Anda di halaman 1dari 63

MAGANG INDUSTRI PENETAPAN NILAI PERMANGANAT

DAN KADAR LOGAM AIR BAKU INDUSTRI AIR MINUM


DALAM KEMASAN (AMDK) DI BALAI STANDARDISASI
DAN PELAYANAN JASA INDUSTRI (BSPJI) PALEMBANG

Laporan Akhir
Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Magang Industri

Oleh

Ummul Salamah
20736043

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2023
MAGANG INDUSTRI PENETAPAN NILAI PERMANGANAT
DAN KADAR LOGAM AIR BAKU INDUSTRI AIR MINUM
DALAM KEMASAN (AMDK) DI BALAI STANDARDISASI
DAN PELAYANAN JASA INDUSTRI (BSPJI) PALEMBANG

Laporan Akhir
Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Magang Industri

Oleh

Ummul Salamah
20736043

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Magang Industri Penetapan Nilai Permanganat dan


Kadar Logam Air Baku Industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) Di Balai Standardisasi Dan
Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Palembang
2. Nama Mahasiswa : Ummul Salamah
3. Nomor Pokok Mahasiswa : 20736043
4. Program Studi : Pengembangan Produk Agroindustri
5. Jurusan : Teknologi Pertanian

Menyetujui,

Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing


Pengembangan Produk Agroindustri

Taufik Nugraha Agassi, S.T.P., M.Sc. Kurnia R. Ningtyas, S.TP., M.Sc.


NIP. 199106072019031011 NIP. 198805062015042001

Ketua Jurusan
Teknologi Pertanian

Didik Kuswadi, S.T.P., M.Si.


NIP. 196901161994021001

Tanggal Ujian : 20 Juli 2023


RINGKASAN

MAGANG INDUSTRI PENETAPAN NILAI PERMANGANAT


DAN KADAR LOGAM AIR BAKU INDUSTRI AIR MINUM
DALAM KEMASAN (AMDK) DI BALAI STANDARDISASI
DAN PELAYANAN JASA INDUSTRI (BSPJI) PALEMBANG

Pemantauan kualitas air sangat penting dalam menjaga keamanan dan


kesehatan manusia serta kelestarian ekosistem air. Standar baku mutu kesehatan
lingkungan media air minum dituangkan dalam parameter fisik, mikrobiologi,
kimia, dan radioaktif. Metode pengujian yang digunakan meliputi metode
permanganometri untuk nilai permanganat dan Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA) untuk kadar logam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai permanganat
pada sampel air masih di bawah batas baku mutu yang ditetapkan yaitu -0,59566
mg/lt dan -0,7805 mg/L , sehingga air tersebut aman untuk dikonsumsi. Selain itu,
kadar logam seperti Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Seng (Zn) juga masih dalam
batas baku mutu yang ditetapkan dengan hasil berturut-turut yaitu 0,12 mg/L, -
0,015 mg/L dan 0,009 mg/L. Kelebihan logam berat dalam air dapat memiliki
dampak negatif pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, pengawasan dan
pengujian kualitas air minum perlu dilakukan secara teratur sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Kata Kunci : Permanganat, Kadar Logam, Pengujian air minum


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Magang Program
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Penulis membuat laporan Magang
Program MBKM ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan nilai Magang Program MBKM pada Program Studi D4
Pengembangan Produk Agroindustri Politeknik Negeri Lampung.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan hasil Magang
Program MBKM ini. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua hebat saya yang telah memberikan dukungan, motivasi serta do’a
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Magang Industri ini.
2. Bapak Didik Kuswadi, S.T.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi
Pertanian Politeknik Negeri Lampung.
3. Ibu Kurnia Rimadhanti Ningtyas, S.T.P., M.Sc. selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing proses penyusunan laporan Magang Industri.
4. Bapak Taufik Nugraha Agassi, S.T.P., M.Sc. selaku koordinator program
studi D4 Pengembangan Produk Agroindustri.
5. Panitia pelaksanaan kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)
Tahun 2023 yang telah membantu dan membimbing proses pelaksanaan
selama kegiatan MBKM berlangsung.
6. Bapak Syamdian, S.T., M.Si selaku kepala Balai Standardisasi Dan
Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Palembang.
7. Ibu Aprillena Tornadez Bondan S.T., M.T selaku pembimbing lapang yang
telah membimbing dalam proses kegiatan Magang Industri dan penyusunan
laporan Magang Industri.
8. Seluruh aparatur dan karyawan Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa
Industri (BSPJI) Palembang yang telah membantu dan berkontribusi dalam
pelaksanaan kegiatan Magang Industri.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
pelaksanaan kegiatan Magang Industri yang telah dilaksanakan sekaligus
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Magang Industri.

Bandar Lampung, 20 Juli 2023

Ummul Salamah
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................2
1.4 Metode Pelaksanaan..................................................................................2
II. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA................................................................3
2.1 Sejarah Singkat Lokasi Magang................................................................3
2.2 Struktur Organisasi....................................................................................4
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja..........................................................5
2.4 Visi Dan Misi Unit Kerja...........................................................................6
2.5 Lingkup Pekerjaan...................................................................................10
III. PELAKSANAAN MAGANG........................................................................13
3.1. Rencana Pelaksanaan Magang.................................................................13
3.2. Hasil Pelaksanaan Magang......................................................................17
3.3. Pembahasan.............................................................................................18
IV. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................22
4.1 Kesimpulan..............................................................................................22
4.2 Saran........................................................................................................22
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perencanaan Kegiatan Magang................................................................13

Tabel 2. Data Pengamatan Penentuan Nilai Permanganat.....................................17

Tabel 3. Data Hasil Nilai Permanganat..................................................................17

Tabel 4. Data Pengamatan Pengujian Kadar Logam.............................................17

Tabel 5. Kisaran Kadar Optimum Dan Panjang Gelombang Berdasarkan


Parameter Logam Yang Dianalisis..........................................................20
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Palembang.................3

Gambar 2. Balai Industri Palembang.......................................................................4

Gambar 3. Struktur Organisasi BSPJI Palembang...................................................5

Gambar 4. Diagram Alir Prosedur Penetapan Normalitas Larutan Baku KMnO4 14

Gambar 5. Diagram Alir Prosedur Uji Nilai Permanganat....................................15

Gambar 6. Diagram Alir Prosedur Pengujian Kadar Logam.................................16


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas........................................................................................25

Lampiran 2. Surat Penerimaan...............................................................................26

Lampiran 3. Rekapitulasi Daftar Hadir..................................................................27

Lampiran 4. Rekapitulasi Jurnal Harian................................................................29

Lampiran 5. Lembar Penilaian Pembimbing Lapang............................................35

Lampiran 6. Dokumentasi Penetapan Nilai Permanganat.....................................36

Lampiran 7. Dokumentasi Pengujian Kadar Logam..............................................39

Lampiran 8. Perhitungan Penetapan Nilai Permanganat.......................................43

Lampiran 9. Permenkes No. 492 Tahun 2010.......................................................44


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber kehidupan yang vital, pemantauan kualitas air sangat
penting untuk memastikan keamanan dan kesehatan manusia, serta kelestarian
ekosistem air. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2023 tentang Air Minum yaitu air yang melalui pengolahan atau
tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Standar baku mutu kesehatan lingkungan media air minum dituangkan dalam
parameter yang menjadi acuan air minum aman. Parameter yang dimaksud
meliputi parameter fisik, parameter mikrobiologi, parameter kimia serta
radioaktif.
Senyawa organik dengan konsentrasi yang besar pada air merupakan salah
satu kontaminan yang berbahaya. Pada sistem pemurnian air minum, eliminasi
senyawa organik merupakan salah satu poin efektivitas sistem tersebut (Pietrzyk,
A., 2017). Parameter untuk menentukan banyaknya polutan senyawa organik dan
cemaran logam berat pada air dapat dilakukan dengan menentukan angka
permanganat dan pengujian kadar logam. Kelebihan bahan organik, nitrogen dan
fosfor pada air dapat menyebabkan eutrofikasi. Monitoring eutrofikasi dan bloom
algae pada perairan dapat dilakukan dengan menentukan parameter kimia seperti
fosfor total, nitrogen total, ammonia, angka permanganat, kecepatan aliran,
ketinggian air, dan pemeriksaan mikroskopis fitoplankton dan zooplankton (S.
Wu dkk 2018). Angka permanganat adalah ukuran dari jumlah oksigen yang
diperoleh dari kalium permanganat untuk mengoksidasi polutan senyawa organik
dan anorganik pada sampel (Uwidia, I., 2016). Sedangkan pengujian kadar logam
adalah penentuan jumlah atau konsentrasi logam tertentu dalam suatu sampel.
Sehubungan dengan amanat dan target yang dimandatkan kepada
pemerintah Indonesia untuk Sustainable Development Goals (SDGs) goal 6.1
yaitu mencapai 100% akses air minum aman, maka disadari bahwa kualitas air
minum merupakan hal penting yang perlu dijamin pemenuhannya dan karenanya
perlu dilakukan pengujian dan pengawasan kualitas air minum.
2

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian ini adalah :
1. Menentukan status mutu kadar logam dalam air berdasarkan SNI
6989.84:2019 tentang cara uji kadar logam terlarut dan logam total secara
Spektrometri Serapan Atom (SSA) – nyala.
2. Menentukan status mutu nilai permanganat berdasarkan SNI 06-6989.22-
2004 tentang cara uji nilai permanganat secara titrimetri.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Magang industri MBKM Politeknik Negeri Lampung dilaksanakan pada
tanggal 20 maret 2023 sd. 07 juli 2023. Kegiatan ini dilakukan di Balai
Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Palembang.

1.4 Metode Pelaksanaan


Metode uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian nilai
permanganat dengan metode permanganometri. Permanganometri merupakan
metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan
oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan kadar zat. Sedangkan pengujian
kadar logam menggunakan metode Spektrometri Serapan Atom. Metode ini
menggunakan cahaya yang diserap oleh atom-atom logam dalam sampel. Cahaya
yang melewati sampel diukur untuk menentukan jumlah logam yang ada dalam
sampel berdasarkan jumlah cahaya yang diserap.
II. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA

2.1 Sejarah Singkat Lokasi Magang


Balai Standardisasi Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Palembang yang
sebelumnya dikenal sebagai Balai Riset & Standardisasi (Baristand) Industri
Palembang adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perindustrian
yang berada di bawah Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI)
Kementerian Perindustrian.
Secara definitif, institusi ini diresmikan pada tahun 1981 berdasarkan SK.
Menperin No. 357/M/SK/8/1980 tanggal 26 Agustus 1980 sebagai Balai Industri
Palembang yang berada dibawah Balai Penelitian dan Pengembangan Industri
(BPPI). Setelah itu institusi ini berganti nama menjadi Baristand Industri dan
Perdagangan Palembang berdasarkan SK Menperindag No.
784/MPP/Kep/11/2002 tanggal 29 November 2002, kemudian berdasarkan
Peraturan Menteri Perindustrian No.49/MIND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006,
berganti nama menjadi Baristand Industri Palembang.

Gambar 1. Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Palembang


(Sumber : BSPJI Palembang, 2023)
4

Gambar 2. Balai Industri Palembang


(Sumber : BSPJI Palembang, 2023)

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 tahun


2020 tentang Kementerian Perindustrian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri (BPPI) ber-transformasi menjadi Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa
Industri (BSKJI). Seiring dengan perubahan BPPI menjadi BSKJI, pada awal
tahun 2022, nama Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Palembang
pun turut berubah menjadi Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri
Palembang atau biasa disingkat BSPJI Palembang.

2.2 Struktur Organisasi


BSPJI Palembang dipimpin oleh seorang Kepala Balai. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Standardisasi dan
Kebijakan Jasa Industri terdiri dari beberapa seksi/sub bagian seperti berikut :
1) Kepala BSPJI Palembang
2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3) Koordinator Fungsi Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri
4) Koordinator Fungsi Standardisasi dan Sertifikasi
5) Koordinator Fungsi Pengembangan Jasa Industri
6) Koordinator Fungsi Pengujian, Kalibrasi, Inspeksi, dan Verifikasi
5

Gambar 3. Struktur Organisasi BSPJI Palembang


(Sumber : BSPJI Palembang, 2023)

Struktur organisasi BSPJI Palembang sangat ramping dan efektif untuk


pelaksanaan tugas sesuai tupoksi. Koordinasi secara vertikal ke BSKJI
dilaksanakan oleh Kepala Balai, Sub Bagian Tata Usaha melaksanakan urusan
administrasi sedangkan Jabatan Fungsional melaksanakan tugas sesuai sasaran
kinerjanya masing-masing.

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja


Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 1 Tahun 2022
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, tugas pokok BSPJI Palembang adalah
melaksanakan standardisasi industri, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri,
industri hijau, dan pelayanan jasa industri berlandaskan potensi sumber daya
daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, BSPJI Palembang
menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan penerapan dan pengawasan standardisasi industri;
2. Pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan teknologi industri
3. Pendampingan dan konsultasi di bidang standardisasi, optimalisasi
pemanfaatan teknologi industri, industri hijau, dan jasa industri;
6

4. Pelaksanaan pengujian, kalibrasi, inspeksi teknis, dan verifikasi di bidang


industri;
5. Pelaksanaan sertifikasi sistem manajemen, produk, teknologi, dan industri
hijau;
6. Pelaksanaan urusan kerja sama dengan hubungan masyarakat;
7. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi;
8. Pelaksanaan urusan perencanaan, program, anggaran, kepegawaian,
keuangan, organisasi, tata laksana, pengelolaan barang milik negara,
persuratan, perpustakaan, kearsipan, dan rumah tangga; dan
9. Pelaksanaan evaluasi dan palaporan.

2.4 Visi Dan Misi Unit Kerja


2.4.1 Visi
Visi BSPJI Palembang salah satu prioritas nasional pada rencana
pembangunan jangka menengah pembangunan nasional yang terkait dengan
pembangunan sektor industri nasional adalah memperkuat ketahanan ekonomi
untuk pertumbuhan yang berkualitas dan meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing. Sesuai dengan instruksi Presiden Republik
Indonesia terpilih untuk periode 2019-2024 dan diperkuat oleh Surat Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Nomor
B.899/M.PPN/SES/PP.03.02/12/2019 tanggal 20 Desember 2019 perihal
Penyelarasan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Dalam Dokumen
Renstra K/L 2020-2024, bahwa tidak ada visi dan misi Menteri/Pimpinan
Lembaga dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya wajib mengacu pada visi
dan misi Presiden dan Wakil Presiden. Oleh karena itu, BSPJI Palembang selaku
satker dibawah naungan BSKJI, Kementerian Perindustrian yang membantu
Presiden dalam membidangi industri, menetapkan visi selaras dengan visi
Presiden terpilih. Visi Presiden Tahun 2020-2024 adalah terwujudnya Indonesia
maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.
Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Dalam Dokumen Renstra K/L 2020-
2024, bahwa tidak ada visi dan misi Menteri/Pimpinan Lembaga dan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya wajib mengacu pada visi dan misi Presiden dan
7

Wakil Presiden. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian dan BSKJI yang
membantu Presiden dalam membidangi industri, menetapkan visi selaras dengan
visi Presiden terpilih yaitu Visi BSKJI adalah menjadi “Menjadi badan yang
akuntabel, adaptif, kolaboratif dan berorientasi pelayanan dalam mewujudkan
industri nasional yang mandiri dan berdaya saing”. Selaras dengan dengan Visi
Kementerian Perindustrian, visi dari Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa
Industri, visi BSPJI Palembang adalah :

“Menjadi balai yang akuntabel, adaptif, kolaboratif dan berorientasi


pelayanan dalam mewujudkan industri nasional yang mandiri dan berdaya
saing”

Dalam mendukung Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden: “Indonesia
Maju Yang Berdaulat, Mandiri Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Indonesia yang maju, berdaulat dan mandiri dapat dicapai salah satunya
apabila Indonesia menjadi negara industri yang maju dengan sektor industri yang
berdaya saing. Daya saing yang dimaksud yaitu sektor industri Indonesia dapat
diandalkan kemampuan dan kekuatannya, serta dapat mengelola sumber daya
yang tersedia untuk peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja melalui
penambahan lapangan kerja baru, serta peningkatan investasi dan ekspor sektor
industri melalui pemanfaatan teknologi. Pengelolaan sumber daya termasuk di
dalamnya pengelolaan SDM, pemanfaatan teknologi yang inovatif, dan
implementasi industri 4.0.

2.4.2 Misi
Misi BSPJI Palembang Dari misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih
tertuang dalam sembilan program aksi, berdasarkan hal tersebut program aksi
yang terkait langsung dengan fungsi dan wewenang yang dimandatkan oleh
peraturan perundang-undangan kepada Kementerian Perindustrian yakni “Struktur
Ekonomi yang Produktif, Mandiri, dan Berdaya Saing” yang dijabarkan dalam 6
(enam) buah subprogram yaitu :
1. Memantapkan Penyelenggaraan Sistem Ekonomi Nasional yang
8

Berlandaskan Pancasila
2. Meningkatkan Nilai Tambah dari Pemanfaatan Infrastruktur
3. Melanjutkan Revitalisasi Industri dan Infrastruktur Pendukungnya untuk
menyongsong Revolusi Industri 4.0.
4. Mengembangkan Sektor-Sektor Ekonomi Baru
5. Mempertajam Reformasi Struktural dan Fiskal
6. Mengembangkan Reformasi Ketenagakerjaan
Kementerian Perindustrian memiliki sembilan misi dalam menyelaraskan
pembangunan Industri Nasional, yaitu:
1. Peningkatan kualitas manusia indonesia;
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga;
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

Dengan memperhatikan keselarasan peran BSKJI dengan kementerian, BSKJI


mengemban misi:

“Peningkatan kemandirian, daya saing dan kolaborasi industri melalui


pemanfaatan infrastruktur dan revitalisasi standardisasi, optimalisasi
pemanfaatan teknologi industri, jasa industri dan industri hijau.“

Yang bercirikan:
1. Standardisasi industri yang mandiri (mengurangi ketergantungan pada
asing), produktif (efektif, efisien dan optimasi teknologi), dan berorientasi
industri dalam negeri.
2. Pengawasan implementasi standardisasi industri yang efektif.
9

3. Optimalisasi pemanfaatan teknologi industri untuk meningkatkan


kemandirian dan daya saing industri.
4. Peningkatan peran jasa industri pendukung pembangunan industri secara
profesional.
5. Penguatan industri hijau secara bertahap.
6. Pelayanan pembangunan industri yang berdaya saing.
7. Pelaksanaan tata kelola yang baik/good governance dalam keseluruhan
aktivitas yang efektif dan akuntabel.

Dengan memperhatikan keselarasan fungsi BSPJI Palembang sebagai unit


dibawah naungan BSKJI Kementerian Perindustrian, maka perlu
mempertimbangkan inisiatif Kementerian Perindustrian dengan mendukung
pelaksanaan Strategi Making Indonesia 4.0 dan Kebijakan Penurunan Impor.
Selaras dengan misi Kementerian Perindustrian dan inisiatif pemerintah, arahan
fokus utama Kementerian Perindustrian untuk BKSJI terkait beberapa kata kunci
(key words) (i) peningkatkan nilai tambah produk dan jasa industri, (ii)
pemanfaatan infrastruktur standardisasi, (iii) optimalisasi pemanfaatan teknologi
industri, dan kebijakan jasa industri, serta (iv) pengembangan industri hijau.
Dengan memperhatikan visi BSKJI dan lingkup penugasan dalam struktur
organisasi dan tata kerja, maka misi BSPJI Palembang dirumuskan sebagai
berikut:

“Peningkatan kemandirian, daya saing dan kolaborasi industri melalui


pemanfaatan infrastruktur dan revitalisasi standardisasi, optimalisasi
pemanfaatan teknologi industri, jasa industri dan industri hijau.”

Misi BSKJI tersebut dirumuskan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu


kemandirian, daya saing dan kolaborasi. Ketiga faktor penting ini perlu diterapkan
pada pelaksanaan tugas dan fungsi BSPJI Palembang. Harapan ke depan, misi ini
dapat mewujudkan optimalisasi pemanfaatan teknologi industri dalam
meningkatkan kemandirian dan daya saing industri, serta peningkatan peran jasa
industri pendukung pembangunan industri secara profesional. Di samping itu,
10

misi ini akan diwujudkan dengan pelaksanaan good governance pada keseluruhan
aktivitas yang efektif, efisien dan akuntabel.

2.5 Lingkup Pekerjaan


BSPJI Palembang ditetapkan Menteri Perindustrian berdasarkan Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan tata kerja
BSPJI Palembang Tanggal 21 Februari 2022. Adapun beberapa kelembagaan
yang dimiliki BSPJI Palembang adalah sebagai berikut :
1. Memiliki Laboratorium Uji Laboratorium Pengujian
BSPJI Palembang telah memperoleh akreditasi dari KAN sesuai dengan
SNI ISO/IEC 17025:2008 (ISO/IEC 17025:2005) tentang Persyaratan
Umum untuk Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium
Kalibrasi dengan nomor sertifikat LP-080-IDN yang berlaku dari tanggal
18 Maret 202s/d 15 Maret 2025. Pada tahun 2021, Lab Uji BSPJI
Palembang mendapatkan penambahan 33 ruang lingkup yaitu Garam 2016
sebanyak 8 ruang lingkup, Minyak goreng sawit sebanyak 11 ruang
lingkup, Air limbah sebanyak 3 ruang lingkup, Air sumur sebanyak 2
ruang lingkup, Air permukaan sebanyak 2 ruang lingkup, Air sungai
sebanyak 2 ruang lingkup dan Air bersih sebanyak 2 ruang lingkup serta
Udara ambien sebanyak 3 ruang lingkup.
2. Lembaga Sertifikasi Produk (LS-Pro)
LS-Pro BIPA memperoleh sertifikat akreditasi dari KAN sesuai dengan
SNI ISO/IEC 17065:2012 tentang Penilaian Kesesuaian - Persyaratan
untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses dan Jasa dengan nomor
sertifikat LSPr007IDN. Ruang Lingkup LS-Pro BIPA terdiri dari :
a) Kelompok Produk Pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan
 Sub Kelompok Produk Pupuk
b) Kelompok Produk Makanan dan minuman
 Sub Kelompok Produk Sereal, kacang-kacangan dan produk
turunan
 Sub Kelompok Produk Kopi, teh, kakao
 Sub Kelompok Produk Minuman
11

 Sub Kelompok Produk Minyak nabati, lemak, minyak sayur


 Sub Kelompok Produk Rempah-rempah dan bumbu, makanan
aditif
c) Kelompok Produk Logam dan produk logam
 Sub Kelompok Produk Produk besi dan baja
d) Kelompok Produk Produk karet dan plastik
 Sub Kelompok Produk Produk berbahan dasar karet
 Sub Kelompok Produk Produk berbahan dasar plastik
e) Kelompok Produk Bahan bangunan, konstruksi dan teknik sipil
f) Kelompok Produk Peralatan rumah tangga non elektronik, olah raga dan
hiburan
3. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 yang telah
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional dengan Nomor Akreditasi
LSSMLSSM-024-IDN. Dalam kegiatannya LSSM berpedoman sesuai
dengan ISO IEC 17021:2011. LSSM BIPA telah melayani jasa Sertifikasi
SMM ISO 9001 untuk perusahaan diwilayah Sumatera Selatan untuk
ruang lingkup sebagai berikut. Ruang Lingkup Sertifikasi Akreditasi :
a) Pertanian
b) Produk makanan, minuman dan tembakau
c) Kimia, produk kimia dan serat
d) Karet dan produk plastik
e) Beton, semen, kapur, gips, dan lain-lain
4. Lembaga Sertifikasi Industri Hijau
BSPJI Palembang merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis yang
mendapatkan penunjukkan untuk menangani Industri Hijau dengan ruang
lingkup:
 Standar Industri Hijau Untuk Industri Karet Remah (Crumb
Rubber) Nomor SIH 22123:2018
 Standar Industri Hijau Untuk Industri Pengasapan Karet (Ribbed
Smoke Sheet Rubber) Nomor SIH 22121:2018
 Standar Industri Hijau Untuk Industri Minyak Goreng dari Kelapa
12

Sawit Nomor SIH 10437:2017


 Standar Industri Hijau Untuk Industri Pupuk Nitrogen, Fosfor dan
Kalium Padat (NPK) Nomor SIH 20123.1:2020
5. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Lingkungan BSPJI Palembang pada
Desember tahun 2021 telah dilakukan sertifikasi awal oleh KAN dan
masih dalam proses tindakan perbaikan kesesuaian.
6. Laboratorium Kalibrasi Laboratorium Kalibrasi BIPA telah terakreditasi
dengan No.LK-259- IDN, ruang lingkup BSPJI Palembang terdiri dari
timbangan analitik, timbangan elektronik, anak timbangan, glassware,
oven, furnace, freezer, incubator, enxlosure temperature, pH meter, tds
meter dan conductivity meter.
III. PELAKSANAAN MAGANG

III.1. Rencana Pelaksanaan Magang


Tabel 1. Perencanaan Kegiatan Magang

NO MATA KULIAH KEGIATAN TANGGAL


1 Pengetahuan Bahan Baku Pengenalan Bahan Baku dan Bahan 03-06 april
Lateks, Crumb Rubber, Aditif 2023
2 dan Bahan Bantu Kunjungan Industri Karet 02 april 2023
3 Kompon Kunjungan Industri Kopi 15 April 2023
4 Kunjungan Industri Jahe 25 april 2023
5 Penanganan Bahan Baku Pergudangan 29-31 mei
dan Bahan Bantu Olah 2023
6 Karet Supply Chain 01-02 juni
2023
7 Warehouse 05-06 juni
2023
8 Sortasi, Pengambilan Kontaminasi 07-09 juni
2023
9 Proses Pengolahan dan Pembuatan Sarung Jari 02-03 mei
Pengembangan Produk 2023
10 Olahan karet Pembuatan Seal Tabung Gas 04-05 mei
2023
11 Pembuatan Vulkanisir Ban 08-10 mei
2023
12 Implementasi Teknologi 4.0 pada 11-12 mei
gudang penyimpanan biji kopi 2023
13 Pengendalian Mutu Perencanaan dan Pengendalian 12-14 juni
Produk Jadi Agroindustri Produksi 2023
14 Pembinaan SNI Seal Tabung Gas 15-16 juni
2023
15 Pengendalian cacat mutu Kopi 19 -21 juni
2023
16 Pengendalian cacat mutu Jahe 22-23 juni
Merah 2023
17 Pengolahan dan Pengujian Limbah Cair 15-17 mei
Penanganan Limbah Agroindustri 2023
18 Industri Pengambilan Contoh Limbah Cair 19 mei 2023
19 Operator Lab Limbah 29 mei-6 juni
2023
20 Kalibrasi Peralatan dan Mesin 28-29 juni
2023
21 Limbah Cangkang Sawit Sebagai 22-23 mei
Filler Kompon 2023
22 Pengolahan Limbah Serum Lateks 24-26 mei
Menjadi Pupuk 2023
23 Pengujian Udara 26-27 juni
2023
14

3.1.1 Pengujian Nilai Permanganat

A. Alat
Alat yang digunakan dalam uji nilai permanganat adalah erlenmeyer 300 mL,
labu ukur 1000 mL dan 100 mL, stop watch, pemanas listrik, gelas ukur 5 mL,
pipet ukur 10 mL dan 100 mL, gelas piala 1000 mL, buret 25 mL dan termometer.

B. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel uji, Asam Sulfat (H 2SO4) 8 N yang bebas
zat organik, Kalium Permanganat (KMnO4) 0,1 N, Kalium Permanganat (KMnO4)
0,01 N, Asam Oksalat 0,1 N, Asam Oksalat 0,01 N, dan Natrium Oksalat.

C. Prosedur
a. Penetapan normalitas larutan kalium permanganat KMnO4 0,01 N
Air suling diambil secara duplo sebanyak 100 mL, dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer 300 mL dan dipanaskan hingga 700C. Sebanyak 5 mL Asam
Sulfat (H2SO4) 8 N yang bebas zat organik ditambahkan dalam erlenmeyer
dan ditambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N menggunakan
pipet volume. Air suling dititrasi dengan larutan kalium permanganat 0.01 N
hingga warna merah muda dan mencatat volume pemakaian kemudian
menghitung normalitas larutan baku kalium permanganat.

Gambar 4. Diagram Alir Prosedur Penetapan Normalitas Larutan Baku KMnO4

b. Uji nilai permanganat


15

Cara uji nilai permanganat secara titrimetri mengacu pada prosedur SNI.
06-6989.22-2004. Contoh uji diambil 100 mL, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 300 mL. Kalium permanganat (KMnO4) 0,01 N ditambahkan
beberapa tetes ke dalam contoh uji hingga terjadi warna merah muda.
Sebanyak 5 ml asam sulfat 8 N bebas zat organik ditambahkan dalam
erlenmeyer dan dipanaskan di atas pemanas listrik pada suhu 105oC ± 2oC,
bila terdapat bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit. Langkah
selanjutnya yaitu menambahkan 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N dan
dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit. Contoh uji kemudian
ditambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N dan dititrasi
menggunakan kalium permanganat 0,01 N hingga warna merah muda.
Apabila pemakaian larutan baku kalium permanganat 0,01 N lebih dari 7 mL,
ulangi pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.

Gambar 5. Diagram Alir Prosedur Uji Nilai Permanganat

3.1.2 Pengujian Kadar Logam


16

A. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian kadar logam adalah Spektrometer
Serapan Atom (SSA) - nyala, pipet volumetrik, erlenmeyer, corong gelas, gelas
beaker 250 ml, kaca arloji, hot plate, labu ukur 100 ml, circulating aspirator,
vacuum filtration apparatus, dan kertas saring 0,45 µm.

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian kadar logam adalah sampel uji, asam
nitrat (HNO3) pekat, dan air bebas mineral (aquadest).

C. Prosedur

Gambar 6. Diagram Alir Prosedur Pengujian Kadar Logam

Contoh uji yang telah disaring menggunakan media penyaring dan telah
dihomogenkan diambil secara kuantitatif sebanyak 100 mL dan dimasukkan
kedalam gelas beaker 250 mL. Sebanyak 5 mL Asam Nitrat (HNO3) pekat
ditambahkan kedalam gelas beaker dan tutup dengan kaca arloji. Langkah
selanjutnya yaitu contoh uji dipanaskan perlahan-lahan sampai volumenya
berkisar 10 mL – 20 mL. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka
ditambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat. Gelas beaker ditutup dengan kaca arloji dan
dipanaskan kembali (tidak mendidih). Lakukan proses secara berulang sampai
17

semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi
agak putih atau contoh uji menjadi jernih. Setelah contoh uji jernih, kaca arloji
dibilas dengan aquadest dan memasukkan air bilasannya ke dalam gelas beaker.
Contoh uji dipindahkan ke labu ukur 100 mL (saring bila perlu) dan ditambahkan
aquadest sampai tepat tanda tera kemudian homogenkan dan diukur serapan
contoh uji menggunakan alat Spektrometer Serapan Atom (SSA) – nyala.

III.2. Hasil Pelaksanaan Magang


Data hasil pengamatan penetapan nilai permanganat dapat dilihat pada Tabel
berikut:

Tabel 2. Data Pengamatan Penentuan Nilai Permanganat

Titrasi ke Volume asam N1 asam Volume Titran


oksalat oksalat
1 10 mL 0,01 N 8,55 mL
2 10 mL 0,01 N 8,50 mL

Data hasil pengujian penetapan permanganat dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 3. Data Hasil Nilai Permanganat

Sampel Nilai permanganat (mg/L)


A -0,59566 mg/L
B -0,7805 mg/L

Data hasil pengamatan pengujian kadar logam dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4. Data Pengamatan Pengujian Kadar Logam

Parameter Hasil (mg/L)


Besi (Fe) 0,12 mg/L
Mangan (Mn) -0,015 mg/L
Seng (Zn) 0,009 mg/L

III.3. Pembahasan
A. Penetapan Nilai Permanganat
18

Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan


reaksi oleh Kalium permanganat (KMnO 4). Prinsip reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku
tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari seratus tahun, kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya. Zat organik dapat
dioksidasi dengan menggunakan KMnO4 dalam suasana asam dengan pemanasan.
Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada
reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat berlangsung dalam
suasana asam, netral dan alkalis. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:

MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5e → Mn2+ (aq) + 4H2O (l)

Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan,


diantaranya yaitu lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah berfungsi
sebagai indikator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion
Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator (Sari, 2018).
Pengujian penetapan nilai permanganat yang dilakukan ini menggunakan
sampel yang di uji secara duplo yaitu sampel A dan sampel B yang bertujuan agar
data pertama dan data kedua dapat dibandingkan hasilnya sehingga data yang
dihasilkan lebih akurat.
Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukan nilai permanganat pada
sampel air yaitu -0,59566 mg/L dan -0,7805 mg/L. Berdasarkan peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang persayaratan kualitas air minum
ditetapkan bahwa kadar maksimal untuk permanganat yaitu 10 mg/L. Hasil yang
sudah ditemukan tersebut menunjukan bahwa nilai permanganat pada sampel air
masih dibawah baku mutu yang sudah ditetapkan. Maka dari itu sampel air masih
aman untuk dikonsumsi.
Kalium permanganat lebih dari 10 mg/L berbahaya bagi kesehatan jika
terjadi kontak kulit, kontak mata, proses menelan dan inhalasi. Kasus kontak kulit
19

dampaknya lebih berbahaya karena dapat menyebabkan kasus korosif. Jumlah


tergantung kerusakan jaringan panjang pada kontak. Kontak mata dapat
menyebabkan kerusakan kornea dan kebutaan. Inhalasi zat akan menghasilkan
iritasi keusus atau saluran pernapasan yang dicirikan dengan bersin dan batuk.
Apabila dihirup secara berlebihan akan menyebabkan kerusakan paru-paru.

B. Pengujian Kadar Logam


Logam berat merupakan unsur logam yang memiliki berat jenis lebih dari 5
gr/cm3, Keberadaan logam berat dalam perairan masuk melalui berbagai cara dan
berasal dari berbagai aktifitas, baik aktifitas manusia maupun alam (Nugraha,
2009). Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibedakan
menjadi logam berat esensial dan logam berat non esensial. Logam berat esensial
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun jika dalam
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun, diantaranya adalah Seng
(Zn), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Kobalt (Co), Mangan (Mn) dan Selenium (Se).
Sedangkan logam berat non esensial merupakan logam yang dalam jumlah sedikit
maupun banyak memiliki sifat racun dan hingga saat ini belum diketahui
manfaatnya di dalam tubuh, logam ini diantaranya adalah Raksa (Hg), Cadmium
(Cd), Timbal (Pb), Kromium (Cr), Arsen (As) dan Timah (Sn). (BPOM, 2010).
Metode yang dapat digunakan dalam pengujian kadar logam salah satunya dengan
metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) berprinsip pada absorbsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sumber cahaya pada SSA adalah sumber
cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian
dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi,
kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Detektor
akan menolak arah searah arus DC dari emisi nyala dan hanya mengukur arus
bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Sebelum dilakukan penetapan dan
penganalisaan, alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) terlebih dahulu
dikalibrasi dengan menggunakan blanko yang berisi pelarut. Pengkalibrasian ini
bertujuan agar pada konsentrasi standar nol tidak terjadi penyerapan sinar
20

sehingga pembacaan standar atau sampel lebih tepat dan akurat. Pada
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), pelarut yang digunakan harus
menggunakan air demineral, yakni air yang tidak mengandung mineral atau logam
yang dapat mengganggu larutan. Setelah itu, dilakukan pengukuran absorbansi
larutan standar dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Pengujian untuk mengetahui kadar logam dilakukan dengan penambahan
HNO3 sebanyak 5 mL. Fungsi penambahan HNO3 yaitu untuk mencegah
pengendapan dan melarutkan logam-logam yang ada dalam larutan karena di
dalam air, ion Mangan (Mn) dapat mengalami hidrolisis dan membentuk
Mn(OH)3 yang merupakan padatan. Dengan memberikan suasana asam di dalam
air, hidrolisis itu tidak akan terjadi sehingga ion Mangan (Mn) tetap larut di dalam
air dan tidak membentuk endapan. Pengendapan ini tidak boleh terjadi karena
menyebabkan ketidakakuratan pengukuran.
Hasil analisis logam pada sampel ditunjukkan pada Tabel 5. yang
menunjukkan bahwa kandungan Mn dalam sampel air sebesar -0,015 mg/L. Kadar
Mn ini masih dibawah batas baku mutu yang ditetapkan dalam SNI 6989.84:2019
tentang Air dan Air limbah yaitu 0,1 – 10 mg/L. Batas Maksimum kadar logam
berdasarkan parameter dalam SNI 6989.84:2019 tentang Air dan Air limbah dapat
dilihat pada Tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Kisaran Kadar Optimum Dan Panjang Gelombang Berdasarkan Parameter Logam Yang
Dianalisis

No. Parameter Instrument Kisaran Kadar Panjang


Detection Level Optimum (mg/L) Gelombang
(mg/L) (nm)
1 Besi (Fe) 0,02 0,3 – 10 248,3
2 Mangan (Mn) 0,01 0,1 – 10 279,5
3 Tembaga (Cu) 0,1 0,2 – 10 324,7
4 Seng (Zn) 0,005 0,05 – 2,0 213,9
5 Timbal (Pb) 0,05 1 – 20 283,3
6 Cadmium(Cd) 0,002 0,05 – 2 228,8
7 Kromium (Cr) 0,02 0,2 – 10 357,9
8 Nikel (Ni) 0,02 0,3 – 10 232,0
9 Perak (Ag) 0,01 0,1 – 4,0 328,1
10 Barium (Ba) 0,03 1 – 20 553,6

Hasil analisis logam pada sampel yang ditunjukkan pada Tabel 5.


21

menunjukkan bahwa kandungan Fe dalam sampel air sebesar 0,12 mg/L. Kadar
Fe ini masih dibawah batas baku mutu yang ditetapkan dalam SNI 6989.84:2019
tentang Air dan Air limbah. Batas maksimum kadar Fe dalam air minum
berdasarkan SNI 6989.84:2019 tentang Air dan Air limbah tersebut adalah sebesar
0,3-10 mg/L. Adanya kandungan Fe dalam air minum dapat disebabkan karena
terkikisnya peralatan pipa (yang terbuat dari besi) yang digunakan dalam produksi
air minum atau kondisi air baku yang diperoleh dari air tanah. Air yang
mengandung Fe dapat mengakibatkan rasa mual apabila air tersebut dikonsumsi,
selain itu dalam dosis yang besar Fe dapat juga mengakibatkan kerusakan pada
dinding usus sehingga akan mengakibatkan kematian. Kandungan zat besi lebih
dari 1 mg/L dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit dan mata. Apabila
kelarutan Fe dalam air lebih dari 10 mg/L dapat menyebabkan air menjadi berbau
(Asmaningrum, 2016). Disamping memiliki dampak negatif, besi juga memiliki
dampak positif yaitu besi digunakan untuk pembentukan sel-sel darah merah
namun apabila melebihi yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, maka
perlu pengolahan lebih lanjut (Rasman dan M. Saleh, 2016).
Hasil analisis logam pada sampel yang ditunjukkan pada Tabel 5.
menunjukkan bahwa kandungan Zn dalam sampel air sebesar 0,009 mg/L. Kadar
Zn ini masih dibawah batas baku mutu yang ditetapkan dalam SNI 6989.84:2019
tentang Air dan Air limbah. Batas Maksimum kadar Zn dalam air minum
berdasarkan SNI 6989.84:2019 tentang Air dan Air limbah tersebut adalah sebesar
0,05 – 2,0 mg/L. Chen et al., (2016) menyebutkan logam Zn paling dipengaruhi
oleh aktivitas kompleks manusia seperti agrikultur, effluent saluran pembuangan
rumah tangga, penumpukan limbah padat (landfill dan sampah), dan kegiatan
urban lainnya. Namun, dalam peraturan juga disisipkan keterangan bahwa untuk
pengolahan air minum secara konvensional konsentrasi Zn < 5 mg/L. Sehingga
konsentrasi tersebut tidak berisiko pada kesehatan masyarakat.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Hasil nilai permanganat pada sampel air yaitu -0,59566 mg/L dan -
0,7805 mg/L. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492 Tahun 2010 tentang persayatan air minum ditetapkan bahwa
kadar maksimal untuk permanganat yaitu 10 mg/L. Kualitas air
minum yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai permanganat
telah memenuhi persyaratan sehingga aman untuk dikonsumsi.
2. Hasil kadar logam menunjukkan bahwa kandungan Mn dalam
sampel air sebesar -0,015 mg/L. Kadar Mn ini masih dibawah batas
baku mutu yang ditetapkan dalam SNI 6989.84:2019 tentang Air
dan Air limbah yaitu 0,1 – 10 mg/L. Kandungan Fe yang
dihasilkan dalam sampel air yaitu sebesar 0,12 mg/L. Kadar Fe ini
masih dibawah batas baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 0,3-
10 mg/L. Kandungan Zn dalam sampel air sebesar 0,009 mg/L.
Kadar Zn ini masih dibawah batas baku mutu yang ditetapkan yaitu
sebesar 0,05 – 2,0 mg/L sehingga hasil yang telah didapatkan
tersebut menunjukan bahwa sampel air masih aman untuk
dikonsumsi.

4.2 Saran
1. Perlu adanya alternatif penentuan kadar logam dengan biaya yang
lebih efisien seperti menggunakan metode Spektrometer Ultra
Violet Visibel (UV-Vis). Dalam penelitian Emilia dkk. (2021)
menyatakan bahwa selain lebih hemat, spektrometer UV-Vis juga
menghasilkan linieritas dan akurasi yang sama baiknya dengan
metode SSA.
2. Laboratorium perlu meningkatkan penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang mengacu pada standar laboratorium
seperti penggunaan sarung tangan, masker dan sepatu untuk
23

melindungi analis dari kemungkinan kecelakaan kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Asmaningrum, H. P., 2016. “Penentuan Kadar Besi (Fe) dan Kesadahan Pada Air
Minum Isi Ulang di Distrik Merauke,” Magistra, vol. 3, no. 2, pp. 95–104.

BSN. 2004. SNI 06-6989.22-2004 Tentang Cara Uji Nilai Permanganat Secara
Titrimetri. Banten.

BSN. 2019. SNI 6989.84:2019 Tentang Cara Uji Kadar Logam Terlarut Dan
Logam Total Secara Spektrometri Serapan Atom (SSA) – Nyala. Jakarta.

BSPJI Palembang. 2022. RENSTRA BSPJI PALEMBANG 2020-2024. Palembang.

Chen M, Qin X, Zeng G, Li J. 2016. Impact on Human Activity Modes and


Climate on Heavy Metal “Spread” in Groundwater are Biased.
Chemosphere 152: 439-455.

Emilia, L. D. 2021. Penentuan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Gambut Secara
Spektrofotometri Uv-Vis Dengan Perbandingan Metode Kurva Kalibrasi
Dan Adisi Standar. Indonesian Journal of Pure and Applied Chemistry, 1-
10.

Pietrzyk, A., Papciak D., 2017. “Removal of organic compounds from natural
underground water in sorption and sono-sorption processes on selected
activated carbons,” E3S Web Conf., vol. 17, p. 00074.

Rasman and M. Saleh,. 2016. “Penurunan Kadar Besi (Fe) Dengan Sistem Aerasi
dan Filtrasi Pada Air Sumur Gali (Eksperimen),” Kesehat. Lingkung., vol.
2, no. 3, pp. 160–167.

S. Wu, S. Gao, X. Hu, S. Weng, and L. Guo,. 2018. “Study on the influence on
water ecosystem by a lake inflow filtration system,” Proc. Int. Assoc.
Hydrol. Sci., vol. 379, pp. 363–369.

Uwidia, I., Ademoroti, C. M., 2016. “Regression Analysis Of Permanganate


Value (Pv) On Suspended Solids (Ss), Biochemical Oxygen Demand
(Bod), And Chemical Oxygen Demand (Cod) In Domestic Sewage
Obtained From An Estate In Warri, Nigeria,” J. Chem. Soc. Niger., vol.
41, no. 2, pp. 68–72.
LAMPIRAN
25

Lampiran 1. Surat Tugas


26

Lampiran 2. Surat Penerimaan


27

Lampiran 3. Rekapitulasi Daftar Hadir


28
29

Lampirann 4. Rekapitulasi Jurnal Harian


30
31
32
33
34
35

Lampiran 5. Lembar Penilaian Pembimbing Lapang


36

Lampiran 6. Dokumentasi Penetapan Nilai Permanganat

Gambar 7. Alat Spektrofotometer UV-VIS-NIR (UV-3600)

Gambar 8. Proses Pipet Contoh Uji


37

Gambar 9. Air Suling 100 Ml

Gambar 10. Sampel Air Dan Air Suling Duplo Yang Dipanaskan
38

Gambar 11. Sampel Yang Telah Ditambahkan KMnO4 Dan Asam Sulfat
39

Lampiran 7. Dokumentasi Pengujian Kadar Logam

Gambar 12. Membran Filter Sterile

Gambar 13. Circulating Aspirator


40

Gambar 14. Proses Penyaringan

Gambar 15. Contoh Uji Yang Telah Disaring


41

Gambar 16. Lemari Asam

Gambar 17. Proses Pencucian Kaca Arloji


42

Gambar 18. Sampel Uji Yang Telah Dipindahkan


43

Lampiran 8. Perhitungan Penetapan Nilai Permanganat


1. Standarisasi KMnO4
Volume titran I = 8,55
Volume titran II = 8,50

8 ,55+ 8 ,50
Volume rata-rata = = 8,525
2

2. Penetapan kenormalan larutan baku KMnO4


V1X N1
N2 =
V2
V1 = mL larutan baku asam oksalat;
N1 = normalitas larutan baku asam oksalat yang dipergunakan untuk titrasi;
V2 = mL larutan baku kalium permanganat; dan
N2 = normalitas larutan baku kalium permanganat yang tidak dicari;

10 mL X 0 , 01 N
N2 =
8,525
N2 = 0,0117 N

3. Nilai permanganat
[(10+ a)b−(13 xc )] x 31 , 6 x 1000
KMnO4 mg/L =
d
Keterangan :
a = volume KMnO4 0,01 N yang dibutuhkan pada titrasi;
b = normalitas KMnO4 yang sebenarnya;
c = normalitas asam oksalat;
d = volume contoh;

[(10+ 0 , 95) x 0,0117 – (13 x 0 , 01)]x 31 ,6 x 1000


Sampel A =
100
= -0,59566 mg/L
[(10+ 0 , 9) x 0,0117 – (13 x 0 , 01)]x 31 ,6 x 1000
Sampel B =
100
= -0,7805 mg/L
44

Lampiran 9. Permenkes No. 492 Tahun 2010


45
46
47
48
49
50
51
52

Anda mungkin juga menyukai