Kelompok 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin pendingin merupakan suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
kemajuanteknologi saat ini.Mesin pendingin merupakan suatu bagian dari penerapan
ilmu-ilmu termodinamika yang digunakan dalam berbagai bidang. Tidak hanya dalam
kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam berbagai industri, seperti refrigerator (kulkas),
pendingin air ataupun pendingin udara dalam mobil.
Bagi seorang mahasiswa teknik Mesin sangat perlu untuk mempelajari masalah
yang berkenaan dengan mesin pendingin khususnya mengenai prinsip kerja mesin
pendingin, macam macam mesin pendingin, beban pendinginan, kapasitas
pendinginan dan menghitung Coeficient of Performance (COP) mesin pendingin.
Untuk membantu mahasiswa mempelajarisistem pendingin dan pengondisian
udara,maka buku panduan ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk
melakukan praktikum mesin pendingin (Air Conditioning Test Bench)pada laboratorium
Mesin Pendingin. Dengan pelaksanaan praktikum akan dapat memahami aplikasi ilmu
yang telah dipelajari diperkuliahan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada laporan ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
a. Berapa besar kapasitas mesin pendingin, kapasitas kondensor, beban evaporator, daya
kompresor dan Coeficient of Performance (COP).
b. Berapa besar losses yang terjadi selama proses percobaan. Seperti faktor lingkungan
sekitar, faktor mesin, dll.
1.3 Batasan Masalah
Pengambilan dan perhitungan data praktikum dilakukan pada peralatan AC
Bench dimana pengaruh konduksi, konveksi dan radiasi udara diabaikan. Mesin
pendingin ini diasumsikan berjalan normal dan aliran diasumsikan steady.
2.
2.
3.
4.
Gabungan data dari Air FlowDucts dapat mengetahui efisiensi evaporator yang
merupakan kornponen utama dalam proses Heat Exchanger.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Mesin Pendingin
Mesin pendingin adalah mesin konversi energi yang dipakai untuk
memindahkan kalor dari reservoir panas bertemperatur tinggi menuju reservoir panas
bertemperatur lebih tinggi dengan menambahkan kerja kalor dari luar.
2.2 Mesin Pendingin
2.2.1 Sejarah Mesin Pendingin
Perkembangan siklus refrigerant dan mesin pendingin merintis jalan bagi
pertambahan dan penggunaan mesin penyegar udara (air conditioning). Teknologi ini
dimulai oleh Cagnicered De La Tour (1832) kemudian dilanjutkan oleh Hurprey Day
dan asistennya M.Faraday (1824) lalu Josep M.C.Credy (1887) yang pertama membuat
instalasi mesin pendingin yang dinamakan mesin pencuci udara (air washer) yaitu
sistem pendingin yang menggunakan gerakan air, sedangkan Willis Houlan Carrier
(1906) membuat alat pengukur temperatur dengan kelembapan udara yang kemudian
dipatenkan pada tahun 1911.
Pada peralihan abad 19 20, kompresor digerakkan oleh uap dengan kecepatan
maksimal serpid. Industri refrigerasi di tahun 1990 kental diwarnai peralihan dari
konsumsi es alami ke es buatan dan persaingan antara kedua produk tersebut sekitar 15
tahun.
Air conditioning dengan kapasitas 450 ton untuk pertama kalinya dipasang di
New York Exchange dan sistem yang sama pada waktu yang hampir sama dipasang di
sebuah gedung teater di Jerman. Tahun1905 Garder T Forness mempatenkan kompresor
temuannya dimana gas refrigerant dari 2 buah evaporator dengan tekanan berbeda bisa
ditarik dan ditekan dalam satu silinder tunggal. Menariknya, penemuan itu baru
dikembangkan 40 tahun kemudian. Memasuki tahun 1911 kecepatan kompresor
meningkat menjadi 100-300 rpm dan pada tahun 1915 untuk pertama kalinya kompresor
dua tingkat dioperasikan. Sistem ini masih belum bisa sempurna dan dipakai pada tahun
1940. Setelah perang dunia pertama biro standar Amerika membuat rumusan yang
akurat untuk panas laten es sehingga sistem perancangan jet mulai digunakan pada
industri minyak.
2.2.2 Macam Mesin Pendingin
a. Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap
Mesin ini menggunakan kompresor untuk menaikkan tekanan uap zat pendingin
dari evaporator kemudian mendorongnya ke dalam kondensor agar mudah
diembunkan. Siklus pada mesin ini hampir menggunakan kebalikan dari siklus
rankine, perbandingannya adalah siklus ini menggunakan klep yang menghasilkan
penurunan tekanan secara isoenthalpy.
1. Kompresor
rotors dengan
struktur
heliks
mengompresi
dan
10
berputar
meningkatkan
kecepatan gas secara radial kemudian diubah menjadi tekanan dengan adanya
struktur casing dan diffuser.
11
2. Evaporator
Fungsi evaporator : Tempat perpindahan kalor antara refrigeran dan ruang atau
bahan yang akan didinginkan dan refrigeran akan mengalami perubahan fasa dari
cair menjadi uap.
12
Fungsi katup ekspansi : Menurunkan dan menjaga beda tekanan refrigerant cair
antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dengan cara dikabutkan,
sehingga terjaga tekanan yang diinginkan.
13
14
Sebuah pegas dipasang pada bagian atas dari below. Gaya pegas dapat diatur
dengan memutar knob pengatur. Pipa cairan refrigeran dihubungkan dengan
katup expansi pada bagian lubang masuk dari katup expansi.
15
16
terbalik, tetapi siklus ini sulit untuk dicapai karena siklus carnot terdapat atau terdiri
dari proses-proses reversibel yang menjadikan efisiensinya lebih tinggi dari pada yang
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015
17
dapat dicapai oleh siklus secara aktual. Siklus refrigerasi carnot dapat dilihat pada
gambar 2.3. Dan refrigerasi bermanfaat dan kerja bersih siklus carnot dapat dilihat pada
gambar 2.4.
18
19
temperatur refrigerant cair secara mendadak hal ini mengakibatkan adanya proses
secara konduksi maupun konveksi yang meliputi pipa katup ekspansi sehingga siklus
ideal 3 4 secara isentropis, secara aktualnya akan bergeser dan tidak terjadi secara
isentropis lagi. Skema daur kompresi uap standar dapat dilihat pada gambar 2.6 dan 2.7.
20
21
Perubahan
Fase
h1-h2
UJK UPL
h3-h2
UPL cair
Cair UJ
h4h1
UJ UJK
Proses
Alat
1-2
(Kompresi
Kompresor
Kondensor
Katup
Ekspansi
Evaporato
r
Isentropik)
2-3
(Pembuanga
n Kalor
Isobarik)
3-4
(Ekspansi
Isoentalpi)
4-1
(Penyerapan
Kalor)
Entrophi konstan
Perubahan fase dari uap kering ke uap panas lanjut butuh kerja dari luar
2. Pada kondensor (2 3)
Tekanan konstan
Entalphi konstan
Entrophi naik
22
4. Pada evaporator (4 1)
Gambar 2.26 Gambar daur kompresi uap nyata dibanding daur standar
Sumber : Stoecker (1996:117)
Pada siklus aktualnya yang ditunjukkan pada gambar 2.8, terjadi modifikasi
pada siklus ideal siklus kompresi uap antara lain :
a. Sub-Cooling, kondisi dimana refrigerant cair lebih dingin dari suhu minimum
idealnya, sub-cooling bertujuan memaksimalkan preubahan fase embun ke cair pada
kondensor agar kerja kondensor menjadi lebih ringan. Sub-cooling bermanfaat
karena kerja kondensor lebih ringan. Sub-cooling dapat dilakukan dengan
penambahan coil ganda pada pipa kondensor yang berisi air pendingin sehingga
didapat efek sub-cooling.
b. Super Heating, tujuan super heating memaksimalkan penguapan agar fase refrigerasi
seluruhnya berfase uap ketika memasuki kompresor. Super heating merupakan hal
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015
23
yang positif pada siklus kompresi uap karena meringankan kerja kompresor. Super
heating dilakukan dengan cara menambahkan heater pada pipa dari evaporator ke
kompresor.
c. Pressure Drop, terjadi karena uap refrigerant memasuki penampang yang berubahubah pada pipa sehingga menimbulkan losses akibat gesekan fluida dengan dinding
pipa, belokan dan kebocoran pada saluran sehingga proses tidak isobarik.
2.2.6 AC Central
AC Central adalah Sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik
atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas
yang sesuai dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran
udara/ducting AC. Skema AC central dapat dilihat pada gambar 2.9
24
Secara garis besar sistem AC central terbagi atas beberapa komponen, yaitu :
1. Chiller
Pada unit pendingin atau chiller yang menggunakan sistem kompresi uap,
komponennya terdiri dari kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Pada
chiller biasanya tipe kondensornya adalah water-cooled kondensor. Air untuk
mendinginkan kondensor dialirkan melalui pipa yang kemudian outputnya didinginkan
kembali secara evaporative cooling pada cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka fluida yang
didinginkan tidak langsung udara melainkan air yang dialirkan melalui sistem
pemipaan. Air yang mengalami pendinginan pada evaporator dialirkan menuju sistem
penanganan udara (AHU) menuju koil pendingin.
2. AHU (Air Handling Unit)
Prinsip kerja secara sederhana pada unit penanganan udara ini adalah menyedot
udara dari ruangan (return air) yang kemudian dicampur dengan udara segar dari
lingkungan (fresh air) dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai keinginan.
Campuran udara tersebut masuk menuju AHU melewati filter, fan sentrifugal dan koil
pendingin.
Setelah
itu
udara
yang
telah
mengalami
penurunan
temperatur
didistribusikan secara merata ke setiap ruangan melewati saluran udara (ducting) yang
telah dirancang terlebih dahulu sehingga lokasi yang jauh sekalipun bisa terjangkau.
AHU memiliki beberapa komponen yang ada di dalamnya antara lain :
a. Filter
Penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-patikel lainnya sehingga
diharapkan udara yang dihasilkan lebih bersih.
b. Centrifugal Fan
Berfungsi untuk mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruanganruangan.
c. Koil Pendingin
25
26
didinginkan, misalnya 1% dari air dapat diuapkan, air dapat diturunkan temperaturnya
sebanyak 6C dengan menara pendingin.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu
kondensasinya sangat rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang sudah
mengalami penurunan temperatur ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa
kembali menuju kondensor yang berada di dalam chiller. Pada cooling tower juga
dipasang katup yang dihubungkan ke sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air
pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan approach
dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach
adalah selisih antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor
yang terjadi pada cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2
penyebab terjadinya perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan
parsial antara air dan udara. Suhu pengembunan yang rendah pada cooling tower
membuat sistem ini lebih hemat energi jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada
skala besar seperti chiller. Salah satu kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak
praktis karena jarak yang jauh antara chiller dan cooling tower sehingga memerlukan
sistem pemipaan yang relatif panjang. Selain itu juga biaya perawatan cooling tower
cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya.
4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida ke tempat
lain dalam sistem pemipaan.
5. Ducting/saluran
Media penghubung antara AHU dengan ruangan yang dikondisikan udaranya,
fungsi utama ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk
kemudian didistribusikan ke masing-masing ruangan.Kelebihan dan kekurangan sistem
AC central, yaitu:
Kelebihan
- Kebisingan dan getaran mesin pendingin hampir tidak mempengaruhi ruangan
- Perbaikan dan pemeliharaan lebih mudah
- Seluruh beban pendingin semua ruangan dalam bangunan dapat dilayani oleh suatu
sistem (unit) saja
27
Beban Pendinginan
Beban pendinginan adalah jumlah panas yang dipindahkan oleh sistem
pengkondisian udara. Beban pendinginan terdiri atas panas yang berasal dari ruangan
dan tambahan panas. Tambahan panas adalah jumlah panas setiap saat yang masuk
kedalam ruangan secara radiasi maupun dinding karena perbedaan temperatur.
Dasar perhitungan beban pendinginan dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Perhitungan besar kalor puncak untuk menetapkan besarnya instalasi
Perhitungan beban kalor sesaat untuk mengetahui biaya operasi untuk mengetahui
karakteristik dinamik instalasi yang bersangkutan
Yang mempengaruhi beban pendinginan antara lain:
1. Internal
a. Produk (orang)
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari
produk (orang) yang berada didalam ruang pendingin itu:
q1 = m.h.Clf
Keterangan :
q1 = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh produk didalam ruang
pendingin (I/s)
m = banyaknya produk (orang) yang didinginkan
h
28
-orang ; h = F (aktivitas)
Clf = factor beban pendinginan (cooling load factor)
b. Peralatan
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari
peralatan peralatan yang berada diruang pendingin tersebut :
qz= P x BF x CLF
Keterangan:
qz
q b n. m v .h.Clf
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar terkendali
(suhu/detik)
n = banyaknya produk (orang)
o
q A m vi. h.Clf
Keterangan :
29
qA = beban pendinginan akibat pertukaran udara dingin udara luar tanpa kendali
(joule/s)
o
qb = . . A
T1
100
T2
100
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
= bilangan balleman
= emisitas permukaan
A = luas panas (m)
T1 = temperatur Absolute luar (K)
d. Perpindahan Panas
Beban pendinginan yang berasal karena perpindahan panas dari lingkungan yang
tidak diinginkan
Qs = U.A.T
Keterangan;
Qs = beban pendinginan akibat perpindahan panas dari lingkungan yang tidak
diinginkan
U = koefisien perpindahan panas total (joule/cmok)
Y = 1/RT ; RT = R1 + Ra + Rs +Ra
A = luas panas (m)
T = beda temperatur (K)
2.2.8
Refrigerant
30
Refrigerant adalah zat pendingin atau media pembawa kalor yang mudah
diubah bentuknya dari cair menjadi gas atau atau sebaliknya dengan menyerap atau
melepas kalor yang digunakan dalam sirkulasi mesin pendingin.
2.2.8.1
Nama Kimia
Rumus
Trikloromonofluorometana
Diklorodifluorometana
Triklorotriplorometana
Monoklorodifluorometana
Metil klorida
Triklorotrifluoroetana
Diklorotetrafluoroetana
Kimia
CCl3F
CCl2F2
CClF3
CHClF2
CH3Cl
CCl2FCClF2
CClF2CClF2
b. Anorganik
Merupakan refrigerantterdahulu yang masih digunakan pada saat ini,
contoh : amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2.
Tabel 2.3 Beberapa refrigerant anorganik
Nomor Refrigerant
Nama Kimia
Rumus
717
718
729
744
764
Sumber : Stoecker (1992:280)
Amonia
Air
Udara
Karbondioksida
Sulfur dioksida
31
Kimia
NH3
H2O
CO2
CO2
c. Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagai refrigerant,
khususnya untuk dipakai pada industri perminyakan dan petrokimia.
Diantaranya adalah metana (CH4), propana (C3H8) dan etana (C2H6).
Tabel 2.4 Refrigerant hidrokarbon
Nomor Refrigerant
Nama Kimia
Rumus
Metana
Etana
Propana
Kimia
CH4
C2H6
C3H8
50
170
290
Sumber : Stoecker (1992:280)
d. Azeotrop
32
33
34
8. Refrigerant effect
Kemampuan suatu refrigerant (zat pendingin) untuk menyerap panas/kalor agar
berubah fase/wujudnya berubah dari cair menjadi uap.
9. Enthalpy
Jumlah kalor yang dikandung oleh setiap kilogram zat pada tekanan dan
temperatur tertentu ditambah dengan kerja yang bekerja pada zat tersebut yang
merupakan perkalian antara tekanan yang bekerja pada zat tersebut dengan volume
spesifiknya.
10. Coeficient of Performance (COP)
Perbandingan antara panas yang diserap oleh refrigerant (zat pandingan) dengan
kerja kompresor.
35
Keseimbangan Energi
mchc maha = - -PH2 + HLC-D
b.
m 0 0.0504
c.
z
kg / det ik
vd
Kalor sensibel
PH2 = mD . CP . T
Dimana :
Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD= volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari dari
diagram psycometry
hC= enthalpy udara di penampang C
hD= enthalpy udara di penampang D
PH2= Daya reheater
HLC-D= kerugian energi pada daerah C-D
Cp= panas jenis udara antara C-D
36
Didapat :
Cp
PH 2
m D T
kJ / kg.C
2. Kondisi penampang B C
a.
Kesetimbangan energi:
Kekekalan massa
m B - m C = m Con m B = m C+ m Con
c.
Didapat
Qref
Wcomp
Losses of energy
HLB-C dalam [kJ/s]
Dimana :
37
b. Kekekalan massa
mB= mA+ mS
c. Didapat:
QK
PK
38
mh
k s s x100%
Pk
Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding dengan
posisi regavolt [%] dan spesifikasi motor penggeraknya
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier
Hs =enthalpy uap
Pp = daya pemanas preheater
Pk = daya pemanas bolier
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower
H 1A-B = kerugian energi pada daerah A-B
Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :
COPaktual =
Q1
W comp
Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB (mChC + mconhcon)
Sedangkan COPideal dapat dicari dengan persamaan
COPideal =
h1h 4
h2h1
39
2.3.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb) dan Temperatur Bola Kering (Dry Bulb)
a.
40
Sensor pada termometer dibalut kain basah untuk menghilangkan efek radiasi
panas.
b.
2.4
pendingin dengan memanfaatkan Automatic Control System (ACS). Sistem ini berfungsi
untuk mendeteksi keberadaan manusia secara otomatis. Skema kerjanya adalah sebagai
berikut :
41
2.
Gelombang mikro (kurva berwarna biru) mendeteksi suhu apakah ada manusia atau
tidak di ruangan dengan memancar ke segala penjuru ruangan.
3.
4.
Sensor menerima gelombang pantul yang berisi informasi keberadaan dan aktivitas
manusia tersebut dan memproses sistem untuk menyemburkan udara dingin dari AC
yang suhunya juga disesuaikan dengan jumlah orangyang ada dalam ruangan.
42
1.
2.
4.
udara
dingin
43
dari
AC
sehingga
AC
44
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Peralatan praktikum
a.Alat yang digunakan :
1. Manometer.
Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk
mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis manometer
tertua adalah manometer kolom cairan. Versi manometer sederhana kolom cairan
adalah bentuk pipa U yang diisi cairan setengahnya biasanya berisi minyak, air
atau air raksa, dimana pengukuran dilakukan pada satu sisi pipa, sementara
tekanan yang mungkin terjadi karena atmosfir diterapkan pada tabung yang
lainnya. Perbedaan ketinggian cairan memperlihatkan tekanan yang terukur
45
46
47
48
49
3.
4.
c. Menghentikan Operasi
a)
b)
Kompresor dimatikan
c)
d)
e)
Pengambilan data baru boleh dimulai setelah ada air kondesat yang terbentuk pada
evaporator (terlihat pada jatuhnya tetes air pada gelas ukur penampung air
kondensat).
b.
c.
Data-data dianggap valid jika pencatatan dilakukan setelah kondisi betul-betul dalam
keadaan steady.
50