Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN

Disusun Oleh :

Nama : Syafira Nur Assyifa Batubara


NPM : E1G019009
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Hari / Tanggal : Rabu, 21 April 2021
Dosen : 1. Ir. Wuri Marsigit, M.App.Sc.
2. Ir. Hasanuddin, M.Sc
Ko-Asst : Media Eltika (E1G018094)
Objek Praktikum : PREPACKING BUAH DAN SAYUR

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayur dan buah-buahan ataupun bahan pangan sangat mudah rusak. Dan ini berarti bahwa
setelah jangka waktu penyimpanan tertentu ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan
pangan segar dengan bahan pangan yang telah disimpan karena nantinya bahan-bahan pangan
tersebut akan mengalami kerusakan seiring berjalannya waktu. Pengemasan hasil pertanian
sangat penting dilakukan guna penyediaan  produksi untuk keperluan pasar dan distribusi untuk
masing-masingnya diperlukan persyaratan khusus. Lama penyimpanan, jenis komoditas dan
model fasilitas penyimpanan untuk tiap-tiap tingkat beragam menurut fungsi dan kebutuhannya.
Secara umum kemasan produk diartikan sebagai bagian paling luar dari suatu produk.
Kemasan produk berfungsi untuk membungkus produk tersebut demi menghindari pengaruh
buruk sinar matahari berlebih, guncangan, dan benturan dengan benda lain, kelembaban yang
tidak sesuai serta pengaruh handling yang tidak benar. Indonesia dikenal sebagai negara agraris
yang menghasilkan produk hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan yang berperan
penting dalam memenuhi gizi masyarakat. Potensi pasar dalam negeri untuk sayuran dan buahan
masih sangat menjanjikan sehingga jika tidak direncanakan dan digarap dengan baik akan
dimanfaatkan oleh negara luar.
Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian
yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen sebesar 25% - 28%. Oleh
sebab itu agar produk holtikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke tangan
konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Penanganan
pasca panen yang baik, maka kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan
dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan. Oleh kerena itu, melalui
praktikum kali ini praktikan diharapkan dapat mengetahui bagaimana proses prepacking pada
buah dan sayur-sayuran.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh penggunaan kemasan plastik pada pengemasan buah dan sayur
segar
2. Memahami pengaruh pemberian ventilasi pada kemasan plastik pada pengemasan buah
dan sayur segar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat pada
bahan, sehingga dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar dari
pada yang biasanya diketahui. Industri cendrung untuk memberikan perbedaan perlakuan
pengemasan pada setiap produk hal ini di karenakan perbedaan sifat dari produk tersebut.
Pengemasan yang baik adalah pengemasan yang dapat melindungi barang segar dari pengaruh
lingkungan (sinar matahari, kelembaban) dan dari pengaruh-pengaruh lainnya. Pengemasan
dapat mengurangi lembab dan demikian mencegah terjadinya dehidrasi, hal ini merupakan
keuntungan utama dari pengemasan untuk konsumsi dan dalam rangka memperpanjang masa
simpan komoditi yang bersangkutan. Bahan pengemasan seperti nampan, mangkokan,
pembungkus, bahan sekat dan bantalan dapat ditambahkan untuk membantu menghalangi
pergerakan produk. Pada dasarnya prinsip dari pengemasan adalah penekanan laju respirasi yang
ada dalam buah dan sayuran yang ada karena respirasi yang ada mempengaruhi dalam beberapa
proses metabolisme yang ada didalam buah dan sayur yang disimpan. Sistem pengemasan
mekanik sederhana sering mengunakan metode pengisian volume atau metode pengisian ketat
dalam mana produk yang telah disortasi dihantarkan dalam box-box, sehingga vibrasi terbatasi.
Kebanyakan alat pengisi volume dirancang menggunakan berat sebagai estimasi volume, dan
penyesuaian akhir dilakukan dengan tangan (Mitchell dan Kader, 2016).
Jenis buah dapat dibedakan berdasarkan karakteristik kematangannya selama
penyimpanan yakni klimakterik dan non-klimaterik. Jenis klimakterik seperti pisang, pepaya,
mangga,apel, apokat, kiwi, jambu biji, sawo yang memiliki ciri khusus yakni sangat besarnya
peran etilen dalam merangsang kematangan sehingga daya simpan buah kategori ini akan sangat
mudah diperpanjang dan juga dapat meningkatkan masa segar, pada buah non-klimakterik
seperti nenas, jeruk, leci, semangka dan melon yang tampaknya peran etilen hampir tidak ada
karena pematangan selama penyimpanan tidak diperlukan, buah dipetik dalam keadaan telah
matang dan siap untuk dimakan (E. Sukasih, & A. W. Permana, 2018).
Begitu selesai dipanen, berarti bagian tanaman (daun, bunga, buah) masih tetap
mengalami respirasi dan transpirasi. Respirasi akan berlangsung selama substrat untuk glikolisis,
proses berlangsungnya reaksi dalam lingkaran asam trikarboksilat dan transpor elektron masih
ada. Respirasi akan menghasilkan energi yang mendukung berlangsungnya proses metabolisme
sekunder seperti produksi etilen dan metabolisme fenolat. Proses respirasi dalam hal ini
digunakan sebagai indikator terjadinya kerusakan dalam komoditas hortikultura, apalagi terkait
laju respirasi yang naik 2 kali lipat lebih besar setiap suhunya meningkat sebesar 10 derajat
celcius. Penghambatan laju respirasi dapat menekan kerusakan hasil hortikultura. Oleh karena
itu, penyimpanan suhu rendah dan perlakuan pendinginan menjadi andalan dalam
memperpanjang masa penyimpanan dan pemasaran hasil hortikultura (Gardjito, 2017).
Untuk memperlambat kemunduran pasca panen komoditas buah-buahan diperlukan suatu
cara penanganan dan perlakuan yang dapat menurunkan respirasi dan transpirasi sampai batas
minimal dimana produk tersebut masih mampu melangsungkan aktivitas hidupnya. Konsumen
dalam memperhatikan kualitas buah didasarkan pada penampilan, tingkat kekerasan, nilai rasa,
dan gizi (Santoso dan Purwoko, 2016).
Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah
“rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-
perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas,
pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening),
terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi,
grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll (Mutirawati, dan David, 2016).
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah dansayuran
sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme, dan
oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjukmengenai potensi daya simpan buah dan
sayuran. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek. Hal itu juga
merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bahan makanan. Faktor
yangsangat penting yang mempengaruhi respirasi dilihat dari segi penyimpanan adalahsuhu.
Peningkatan suhu antara 0C– 350C akan meningkatkan laju respirasi buah- buahan dan
sayuran, yang memberi petunjuk bahwa baik proses biologi maupun proses kimiawi dipengaruhi
oleh suhu. Sampai sekarang pendinginan merupakansatu-satunya cara ekonomis untuk
penyimpanan jangka panjang bagi buah dansayuran segar. Asas dasar penyimpanan dingin
adalah penghambatan respirasi oleh suhu tersebut (Pantastico dan Safaryani, 2016).
Seleksi bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas buah dan sayur harus
memenuhi persyaratan yaitu permeabilitas oksigen dan CO2, tidak menghambat respirasi dan
perpanjangan daya simpan tetapi tidak menjadikan proses anaerobik didalamnya, tidak
menghambat keluarnya uap air, transparan, memiliki sifat fisik cukup baik sehingga kuat selama
transfer dan handling, karena umumnya plastik memiliki sifat permeabilitas kurang sempurna,
untuk hal tersebut ventilasi perlu dibuat. Pengelolaan suhu merupakan faktor utama dalam upaya
menunda proses perusakan produk pasca panen. Pendinginan cepat dan mempertahankan suhu
yang cocok merupakan bagian penting dari sistem pengelolaan suhu (Marsigit, 2018).
Plastik merupakan bahan pengemas yang banyak digunakan namun berdampak buruk
bagi lingkungan karena sulit terdegradasi di alam. Teknologi produksi plastik biodegradable atau
bioplastik yang dibuat dari bahan alami dan ramah lingkungan sudah mulai dikembangkan.
Plastik biodegradable berbahan dasar pati relatif lebih mudah diproduksi dan bahan baku mudah
diperoleh (E. Kamsiati, 2017).
Plastik merupakan salah satu jenis bahan kemas yang sering digunakan selain bahan
kemas lain seperti: kaleng, gelas, kertas, dan styrofoam. Plastik, bahan pengemas yang mudah
didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan,
seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu
rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat
masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam
tubuh akan menyebabkan kanker. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang
berbeda tergantung dan bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam,
berlemak ), lama kontak dan suhu makanan saat disimpan. Semakin tinggi suhu makanan yang
dimasukkan dalam plastik ini maka semakin cepat terjadinya perpindahannya (Mareta, 2011).
Penggunaan plastik cukup populer dikalangan masyarakat. Plastik sering digunakan
sebagai kemasan makanan dan minuman. Penggunaan plastik berbahaya bagi kesehatan,
khususnya pada janin dan anak. Hal ini dikarenakan plastik mengandung zat tambahan berupa
plasticizers. Zat tambahan ini dapat bermigrasi ke dalam makanan dan minuman yang dikemas,
apalagi dalam keadaan panas dan berminyak (A. Jumadewi, 2019).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Plastik ukuran ½ kilogram
2. Buah-buahan dan sayur-sayuran segar

3.2 Prosedur Kerja


1. Memilih buah atau sayur yang mutunya baik, buang bagian yang tidak di perlukan, kemudian
cuci bersih dan dikeringkan atau ditiriskan dan diangin- angingkan supaya kering
2. Enam buah kantong plastik diberi fentilasi berupa lubang – lubang dengan bantuan jarum
sebanyak 5 buah pada permukaan plastik, enam buah kantong lainya tidak .
3. Sekitar 300 gram sayur dimasukan kedalam masing – masing kantong dan diikat juga
sediakan sampel untuk kontrol
4. Meletakkan pada suhu kamar / dingin
5. Mengamati perubahan yang terjadi setiap hari, sampai akhirnya sampel tidak dapat dipakai
lagi. Misalnya plastik berkeringat, buah atau sayur berakar dsb.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1. Keadaan suhu ruang
a. Keadaan buah selama penyimpanan (visual)

Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6

Kontrol

Tanpa
ventilasi

Berventilasi

b. Keadaan kemasan selama penyimpanan (visual)


Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol - - - - - -
Tanpa
- + + + ++ +++
ventilasi
Berventilas
- - + + + ++
i

c. Perubahan berat bahan selama penyimpanan


Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol 110,76gr 100,46gr 94,96gr 90,70gr 86.76gr 83,68gr
Tanpa
125,60gr 121,07gr 119,68gr 118,78gr 117,87gr 117,15gr
ventilasi
Berventilas
112,72gr 110,56gr 107,62gr 107,21gr 106,87gr 106,62gr
i

d. Gambarkan grafik
Grafik Perubahan Berat perubahan berat selama

Kontrol Tanpa ventilasi Berventilasi


penyimpanan
400

350
112.72
110.56 107.62 107.21 106.87 106.62
300

250
125.6
121.07 119.68
200 118.78 117.87 117.15

150
110.76
100 100.46 94.96 90.7 86.76 83.68
50

0
1 2 3 4 5 6

2. Keadaan suhu dingin


a. Keadaan buah selama penyimpanan (visual)

Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6

Kontrol

Tanpa
ventilasi

Berventilasi
b. Keadaan kemasan selama penyimpanan (visual)
Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol - - - - - -
Tanpa
- - - + + ++
ventilasi
Berventilas
- - - - + +
i

c. Perubahan berat bahan selama penyimpanan


Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol 95,78gr 93,76gr 89,66gr 87,57gr 84,87gr 82,68gr
Tanpa
112,05gr 109,70gr 108,01gr 106,20gr 104,72gr 103,58gr
ventilasi
Berventilas
125,07gr 123,25gr 121,55gr 120,72gr 119,59gr 118,19gr
i

d. Gambarkan grafik perubahan berat selama penyimpanan

Grafik Perubahan Berat


Kontrol tanpa ventilasi berventilasi
140
125.07
120 123.25 121.55 120.72 119.59
112.05 118.19
109.7 108.01 106.2 104.72 103.58
100
95.78 93.76 89.66 87.57 84.87
80 82.68
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum acara tiga ini dilakukan praktikum yang berjudul “Prepacking Buah dan
Sayur”. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
kemasan plastik pada pengemasan buah dan sayur segar dan memahami pengaruh pemberian
ventilasi pada kemasan plastik pada pengemasan buah dan sayur segar. Pada pengematan kali ini
saya menggunakan sayur terung. Sayuran merupakan bahan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak (perishable). Pada hakekatnya sayuran selepas panen merupakan jaringan hidup
dengan kandungan airnya yang tinggi dimana kelanjutan proses respirasi dan transpirasi masih
terus berlangsung. Adanya respirasi yang tinggi akan menyebabkan sayuran menjadi layu dan
busuk. Untuk mengurangi hal tersebut, maka perlu dihambat melalui cara penyimpanan yang
baik.
Pada terung dilakukan pengamatan di dua keadaan, yaitu keadaan di suhu ruang dan
keadaan di suhu dingin. Dimasing-masing keadaan diberi tiga perlakuan terhadap terung yang
pertama tidak diberi kemasan plastik sama sekali, kedua diberi kemasan plastik dan diberi
ventilasi berupa lubang-lubang kecil, dan yang ketiga diberi plastik tapi tidak diberi ventilasi.
Menurut Soetasad (2000), terung (Solanum melongena L.) di Pulau Jawa lebih dikenal sebagai
terung adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran, yang berasal dari India
dan Sri Lanka. Terung termasuk salah satu sayuran yang banyak digemari oleh berbagai
kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B,
vitamin C, fosfor dan zat besi.
Pengamatan ini dilakukan selama 6 hari berturut-turut. Hasil dari pengamatan ini terung
yang berada disuhu ruang mengalami penurunan berat baik itu pada perlakuan yang tidak
dikemas plastik, yang dikemas plastik tapi tidak diberi ventilasi, dan diberi plastik namun
terdapat ventilasi. Sesuai dengan pendapat Sembiring (2009) yang menegaskan penurunan berat
yang semakin meningkat selama penyimpanan menunjukkan semakin meningkatnya proses
respirasi dan transpirasi. Proses respirasi dan transpirasi mengakibatkan kehilangan substrat dan
air sehingga terjadi penurunan berat. Penurunan berat selama penyimpanan merupakan salah satu
parameter mutu yang mencerminkan tingkat kesegaran. Semakin tinggi penurunan berat, maka
semakin berkurang tingkat kesegaran.
Dari ketiga perlakuan tersebut terung yang tidak diberi apa-apa lebih cepat mengkerut
dibanding terung yang diberi kemasan plastik. Sedangkan pada kemasan plastik yang diberi
lubang ventilasi terdapat uap air yang muncul dari hari ketiga dan seterusnya, sedangkan pada
pada kemasan yang tidak diberi ventilasi uap air muncul dari hari kedua. Munculnya uap air pada
kemasan dikarenakan bahan didalam pengemas melakukan respirasi.
Pada terung dihari keempat dan seterusnya mulai layu hal ini dikarenakan adanya tekanan
turgor dimana turgor adalah tekanan sel akibat masuknya air ke dalam sel. Ketika sel pada buah
dan sayur mengalami banyak kehilangan air sehingga menjadi layu maka pada saat tersebut sel
mempunyai tekanan turgor menurun. Ketika air masuk kedalam sel maka tekanan turgor akan
meningkat dan sel akan mengembang sehingga sel mencapai ukuran yang maksimum, maka sel
buah dan sayur berada dalam turgor yang penuh
Sedangkan hasil pengamatan yang dilakukan di suhu dingin, terung lebih bertahan lama
sesuai dengan pernyataan dari Muchtadi (1990) yang menyatakan penyimpanan bahan pada suhu
rendah merupakan cara yang efektif untuk memperpanjang umur simpan bahan segar, karena
dengan cara ini dapat mengurangi kegiatan respirasi, proses penuaan, dan pertumbuhan
mikroorganisme. Pendinginan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran hasil
pertanian, khususnya produk hortikultura. Pendinginan akan memperlambat atau mencegah
terjadinya kerusakan tanpa menimbulkan gangguan pada proses pematangan dan memperlambat
perubahan yang tidak diinginkan (pelayuan).
Pada terung dalam kemasan plastik yang berventilasi muncu uap air dari hari kelima
sampai keenam, sedangkan pada kemasan plastik yang tidak diberi ventilasi sudah muncul uap
air dari hari kelima. H. Hardin, pada tahun 2020 juga mengungkapkan pendapatnya berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan. Ia menyatakan bahwa bahan kemasan plastik dan kemasan
plastik mempunyai sifat dapat ditembus oleh uap air dan gas seperti O2, CO2, N2 dan lain-lain.
Kemudahan bahan kemasan dan kemasan plastik dapat ditembus oleh beberapa jenis gas sangat
dipengaruhi oleh tipe dan jumlah plastisier, kelembaban udara dan suhu, tipe dan kualitas bahan
pelapis (coating material) dan tingkat kristalisasi bahan. Pendapat ini sangat sesuai dengan
praktikum saya kali ini, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan buah dan sayur
selama penyimpanan adalah suhu/kelembaban dan kadar air. Sama seperti penyimpanan di suhu
ruang, pada penyimpanan di suhu dingin ini berat bahan terus berkurang namun tidak terjadi
pengurangan yang sangat signifikan seperti di suhu ruang.
Suhu penyimpanan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
kekerasan dari buah dan sayur, apabila suhu penyimpanan terlalu tinggi dapat menyebabkan
proses respirasi dan transpirasi berlangsung lebih cepat sehingga menyebabkan kandungan air
dari buah dan sayur lebih cepat mengalami penurunan yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kesegaran buah. Suhu rendah sangat mempengaruhi perubahan nilai kekerasan buah, semakin
rendah suhu penyimpanan maka semakin lambat penurunan nilai kekerasan buah dan sayur
tersebut.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Pengaruh penggunaan kemasan plastik pada pengemasan buah dan sayur adalah buah atau
sayur yang dikemas dengan memberikan keadaan berventilasi baik pada suhu dingin atau
suhu udara akan cepat mudah rusak (busuk).
2. Pengaruh pemberian ventilasi pada kemasan plastik pada pengemasan buah dan sayur
adalah komoditas akan mudah rusak akibat terjadinya laju respirasi yang cepat dan
mikroba mudah bersarang pada kemasan plastik yang berventilasi akibat kelembapan
suhu.
6.2 Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya praktikan lebih memperhatikan saat praktikum
berlangsung, agar praktikan lebih mengerti dan memahami tentang sifat dan karakteristik bahan
yang akan dikemas agar memudahkan penanganan bahan . Dimasa pandemi covid-19 ini,
diharapkan seluruh praktikan menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan selama
proses pengamatan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

David, Jhon, dkk. 2016. Penanganan Pasca Panen Penyimpanan untuk Komoditas Hortikultura.
Banjarbaru: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Gardjito, M. dan Swasti, Y.R. 2017. Fisiologi Pascapanen Buah dan Sayuran. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
Hardin, H., Sugiarti, S., & Yunus, M. 2020. Memperkenalkan Teknik Pengemasan Sayuran
Melalui Penyuluhan Kemasan Sayuran Kepada Guru-Guru SMAN 5 Tinggimoncong
Kab. Gowa. In Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat.
Jumadewi, A. 2019. Gambaran Perilaku Mahasiswa Tentang Bahaya Penggunaan Plastik
Sebagai Wadah Makanan Dan Minuman Prodi DIII Keperawatan Tapaktuan. Majalah
Kesehatan Masyarakat Aceh (MaKMA), 2(2).
Kamsiati, E., Herawati, H., & Purwani, E. Y. 2017. Potensi pengembangan plastik
biodegradable berbasis pati sagu dan ubikayu di indonesia.
Mareta D Tio, Nur Shofia. 2011. Pengemasan Produk Sayuran Dengan Bahan Kemas Plastik
Pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin. Yogyakarta : Jurusan Teknologi
Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Marsigit wuri, dan Rossalina yessy. 2018.  Penuntun Praktikum Pengemasan. Bengkulu: Jurusan
Teknologi Pertanian Universitas Bengkulu.
Mitchell R, dan Kader. 2016. Budidaya dan Pengolahan Hasil Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Santoso dan Purwoko, S. 2016. Dasar Perencanaan dan Pengolahan Bahan Hasil Pertanian.
Jakarta: PT. Pradya Paramita.
Sukasih, E., & Permana, A. W. 2018. Aplikasi 1-MCP Dapat Memperpanjang Umur Segar
Komoditas Hortikultura.
LAPORAN SEMENTARA

Nama : Syafira Nur Assyifa Batubara


NPM : E1G019009
Shift : Rabu, 10.00-12.00 WIB
Tanggal : 21 April 2021

1. Keadaan suhu ruang


a. Keadaan buah selama penyimpanan (visual)

Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6

Kontrol

Tanpa
ventilasi

Berventilasi

b. Keadaan kemasan selama penyimpanan (visual)


Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol - - - - - -
Tanpa
- + + + ++ +++
ventilasi
Berventilas
- - + + + ++
i

c. Perubahan berat bahan selama penyimpanan


Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol 110,76gr 100,46gr 94,96gr 90,70gr 86.76gr 83,68gr
Tanpa
125,60gr 121,07gr 119,68gr 118,78gr 117,87gr 117,15gr
ventilasi
Berventilas
112,72gr 110,56gr 107,62gr 107,21gr 106,87gr 106,62gr
i

d. Gambarkan grafik
Grafik Perubahan Berat perubahan berat selama

Kontrol Tanpa ventilasi Berventilasi


penyimpanan
400

350
112.72
110.56 107.62 107.21 106.87 106.62
300

250
125.6
121.07 119.68
200 118.78 117.87 117.15

150
110.76
100 100.46 94.96 90.7 86.76 83.68
50

0
1 2 3 4 5 6

3. Keadaan suhu dingin


e. Keadaan buah selama penyimpanan (visual)

Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol

Tanpa
ventilasi

Berventilasi

f. Keadaan kemasan selama penyimpanan (visual)


Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol - - - - - -
Tanpa
- - - + + ++
ventilasi
Berventilas
- - - - + +
i

g. Perubahan berat bahan selama penyimpanan


Hari penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Kontrol 95,78gr 93,76gr 89,66gr 87,57gr 84,87gr 82,68gr
Tanpa
112,05gr 109,70gr 108,01gr 106,20gr 104,72gr 103,58gr
ventilasi
Berventilas
125,07gr 123,25gr 121,55gr 120,72gr 119,59gr 118,19gr
i

h. Gambarkan grafik
perubahan berat selama
Grafik Perubahan Berat
penyimpanan
125.07 123.25 121.55 120.72 119.59 118.19
112.05 109.7 108.01 106.2 104.72 103.58
95.78 93.76 89.66 87.57 84.87 82.68

1 2 3 4 5 6

Kontrol tanpa ventilasi berventilasi


Mengetahui
Ko-Ass

Media Eltika
(E1G018094)

Anda mungkin juga menyukai