BAB I
PENDAHULUAN
2. Freezer
Berfungsi untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah dan biasanya
mencapai 0oC (32oF). Digunakan pada pembuatan es, pengawetan daging, dan lain-lain.
3. Cold Storage
Berfungsi untuk menstabilkan temperatur nisbi sehingga sering digunakan untuk
menyimpan alat-alat kedokteran.
2. Evaporator
Fungsi evaporator : Tempat perpindahan kalor antara refrigerant dan ruang atau
bahan yang akan didinginkan dan refrigerant akan mengalami perubahan fasa dari
cair menjadi uap.
Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya
a. Evaporator Tabung dan Coil
Dipakai pada mesin pendingin kecil. Terdapat pipa koil tunggal atau pipa
ganda di dalam sebuah silinder.
4. Kondensor
Fungsi kondensor : Melepaskan kalor dari refrigerant, sehingga refrigerant
berubah fasa dari uap menjadi cair. Kalor dilepas di kondensor berasal dari kalor
yang diserap di evaporator dan kalor akibat kerja kompresi.
Jenis Kondensor :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
Banyak digunakan pada unit pendinginan air dan penyegar udara baik
untuk ammonia maupun freon. Untuk amonia pipa pendingin biasanya terbuat
dari pipa baja. Sedangkan pada freon pipa pendingin menggunakan pipa
tembaga. Jika dikehendaki adanya ketahanan korosi sebaiknya digunakan pipa
kuningan atau cupro nikel dan pelat pipa kuningan.
Keterangan :
1–2 : Proses kompresi adiabatis reversible
2–3 : Proses pelepasan panas pada suhu dan tekanan konstan
3–4 : Proses isentropik ekspansi secara isentropik
4–1 : Proses pemasukan panas pada suhu dan tekanan konstan
Daerah yang ada di bawah garis reversible pada diagram suhu enthropi menyatakan
perpindahan kalor. Daerah-daerah yang digambarkan dalam gambar 2.22 dapat menyatakan
jumlah refrigerasi bermanfaat (useful refrigeration) dan kerja bersih (net work). Refrigerasi
bermanfaat sama dengan perpindahan kalor pada proses 4 – 1 atau daerah di bawah garis 4
– 1. Daerah di bawah garis 2 – 3 menyatakan kalor yang dikeluarkan dari daur, perbedaan
antara kalor yang dikeluarkan dari daur dan kalor yang ditambahkan ke dalam daur adalah
kalor bersih (net heat).
Siklus carnot biasa diperbaiki atau ditingkatkan prestasi kerjanya yaitu dengan cara
memberikan tambahan kerja agar tercapai kompresi kering, hal ini dilakukan dengan
memberikan super heating yaitu pemanasan lanjut sebelum refrigerant memasuki
kompresor. Hal ini akan mengakibatkan kinerja kompresor menjadi lebih ringan sehingga
lifetime komponen kompresor menjadi lebih panjang. Skema perbaikan daur refrigerasi
carnot dapat dilihat pada gambar 2.23.
Keterangan :
1–2 : Proses kompresi uap refrigerant
2–3 : Proses merubah uap refrigerant menjadi cair
3–4 : Proses penurunan tekanan
4–1 : Proses pengambilan kalor oleh uap refrigerant
Siklus dimulai dari titik 4 – 1 dimana kalor dari sistem diserap oleh refrigerant yang ada
di evaporator. Refrigerant lalu berubah wujud menjadi fase uap kering lalu dialirkan ke
kompresor. Di kompresor terjadi proses kompresi pada refrigerant untuk meningkatkan
tekanan refrigerant sehingga refrigerant bias mencapai tekanan dan temperature kondensasi,
selanjutnya dialikan ke kondensor. Prinsip kerja utama dari kondensor adalah melepas kalor
refrigerant, hal ini dilakukan dengan cara mendinginkan refrigerant hingga berubah wujud
menjadi cair, kalor yang dilepas oleh refrigerant dibuang ke lingkungan.
Setelah melewati kondensor refrigerant yang telah berbentuk cair dialirkan ke katup
ekspansi, di katup ekspansi terjadi proses penurunan tekanan refrigerant dengan cara
dikabutkan. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan refrigerant yang berwujud uap jenuh
sebelum memasuki evaporator untuk menjalani siklus kembali.
Tabel 2.1
Proses terjadinya siklus refrigerasi
Efek
Proses Alat P T s h Perubahan Fase
Q W
1-2 (Kompresi Uap Jenuh →
Kompresor ↑ ↑ c ↑ - h2-h1
Isentropik) Uap Panas Lanjut
2-3 (Pembuangan Uap Panas Lanjut
Kondensor c ↓ ↓ ↓ h2-h3 -
Kalor Isobarik) → Cair Jenuh
3-4 (Ekspansi Katup Cair Jenuh →
↓ ↓ ↑ c - -
Isoentalpi) Ekspansi Campuran
4-1 (Penyerapan Campuran →
Evaporator c c ↑ ↑ h1-h4 -
Kalor) Uap Jenuh
Sumber: Modul Praktikum Mesin Pendingin Semester Ganjil 2019-2020
Gambar 2.26 Gambar Daur Kompresi Uap Nyata Dibanding Daur Standar
Sumber : Stoecker (1982,p.191)
Pada siklus aktualnya yang ditunjukkan pada gambar 2.26, terjadi modifikasi pada
siklus ideal siklus kompresi uap antara lain :
Sub-cooling, kondisi dimana refrigerant cair lebih dingin dari suhu minimum idealnya,
sub-cooling bertujuan memaksimalkan perubahan fase embun ke cair pada kondensor
agar kerja kondensor menjadi lebih ringan. Sub-cooling bermanfaat karena kerja
2.2.7 AC Central
AC central adalah sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat
dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai
dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran udara/ducting. Skema AC
central dapat dilihat pada gambar 2.27
4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida ke tempat lain
dalam sistem pemipaan.
5. Ducting/saluran
Media penghubung antara AHU dengan ruangan yang dikondisikan udaranya,
fungsi utama ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk
kemudian didistribusikan ke masing-masing ruangan.
Keterangan :
q1 = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh produk didalam ruang
pendingin (j/s)
m = banyaknya produk (orang) yang didinginkan
h = laju kalor yang dilepaskan oleh produk
-benda ; h = F (jenis benda)
-orang ; h = F (aktivitas)
Clf = factor beban pendinginan (cooling load factor)
b. Peralatan
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari
peralatan – peralatan yang berada diruang pendingin tersebut.
Keterangan:
qz = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh peralatan peralatan
di dalam ruang pendinginan (joule/detik)
P = power /daya (peralatan) (Watt)
BF = factor bullast (lampu Tu =1,25 ; lampu pijar : 1,0
CLF = factor beban pendinginan
o
qb n. m v .h.Clf
.............................................................................(2-3)
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
terkendali (suhu/detik)
n = banyaknya produk (orang)
o
m = kebutuhan udara tiap orang perdetik (kg/detik)
Δh = kandungan kalor (beda entalpi udara luar dan dalam)(joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
b. Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara pendinginan
dengan udara luar tanpa kendali.
o
q A m vi. h.Clf ............................................................................... (2-4)
Keterangan :
qA = beban pendinginan akibat pertukaran udara dingin udara luar tanpa
kendali (joule/s)
o
m vi = laju Infiltrasi (kg/h)
Δh = beda entalpi udara luar dan dalam (joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
τ = bilangan balleman
ε = emisitas permukaan
A = luas panas (m²)
T1 = temperatur Absolute luar (ºK)
d. Perpindahan Panas
Beban pendinginan yang berasal karena perpindahan panas dari lingkungan
yang tidak diinginkan.
2.2.9 Refrigerant
Refrigerant adalah zat pendingin atau media pembawa kalor yang mudah diubah
bentuknya dari cair menjadi gas atau sebaliknya dengan menyerap atau melepas kalor yang
digunakan dalam sirkulasi mesin pendingin.
Tabel 2.2
Beberapa refrigerant holocarbon
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
11 Trikloromonofluorometana CCl3F
12 Diklorodifluorometana CCl2F2
13 Triklorotriplorometana CClF3
22 Monoklorodifluorometana CHClF2
40 Metil klorida CH3Cl
113 Triklorotrifluoroetana CCl2FCClF2
114 Diklorotetrafluoroetana CClF2CClF2
Sumber : Stoecker (2004,p.297)
b. Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan pada saat ini, contoh:
amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2.
Tabel 2.3
Beberapa refrigerant anorganik
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
717 Amonia NH3
718 Air H2O
729 Udara -
744 Karbondioksida CO2
764 Sulfur dioksida SO2
Sumber : Stoecker (2004,p.297)
Tabel 2.4
Refrigerant hidrocarbon
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
50 Metana CH4
170 Etana C2H6
290 Propana C3H8
Sumber : Stoecker (2004,p.298)
d. Azeotrop
Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang dapat dipisahkan
komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop menguap dan mengembun
sehingga suatu substansi tunggal yang sifat-sifatnya berbeda dengan unsur
pembentuknya. Misalnya refrigerant 502 yang merupakan campuran 48,8% R-22
dengan 51,2% R-115.
a. Keseimbangan energi
mc = md – m0 ; m0 = massa alir.....................................................................(2-8)
c. Kalor sensible
Dengan:
Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD = volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari dari diagram
psycometry (m3/kg)
hC = enthalpy udara di penampang C (kJ/kg)
hD = enthalpy udara di penampang D (kJ/kg)
PH2 = Daya reheater (kW)
HLC-D = kerugian energi pada daerah C-D (kJ/s)
Cp = panas jenis udara antara C-D kJ / kg.C
d. Didapat :
Dengan mengabaikan losses, panas jenis Cp adalah :
Cp
PH 2
kJ / kg.C
mD T ................................................................... 2-11)
a. Kesetimbangan energi:
m B hB m C hC Qref m Con hCon H LB C
......................................... (2-12)
b. Kekekalan massa
m B - m C = m Con → m B = m C+ m Con .............................................. (2-13)
c. Didapat
Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.
Qref
COPtot (kW) ........................................................................(2-14)
Wcomp
Losses of energy
HLB-C dalam [kJ/s]
o o o
HL B-C = ( m B .hB ) – ( m C .hC) + ( m s .hS ) – Qref m Con hCon
....... (2-15)
a. Keseimbangan energi
m A . hA - m B . hB = - Pm - m s . hs – Pp + HL A-B ................................ (2-16)
b. Kekekalan massa
m B = m A + m S .................................................................................. (2-17)
c. Didapat :
Kerugian energi (HL A-B)
QK
K
PK ...................................................................................... (2-19)
mh
k s s x100% (%) ............................................................... (2-20)
Pk
Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding dengan
posisi regavolt [%] dan spesifikasi penggeraknya (kW)
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier (kg/s)
Hs = enthalpy uap (kJ/kg)
Pp = daya pemanas preheater (kW)
Pk = daya pemanas bolier (kW)
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower (kg/s)
H 1A-B = kerugian energi pada daerah A-B (kJ/s)
Q1
COPact
Wcomp
.................................................................................(2-21)
Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon)
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari spesifikasi peralatan atau
voltmeter dan ampere meter (kW)
2.4.2 Heating
Sistem ini banyak digunakan di daerah-daerah yang beriklim dingin, yang sepanjang
musim didominasi dengan suhu yang dingin. Tersusun oleh beberapa bagian penting antara
lain boiler, furnace, heat pump, radiator, dan hydronic.
Furnace berfungsi sebagai sumber panas yang ditransfer ke media air
bernama hydronic di boiler. Hydronic tersirkulasi berkat kerja dari heat pump, yang
selanjutnya setelah dari boiler, hydronic menuju ke radiator untuk memindahkan panas yang
dikandungnya ke udara yang tersirkulasi. Udara inilah yang digunakan untuk memanaskan
ruangan.
2.4.3 Ventilation
Ventilation adalah proses untuk mensirkulasikan udara di dalam suatu ruangan dengan
udara luar, yang bertujuan untuk membuang debu, kelembaban, bau yang tidak sedap,
karbon dioksida, panas, bakteri di udara, serta meregenerasi oksigen di dalam ruangan.
Ventilasi merupakan salah satu penerapan teori mekanika fluida.
Ada dua jenis ventilation, yaitu forced ventilation dan natural ventilation. Forced
ventilation adalah sistem ventilasi yang menggunakan bantuan fan atau kipas untuk
mensirkulasikan udara di dalam ruangan. Sistem ini banyak digunakan di perindustrian
besar, gedung-gedung, dan contoh yang paling dekat dengan kita adalah di dapur dan di
kamar mandi. Di dapur biasanya dipasang fan untuk menghisap asap dari kompor dan
2. Sistem resirkulasi
2. Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu (temperature).
3. Regavolt
Digunakan untuk mengatur kecepatan aliran udara bebas dalam terowongan
angin.
Vd mm
0,95 28
X 6
0,9 0
𝑋−0,90 6−0
=
0,95−0,90 28−0
VD = 0,91 [m3.kg-1]
A. Antara penampang C-D
6,1
= 0,0504 √
0,91
= 0,13 [kg.s-1]
o 1,76
1,716..00,84
,84
m ref =
660
691 −640
640
o
,07207 [kg.𝑠 −1 ]
m ref 00,02899
o
Qref m ref .(h1 h4 )
= 0,00047778 [kg.s-1]
Kekekalan Massa
o o o
m B = m C + m CON
o
m B = 0,13 [kg.s-1] + 0,00047778 [kg.s-1]
o
m B = 0.13047778 [k.s-1]
Enthalpy air kondensasi hCON pada TCON menurut dengan tabel A-4 air pada buku
Stocker.
TCON = 25 OC
hCON = 104,83 [kJ.kg-1]
Kesetimbangan energi
o o o
( m B .hB ) – ( m C .hC ) = Qref + m CON . hCON + H1 B-C
(0.13047778.108) – (0,13.88) = 1,13054 + (0,00047778.104,83) + H1 B-C
2,6516 = 1,13054 + 0,050085677 + H1 B-C
H1 B - C = 1,47097 [kJ.s-1]
P hs
75 2662,4
97.59 X
100 2675
97,59−75 𝑥−2662.4
=
100−75 2675−2662,4
hs = 2673,78536 [kj.kg-1]
681−641
h2 aktual = + 641
0,84
h2 aktual = 688,6
ℎ1−ℎ4
COP aktual = ℎ2𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙−ℎ1
641−479
COP aktual = 688,6−641
1 o
]. ke dalam mesin pendingin hingga menumbuk uap bermassa ms = 0,00087778
[kg.s-1] yang dihasilkan oleh boiler berdaya 1 KW. Selama proses berlangsung,
terjadi losses energi sebesar H1 A-B = -12,5725 [kJ.s-1]. Kemungkinan terjadinya
losses dikarenakan hal berikut:
1. Kalor panas yang kurang sempurna sehingga terjadi perpindahan panas dari
dalam atau keluar system
2. Kerugian antara fluida udara dengan uap saat memasuki blower yang
menghasilkan gesekan antara fluida tersebut.
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada instalasi mesin pendingin maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
a. Kapasitas pendinginan, daya kompresor, dan nilai COP
Kapasitas pendinginan (refrigerant capacity)
Qref = 1,13054 kW
Daya kompresor
Wcomp =1,76 kW
COP ideal dan COP aktual dari seluruh instalasi mesin pendingin
COP ideal = 4,05
COP aktual = 3,403
b. Energi hilang pada setiap potongan duct
Energi hilang pada potongan HC – D = -1,2 [kJ.s-1]
Energi hilang pada potongan HB – C = 1,47097 [kJ.s-1]
Energi hilang pada potongan HA – B = -12,5725 [kJ.s-1]
5.2 Saran
1. Laboratorium hendaknya mengecek alat praktikum sebelum berjalannya praktikum.
2. Asisten sudah baik dalam menjalankan tugas nya, dan sangat memudahkan para
praktikan.
3. Praktikan hendaknya lebih sering mempelajari bahan asistensi agar kegiatan asistensi
lebih lancar.
4. Sistem praktikum sudah baik dalam penentuan waktu diluar jam kuliah.