.1 Fitting Elbow


Elbow adalah jenis fitting yang pertama, elbow merupakan komponen
pemipaan yang berfungsi untuk membelokan arah aliran. Layaknya tikungan jalan,
yang membuat pengendara berbelok arah ketika melaluinya, begitu pula elbow yang
bertugas untuk membelokan aliran fluida. Elbow terdiri dari dua jenis yang paling
umum yaitu 45 dan 90 derajat. Untuk memperoleh sudut di selain sudut diatas,
terkadang elbow tersebut di potong. Atau dengan mengunakan dua elbow yang
disatukan untuk memperoleh sudut tertentu.

Elbow pada umumnya memiliki diameter yang sama antara masukan dan
keluaran, walaupun ada juga yang memiliki ukuran berbeda, disebut dengan reducing
elbow. Ada satu komponen fitting yang dibuat dari potongan pipa, disebut dengan
miter (Adi Surahman, 2014).
2.8.2 Fitting Tee
Tee dalam fitting adalah koneksi fitting yang memiliki cabang untuk
membagi aliran. Biasanya cabangnya ini ukurannya sama dengan ukuran pipa
utamanya, disebut dengan straight tee. Sedangkan kalau berbeda, disebut dengan
reducing tee.

Gambar 2.15 Fitting Tee


(Sumber: http://www.idpipe.com)

Seperti kalau di jalan tee ini dianalogikan sebagai pertigaan. Ada tee yang tidak
tegak lurus yang membentuk sudut 45 derajat. Biasa disebut dengan lateral Tee,
biasanya untuk pressure yang rendah.

Gambar 2.16 Lateral Tee


(Sumber:http://www.idpipe.com)
Dalam fitting juga ada perempatan, kita mengenalnya dengan crosses. Namun
pengunaan crosses ini amat sangat jarang, diperuntukan hanya untuuk space yang
terbatas (Adi Surahman, 2014).

2.8.3 Fitting Reducer


Reducer, sesuai namanya fitting jenis ini bertugas untuk me-reduce
(mengurangi) aliran fluida. Mengurangi disini bukan seperti valve, tapi ukuran
pipanya saja yang berkurang. Jadi reducer ini akan bertugas untuk mengabungkan
dari diameter yang lebih besar ke yang kecil, atau sebaliknya.

Gambar 2.17 Fitting Reducer


(Sumber: http://www.idpipe.com)

Dalam reducer ini, dikenal dua jenis reducer yaitu concentrik reducer dan
eccentrik reducer. Keduanya memiliki peran yang berbeda (Adi Surahman, 2014).

2.8.4 Stub-in

Gambar 2.18 Stub-in


(Sumber: http://www.idpipe.com)
Stub-in, adalah jenis fitting yang fungsinya mirip dengan tee, yaitu membagi
aliran. Bedanya dengan tee, kalau tee adalah item yang terpisah, ia menggabungkan
beberapa pipa. namun kalau stub-in, percabangan langsung dari pipa utamanya yang
fungsinya mengantikan reducing tee (Adi Surahman, 2014).

2.8.5 Fitting Cap

Gambar 2.19 Fitting Cap


(Sumber: http://www.idpipe.com)

Pipe caps fitting berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa, fitting
ini di las langsung pada pipa utama. Ada juga penutup aliran fluida yang dapat di
bongkar dan dilepas, namun biasanya menggunakan sambungan flange, lebih
tepatnya blind flange (Adi Surahman, 2014).

2.9 Aplikasi Tata Pipa

2.9.1 Instalasi Pipa Minyak

Gambar 2.20 Instalasi Pipa Minyak


(Sumber : Megajayabadi.com, 2016)
Aplikasi tata pipa ini hampir sama dengan aplikasi pipa yang lain, bedanya
hanya di jenis pipa. Umumnya pipa minyak memiliki ketebalan yang lebih tebal dan
terbuat dari besi.

2.9.2 Instalasi Pipa Gas

Gambar 2.20 Instalasi Pipa Gas


(Sumber : Gallery Stainless, 2018)

Aplikasi tata pipa ini bedanya pada jenis dan tebal pipa karena
pemanfaatannya.

2.9.3 Instalasi Pipa Air PDAM

Gambar 2.21 Instalasi Pipa Air


(Sumber : radarcirebon.com, 2018)
Seperti instalasi lain, instalasi pipa ini bedanya pada pemanfaatanya dan juga
instalasi ini yang paling banyak digunakan di sekitar kita.

2.9.4 Instalasi Pipa Sumur

Gambar 2.22 Instalasi pipa sumur


(Sumber: Ariston Kupang Optima, 2019)

Apabila pompa telah dinyalakan maka air sumur akan naik ke dalam tandon
melauli pipa. Pada tandon, pipa pembatas permukaan air yang ditampung ke tandon
kemudian terdapat pipa yang menyambung pada tandon menuju ke dalam bak mandi
dan keran-keran yang berada dalam rumah.

Anda mungkin juga menyukai