Anda di halaman 1dari 64

Kelompok 01 Dasar Teori

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mesin pendingin merupakan suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kemajuan
teknologi saat ini. Mesin pendingin merupakan suatu bagian dari penerapan ilmu-ilmu
termodinamika yang digunakan dalam berbagai bidang. Tidak hanya dalam kehidupan
sehari-hari tetapi juga dalam berbagai industri, seperti refrigerator (kulkas), pendingin air
ataupun pendingin udara dalam mobil.
Bagi seorang mahasiswa teknik mesin sangat perlu untuk mempelajari masalah yang
berkenaan dengan mesin pendingin khususnya mengenai prinsip kerja mesin pendingin,
macam – macam mesin pendingin, beban pendinginan, kapasitas pendinginan dan
menghitung Coeficient of Performance (COP) mesin pendingin.
Untuk membantu mahasiswa mempelajari sistem pendingin dan pengondisian udara,
maka laporan ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk melakukan praktikum
mesin pendingin (Air Conditioning Test Bench) pada Laboratorium Mesin Pendingin.
Dengan pelaksanaan praktikum akan dapat memahami aplikasi ilmu yang telah dipelajari di
perkuliahan.

1.2 Rumusan Masalah


Pada laporan ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
a. Berapa besar kapasitas pendinginan, daya kompresor, efisiensi boiler dan Coeficient of
Performance (COP) yang diukur berdasarkan variasi waktu.
b. Berapa besar losses yang terjadi selama proses percobaan. Seperti faktor lingkungan
sekitar, faktor mesin, dll.

1.3 Batasan Masalah


Pengambilan dan perhitungan data praktikum dilakukan pada peralatan AC Bench
dimana pengaruh konduksi, konveksi dan radiasi udara di luar peralatan diabaikan. Mesin
pendingin ini diasumsikan berjalan normal dan aliran diasumsikan steady.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


1
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
1.4 Maksud dan Tujuan Praktikum
a. Dari Air Flow Duct, dengan prinsip-prinsip psychrometry dan keseimbangan energi
dapat ditentukan :
1. Perubahan sifat-sifat udara sepanjang duct dalam diagram psychrometri
2. Coeficient of Performance (COP) aktual dari seluruh instalasi mesin pendingin.
3. Energi yang hilang dari setiap potongan duct.
4. Efisiensi boiler sebagai komponen pelengkap instalasi P.A. HILTON.
b. Dari siklus refrigerant didapat :
1. Siklus refrigerasi R-22 yang aktual.
2. Kapasitas pendinginan (refrigerating capacity).
3. COP ideal berdasarkan siklus refrigerant.

1.5 Manfaat Praktikum


Dengan melaksanakan praktikum mesin pendingin ini, akan dapat memahami dan
mengenal proses serta siklus-siklus termodinamika yang terjadi dan dapat mengetahui
komponen yang terlibat di dalamnya sehingga praktikan dapat mengetahui pengaruh-
pengaruhnya dalam unjuk kerja mesin.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


2
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi Mesin Pendingin


Mesin pendingin adalah mesin konversi energi yang dipakai untuk memindahkan kalor
dari reservoir panas bertemperatur tinggi menuju reservoir panas bertemperatur lebih tinggi
dengan menambahkan kerja kalor dari luar. Secara jelasnya mesin pendingin merupakan
peralatan yang digunakan dalam proses pendinginan suatu materi (fluida) sehingga
mencapai temperatur dan kelembaban yang diinginkan, dengan jalan menyerap kalor dari
materi (fluida) yang akan dikondisikan, atau dengan kata lain menyerap panas (kalor) dari
suatu reservoir dingin dan diberikan ke reservoir panas.

2.2 Mesin Pendingin


2.2.1 Sejarah Mesin Pendingin
Perkembangan siklus refrigerant dan mesin pendingin merintis jalan bagi pertambahan
dan penggunaan mesin penyegar udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai oleh
Cagnicered De La Tour (1832) kemudian dilanjutkan oleh Hurprey Day dan asistennya
M.Faraday (1824) lalu Josep M.C.Credy (1887) yang pertama membuat instalasi mesin
pendingin yang dinamakan mesin pencuci udara (air washer) yaitu sistem pendingin yang
menggunakan gerakan air, sedangkan Willis Houlan Carrier (1906) membuat alat pengukur
temperatur dengan kelembapan udara yang kemudian dipatenkan pada tahun 1911.
Pada peralihan abad 19 – 20, kompresor digerakkan oleh uap dengan kecepatan
maksimal serpid.Industri refrigerasi di tahun 1990 kental diwarnai peralihan dari konsumsi
es alami ke es buatan dan persaingan antara kedua produk tersebut sekitar 15 tahun.
Air conditioning dngan kapasitas 450 ton untuk pertama kalinya dipasang di New York
Exchange dan sistem yang sama pada waktu yang hampir sama dipasang di sebuah gedung
teater di Jerman. Tahun 1905 Garder T Forness mempatenkan kompresor temuannya dimana
gas refrigerant dari 2 buah evaporator dengan tekanan berbeda bisa ditarik dan ditekan
dalam satu silinder tunggal. Menariknya, penemuan itu baru dikembangkan 40 tahun
kemudian. Memasuki tahun 1911 kecepatan kompresor meningkat menjadi 100-300 rpm
dan pada tahun 1915 untuk pertama kalinya kompresor dua tingkat dioperasikan. Sistem ini
masih belum bisa sempurna dan dipakai pada tahun 1940. Setelah perang dunia pertama biro

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


3
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
standar Amerika membuat rumusan yang akurat untuk panas laten es sehingga sistem
perancangan jet mulai digunakan pada industri minyak.

2.2.2 Kalor (Heat)


Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat diterima atau dilepaskan oleh benda
yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau bentuknya. Satuan kalor adalah joule
atau kalori.

2.2.2.1 Kalor Jenis


Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram
zat sebesar satu derajat celcius. Kalor jenis benda menyatakan kemampuan suatu benda
untuk menyerap kalor atau melepaskan kalor. Semakin besar kalor jenis suatu benda, maka
semakin kecil kemampuan benda tersebut untuk menyerap atau melepaskan kalor. Semakin
kecil kalor jenis suatu benda, maka semakin besar kemampuan benda tersebut untuk
menyerap atau melepaskan kalor.

2.2.2.2 Kalor Sensible


Kalor sensible adalah kalor yang menyebabkan terjadinya kenaikan atau penurunan
temperatur, tetapi phasa (wujud) tidak berubah. Satuan kalor sensible adalah joule, kalori
atau BTU (British Thermal Unit).

2.2.2.3 Kalor Laten


Kalor laten adalah kalor yang diperlukan untuk merubah phasa (wujud) benda pada
temperatur yang tetap. Satuan kalor laten adalah joule, kalori atau BTU (British Thermal
Unit).

2.2.3 Macam Mesin Pendingin


a. Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap
Mesin ini menggunakan kompresor untuk menaikkan tekanan uap zat pendingin
dari evaporator kemudian mendorongnya ke dalam kondensor agar mudah diembunkan.
Siklus pada mesin ini hampir menggunakan kebalikan dari siklus carnot,
perbandingannya adalah siklus ini menggunakan klep yang menghasilkan penurunan
tekanan secara isoenthalpy.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


4
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori

Gambar 2.1 Sistem Pendinginan Kompresi Uap


Sumber :Stoecker (1982,p.187)

b. Mesin pendingin dengan siklus pendinginan absorbsi


Mesin pendingin ini menggunakan dua jenis refrigerant yaitu refrigerant primer
sebagai zat pendingin dan refrigerant sekunder sebagai zat pengikat kalor / yang
membawa primer sampai di generator. Untuk siklusnya bisa dilihat pada gambar 2.2.
Evaporator yang menyerap panas dari system, ditangkap oleh refrigerant primer
berbentuk uap bertekanan rendah. Selanjutnya refrigerant primer diserap ke absorber
yang di dalamnya sudah ada refrigerant sekunder yang memiliki viskositas lebih, ini
bertujuan untuk mengikat refrigerant primer yang berfase uap agar dapat dialirkan oleh
pompa ke generator. Pada generator menghasilkan energi untuk menghidupkan
komponen pemanas (seperti heater) agar menghasilkan panas yang digunakan untuk
melepas refrigerant primer dengan refrigerant sekunder. Refrigerant primer dapat
terlepas dari refrigerant sekunder karena sifat dari refrigerant primer yang mudah
menguap, selanjutnya refrigerant primer melanjutkan siklusnya ke kondensor
melepaskan kalornya ke lingkungan. Selepas dari kondensor fase cair dari refrigerant
melewati katup ekspansi, disini refrigerant diturunkan tekanan dan temperaturnya
hingga mencapai temperatur dan tekanan evaporasi dengan cara dikabutkan.
Sedangkan pada refrigerant sekunder yang memiliki viskositas yang lebih
dibanding refrigerant primer setelah dari generator turun bersikulasi ke katup trotel
yang kemudian kembali ke absorber.
Pada absorber refrigerant sekunder masih memiliki temperatur yang tinggi. Di
dalam absorber terdapat proses pelepasan kalor yang berfungsi untuk menyerap uap
refrigerant primer yang keluar dari evaporator karena adanya perbedaan tekanan yang
mana di absorber lebih rendah dari tekanan evaporator.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


5
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01

Gambar 2.2 Sistem Pendinginan Absorbsi


Sumber : Stoecker (1982,p.309)

2.2.4 Fungsi Mesin Pendingin


Fungsi utama mesin pendingin adalah menyerap kalor dari sistem bertemperatur rendah
ke lingkungan bertemperatur tinggi guna mencapai efek pendinginan. Fungsinya dibagi
menjadi :
1. Air Conditioner (AC)
AC digunakan untuk mempertahankan kelembaban relatif di dalam suatu ruangan
sehingga diperoleh kenyamanan. Mesin ini banyak digunakan di kantor, kendaraan, dan
lain-lain.

Gambar 2.3 Air Conditioner (AC)


Sumber : Laboratorium Mesin Pendingin FT - UB (2019)

2. Freezer
Berfungsi untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah dan biasanya
mencapai 0oC (32oF). Digunakan pada pembuatan es, pengawetan daging, dan lain-lain.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


6
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori

Gambar 2.4 Freezer


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019)

3. Cold Storage
Berfungsi untuk menstabilkan temperatur nisbi sehingga sering digunakan untuk
menyimpan alat-alat kedokteran.

Gambar 2.5 Cold Storage


Sumber : Storey, John (2015,p.130)

2.2.5 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap


1. Kompresor
 Fungsi kompresor : berfungsi menekan refrigerant hingga terjadi kenaikan tekanan
di kondensor dan berfungsi mensirkulasikan refrigerant dalam system.
 Jenis kompresor berdasarkan cara kerja kompresi :

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


7
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
a. Kompresor torak (Reciprocating)
Kompresor torak merupakan salah satu jenis kompresor yang telah
digunakan untuk aplikasi yang sangat luas. Kecepatan alir masuknya dapat
mencapai 100 hingga 10000 cfm (cubic feet per meter).

Gambar 2.6 Mekanisme Kompresor Torak Bolak – Balik


Sumber : Wiranto ( 2002,p.127)

b. Kompresor putar (Rotary)


Kompresor putar dapat menghasilkan tekanan yang sangat tinggi. Pada
kompresor putar getaran yang dihasilkan relatif kecil dibandingkan dengan
kompresor torak. Hal ini disebabkan sudu-sudu pada kompresor putar, yang
merupakan elemen bolak-balik, mempunyai masa yang jauh lebih kecil
daripada torak. Selain itu kompresor putar tidak memerlukan katup, sedangkan
fluktuasi alirannya sangat kecil dibandingkan dengan kompresor torak. Pada
praktikum ini menggunakan kompresor jenis ini.

Gambar 2.7 : Mekanisme Kompresor Putar


Sumber : Wiranto (2002,p.127)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


8
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
c. Kompresor helix atau sekrup (helix or screw)
Kompresor sekrup memiliki dua rotor yang saling berpasangan atau
bertautan (engage), yang satu mempunyai bentuk cekung, sedangkan lainnya
berbentuk cembung, sehingga dapat memindahkan udara secara aksial ke sisi
lainnya.

Gambar 2.8 Kompresor Sekrup


Sumber : Stoecker (1982,p.209)

d. Kompresor skrol (Scroll)


Prinsip dasar kompresi kompresor scroll adalah interaksi antara fixed
scroll (scroll yang tidak bergerak) dengan orbiting scroll (scroll yang
bergerak). Kedua scroll ini saling bersinggungan identik satu sama lain tetapi
berbeda sudut 180 derajat.

Gambar 2.9 Kompresor Skrol


Sumber : Parr, Andrew (2003,p.144)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


9
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
e. Kompresor sentrifugal (centrifugal).
Sebuah kompresor sentrifugal juga biasa disebut dengan kompresor
dinamis. Kompresor jenis ini biasanya digunakan untuk kebutuhan tekanan
tinggi.

Gambar 2.10 Kompresor Sentrifugal


Sumber : Parr, Andrew (2003,p.201)

2. Evaporator
 Fungsi evaporator : Tempat perpindahan kalor antara refrigerant dan ruang atau
bahan yang akan didinginkan dan refrigerant akan mengalami perubahan fasa dari
cair menjadi uap.
 Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya
a. Evaporator Tabung dan Coil
Dipakai pada mesin pendingin kecil. Terdapat pipa koil tunggal atau pipa
ganda di dalam sebuah silinder.

Gambar 2.11 Evaporator Tabung dan Koil


Sumber : Wiranto (2002,p.157)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


10
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
b. Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering
Menggunakan banyak pipa yang dipasang di dalam tabung seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 2.12 Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering


Sumber : Wiranto (2002,p.157)

c. Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara


Terdiri dari pipa koil bersirip di bagian luarnya. Ada dua macam koil
dengan pendinginan udara ekspansi langsung. Pada ekspansi langsung
refrigerant diuapkan langsung di pipa evaporator. Sedangkan pada ekspansi
tak langsung udara didinginkan dulu oleh refrigerant. Pada praktikum ini
menggunakan evaporator jenis ini.

Gambar 2.13 Evaporator Kecil dengan Pendinginan Udara


Sumber :Wiranto (2002,p.160)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


11
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
3. Katup Ekspansi
 Fungsi katup ekspansi : Menurunkan dan menjaga beda tekanan refrigerant cair
antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dengan cara dikabutkan, sehingga
terjaga tekanan yang diinginkan
 Jenis katup ekspansi, yaitu :
a. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman
Adalah satu katup ekspansi yang mempertahankan besarnya panas lanjut
pada uap refrigeran di akhir evaporator tetap konstan, apapun kondisi beban di
evaporator. Pada praktikum ini digunakan katup ekspansi jenis ini.

Gambar 2.14 Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Pengaman


Sumber :Wiranto (2002,p.167)

b. Katup Ekspansi Manual


Adalah katup ekspansi dengan throttle yang diatur secara manual yaitu
menggunakan katup jarum yang berbeda dengan katup berhenti biasa.

Gambar 2.15 Katup Ekspansi Manual


Sumber : Wiranto (2002,p.168)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


12
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
c. Katup Ekspansi Tekanan Konstan
Katup ini digerakkan oleh tekanan evaporator untuk mempertahankan
tekanan kontan di evaporator.

Gambar 2.16 Katup Ekspansi


Sumber :Wiranto (2002,p.169)

4. Kondensor
 Fungsi kondensor : Melepaskan kalor dari refrigerant, sehingga refrigerant
berubah fasa dari uap menjadi cair. Kalor dilepas di kondensor berasal dari kalor
yang diserap di evaporator dan kalor akibat kerja kompresi.
 Jenis Kondensor :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
Banyak digunakan pada unit pendinginan air dan penyegar udara baik
untuk ammonia maupun freon. Untuk amonia pipa pendingin biasanya terbuat
dari pipa baja. Sedangkan pada freon pipa pendingin menggunakan pipa
tembaga. Jika dikehendaki adanya ketahanan korosi sebaiknya digunakan pipa
kuningan atau cupro nikel dan pelat pipa kuningan.

Gambar 2.17 Kondensor Tabung dan Pipa Horizontal


Sumber :Wiranto (2002,p.150)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


13
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
b. Kondensor tabung dan pipa coil
Banyak digunakan pada unit freon sebagai refrigerant berkapasitas kecil
misalnya pada penyegar udara jenis paket. Pendingin air dan sebagainya. Pipa
pendingin terbuat dari tembaga dengan atau tanpa sirip. Pipa itu mudah dibuat
dan harganya murah.

Gambar 2.18 Kondensor Tabung dan Koil


Sumber :Wiranto (2002,p.151)

c. Kondensor jenis pipa ganda


Merupakan susunan dari dua pipa koaksial yang dipakai pada pipa
refrigerasi berkapasitas rendah dan freon sebagai refrigerannya. Digunakan
pipa dalam dan pipa luar terbuat dari pipa tembaga dan bersirip.

Gambar 2.19 Kondensor Jenis Pipa Ganda


Sumber :Wiranto (2002,p.152)

d. Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat


Terdiri dari koil pipa pendingin bersirip pelat dengan sirip aluminium atau
pipa tembaga dan sirip tembaga. Pada praktikum ini digunakan kondesor jenis
ini.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


14
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori

Gambar 2.20 Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat


Sumber :Wiranto (2002,p.153)

2.2.6 Siklus Mesin Pendingin


Siklus termodinamika mesin pendingin yang ideal adalah siklus mesin carnot terbalik,
tetapi siklus ini sulit untuk dicapai karena siklus carnot terdapat atau terdiri dari proses-
proses reversible yang menjadikan efisiensinya lebih tinggi dari pada yang dapat dicapai
oleh siklus secara aktual. Siklus refrigerasi carnot dapat dilihat pada gambar 2.21. Dan
refrigerasi bermanfaat dan kerja bersih siklus carnot dapat dilihat pada gambar 2.22.

Gambar 2.21 Siklus Refrigerasi Carnot


Sumber : Stoecker (1982,p.179)

Keterangan :
1–2 : Proses kompresi adiabatis reversible
2–3 : Proses pelepasan panas pada suhu dan tekanan konstan
3–4 : Proses isentropik ekspansi secara isentropik
4–1 : Proses pemasukan panas pada suhu dan tekanan konstan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


15
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01

Gambar 2.22 Refrigerasi Bermanfaat dan Kerja Bersih Siklus Carnot


Sumber : Stoecker (1982,p.180)

Daerah yang ada di bawah garis reversible pada diagram suhu enthropi menyatakan
perpindahan kalor. Daerah-daerah yang digambarkan dalam gambar 2.22 dapat menyatakan
jumlah refrigerasi bermanfaat (useful refrigeration) dan kerja bersih (net work). Refrigerasi
bermanfaat sama dengan perpindahan kalor pada proses 4 – 1 atau daerah di bawah garis 4
– 1. Daerah di bawah garis 2 – 3 menyatakan kalor yang dikeluarkan dari daur, perbedaan
antara kalor yang dikeluarkan dari daur dan kalor yang ditambahkan ke dalam daur adalah
kalor bersih (net heat).
Siklus carnot biasa diperbaiki atau ditingkatkan prestasi kerjanya yaitu dengan cara
memberikan tambahan kerja agar tercapai kompresi kering, hal ini dilakukan dengan
memberikan super heating yaitu pemanasan lanjut sebelum refrigerant memasuki
kompresor. Hal ini akan mengakibatkan kinerja kompresor menjadi lebih ringan sehingga
lifetime komponen kompresor menjadi lebih panjang. Skema perbaikan daur refrigerasi
carnot dapat dilihat pada gambar 2.23.

Gambar 2.23 Perbaikan Daur Refrigerasi Carnot


Sumber : Stoecker (1982,p.184)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


16
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
Selain hal di atas, secara aktual diagram T-S secara aktual pada siklus 3 - 4 tidak ideal
terjadi secara isentropis, nyatanya pada siklus 3 – 4 pada katup ekspansi setelah adanya
proses pelepasan kalor pada kondensor, katup ekspansi menurunkan lagi temperatur
refrigerant cair secara mendadak hal ini mengakibatkan adanya proses secara konduksi
maupun konveksi yang meliputi pipa katup ekspansi sehingga siklus ideal 3 – 4 secara
isentropis, secara aktualnya akan bergeser dan tidak terjadi secara isentropis lagi. Skema
daur kompresi uap standar dapat dilihat pada gambar 2.24 dan 2.25.

Gambar 2.24 Daur Kompresi Uap Standar


Sumber : Stoecker (1982,p.185)

Keterangan :
1–2 : Proses kompresi uap refrigerant
2–3 : Proses merubah uap refrigerant menjadi cair
3–4 : Proses penurunan tekanan
4–1 : Proses pengambilan kalor oleh uap refrigerant

Gambar 2.25 Daur Kompresi Uap Standar


Sumber : Stoecker (1982,p.187)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


17
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
Keterangan :
1 – 2 : Proses kompresi adiabatik reversible di kompresor
2 – 3 : Proses pelepasan panas pada tekanan konstan
3 – 4 : Proses ekspansi pada expantion valve secara isoentalphi
4 – 1 : Proses penyerapan panas secara isobaris dan penguapan refrigerant

Siklus dimulai dari titik 4 – 1 dimana kalor dari sistem diserap oleh refrigerant yang ada
di evaporator. Refrigerant lalu berubah wujud menjadi fase uap kering lalu dialirkan ke
kompresor. Di kompresor terjadi proses kompresi pada refrigerant untuk meningkatkan
tekanan refrigerant sehingga refrigerant bias mencapai tekanan dan temperature kondensasi,
selanjutnya dialikan ke kondensor. Prinsip kerja utama dari kondensor adalah melepas kalor
refrigerant, hal ini dilakukan dengan cara mendinginkan refrigerant hingga berubah wujud
menjadi cair, kalor yang dilepas oleh refrigerant dibuang ke lingkungan.
Setelah melewati kondensor refrigerant yang telah berbentuk cair dialirkan ke katup
ekspansi, di katup ekspansi terjadi proses penurunan tekanan refrigerant dengan cara
dikabutkan. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan refrigerant yang berwujud uap jenuh
sebelum memasuki evaporator untuk menjalani siklus kembali.

Tabel 2.1
Proses terjadinya siklus refrigerasi
Efek
Proses Alat P T s h Perubahan Fase
Q W
1-2 (Kompresi Uap Jenuh →
Kompresor ↑ ↑ c ↑ - h2-h1
Isentropik) Uap Panas Lanjut
2-3 (Pembuangan Uap Panas Lanjut
Kondensor c ↓ ↓ ↓ h2-h3 -
Kalor Isobarik) → Cair Jenuh
3-4 (Ekspansi Katup Cair Jenuh →
↓ ↓ ↑ c - -
Isoentalpi) Ekspansi Campuran
4-1 (Penyerapan Campuran →
Evaporator c c ↑ ↑ h1-h4 -
Kalor) Uap Jenuh
Sumber: Modul Praktikum Mesin Pendingin Semester Ganjil 2019-2020

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


18
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
Pada komponen-komponen mesin pendingin terjadi perubahan-perubahan, yaitu :
1. Pada kompresor (1 – 2)
 Entalphy, tekanan, dan termperatur naik
 Entrophy konstan
 Perubahan fase dari uap kering ke uap panas lanjut butuh kerja dari luar
2. Pada kondensor (2 – 3)
 Entalphy dan temperatur turun
 Tekanan konstan
 Perubahan fase dari uap panas lanjut ke fase cair
 Terjadi pelepasan kalor
3. Pada expantion valve (3 – 4)
 Entalphy konstan
 Tekanan dan temperatur turun
 Entrophy naik
 Perubahan fase dari cair ke uap jenuh
4. Pada evaporator (4 – 1)
 Tekanan dan temperatur konstan
 Entalphy dan entrophy naik
 Perubahan fase dari uap jenuh menjadi uap kering

Gambar 2.26 Gambar Daur Kompresi Uap Nyata Dibanding Daur Standar
Sumber : Stoecker (1982,p.191)

Pada siklus aktualnya yang ditunjukkan pada gambar 2.26, terjadi modifikasi pada
siklus ideal siklus kompresi uap antara lain :
 Sub-cooling, kondisi dimana refrigerant cair lebih dingin dari suhu minimum idealnya,
sub-cooling bertujuan memaksimalkan perubahan fase embun ke cair pada kondensor
agar kerja kondensor menjadi lebih ringan. Sub-cooling bermanfaat karena kerja

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


19
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
kondensor lebih ringan. Sub-cooling dapat dilakukan dengan penambahan coil ganda
pada pipa kondensor yang berisi air pendingin sehingga didapat efek sub-cooling.
 Super heating, tujuan super heating memaksimalkan penguapan agar fase refrigerasi
seluruhnya berfase uap ketika memasuki kompresor. Super heating merupakan hal yang
positif pada siklus kompresi uap karena meringankan kerja kompresor. Super heating
dilakukan dengan cara menambahkan heater pada pipa dari evaporator ke kompresor.
 Pressure drop, terjadi karena uap refrigerant memasuki penampang yang berubah-ubah
pada pipa sehingga menimbulkan losses akibat gesekan fluida dengan dinding pipa,
belokan dan kebocoran pada saluran sehingga proses tidak isobarik.

2.2.7 AC Central
AC central adalah sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat
dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai
dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran udara/ducting. Skema AC
central dapat dilihat pada gambar 2.27

Gambar 2.27 Skema Instalasi AC central


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Semester Ganjil 2019-2020

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


20
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC central dengan
sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi.
Proses ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa
refrigerant yang mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke
komponen lainnya. Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water-cooled condenser
yang menggunakan air untuk proses pendinginan refrigerant. Secara umum bentuk
konstruksinya berupa shell & tube dimana air memasuki shell/tabung dan uap
refrigerantsuperheat mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga terjadi
proses pertukaran kalor. Uap refrigerantsuperheat berubah fase menjadi cair yang memiliki
tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar memiliki
temperatur yang lebih tinggi karena air ini akan digunakan lagi untuk proses pendinginan
kondensor maka tentu saja temperaturnya harus diturunkan kembali atau didinginkan pada
cooling tower.
Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling water/cooling
tower melalui sistem pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak nozzle untuk tahap
spraying atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle secara langsung sementara itu
udara atmosfer dialirkan melalui atau berlawanan dengan arah jatuhnya air panas karena
pengaruh fan/blower yang terpasang pada cooling tower. Untuk menguapkan 1 kg air
diperlukan kira-kira 600 kcl dengan mengeluarkan kalor laten dengan mengungkapkan
sebagian dari air maka sebagian besar air pendingin dapat didinginkan, misalnya 1% dari air
dapat diuapkan, air dapat diturunkan temperaturnya sebanyak 6˚C dengan menara pendingin.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya
sangat rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan
temperature ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor
yang berada di dalam chiller. Pada cooling tower juga dipasang katup yang dihubungkan ke
sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air
ketika proses evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam “range” dan “approach” dimana
range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach adalah selisih
antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi pada
cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2 penyebab terjadinya
perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara.
Suhu pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat energi
jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller. Salah satu

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


21
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang jauh antara chiller
dan cooling tower sehingga memerlukan sistem pemipaan yang relatif panjang. Selain itu
juga biaya perawatan cooling tower cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya.
Secara garis besar sistem AC central terbagi atas beberapa komponen, yaitu :
1. Chiller
Pada unit pendingin atau chiller yang menggunakan sistem kompresi uap,
komponennya terdiri dari kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Pada
chiller biasanya tipe kondensornya adalah water-cooled kondensor. Air untuk
mendinginkan kondensor dialirkan melalui pipa yang kemudian outputnya didinginkan
kembali secara evaporative cooling pada cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka fluida yang
didinginkan tidak langsung udara melainkan air yang dialirkan melalui sistem
pemipaan. Air yang mengalami pendinginan pada evaporator dialirkan menuju sistem
penanganan udara (AHU) menuju koil pendingin.

Gambar 2.28 Chiller


Sumber : Stanford (2012,p.90)

2. AHU (Air Handling Unit)


Prinsip kerja secara sederhana pada unit penanganan udara ini adalah menyedot
udara dari ruangan (return air) yang kemudian dicampur dengan udara segar dari
lingkungan (fresh air) dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai keinginan.
Campuran udara tersebut masuk menuju AHU melewati filter, fan sentrifugal dan koil
pendingin. Setelah itu udara yang telah mengalami penurunan temperatur

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


22
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
didistribusikan secara merata ke setiap ruangan melewati saluran udara (ducting) yang
telah dirancang terlebih dahulu sehingga lokasi yang jauh sekalipun bisa terjangkau.

Gambar 2.29 Air Handling Unit


Sumber : Kosik, Bill (2019)

AHU memiliki beberapa komponen yang ada di dalamnya antara lain :


a. Filter
Penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-patikel lainnya sehingga
diharapkan udara yang dihasilkan lebih bersih.
b. Centrifugal Fan
Berfungsi untuk mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruangan-
ruangan.
c. Koil Pendingin
Berfungsi untuk menurunkan temperatur udara.
Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah jika satu komponen mengalami
kerusakan dan sistem AC central tidak bekerja, maka semua ruangan tidak akan
merasakan udara sejuk. Selain itu jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka
pengaturannya harus pada termostat di koil pendingin pada komponen AHU.
3. Cooling Tower
Fungsi utamanya untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara
dikontakkan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas.
Konstruksi cooling water terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak nozzle,
fan/blower, bak penampung dan casing.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


23
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC central dengan
sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi.
Proses ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa
refrigerant yang mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dari satu komponen
ke komponen lainnya. Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water-cooled
condenser yang menggunakan air untuk proses pendinginan refrigerant. Secara umum
bentuk konstruksinya berupa shell & tube dimana air memasuki shell/tabung dan uap
refrigerant super heat mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga
terjadi proses pertukaran kalor. Uap refrigerant superheat berubah fase menjadi cair
yang memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar
memiliki temperatur yang lebih tinggi karena air ini akan digunakan lagi untuk proses
pendinginan kondensor maka tentu saja temperaturnya harus diturunkan kembali atau
didinginkan pada cooling tower.
Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling
water/cooling tower melalui sistem pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak
nozzle untuk tahap spraying atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle secara
langsung sementara itu udara atmosfer dialirkan melalui atau berlawanan dengan arah
jatuhnya air panas karena pengaruh fan/blower yang terpasang pada cooling tower.
Untuk menguapkan 1 kg air diperlukan kira-kira 600 kcl dengan mengeluarkan kalor
laten dengan mengungkapkan sebagian dari air maka sebagian besar air pendingin dapat
didinginkan, misalnya 1% dari air dapat diuapkan, air dapat diturunkan temperaturnya
sebanyak 6˚C dengan menara pendingin.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya
sangat rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan
temperatur ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor
yang berada di dalam chiller. Pada cooling tower juga dipasang katup yang dihubungkan
ke sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan
air ketika proses evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam “range” dan “approach”
dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach
adalah selisih antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor
yang terjadi pada cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2 penyebab
terjadinya perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara
air dan udara. Suhu pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


24
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
lebih hemat energi jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti
chiller. Salah satu kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak
yang jauh antara chiller dan cooling tower sehingga memerlukan sistem pemipaan yang
relatif panjang. Selain itu juga biaya perawatan cooling tower cukup tinggi
dibandingkan sistem lainnya.

Gambar 2.30 Cooling Tower


Sumber : Stoecker(1982,p.342)

4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida ke tempat lain
dalam sistem pemipaan.

Gambar 2.31 Pompa Sirkulasi


Sumber : Stanford (2012,p.170)

5. Ducting/saluran
Media penghubung antara AHU dengan ruangan yang dikondisikan udaranya,
fungsi utama ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk
kemudian didistribusikan ke masing-masing ruangan.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


25
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01

Gambar 2.32 Ducting


Sumber : Standford (2012,p.86)

Kelebihan dan kekurangan sistem AC central


Kelebihan :
- Kebisingan dan getaran mesin pendingin hampir tidak mempengaruhi ruangan
- Perbaikan dan pemeliharaan lebih mudah
- Seluruh beban pendingin semua ruangan dalam bangunan dapat dilayani oleh suatu
sistem (unit) saja
- Kelembapan udara dapat diatur
Kekurangan :
- Harga pembuatan awal sangat mahal
- Biaya operasional mahal
- Unit central tidak dapat dipakai untuk rumah sakit, karena dapat menyebarkan
kuman/bakteri pasien dari suatu ruangan ke ruangan lain
- Jika salah satu komponen mengalami kerusakan dan sistem AC central tidak dapat
beroperasi
- Jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka pengaturannya harus pada
termostat di koil pendingin pada komponen AHU

2.2.8 Beban Pendinginan


Beban pendinginan adalah jumlah panas yang dipindahkan oleh sistem pengkondisian
udara. Beban pendinginan terdiri atas panas yang berasal dari ruangan dan tambahan panas.
Tambahan panas adalah jumlah panas setiap saat yang masuk kedalam ruangan secara
radiasi maupun dinding karena perbedaan temperatur.
Dasar perhitungan beban pendinginan dilakukan dengan dua cara :
 Perhitungan besar kalor puncak untuk menetapkan besarnya instalasi

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


26
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
 Perhitungan beban kalor sesaat untuk mengetahui biaya operasi untuk mengetahui
karakteristik dinamik instalasi yang bersangkutan
Yang mempengaruhi beban pendinginan antara lain :
1. Internal
a. Produk (orang)
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari
produk (orang) yang berada didalam ruang pendingin itu.

q1 = m.h.Clf ...................................................................................... (2-1)

Keterangan :
q1 = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh produk didalam ruang
pendingin (j/s)
m = banyaknya produk (orang) yang didinginkan
h = laju kalor yang dilepaskan oleh produk
-benda ; h = F (jenis benda)
-orang ; h = F (aktivitas)
Clf = factor beban pendinginan (cooling load factor)

b. Peralatan
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari
peralatan – peralatan yang berada diruang pendingin tersebut.

qz = P x BF x CLF ............................................................................ (2-2)

Keterangan:
qz = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh peralatan peralatan
di dalam ruang pendinginan (joule/detik)
P = power /daya (peralatan) (Watt)
BF = factor bullast (lampu Tu =1,25 ; lampu pijar : 1,0
CLF = factor beban pendinginan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


27
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
2. Eksternal
a. Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara luar ruangan
tetapi terkendali untuk memenuhi kebutuhan akan udara yang dibutuhkan oleh tiap
produk (orang).

o
qb  n. m v .h.Clf
.............................................................................(2-3)

Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
terkendali (suhu/detik)
n = banyaknya produk (orang)
o
m = kebutuhan udara tiap orang perdetik (kg/detik)
Δh = kandungan kalor (beda entalpi udara luar dan dalam)(joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan

b. Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara pendinginan
dengan udara luar tanpa kendali.

o
q A  m vi. h.Clf ............................................................................... (2-4)

Keterangan :
qA = beban pendinginan akibat pertukaran udara dingin udara luar tanpa
kendali (joule/s)
o
m vi = laju Infiltrasi (kg/h)
Δh = beda entalpi udara luar dan dalam (joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


28
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
c. Radiasi
Beban pendingian yang disebabkan adanya kalor yang berasal dari luar
ruangan berupa radiasi matahari (beban panas matahari melalui permukaan tembus
cahaya).
 T1  4  T2  4 
qb = τ. Ε. A     
 100   100   ....................................................... (2-5)

Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
τ = bilangan balleman
ε = emisitas permukaan
A = luas panas (m²)
T1 = temperatur Absolute luar (ºK)

d. Perpindahan Panas
Beban pendinginan yang berasal karena perpindahan panas dari lingkungan
yang tidak diinginkan.

Qs = U.A.ΔT .................................................................................... (2-6)


Keterangan:
Qs = beban pendinginan akibat perpindahan panas dari lingkungan yang tidak
diinginkan
U = koefisien perpindahan panas total (joule/cm²)
Y = 1/RT ; RT = R1 + Ra + Rs +…Ra
A = luas panas (m²)
ΔT = beda temperatur (ºK)

2.2.9 Refrigerant
Refrigerant adalah zat pendingin atau media pembawa kalor yang mudah diubah
bentuknya dari cair menjadi gas atau sebaliknya dengan menyerap atau melepas kalor yang
digunakan dalam sirkulasi mesin pendingin.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


29
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
2.2.9.1 Macam-macam Refrigerant
Berdasarkan penggunaan refrigerant dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Refrigerant Primer
Refrigerant yang digunakan pada sistem kompresi uap (R-22, R-134).
b. Refrigerant Sekunder
Cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor bersuhu rendah dari
suatu lokasi ke lokasi lain.
Berdasarkan komponen penyusun, adalah sebagai berikut :
a. Senyawa Holocarbon
Mempunyai satu atau lebih atom dari salah satu halogen (klorin, flourin, bromin).

Tabel 2.2
Beberapa refrigerant holocarbon
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
11 Trikloromonofluorometana CCl3F
12 Diklorodifluorometana CCl2F2
13 Triklorotriplorometana CClF3
22 Monoklorodifluorometana CHClF2
40 Metil klorida CH3Cl
113 Triklorotrifluoroetana CCl2FCClF2
114 Diklorotetrafluoroetana CClF2CClF2
Sumber : Stoecker (2004,p.297)

b. Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan pada saat ini, contoh:
amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2.

Tabel 2.3
Beberapa refrigerant anorganik
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
717 Amonia NH3
718 Air H2O
729 Udara -
744 Karbondioksida CO2
764 Sulfur dioksida SO2
Sumber : Stoecker (2004,p.297)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


30
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
c. Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagai refrigerant, khususnya
untuk dipakai pada industri perminyakan dan petrokimia. Diantaranya adalah metana
(CH4), propana (C3H8) dan etana (C2H6).

Tabel 2.4
Refrigerant hidrocarbon
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
50 Metana CH4
170 Etana C2H6
290 Propana C3H8
Sumber : Stoecker (2004,p.298)

d. Azeotrop
Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang dapat dipisahkan
komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop menguap dan mengembun
sehingga suatu substansi tunggal yang sifat-sifatnya berbeda dengan unsur
pembentuknya. Misalnya refrigerant 502 yang merupakan campuran 48,8% R-22
dengan 51,2% R-115.

2.2.9.2 Syarat-syarat Refrigerant


1. Tekanan penguapan harus tinggi. Sebaiknya refrigerant memiliki temperatur
penguapan pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan
terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya
perbandingan kompresi.
2. Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi. Apabila tekanan pengembunannya
rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih rendah sehingga penurunan
prestasi kompresor dapat dihindari. Mesin dapat bekerja lebih aman.
3. Kalor laten penguapan harus tinggi. Karena menguntungkan untuk kapasitas refrigerasi
yang sama jumlah refrigerant bersirkulasi menjadi lebih kecil.
4. Volume spesifik. Memungkinkan penguapan kompresor dengan volume langkah torak
yang lebih kecil.
5. Koefisien prestasi harus tinggi.
6. Konduktivitas thermal yang tinggi.
7. Viskositas yang rendah dalam fase cair maupun gas

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


31
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
8. Refrigerant harus stabil dan tidak bereaksi pada material

2.2.10 Kelebihan dan Kekurangan Refrigerant Hydrocarbon dan Holocarbon


a. Refrigerant Holocarbon
Kelebihan:
1. Kemudahan mengalir yang tinggi keadaan cair
2. Tidak menyebabkan ledakan
3. Tidak membawa aliran listrik
4. Tekanan kondensasi dan suhu keluar yang tinggi dalam mesin refrigerant
Kekurangan:
1. Dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan pemanasan global
2. Jenis refrigerasi yang kurang aman untuk digunakan dalam proses refrigerant
b. Refrigerant hydrocarbon
Kelebihan:
1. Ramah lingkungan yang ditunjukkan dengan nilai ozon depleting potensial
2. Properti termofisika dan karakteristik perpindahan yang baik
3. Kerapatan fase uap yang rendah
4. Kelarutan yang baik
5. Dapat menurunkan konsumsi tenaga listrik 15 – 25%
Kekurangan:
1. Sifatnya mudah terbakar

2.2.11 Istilah – Istilah Mesin Pendingin


1. Panas Laten
Jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana akan
menyebabkan terjadinya perubahan fase/wujud dari zat yang bersangkutan tanpa
mengalami perubahan temperatur.
2. Panas Sensible
Jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana akan
menyebabkan terjadinya perubahan temperatur tanpa mengalami perubahan fase/wujud
dari zat yang bersangkutan.
3. Panas Spesifik
Jumlah panas/kalor yang diperlukan setiap kilogram massa zat untuk menaikkan
temperaturnya sebesar satu derajat celcius.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


32
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
4. Wet Bulb Temperatur
Merupakan suhu yang diukur dengan menggunakan termometer yang bulb-nya
(bagian bawah termometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri
udara yang ingin diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah
tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah
tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada dalam
termometer.
5. Dry Bulb Temperatur
Yaitu suhu yang ditunjukan dengan termometer yang bulb-nya dalam keadaan
kering. Termometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika
kita ingin mengukur suhu udara dengan termometer biasa maka terjadi perpindahan
kalor dari udara ke bulb termometer. Karena mendapatkan kalor maka zat cair
(misalkan: air raksa) yang ada di dalam thermometer mengalami pemuaian sehingga
tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian cairan ini yang di konversikan
dengan satuan suhu (Celcius, Fahrenheit, dll).
6. Kelembaban Absolut
Perbandingan antara massa uap air dengan satuan volume dalam udara yang
memiliki volume campuran. Meski kandungan air sama, kelembaban absolute bisa
berbeda.
7. Kelembaban Relatif
Perbandingan antara tekanan parsial uap air dalam suatu campuran tehadap tekanan
jenuhnya pada temperatur yang sama.
8. Refrigerant effect
Kemampuan suatu refrigerant (zat pendingin) untuk menyerap panas/kalor agar
berubah fase/wujudnya berubah dari cair menjadi uap.
9. Enthalpy
Jumlah kalor yang dikandung oleh setiap kilogram zat pada tekanan dan temperatur
tertentu ditambah dengan kerja yang bekerja pada zat tersebut yang merupakan
perkalian antara tekanan yang bekerja pada zat tersebut dengan volume spesifiknya.
10. Coeficient of Performance (COP)
Perbandingan antara panas yang diserap oleh refrigerant (zat pendingin) dengan
kerja kompresor.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


33
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
11. Beban Pendinginan
Kalor yang diambil tiap detik dari produk yang diinginkan (kJ/detik). Manfaatnya
untuk meramalkan kalor yang mampu diserap tiap detik oleh instalasi mesin pendingin.
12. Kapasitas Pendinginan
Jumlah kalor yang diserap oleh refrigerant dari benda atau fluida yang hendak
didinginkan.
13. Tor refrigerant
Laju aliran kapasitas refrigerant digunakan untuk menyerap panas yang ada di
dalam sistem tiap satuan waktu. Jadi tor refrigerant merupakan satuan daya dalam
british (Btu/jam).

2.2.12 Rumus – Rumus yang Digunakan


1. Antara penampang C-D pada Air Flow Duct

Gambar 2.33 Penampang C-D


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Semester Ganjil 2019-2020

a. Keseimbangan energi

mchc – mdhd = - PH2 + HLC-D.........................................................................(2-7)

b. Kekekalan massa aliran fluida :

mc = md – m0 ; m0 = massa alir.....................................................................(2-8)

udara melewati oriface pada ujung duct

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


34
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori

m 0  0.0504
z
kg / det ik 
vd
....................................................................... (2-9)

c. Kalor sensible

PH2 = mD .CP . ΔT (kJ) .......................................................................... (2-10)

Dengan:
Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD = volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari dari diagram
psycometry (m3/kg)
hC = enthalpy udara di penampang C (kJ/kg)
hD = enthalpy udara di penampang D (kJ/kg)
PH2 = Daya reheater (kW)
HLC-D = kerugian energi pada daerah C-D (kJ/s)
Cp = panas jenis udara antara C-D kJ / kg.C 

d. Didapat :
 Dengan mengabaikan losses, panas jenis Cp adalah :

Cp 
PH 2

kJ / kg.C 
mD T ................................................................... 2-11)

 Kalor hilang antara C-D ; HL C-D dalam satuan kJ/s

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


35
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
2. Kondisi penampang B – C

Gambar 2.34 Penampang B – C


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Semester Ganjil 2019-2020

a. Kesetimbangan energi:

  
m B hB  m C hC  Qref  m Con hCon  H LB C
......................................... (2-12)

b. Kekekalan massa

     
m B - m C = m Con → m B = m C+ m Con .............................................. (2-13)

c. Didapat
 Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.

Qref
COPtot  (kW) ........................................................................(2-14)
Wcomp

 Losses of energy
HLB-C dalam [kJ/s]

o o o 
HL B-C = ( m B .hB ) – ( m C .hC) + ( m s .hS ) – Qref  m Con hCon
....... (2-15)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


36
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
Dimana :
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari spesifikasieralatan
atau voltmeter (kW)
h1 = enthalpy refrigerant sesudah keluar evaporator (kJ/kg)
h2 = enthalpy refrigerant sebelum keluar evaporator (kJ/kg)
hcon = enthalpy air kondensasi (kJ/kg)
mcon = laju alir massa air kondensasi (kg/s)
mref = laju alir massa refrigerant (kg/s)
h1B-C = kerugian energi pada daerah B-C (kJ/s)
hB& hC = enthalpy udara di B dan C dari diagram psychometry (kJ/kg)

3. Kondisi Pada penampang A-B

Gambar 2.35 Penampang A – B


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Semester Ganjil 2019-2020

a. Keseimbangan energi

  
m A . hA - m B . hB = - Pm - m s . hs – Pp + HL A-B ................................ (2-16)

b. Kekekalan massa

  
m B = m A + m S .................................................................................. (2-17)

c. Didapat :
 Kerugian energi (HL A-B)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


37
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
o o o
HL A-B = ( m A .hA ) – ( m B .hB) + ( m s .hS ) – PM+ PP ..................... (2-18)

 Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi Boiler :

QK
K 
PK ...................................................................................... (2-19)

mh
 k  s s x100% (%) ............................................................... (2-20)
Pk

Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding dengan
posisi regavolt [%] dan spesifikasi penggeraknya (kW)
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier (kg/s)
Hs = enthalpy uap (kJ/kg)
Pp = daya pemanas preheater (kW)
Pk = daya pemanas bolier (kW)
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower (kg/s)
H 1A-B = kerugian energi pada daerah A-B (kJ/s)

 Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :

Q1
COPact 
Wcomp
.................................................................................(2-21)

Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon)
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari spesifikasi peralatan atau
voltmeter dan ampere meter (kW)

Sedangkan COPideal dapat dicari dengan persamaan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


38
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
(h 1  h 4 )
COPideal 
(h 2  h 1 ) ...............................................................................(2-22)

Dimana Harga h1,h2 dan h4 bisa dilihat pada diagram (P-h)

2.3 Dasar Pengkondisian Udara


2.3.1 Psikometri
Psikometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan uap air.
Psikometrik mempunyai arti penting dalam pengkondisian udara atau penyegaran udara
karena atmosfer merupakan campuran antara udara dan uap air. Psikometri digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat termodinamika udara dan mengidentifikasi proses fisik yang terjadi
di lingkungan.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


39
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01

Gambar 2.36 Psikometri


Sumber : Carier Corporation (1975)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


40
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
2.3.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb) dan Temperatur Bola Kering (Dry Bulb)
a. Temperatur bola basah
Merupakan suhu yang diukur dengan menggunakan termometer yang bulb-nya
(bagian bawah termometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri
udara yang ingin diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah
tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah
tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada dalam
termometer.
b. Temperatur bola kering
Yaitu suhu yang ditunjukan dengan termometer yang bulb-nya dalam keadaan
kering. Termometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika
kita ingin mengukur suhu udara dengan termometer biasa maka terjadi perpindahan
kalor dari udara ke bulb termometer. Karena mendapatkan kalor maka zat cair
(misalkan: air raksa) yang ada di dalam thermometer mengalami pemuaian sehingga
tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian cairan ini yang di konversikan
dengan satuan suhu (Celcius, Fahrenheit, dll).

2.3.3 Dew Point


Temperatur dew point adalah temperatur dimana embun mulai terbentuk. Artinya udara
mulai berubah menjadi embun setelah mengalami proses pendinginan pada tekanan konstan.

2.3.4 Absolute Humidity dan Relative Humidity


Apabila atmosfer tanpa kandungan uap air, maka campuran gas dikenakan dengan udara
kering (dry air). Apabila uap air ada dalam gas tersebut dikenal dengan udara basah (wet
air). Jumlah uap air ruang kurang dari tekanan jenuh temperatur tertentu mengandung uap
air maka penguapan akan berlangsung terus sampai tekanannya menjadi tekanan jenuh untuk
temperatur tersebut. Relative humidity digunakan untuk menyatakan perbandingan antara
tekanan parsial uap air suatu campuran terhadap tekanan jenuhnya pada temperatur yang
sama.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


41
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
2.4 HVAC
2.4.1 Pengertian HVAC
HVAC adalah sebuah singkatan yang kepanjangannya dalam Bahasa Inggris adalah
"heating, ventilation, dan air-conditioning" (Bahasa Indonesia: pemanasan, ventilasi, dan
ac) Kadangkala disebut sebagai pengontrol iklim.
Ketiga fungsi ini saling berhubungan, karena mereka
menentukan suhu dan kelembaban udara dalam sebuah gedung dan juga menyediakan
kontrol asap, menjaga tekanan antar ruang, dan menyediakan udara segar bagi penempat.
Dalam rancangan gedung modern, rancangan, instalasi dan sistem kontrol dari fungsi ini
dijadikan menjadi sistem tunggal "HVAC".
HVAC termasuk vital penggunaannya di beberapa industri, terutama di gedung-gedung,
perkantoran yang dipenuhi peralatan komputer yang perlu dijaga kelembaban udaranya,
serta industri-industri besar yang memerlukan sistem ventilasi yang baik.

2.4.2 Heating
Sistem ini banyak digunakan di daerah-daerah yang beriklim dingin, yang sepanjang
musim didominasi dengan suhu yang dingin. Tersusun oleh beberapa bagian penting antara
lain boiler, furnace, heat pump, radiator, dan hydronic.
Furnace berfungsi sebagai sumber panas yang ditransfer ke media air
bernama hydronic di boiler. Hydronic tersirkulasi berkat kerja dari heat pump, yang
selanjutnya setelah dari boiler, hydronic menuju ke radiator untuk memindahkan panas yang
dikandungnya ke udara yang tersirkulasi. Udara inilah yang digunakan untuk memanaskan
ruangan.

2.4.3 Ventilation
Ventilation adalah proses untuk mensirkulasikan udara di dalam suatu ruangan dengan
udara luar, yang bertujuan untuk membuang debu, kelembaban, bau yang tidak sedap,
karbon dioksida, panas, bakteri di udara, serta meregenerasi oksigen di dalam ruangan.
Ventilasi merupakan salah satu penerapan teori mekanika fluida.
Ada dua jenis ventilation, yaitu forced ventilation dan natural ventilation. Forced
ventilation adalah sistem ventilasi yang menggunakan bantuan fan atau kipas untuk
mensirkulasikan udara di dalam ruangan. Sistem ini banyak digunakan di perindustrian
besar, gedung-gedung, dan contoh yang paling dekat dengan kita adalah di dapur dan di
kamar mandi. Di dapur biasanya dipasang fan untuk menghisap asap dari kompor dan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


42
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
dibuang keluar. Sedangkan di kamar mandi jelas digunakan untuk mengusir bau yang tidak
sedap dari dalam kamar mandi. Sedangkan untuk natural ventilation tidak diperlukan
bantuan kipas untuk mensirkulasikan udara. Biasanya hanya berupa jendela yang dibiarkan
terbuka di suatu ruangan.

2.4.4 Air Conditioning


Air Conditioning (AC) menggunakan prinsip siklus mesin pendingin, yang terdiri dari
beberapa bagian penting yaitu refrigerant, kompresor, heat exchanger, dan katup ekspansi.
Namun pada gedung-gedung sekarang banyak terinstalnya liquid chiller, sejenis AC dengan
kapasitas yang lebih besar
Jadi prosesnya menjadi seperti berikut. Udara yang tersirkulasi diserap panasnya
melalui heat exchanger oleh liquid chiller di satu komponen bernama Air Handling Unit
(AHU). Sedangkan panas dari liquid chiller diserap oleh refrigerant melalui heat exchanger
yang lainnya. Jadi ada semacam proses pendinginan bertingkat di dalamnya.
Ada satu alasan yang kuat mengapa AC yang digunakan di gedung-gedung besar
menggunakan liquid chiller. Karena udara yang bersirkulasi di dalam gedung bervolume
besar, maka akan lebih jauh efisien jika menggunakan media liquid chiller sehingga energi
yang dibutuhkan untuk operasional AC lebih rendah jika dibandingkan tanpa
menggunakan liquid chiller.
Ada 2 contoh katagori dasar untuk sistem tata udara yang menggunakan prinsip mesin
pendingin HVAC :
1. Sistem udara segar (sekali lewat) / full fresh-air (once-through)

Gambar 2.37 Sistem Udara Segar


Sumber : Priyambodo (2014)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


43
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
Menggunakan AHU, sistem ini menyuplai udara luar yang sudah diolah hingga
memenuhi persyaratan kondisi suatu ruang, kemudian diekstrak dan dibuang ke
atmosfer. Sistem ini biasanya digunakan pada fasilitas yang menangani produk / pelarut
beracun untuk mencegah udara tercemar disirkulasikan kembali.

2. Sistem resirkulasi

Gambar 2.38 Sistem Resirkulasi


Sumber : Priyambodo (2014)

Resirkulasi harus tidak menyebabkan risiko kontaminasi atau kontaminasi silang


(termasuk uap dan bahan yang mudah menguap). Kemungkinan penggunaan udara
resirkulasi ini dapat dipasang, bergantung pada jenis kontaminan udara pada sistem
udara balik. Rangkaian HVAC ini dapat dipasang apabila filter dipasang pada aliran
udara pasokan (atau aliran udara balik) untuk menghilangkan kontaminan sehingga
mencegah kontaminasi silang.
Sistem pendinginan pada pesawat:
 Definisi Pengkondisian udara menurut para ahli
Menurut W.F. Stoecker dan JW Jones; pengkondisian udara adalah proses
perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan dan
pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang
dibutuhkan oleh penghuni yang berada didalamnya.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


44
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
Menurut Arismunandar dan Hezo Saito; penyegaran udara adalah proses
mendinginkan udara sehingga dapat mencapai temperature dan kelembaban yang
sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu ruangan
tertentu. Selain itu untuk mengatur aliran udara dan kebersihannya.
 Prinsip Kerja
Prinsip kerja sistem refrigerasi gas pada pesawat udara – yang menggunakan
siklus terbuka - dapat dijelaskan sebagai berikut :
Udara luar dikompres oleh kompresor sehingga tekanan dan temperaturnya
naik. Udara dengan tekanan dan temperatur tinggi ini kemudian didinginkan oleh
udara sekeliling sehingga tekanan dan temperaturnya turun sebelum kemudian
diekspansikan oleh turbin. Udara yang diekspansikan di dalam turbin akan
mengalami penurunan temperatur sehingga menjadi dingin. Udara dingin inilah
yang didistribusikan ke kabin-kabin.
Dengan semakin bertambahnya ketinggian jelajah (Altitude) pesawat maka
tekanan dan suhu disekitar pesawat akan semakin rendah, sehingga diperlukan
sistem refrigerasi yg memenuhi syarat untuk kondisi pada ketinggian sea level dan
tinggi jelajah maksimum
Semakin majunya teknologi masa kini penggunaan refrigeran cair pada
pesawat dirasa kurang efisien dan tidak ekonomis, untuk itu digunakanlah udara
luar sebagai medium penukar kalor agar distribusi udara dapat dipertahankan sesuai
dengan kondisi yang diinginkan maka dilakukan analisa perpindahan kalor pada
kabin pesawat & lingkungan sekitarnya sehingga diperoleh beban kalor pemanasan
dan pendinginan.
Secara teknis, pengondisian udara pada pesawat terbang dilakukan dengan
menggunakan Air Cycle Machine (ACM).
Sistem pengondisian udara pada pesawat terbang merupakan sistem yang
berfungsi untuk menjaga udara pada pesawat agar tetap berada pada tekanan,
temperatur, dan tingkat kandungan oksigen yang tepat untuk kenyamanan
penumpang.
Untuk fungsi pengondisian udara tersebut, ACM pada pesawat terbang
menggunakan ram air (udara Ram) sebagai fluida pendinginnya analog terhadap
freon pada sistem pengondisian udara di mobil. ram air merupakan udara dari luar
pesawat yang masuk melalui Ram Air Inlet dan keluar melalui ram air outlet flaps.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


45
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
Temperatur ram air bergantung pada ketinggian terbang pesawat. Pesawat terbang
komersial umumnya terbang pada ketinggian 26.000 hingga 30.000 kaki dengan
temperatur ram air sebesar -36°C hingga -44°C.

Gambar 2.39 HVAC pada Pesawat Terbang


Sumber: Priyambodo (2014)

Sebagian dari udara kabin diresirkulasikan oleh re-circulation fans untuk


membatasi kebutuhan bleed air dari mesin pesawat. Jika tekanan dalam kabin
terlalu tinggi, terdapat outflow valve yang akan terbuka untuk mengeluarkan
sebagian udara dari dalam kabin sehingga temperaturnya turun.

Gambar 2.40 Skema Pengondisian Udara di Pesawat


Sumber: Priyambodo (2014)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


46
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
 Fungsi pengkondisian udara pada pesawat terbang:
a. Pendingin Pesawat
Sistem pendingin pesawat tipe Boeing 737-800NG yang bekerja di darat
masih mengandalkan pemanfaatan heat exchanger (utama dan sekunder), air
cycle machine (ACM), sensor-sensor dan aliran udara yang mengalir di sistem
ram air. Sistem yang bekerja tersebut akan semakin kompleks pada saat
pesawat sudah terbang di angkasa. Sistem lain pun, terutama sistem pneumatik,
juga mempunyai kontribusi pada saat terjadi permasalahan sistem air
conditioning di udara.
b. Pengaturan Tekanan Kabin Pesawat (Pressurization)
Di atmoster, semakin tinggi terbang jelajah pesawat, maka tekanan udara
luar juga akan semakin mengecil. Untuk menjaga kenyamanan penumpang,
maka kondisi kabin pesawat dikondisikan seolah-olah mendapatkan tekanan
udara seperti di darat. Kondisi tersebut menyebabkan beban tekanan akan
mengarah dari dalam kabin ke luar pesawat dan nilai yang dialami oleh struktur
pesawat udara akan semakin besar dengan bertambahnya tinggi terbang
pesawat.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


47
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


48
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Peralatan praktikum


a. Alat yang digunakan :
1. Manometer.
Manometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tekanan di dua
titik yang berlawanan.

Gambar 3.1 Manometer


Sumber : Laboratorium Pendingin Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2019)

2. Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu (temperature).

Gambar 3.2 Termometer


Sumber : Laboratorium Pendingin Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2019)

3. Regavolt
Digunakan untuk mengatur kecepatan aliran udara bebas dalam terowongan
angin.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


49
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01

Gambar 3.3 Regavolt


Sumber : Laboratorium Pendingin Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2019)

4. Load Control Panel.


Berfungsi secara otomatis dalam menghentikan tekanan ketika sensor-
sensor menemukan masalah dalam poses reload.

Gambar 3.4 Load control panel


Sumber : Laboratorium Pendingin Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2019)

5. Gelas pengukur air kondensat.


Gelas ukur air kondensat merupakan suatu alat yang di gunakan untuk mengukur
volume air kondensat yang jatuh.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


50
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori

Gambar 3.5 Gelas Pengukur Air Kondensat


Sumber : Laboratorium Pendingin Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2019)

6. Pengukur waktu setiap periode.


Berfungsi untuk mengukur waktu.

Gambar 3.6 Pengukur Waktu


Sumber : Laboratorium Pendingin Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2019)

b. Fluida yang dilayani :


1. Laju alir massa udara pada Air Flow Duct.
2. Laju massa air kondensasi yang terbentuk.
3. Uap air dari Boiler untuk proses Humidifikasi.
4. Refrigerant R-22 yang bersirkulasi.
c. Produk
1. Udara dengan temperatur, kelembaban, dan kapasitas tertentu.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


51
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
3.2 Spesifikasi Peralatan
a. Tipe : A-573/91159 Vapour Compression Regrigeration Units
b. Produk : Udara lewat air flow ducts dengan parameter yang bervariasi
c. Refrigerant : Freon R-22
d. Kompresor : Panasonic 2JS350D3BB02; 1760 watt, 220 watt, 50 Hz

Gambar 3.7 Instalasi Mesin Pendingin dan Pengkondisisn Udara


Sumber: Manual Book Mesin AC BENCH PA HILTON A572

3.3 Prosedur Pelaksanaan Percobaan Air Conditioning


a. Persiapan Percobaan
Instalasi telah disiapkan untuk melaksanakan percobaan dan pengambilan data.
b. Menjalankan Instalasi
1. Saklar diputar pada posisi ON dengan regavolt “0”

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


52
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
2. Regavolt diatur supaya ada aliran udara melalui evaporator dengan tujuan membebani
evaporator dengan mengatur posisi regavolt sesuai varian data untuk masing-masing
kelompok.
3. Kompresor dijalankan sehingga terjadi siklus refrigerant. Instalasi dibiarkan beropersi
sampai terbentuk air kondensasi pada evaporator dan ditampung pada gelas ukur yang
sudah dipasang termometer.
4. Akhiri pembebanan air flow duct dengan menggunakan semua saklar dari komponen
pelengkap (boiler, preheater, reheater, regavolt) posisinya disesuaikan dengan
kombinasi dan variasi duct yang telah ditentukan untuk setiap kelompok praktikan.
c. Menghentikan Operasi
a) Semua saklar dari semua komponen pelengkap dimatikan
b) Kompresor dimatikan
c) Regavolt diturunkan posisinya secara perlahan sampai posisi “0”
d) Matikan saklar induk dengan memutar saklar menjadi OFF
e) Cabut steker dan power supply

3.4 Pengambilan Data


a. Data yang diambil adalah temperatur (bola basah dan bola kering) pada setiap
termometer, temperatur refrigerant masuk dan keluar evaporator serta kondensor;
tekanan refrigerant keluar evaporator dan kondensor; tekanan pada inclined
manometer; temperatur kondensasi; debit air masuk boiler dan debit air kondensasi;
yang terpasang pada AC Bench
b. Pengambilan data baru boleh dimulai setelah ada air kondensat yang terbentuk pada
evaporator (terlihat pada jatuhnya tetes air pada gelas ukur penampung air kondensat).
c. Setiap kombinasi parameter diambil data sebanyak 3x.
d. Data-data dianggap valid jika pencatatan dilakukan setelah kondisi betul-betul dalam
keadaan steady.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


53
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


54
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Praktikum


Dari perhitungan didapatkan data sebagai berikut:
 Tekanan refrigerant keluar evaporator P1 = 650 [kN.m-2]
 Tekanan refrigerant keluar kondensor P3 = 1895 [kN.m-2]
 Inclined manometer Pd = 6,1 mmH2O
 Temperatur refrigerant keluar evaporator T1 = 24,06 ˚C
 Temperatur refrigerant keluar kondensor T3 = 48,67 ˚C
 Temperatur refrigerant masuk evaporator T4 = 14,06 ˚C
 Temperatur kondensasi Tcon = 25 ˚C
 Temperatur bola basah udara TWA = 31,33 ˚C
TWB = 31,5 ˚C
TWC = 27,3 ˚C
TWD = 30,33 ˚C
 Temperatur bola kering udara TDA = 33,17 ˚C
TDB = 31,67 ˚C
TDC = 28˚C
TDD = 34,5 ˚C
 Debit air masuk boiler Q1 = 526,67 ml /10 mnt
 Debit air kondensasi Q2 = 286,67ml /10 mnt
 Temperatur ruangan bola basah TWb = 31,67 ˚C
 Temperatur ruangan bola kering Tdb = 31,5 ˚C
 Kelembaban relatif θ = 60 %
 Regavolt Rv = 80 %
 Daya preheater H1 =0 kW
 Daya reheater H2 = 1,14 kW
 Daya boiler B = 4,59 kW
 Tekanan udara atmosfer Po = 732 mmHg

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


55
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
4.2 Perhitungan
Perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
1. Tekanan udara atmosfer ( Po )
Po = 732 mmHg
= 732 x 101,325
760
= 97,59 [kN.m-2]
2. Tekanan refrigerant keluar evaporator (P1=P4)
P1abs = P1 gauge + Po
= 650 [kN.m-2] + 97,59 [kN.m-2]
= 552,4 [kN.m-2]
= 0,5524 Mpa
3. Tekanan refrigerant keluar kondensor
P3 abs = P3 + Po
= 1895 [kN.m-2]+ 97,59 [kN.m-2]
= 1992,59 [kN.m-2]
= 1,99259 Mpa
4. Temperatur refrigerant keluar evaporator
T1 = 24,06 ˚C + 273
= 297,06 K
5. Temperatur refrigerant keluar kondensor
T3 = 48,67 ˚C + 273
= 321,67 K
6. Temperatur refrigerant masuk evaporator
T4 = 14,06 ˚C + 273
= 287,06 K
7. Temperatur air kondensasi
Tcon = 25 ˚C + 273
= 298 K
8. Kondisi udara pada air duct berdasarkan temperatur bola kering dan temperatur bola
basah berdasarkan diagram Psychrometer:
hA = 109 [kJ.kg-1]
hB = 108 [kJ.kg-1]
hC = 88 [kJ.kg-1]

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


56
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
-1
hD = 106 [kJ.kg ]
9. Volume spesesifik udara pada penampang di C-D (Vd)

Vd mm
0,95 28
X 6
0,9 0

𝑋−0,90 6−0
=
0,95−0,90 28−0

VD = 0,91 [m3.kg-1]
A. Antara penampang C-D

Gambar 4.1 Penampang C-D air flow duct


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendinginan Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya (2019)

 Kesetimbangan energi antara C-D :


o o
( m c .hc ) – ( m D .hD ) = - PH2 + H1 C-D
 Kekekalan Massa Aliran Fluida
o o o o
m c = m D = m o , dimana m o = laju aliran massa

Udara lewat Oriface pada ujung duct


o z
m o  0.0504
VD

6,1
= 0,0504 √
0,91

= 0,13 [kg.s-1]

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


57
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
o o o
m c = m D = m o = 0,13 [kg.s-1]

 Kalor yang hilang antara C-D :


o o
H1 C-D = PH2 + ( m c .hc ) – ( m D .hD )
H1 C-D = 1,4 + (0,13.88) – (0,13.106)
H1 C-D = -1,2 [kJ.s-1]

B. Antara penampang B-C

Gambar 4.2 Penampang B-C


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendinginan Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya (2019)

 Enthalpy pada masing-masing titik


Dari grafik thermodinamic properties of refrigerant 22 dan berdasarkan
harga satuan tekanan dan temperatur didapatkan :
h1 = 641 [kJ.kg-1]
h2 = 681 [kJ.kg-1]
h3 = h4 = 479 [kJ.kg-1]
 Beban Pendinginan (Qref)
Wcomp = 1,76 kW ; ɳ = 84%
o wcomp .
m ref 
h2  h1

o 1,76
1,716..00,84
,84

m ref =
660 
691 −640
640
o
,07207 [kg.𝑠 −1 ]
m ref  00,02899
o
Qref  m ref .(h1  h4 )

Qref = 0,02899 .(641-479)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


58
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
-1
= 1,13054 [kJ.s ]
 Laju aliran massa air kondensasi
o
m con   .V . A
o
m con   .Q2 dimana Q2 = debit air kondensasi
286,67
= 10−3. 600

= 0,00047778 [kg.s-1]
 Kekekalan Massa
o o o
m B = m C + m CON
o
m B = 0,13 [kg.s-1] + 0,00047778 [kg.s-1]
o
m B = 0.13047778 [k.s-1]
 Enthalpy air kondensasi hCON pada TCON menurut dengan tabel A-4 air pada buku
Stocker.
TCON = 25 OC
hCON = 104,83 [kJ.kg-1]
 Kesetimbangan energi
o o o
( m B .hB ) – ( m C .hC ) = Qref + m CON . hCON + H1 B-C
(0.13047778.108) – (0,13.88) = 1,13054 + (0,00047778.104,83) + H1 B-C
2,6516 = 1,13054 + 0,050085677 + H1 B-C
H1 B - C = 1,47097 [kJ.s-1]

C. Antara penampang A-B

Gambar 4.3 Penampang A-B air flow duct


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendinginan Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya (2019)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


59
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
 Kesetimbangan energi
o o o
( m A .hA ) + ( m s .hS ) + Pm + PA = ( m B .hB )+ H1 A-B
 Kekekalan massa
o o o
mB = m A + ms
o
ms = Q1.ρ
Dimana :
Q1 = debit air pengisi boiler
Ρ = massa jenis air
o 526,67
ms = .10−3
600
o
ms = 0,00087778 [kg.s-1]
Sehingga :
o o o
mB = m A + ms
o
0.13047778 [Kg.s-1] = m A + 0,13 [Kg.s-1]
o
mA = 0,00047778 [kg.s-1]
 Daya motor penggerak blower
PM = V .I .Rv
= 220 V. 5 A. 80%
= 0,88 kW
 Dari tabel A-5 Saturated Water Stocker: Sifat-sifat cairan dan uap jenuh, Refrigerasi
dan pengkondisian udara.
PO = 97,59 kPa dapat diperoleh hs ;

P hs
75 2662,4
97.59 X
100 2675

97,59−75 𝑥−2662.4
=
100−75 2675−2662,4

hs = 2673,78536 [kj.kg-1]

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


60
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
 Energi yang hilang Hl-A-B
o o o
H1 A-B = ( m A .hA ) – ( m B .hB) + ( m s .hS ) – Pm+ PP
H1 A-B = (0,00047778.109) – (0.13047778.108) + ( 0,00087778. 2673,78536) – 1,4
+0
= -12,5725 [kJ.s-1]
 Efisiensi boiler :
0
Q h .m
 K  K  s s .100%
PK PK
2673,78536 ∙ 0,00087778
= × 100%
4,59
= 0,511 %
 COP aktual
h2−h1
h2 aktual = + h1
ɳ

681−641
h2 aktual = + 641
0,84

h2 aktual = 688,6
ℎ1−ℎ4
COP aktual = ℎ2𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙−ℎ1
641−479
COP aktual = 688,6−641

COP aktual = 3,403


 COP ideal
ℎ1−ℎ4
COP ideal = ℎ2−ℎ1
641−479
COP ideal = 681−641

COP ideal = 4,05

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


61
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
4.3 Pembahasan
A. Pembahasan pada tiap – tiap segmen penampang
- Pada penampang C-D
o o o
Aliran fluida bermassa m c = m D = m o = 0,13 [kg.s-1] mengalami pemanasan oleh
reheater karena berdaya 1,4 kW setelah itu fluida bermassa 0,13 [kg.s-1] tersebut
keluar dari mesin pendingin melewati saluran penyempitan yaitu oriface. Selama
proses berlangsung terjadi energi losses sebesar H1 C-D = -1,2 [kJ.s-1]. Hal ini terjadi
kemungkinan karena beberapa hal antara lain :
1. Kerugian karena tahanan gesek antara fluida dengan dinding saluran.
2. Kerugian karena tahanan aliran lokal yaitu karena adanya penyempitan saluran.
- Pada penampang B-C
Aliran fluida bermassa Qref = 1,13054 [kg.s-1] kemudian didinginkan oleh
o
evaporator. Sebagian fluida berubah menjadi air kondensasi yang bermassa m con =
0,00047778 [kg.s-1] dan sebagian fluida lain terus mengalir dalam bentuk gas yang
o
bermassa m B = 0.13047778 [kg.s-1]. Selama proses berlangsung terjadi energi losses
sebesar H1 B–C= 1,47097 [kJ.s-1], hal ini terjadi kemungkinan beberapa hal :
1. Kerugian karena tahanan gesek antara fluida udara dengan uap air dengan
dinding duct
2. Sebagian massa dari udara dan uap menjadi air kondensasi sehingga terjadi losses
tinggi
- Pada penampang A-B
= 0,00047778 [kg.s-
o
Motor penggerak blower menghisap fluida bemassa mA

1 o
]. ke dalam mesin pendingin hingga menumbuk uap bermassa ms = 0,00087778
[kg.s-1] yang dihasilkan oleh boiler berdaya 1 KW. Selama proses berlangsung,
terjadi losses energi sebesar H1 A-B = -12,5725 [kJ.s-1]. Kemungkinan terjadinya
losses dikarenakan hal berikut:
1. Kalor panas yang kurang sempurna sehingga terjadi perpindahan panas dari
dalam atau keluar system
2. Kerugian antara fluida udara dengan uap saat memasuki blower yang
menghasilkan gesekan antara fluida tersebut.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


62
Semester Ganjil 2019/2020
Kelompok 01 Dasar Teori
B. Secara keseluruhan
Dari hasil perhitungan diperoleh perbedaan COP pada mesin pendingin kompresi
uap secara mekanik sebesar: COP aktual = 3,403 dan COP ideal = 4,05. Hal ini
disebabkan karena pada siklus mesin pendingin kompresi uap ideal dianggap tidak
mengalami perubahan tekanan pada kondensor dan evaporator (isobarik) sedangkan
pada siklus mesin pendingin kompresi uap aktual terjadi pressure drop pada kondensor
maupun evaporator, dimana kompresor harus mengkompresi uap refrigerant dari
tekanan hisap yang rendah, menyebabkan daya kompresor yang dibutuhkan meningkat.
Selain itu mesin pendingin kompresi uap aktual terjadi :
 Superheating pada evaporator karena penguapan yang berlebihan, hal ini
disebabkan oleh beban pendinginan yang berlebihan sehingga penguapan melewati
garis saturated vapour.
 Presssure Drop dari gaya gesek pada fluida ketika mengalir yang disebabkan oleh
resistesni terhadap alirab. Penentu utama resistensi terhadap aliran adalah
kecepatan viskositas fluida
 Berdasarkan perbedaan hasil perhitungan COP, disebabkan oleh beberapa hal:
- Regavolt
Semakin besar regavolt maka kapasitas aliran udara meningkat, sehingga
meningkatkan kapasitas pendinginan pada evaporator, mengakibatkan COP
meningkat.
- Reheater
Reheater akan memanaskan udara yang mengalir setelah keluar
darievaporator, hal ini disebabkan temperatur udara menurun setelah melewati
evaporator karena terjadi perpindahan panas dari udara ke refrigerant pada
evaporator. Oleh karena itu, udara yang mengalir dari evaporator perlu
pemanasan ulang pada reheater untuk mengatur kelembaban udara yang
sesuai..
- Evaporator
Di dalam evaporator terjadi perpindahan panas dari udara ke refrigerat,
sehingga temperatur udara setelah lewat evaporator (TDC) lebih rendah
dibanding sebelum masuk evaporator (TDB) ada yang berubah fasa menjadi
air kondensasi karena menurunnya temperatur. Massa aliran udara sebelum
masuk evaporator sama dengan jumah massa aliran udara di setelah evaporator
dan massa aliran air kondensat.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


63
Semester Ganjil 2019/2020
Dasar Teori Kelompok 01
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada instalasi mesin pendingin maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
a. Kapasitas pendinginan, daya kompresor, dan nilai COP
 Kapasitas pendinginan (refrigerant capacity)
Qref = 1,13054 kW
 Daya kompresor
Wcomp =1,76 kW
 COP ideal dan COP aktual dari seluruh instalasi mesin pendingin
COP ideal = 4,05
COP aktual = 3,403
b. Energi hilang pada setiap potongan duct
Energi hilang pada potongan HC – D = -1,2 [kJ.s-1]
Energi hilang pada potongan HB – C = 1,47097 [kJ.s-1]
Energi hilang pada potongan HA – B = -12,5725 [kJ.s-1]

5.2 Saran
1. Laboratorium hendaknya mengecek alat praktikum sebelum berjalannya praktikum.
2. Asisten sudah baik dalam menjalankan tugas nya, dan sangat memudahkan para
praktikan.
3. Praktikan hendaknya lebih sering mempelajari bahan asistensi agar kegiatan asistensi
lebih lancar.
4. Sistem praktikum sudah baik dalam penentuan waktu diluar jam kuliah.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


64
Semester Ganjil 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai