BIOTEKNOLOGI DASAR
KELOMPOK I
ALI MUHAKIM
MUHAMMAD AMRI
YULIANTI
NINI ASTUTI ALWI
H311 11 004
H311 11 293
H311 12 014
H311 12 019
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
Substrat, Aerasi, Agitasi dan Pertumbuhan Sel Mikroba Dalam Proses
Fermentasi. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah kimia
bioteknologi dasar Universitas Hasanuddin Makassar. Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, dan
kami harapkan kedepannya dapat lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................................
Bab I Pendahuluan................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................
Bab II Isi ................................................................................................................
2.1 Pemilihan dan Syarat-Syarat Substrat ...............................................................
2.2 Aerasi dan Agitasi..............................................................................................
2.3 Kurva Pertumbuhan Sel.....................................................................................
2.4 Pengaruh Nutrien dan Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Sel Mikroba ........
2.5 Efisisensi Pertumbuhan dan Cara Pengukuran Pertumbuhan Sel Mikroba ......
Bab III Kesimpulan ..............................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk
menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan
yang dikendalikan. Fermentasi merupakan bentuk penerapan atau aplikasi tertua
dari bidang bioteknologi. Pada mulanya istilah fermentasi digunakan untuk
menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol yang berlangsung
secara anaerob.
Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organik menjadi bentuk
lain yang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol.
Mikroorganisme yang terlibat diantaranya adalah bakteri, protozoa, jamur atau
kapang atau fungi dan, ragi atau yeast. Pertumbuhan mikroba merupakan aspek
penting dalam proses fermentasi. Karena berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut
kita dapat memanipulasi pertumbuhan mikroba untuk kepentingan manusia.
Untuk menghasilkan suatu produk fermentasi tertentu, dibutuhkan kondisi
fermentasi dan jenis mikroba dengan karakteristik tertentu juga. Oleh karena itu,
diperlukan keadaan lingkungan, substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang
sesuai sehingga produk yang dihasilkan menjadi optimal.
BAB II
ISI
sumber
anorganik
berupa
garam
amonium,atau
garam
fospat
konsentrasi
untuk
nutrisi
yang
diperbolehkan
agar
tidak
faktor
yang
mempengaruhi
pemilihan
substrat
yaitu
2. Sifat Fermentasi
Substrat harus dapat difermentasi. Misalnya,
Trichodermaviridae dapat tumbuh baik pada substrat selilosa (jerami padi) tetapi
dapat tumbuh baik pada bungkil kelapa.
3. Harga Substrat
Harga substrat harus murah dan dapat digunakan sesuai kebutuhan.
2.2 Aerasi dan Agitasi
Aerasi digunakan dalam pembuatan starter, yaitu dalam proses
memperbanyak diri dan adaptasi mikroorganisme. Tahap ini dimulai saat
inokulum yang telah beradaptasi dalam medium dimasukkan dalam medium di
fermentor. Pelaksanaan fermentasi dilakukan dengan cara sebagai berikut
(Anonim, 2012):
a. Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukkan ke dalam fermentor yang dilakukan
secara aseptis. Nutrisi dimasukkan ke dalam fermentor sebelum disterilisasi
dalam autoclave. Substrat dan inokulan dimasukkan dengan cara memanaskan
mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan inokulum
dimasukkan ke dalam fermentor.
b. Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi.
Aerasi berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk sel ragi dan disuplai
dalam bentuk gelembung gas. Laju oksigen yang disuplai ke dalam fermentor
harus selalu stabil. Ketidakstabilan laju alir oksigen dapat menurunkan unjuk
kerja fermentor. Hai ini disebabkan karena laju transfer O2 tidak tetap, kadar DO
tidak stabil, sehingga metabolisme sel ragi terganggu. Di sini, Agitasi berfungsi
sebagai alat penghomogen larutan fermentasi (Anonim, 2012).
aerasi
optimal
yang
diberikan
dipengaruhi
oleh
sifat
Selain untuk memenuhi kebutuhan oksigen mikroba, agitasi juga berfungsi untuk
menjaga mikroba tetap tersuspensi dan larutan medium tetap homogen
(Anonim, 2012).
Tingkat agitasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi transfer
oksigen di dalam fermentasi. Agitasi membantu proses transfer oksigen di dalam
fermentor dengan cara sebagai berikut : Sistem agitasi menyebabkan gelembung
udara menjadi lebih kecil sehingga luar permukaan dimana terjadinya transfer
oksigen menjadi besar, sistem agitasi menyebabkan waktu tinggal gelembung
udara dimedium lebih lama, agitasi juga dapat mencegah bergabungnya kembali
gelembung-gelembung udara yang sudah ada, serta agitasi dapat memperkecil
tebal lapisan film pada permukaan antar fase gas dan cairan karena sifat aliran
fluida yang turbulen. Tingkat agitasi ini dapat diukur berdasarkan tenaga yang
dikonsumsi oleh motor penggeraknya. Terdapat 3 perinsip sistem pengadukan
yang digunakan , yaitu (Anonim, 2012):
1. Stirred Tank Reactor (STR)
STR mempunyai mekanisme pengadukan impeller yang bergerak didalam
bejana silinder Baffled yang berbentuk piringan datar vertikal. Normalnya
terdapat 4 sampai 6 piringan baffle berada di dalam dinding bejana untuk
membantu pencampuran sehingga mendapatkan larutan homogen, membantu
transfer masa dengan menaikkan aliran turbulen, selain itu juga berfungsi untuk
mencegah pembentukan pusaran dan menghilangkan bagian yang mati.
Stirred Tank Reactor (STR) dikendalikan oleh impeller yang dihubungkan
dengan external motor. Tangki aduk ini dirancang sedemikian sehingga
pencampuran substrat dapat optimal dan kebutuhan daya sedikit.
Efektifitas dari agitasi pada sistem Stirred Tank Reaktor ini bergantung
pada beberapa faktor, diantaranya desain pisau Impeller, kecepatan agitasi dan
kedalaman liquid (Anonim, 2012).
Oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang
penting seperti halnya zat-zat nutrisi yang lain. Zat-zat nutrisi lain seperti glukosa
dapat dengan mudah dilarutkan sampai kadar yang cukup besar (misalnya
10.000 mg/l) tetapi oksigen mempunyai kelarutan yang sangat kecil (kurang dari
10 mg/l) sehingga populasi oksigen yang kontinyu (aerasi) sangat diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan oksigen bagi mikroba (Anonim, 2012).
Proses aerasi tidak terlepas dari proses pengadukan (agitasi). Hembusan
udara dari suatu kompresor ke dalam suatu larutan medium selain memberikan
aerasi juga pengadukan. Pengadukan ini kadang-kadang ditambah dengan
pengadukan mekanik untuk meningkatkan kecepatan pemindahan oksigen dari
fase gas ke sel mikrobia. Dengan demikian aerasi dan agitasi tersebut selain untuk
memenuhi kebutuhan oksigen juga untuk menjaga mikrobia tetap tersuspensi dan
larutan medium tetap homogen (Anonim, 2012).
Aerasi dan agitasi dalam skala laboratorium biasanya dilaksanakan dengan
menggoyang-goyangkan labu berisi larutan (shaken flask culture). Dalam skala
lebih besar, aerasi diberikan dengan cara menghembuskan udara bertekanan ke
dalam cairan medium dan kadang-kadang dilaksanakan pengadukan mekanik.
Aerasi dan agitasi dalam skala laboratorium mudah dilaksanakan, akan tetapi
untuk skala industri perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan aerasi dan
agitasi banyak menyerap biaya operasi (Anonim, 2012).
Dalam uraian ini akan diberikan beberapa hal yang berkaitan dengan
(Anonim, 2012):
Umur suatu sel ditentukan setelah pembelahan sel selesai, sedangkan umur
kultur ditentukan dari waktu atau lamanya inkubasi. Ukuran sel tergantung dari
kecepatan
pertumbuhan.Semakin
baik
zat
nutrisi
didalam
substratnya
mengakibatkan pertumbuhan sel semakin cepat dan ukuran sel semakin besar
(Suprihatin, 2010).
1. Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang tumbuh dengan cara pembelahan biner,
dimana satu sel akan membelah secara simetris menjadi dua sel. Tahap-tahap yang
terjadi selama pembelahan adalah sebagai berikut (Suprihatin, 2010):
a. Mula-mula terjadi peningkatan jumlah komponen-komponen sel termasuk
DNA sehingga ukuran sel juga bertambah besar.
b. Terjadi pembelahan sel yang dimulai dengan pertumbuhan dinding sel,
pembentukan spektum dan pemisahan septum, dimana masing-masing anak sel
mempunyai setengan dinding sel induknya.
2. Khamir
Khamir dapat tumbuh dengan cara menbentuk tunas (budding) atau
membelah (fission), atau campuran dari pertunasan dan pembelahan (bud-fission).
Anak sel yang terbentuk kadang-kadang tidak melepaskan diri dari induknya
sehingga membentuk pseudomiselium (Suprihatin, 2010).
Pertunasan
Pembelahan
1. Fase Adaptasi
Jika mikroba dipindahkan kedalam suatu medium, mula-mula akan
mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
disekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya (Suprihatin, 2010):
hasil-hasil
metabolisme
yang
mungkin
beracun
atau
dapat
Pengaruh pH
Kebanyakan mikroba dapat tumbuh pada kisaran pH sebesar 3 4 unit pH
atau pada kisaran 1000 10.000 kali konsentrasi ion hidrogen. Kebanyak bakteri
mempunyai pH optimum sekitar pH 6.5 7.5. Dibawah 5.0 dan diatas 8.5 bakteri
tidak tumbuh dengan baik. Khamir menyukai pH 4 5 dan tumbuh pada kisaran
pH 2.5 8.5. Oleh karena itu untuk menumbuhkan khamir biasanya dilakukan
berat
sel relatif
sama
maka pertumbuhan
dapat didefinisikan
3. Gambar 5. Hemasitometer
Metode yang lebih memuaskan dalam mengukur jumlah sel adalah
Elektronic Total Count. Jika medan listrik mengenai sel hidup, maka timbul
kejutan listrik. Akan tetapi, jika medan listrik mengenai sel mati, maka tidak
timbul kejutan listrik. Semakin banyak kejutan listrik, semakin banyak pula
jumlah sel yang hidup (Anonim, 2010).
3. Metode Berat Kering
Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering.
Metode ini relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaring atau disentrifugasi,
kemudian bagian yang tersaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi
dikeringkan. Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan
yang mati. Akan tetapi, keterbatasan itu tidak menutup manfaat metode ini dalam
hal mengukur efisiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan satuan
berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan
produksi senyawa yang diinginkan (Anonim, 2010).
Gambar 6. Cara Pengenceran Mikroba yang Akan Dihitung Jumlah Selnya Secara
Viabel Count
4. Metode Viabel Count
Metode viable count sering disebut dengan metode total plate count.
Kultur diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer ditumbuhkan
kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni
beberapa saat berikutnya biasanya 12-4 jam. Akan tetapi, cara ini memiliki
keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya
(kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal dari lebih dari 2 sel) dan tidak dapat
diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat (Anonim, 2010).
Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus
mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka perhitungan
dianggap gagal. Misalnya cawan yang dapat dihitung jumlah selnya adalah yang
mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 untuk sampel pengenceran (10-x), 20-40 untuk
sampel pengenceran (10-(x+1)), dan 200-400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2))
(Anonim, 2010).
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2012,
Aerasi
dan
Agitasi,
(online)
(https://www.scribd.com/doc/228899528/Aerasi-Dan-Agitasi), diakses
pada tanggal 7 April 2015 pukul 23.00 WITA.