Oleh
RATIH DWI SETYAWARDHANI
F34103126
2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN VOLUME KETAN
TERHADAP FERMENTASI SERTA PERUBAHAN MUTU
TAPE KETAN HITAM SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RATIH DWI SETYAWARDHANI
F34103126
2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RATIH DWI SETYAWARDHANI
F34103126
RINGKASAN
Tape merupakan salah satu makanan hasil fermentasi yang diproduksi oleh
industri skala rumah tangga secara tradisional. Pada umumnya pembuatan tape
ketan menggunakan kemasan tradisional (besek) dan kemasan plastik yang
berbahan dasar sama antara wadah dengan tutupnya, yaitu PP. Jenis kemasan yang
digunakan berhubungan dengan mudah tidaknya gas masuk ke dalam kemasan.
Jumlah gas yang terkandung dalam kemasan dapat mempengaruhi proses
fermentasi. Semakin banyak gas maka semakin cepat proses fermentasi.
Tape ketan biasa dibuat dalam jumlah banyak, sehingga tidak langsung
habis sekali konsumsi dan perlu disimpan. Namun, tape ketan yang disimpan
masih mengalami fermentasi dan jika terjadi secara terus-menerus akan
menyebabkan perubahan tape ketan menjadi alkohol dan asam. Hal ini tentu saja
mempengaruhi mutunya. Oleh sebab itu tape ketan biasa disimpan dalam lemari
pendingin. Suhu dingin menyebabkan laju fermentasi berlangsung lambat.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jenis kemasan dan volume
ketan yang berbeda terhadap fermentasi tape ketan hitam (Oryza sativa glutinosa)
serta mengkaji pengaruh jenis kemasan terhadap perubahan mutu yang terjadi
pada penyimpanan dingin.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu penelitian
pendahuluan yang bertujuan melihat pengaruh jenis kemasan dan volume ketan
yang berbeda terhadap fermentasi pada proses pembuatan tape ketan. Kemasan
yang digunakan terdiri dari tiga kemasan, yaitu kemasan I, kemasan II dan
kemasan III. Volume yang diujikan pada tape ketan adalah 90%, 75% dan 60%.
Tape ketan tersebut difermentasi pada suhu ruang selama 2-3 hari dan dilakukan
analisis proksimat, analisis kimia dan uji organoleptik setiap 6 jam sekali. Analisis
proksimat meliputi : kadar air, abu, protein, serat dan lemak yang dilakukan pada
ketan mentah, ketan kukus dan tape ketan untuk mengetahui perubahan
kandungan gizi yang terdapat di dalamnya. Analisis kimia meliputi : kadar gula,
total asam dan pH. Sedangkan uji organoleptik meliputi : tekstur, rasa dan aroma.
Tahap kedua adalah penyimpanan tape ketan pada lemari pendingin
(chiller). Tape ketan dibuat pada kemasan dan volume ketan yang terbaik
berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yaitu kemasan I dengan volume 90%.
Tape ketan kemudian difermentasi selama 2-3 hari dan setelah jadi disimpan
dalam lemari pendingin (chiller) pada kemasan I, kemasan III dan kemasan IV.
Analisis proksimat dan uji kadar alkohol dilakukan sebelum dan setelah
penyimpanan dalam lemari pendingin (chiller). Sedangkan pengamatan terhadap
kadar gula, total asam, pH dan organoleptik dilakukan setiap hari selama dua
minggu untuk mengetahui penurunan mutunya.
Karakteristik dari bahan pengemas tape ketan yaitu: kemasan I merupakan
kemasan yang terbuat dari anyaman bambu atau yang dikenal dengan nama
“besek”. Kemasan ini diberi alas daun pisang yang diketahui dapat membantu
dalam proses peragian (fermentasi) dan memberikan aroma tertentu. Kemasan II
merupakan kemasan plastik berbentuk lingkaran yang memiliki bahan dasar
berbeda antara wadah dan tutupnya. Wadahnya berbahan dasar PP dan tutup
berbahan dasar PE sehingga memiliki kemampuan yang berbeda untuk menahan
gas dan uap air yang masuk ke dalam kemasan. Sedangkan kemasan III
merupakan kemasan plastik yang memiliki bahan dasar sama antara wadah dan
tutup yaitu berbahan dasar PP. Kemasan IV memiliki bahan dasar yang sama
seperti kemasan II, tetapi perbedaan hanya pada bentuknya. Perbedaan bahan
dasar pada wadah dan tutup kemasan mempengaruhi banyak sedikitnya gas dan
uap air yang terdapat dalam kemasan sehingga dapat mempengaruhi kualitas tape
ketan dan mempengaruhi nilai laju transmisi (O2TR, CO2TR, dan WVTR) yang
dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai laju transmisi yang terkecil adalah
kemasan IV (4,25; 17,26; 99,86 cm3/hari). Sehingga kemasan IV diduga
merupakan kemasan yang dapat mempertahankan kualitas mutu tape ketan.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, tape ketan yang terbaik dibuat pada
kemasan I dan volume 90%. Hal ini dilihat dari uji organoleptik, terutama rasa
yang menunjukkan kenaikan tingkat kemanisan dan dari kadar gula maksimum
yang dihasilkan yaitu 35,3 obrix.
Dari hasil analisis proksimat didapatkan bahwa kemasan IV dapat
mempertahankan penurunan komposisi kimia tape ketan. Hal ini dilihat dari kadar
air yang mengalami peningkatan namun tidak terlalu besar. Kadar alkohol tape
ketan yang disimpan pada kemasan III dan IV tidak mengalami perubahan selama
penyimpanan, sedangkan tape ketan yang disimpan pada kemasan I menurun.
Selama penyimpanan, tape ketan mengalami peningkatan kadar gula. Hal
ini dikarenakan fermentasi masih terjadi dan mengubah karbohidrat menjadi gula.
Kemasan yang menunjukkan slope peningkatan kadar gula terbesar adalah
kemasan IV (1,4085). Kemasan IV memiliki ketebalan yang relatif tinggi
sehingga mempengaruhi kandungan O2 yang terdapat dalam kemasan, fermentasi
menjadi lebih lambat. Nilai total asam selama penyimpanan semakin meningkat.
Peningkatan total asam berhubungan dengan kadar alkohol dan lama fermentasi.
Tape ketan yang disimpan dalam kemasan III memiliki slope terkecil (1,1951).
Kemasan III memiliki kemampuan menyerap gas dan uap air terutama oksigen
yang rendah menyebabkan mikroorganisme aerobik sulit tumbuh, sehingga
jumlah karbohidrat yang dipecah menjadi asam menjadi berkurang. Nilai pH yang
semakin menurun selama penyimpanan berkorelasi dengan nilai total asam yang
semakin meningkat. Nilai slope penurunan pH pada kemasan I lebih kecil
dibandingkan kemasan III dan IV.
Hasil uji organoleptik, baik rasa, aroma, tekstur dan penerimaan umum
terhadap tape ketan selama penyimpanan menunjukkan panelis lebih menyukai
tape ketan yang disimpan pada kemasan IV.
Tape ketan yang terbaik dibuat pada kemasan I dan volume 90%.
Berdasarkan analisa perubahan mutu tape ketan, yaitu kadar gula, total asam, pH,
kadar alkohol dan uji organoleptik didapatkan hasil bahwa tape ketan lebih baik
disimpan pada kemasan IV.
Ratih Dwi Setyawardhani F34103126. The Effect of Package Type and
Glutinous Rice Volume on Fermentation and The Quality Alteration of Black
Glutinous Rice During Storage. Supervised by Krisnani Setyowati and Mulyorini
Rahayuningsih. 2008.
SUMMARY
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Skripsi
ini berjudul “Pengaruh Jenis Kemasan dan Volume Ketan Terhadap Fermentasi
Serta Perubahan Mutu Tape Ketan Hitam Selama Penyimpanan”, yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Industri Pertanian di
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran
serta berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Krisnani Setyowati selaku Dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis selama studi
hingga menyelesaikan skripsi di Departemen Teknologi Industri Pertanian.
2. Ibu Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, MSi. selaku Dosen pembimbing kedua
yang telah memberikan bimbingan, saran membantu dan pengarahan kepada
penulis selama penelitian hingga menyelesaikan skripsi di Departemen
Teknologi Industri Pertanian.
3. Ibu Dr. Ir. Liesbetini Hartoto, MS selaku Dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Ir. Indah Yuliasih, M.Si., Bapak Drs. Purwoko, M.Si., dan Bapak Ir.
Sugiarto, M.Si. atas arahan dan bantuan yang diberikan selama penelitian.
5. PT. Tupperware Indonesia atas dana yang telah diberikan dalam pelaksanaan
penelitian.
6. Bapak, Ibu, kakak, dan seluruh keluarga penulis atas do’a, kasih sayang,
semangat dan motivasi kepada penulis.
7. Ibu Sri, Ibu Ega, Pak Sugiardi, Pak Edi, Ibu Rini, dan Pak Gunawan atas
bantuan yang diberikan selama penelitian.
8. Tim Tupperware yang kompak (Purwati, Farah, Umi, Nurul, Helmi, Hendrick,
Agung, Adith, Sendy, Renata, dan Derry) atas segala bantuan,kerja sama dan
dukungannya.
9. Dewi Ratih Pujihastuti rekan satu bimbingan atas diskusi dan motivasinya.
10. Seluruh teman-teman di Departemen Teknologi Industri Pertanian angkatan
40 dan Wisma Padasuka yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
kebersamaan, persaudaraan, bantuan dan motivasinya.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BIODATA PENULIS ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
B. TUJUAN ................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4
A. BERAS KETAN .................................................................................... 4
B. RAGI TAPE ........................................................................................... 5
C. PEMBUATAN TAPE KETAN.............................................................. 8
D. PLASTIK POLIETILEN ....................................................................... 12
E. PLASTIK POLIPROPILEN................................................................... 13
F. KEMASAN TRADISIONAL................................................................. 14
G. PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH ......................................... 15
III. METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 18
A. BAHAN DAN ALAT ........................................................................... 18
B. METODE PENELITIAN ...................................................................... 18
1. Karakteristik Kemasan ...................................................................... 18
2. Penelitian Pendahuluan ..................................................................... 20
3. Penelitian Utama ............................................................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 25
A. KARAKTERISTIK KEMASAN .......................................................... 25
B. PENGARUH JENIS KEMASAN DAN VOLUME KETAN PADA
FERMENTASI TAPE........................................................................... 28
1. Kadar Gula ........................................................................................ 29
2. Total Asam Tertitrasi ........................................................................ 32
3. Derajat Keasaman (pH)..................................................................... 36
4. Analisis Proksimat ............................................................................ 39
C. PENURUNAN MUTU TAPE KETAN SELAMA PENYIMPANAN 42
1. Sifat Kimia ........................................................................................ 46
a. Kadar Gula ................................................................................... 46
b. Total Asam Tertitrasi ................................................................... 47
c. Derajat Keasaman (pH)................................................................ 49
d. Kadar Alkohol.............................................................................. 52
2. Analisis Organoleptik....................................................................... 53
a. Rasa .............................................................................................. 54
b. Aroma........................................................................................... 56
c. Tekstur.......................................................................................... 58
d. Penerimaan Umum....................................................................... 60
3. Aplikasi Dan Manfaat Penyimpanan ............................................... 61
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 63
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 63
B. SARAN .................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65
LAMPIRAN..................................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi kimia beras ketan hitam dan beras ketan putih................ 5
Tabel 2. Peranan mikroba pada ragi tape ......................................................... 7
Tabel 3. Komposisi kimia tape ketan per 100 gram ........................................ 12
Tabel 4. Permeabilitas terhadap gas dan uap air serta transmisi
beberapa jenis film plastik ................................................................ 14
Tabel 5. Data sifat fisik bahan pengemas tape ketan ....................................... 26
Tabel 6. Hasil analisis proksimat ketan mentah............................................... 38
Tabel 7. Hasil analisis proksimat tape ketan.................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram alir pembuatan tape ketan.................................................... 9
Gambar 2. Diagram alir pembuatan tape ketan hitam dalam kemasan
dan volume ketan yang berbeda....................................................... 23
Gambar 3. Diagram alir kajian penurunan mutu tape ketan hitam selama
penyimpanan pada suhu rendah ....................................................... 24
Gambar 4. Grafik peningkatan kadar gula (derajat brix) pada kemasan
dan volume ketan yang berbeda....................................................... 29
Gambar 5. Grafik peningkatan total asam tertitrasi pada kemasan
dan volume ketan yang berbeda....................................................... 33
Gambar 6. Grafik penurunan derajat keasaman (pH) pada kemasan
dan volume ketan yang berbeda....................................................... 37
Gambar 7. Grafik peningkatan kadar gula selama penyimpanan ...................... 46
Gambar 8. Grafik peningkatan total asam selama penyimpanan....................... 48
Gambar 9. Grafik penurunan derajat keasaman (pH) selama penyimpanan...... 49
Gambar 10. Tahapan reaksi pembentukan hasil samping fermentasi tape ketan
hitam selain alkohol dan asam ....................................................... 51
Gambar 11. Grafik kadar alkohol selama penyimpanan.................................... 52
Gambar 12. Grafik penurunan mutu organoleptik terhadap rasa
selama penyimpanan ...................................................................... 54
Gambar 13. Grafik penurunan mutu organoleptik terhadap aroma
selama penyimpanan ...................................................................... 56
Gambar 14. Grafik penurunan mutu organoleptik terhadap tekstur
selama penyimpanan...................................................................... 58
Gambar 15. Grafik penurunan mutu organoleptik terhadap penerimaan umum
selama penyimpanan ...................................................................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan nilai transmission rate masing-masing kemasan .... 70
Lampiran 2. Prosedur pengujian ...................................................................... 79
Lampiran 3. Form pengujian organoleptik....................................................... 84
Lampiran 4. Hasil analisis organoleptik tape ketan selama penyimpanan....... 85
Lampiran 5. Hasil nilai korelasi, slope, dan intercept pembuatan tape ketan.. 86
Lampiran 6. Skema Embden Meyerhoff-Parnas Pathway ............................... 87
Lampiran 7. Hasil organoleptik pembuatan tape ketan.................................... 88
Lampiran 8. Hasil nilai korelasi, slope, dan intercept tape ketan selama
penyimpanan ................................................................................ 89
Lampiran 9. Data hasil analisis pada pembuatan tape ketan............................ 90
Lampiran 10. Data hasil analisis selama penyimpanan tape ketan .................. 91
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
A. BERAS KETAN
Beras ketan (Oryza sativa glutinosa) merupakan salah satu varietas dari
padi dan termasuk famili Graminae (Kirk dan Othmer, 1954). Beras ketan bila
dimasak nasinya mempunyai sifat sangat mengkilap, sangat lekat dan
kerapatan antara butir nasi tinggi sehingga volume nasinya sangat kecil
(Legowo, 1984).
Menurut Juliano (1967), butir beras tersusun dari endosperm, aleuron
dan embrio. Dalam aleuron dan embrio terdapat protein, lemak, mineral dan
beberapa vitamin, sedangkan endosperm hampir seluruhnya terdiri dari pati.
Pati (C6H10O5)n adalah cadangan makanan yang terdapat di dalam biji atau
umbi tumbuh-tumbuhan. Pati juga terdapat pada bagian tumbuh-tumbuhan
yang berwarna hijau. Beras ketan mempunyai sifat yaitu butir patinya
berwarna gelap dan lunak, sedangkan beras biasa butir patinya seperti pecahan
kaca dan keras (Grist, 1959). Menurut Hesseltine (1979), pati merupakan butir
atau granula yang berwarna putih, mengkilat, tidak mempunyai bau dan rasa.
Granula pati dibentuk dari lapisan air. Unit glukosa pada pati membentuk dua
jenis polimer, yaitu polimer lurus atau linier dan polimer bercabang. Polimer
linier membentuk amilosa dan polimer bercabang membentuk amilopektin.
Amilosa adalah polisakarida yang terdiri dari glukosa yang membentuk rantai
linier melalui ikatan α – 1,4 – glukosida. Amilopektin adalah molekul hasil
polimerasi unit-unit glukosa anhidrous melalui ikatan α – 1,4 – glukosida dan
cabang α -1,6 – glukosida.
Kandungan amilopektin dan amilosa yang terdapat dalam pati berbeda
untuk setiap jenis tanaman. Rata-rata pati mengandung 22-26% amilosa dan
78-74% amilopektin (Hesseltine, 1979). Biasanya berdasarkan kandungan
amilosa dan amilopektinnya, beras dibedakan dari beras ketan. Beras ketan
adalah beras yang mengandung sedikit amilosa yaitu kira-kira 1-2%,
sedangkan beras biasa mengandung 12-37% amilosa. Kandungan amilopektin
pada beras ketan 76-77% (Legowo, 1984). Pada Tabel 1, dapat dilihat
perbandingan komponen dan komposisi kimia bahan penyusun beras ketan
hitam dan beras ketan putih.
Tabel 1. Komposisi kimia beras ketan hitam dan beras ketan putih
Kandungan (per 100 gram bahan)
Komponen
Beras Ketan Putih Beras Ketan Hitam
Energi (kal) 362,00 356,00
Protein (g) 6,70 7,00
Lemak (g) 0,70 0,70
Karbohidrat (g) 79,40 78,00
Kalsium (mg) 12,00 10,00
Fosfor (mg) 148,00 148,00
Besi (mg) 0,80 0,80
Vitamin B1(mg) 0,16 0,20
Air (g) 12,00 13,00
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1972)
Senyawa terbesar selain pati yang terkandung pada beras ketan adalah
protein yang disebut oryzenin. Kadar lemak dalam beras tidak begitu tinggi,
yaitu rata-rata 0,7 persen dan kandungan asam-asam lemak yang terbanyak
adalah asam oleat, asam linoleat dan asam palmitat. Kandungan senyawa lain
seperti vitamin dan mineral-mineral sangat rendah. Beberapa vitamin yang
terdapat dalam beras ketan terutama thiamin, riboflavin dan niacin. Beberapa
mineral yang terdapat adalah besi, kalsium, fosfor, magnesium dan sebagainya
(Juliano, 1972).
B. RAGI TAPE
Ragi tape atau ragi pasar merupakan kultur campuran yang terdiri dari
kapang, khamir, dan bakteri. Ragi merupakan sumber mikroba yang akan
mengubah pati menjadi gula kemudian mengubah gula menjadi alkohol dan
asam-asam organik, sehingga menghasilkan tape dengan rasa dan aroma yang
manis dan khas.
Ragi tape dapat dibuat dengan bahan baku beras atau tepung beras,
dicampur dengan beberapa rempah-rempah seperti lengkuas, bawang putih,
jeruk nipis dan lada. Rempah-rempah tersebut berfungsi sebagai pembangkit
aroma dan menghambat mikroba yang tidak diinginkan (terutama bakteri
Gram positif dan Gram negatif tertentu) atau bahkan digunakan untuk
menstimulir mikroba yang diinginkan (Rahayu dan Suliantari, 1990).
Saono (1981) menyatakan bahwa ragi yang digunakan dan dibuat di
Jawa bervariasi mutunya pada setiap pembuatan, sehingga sulit untuk
memperoleh mutu produk yang seragam walaupun dari ragi yang sama.
Aktivitas ragi akan menurun selama penyimpanan dan batas waktu
penyimpanan maksimum adalah selama 2-3 bulan.
Ragi sebagai starter mengandung mikroba sebagai mikoflora (kapang)
amilolitik. Pada berbagai ragi tape dapat dijumpai jenis Candida sp,
Hansenula sp, Saccharomyces sp, Torula sp, Chlamydomucor sp, Aspergillus
sp, Mucor sp, Endomycopsis sp, Rhizopus sp, Penicillium sp, Fusarium sp
(Kirk dan Othmer, 1954).
Sedangkan menurut Ko (1982), tidak semua mikroba yang telah
ditentukan dalam ragi, penting untuk fermentasi bahan yang mengandung pati
menjadi tape. Mikroba yang aktif dalam fermentasi adalah Mucor rouxii,
Chlamydomucor oryzae, Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae,
Candida javanica, Mucor sp., Hansenula anomala, dan Endomycopsis
fibuliger.
Kapang Rhyzopus oryzae dan Chlamydomucor oryzae menghasilkan
enzim amilase yang mengubah pati menjadi gula. Khamir Saccharomyces
cerevisiae akan mengubah gula menjadi alkohol dan komponen aroma dan
citarasa (Beauchat, 1987). Peranan masing-masing mikroba dalam fermentasi
tape dapat dilihat pada Tabel 2.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir yang sering digunakan
dalam pembuatan tape, roti, brem bali, arak beras, bir dll. Khamir ini tumbuh
pada kondisi dengan persediaan air cukup. Kisaran suhu untuk pertumbuhan
kebanyakan khamir pada umumnya hampir sama dengan kapang, yaitu dengan
suhu optimum 25-300C dan pada keadaan asam (pH 4-4,5). Khamir tumbuh
terbaik pada kondisi aerobik, walaupun demikian beberapa khamir dapat
tumbuh pada kondisi anaerobik. Menurut Saono (1981), enzim yang mampu
mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 selama fermentasi adalah enzim
zimase yang dihasilkan oleh khamir S. cerevisie yang dapat membentuk
komponen aroma selama fermentasi.
Direndam semalaman
Tape ketan
D. PLASTIK POLIETILEN
E. PLASTIK POLIPROPILEN
Tabel 4. Permeabilitas terhadap gas dan uap air serta transmisi beberapa jenis
film plastik
Permeabilitas
Jenis Film (cc/hari-100 in2-mil) Transmisi uap air
(g/hari-100 in2-mil)
O2 CO2
LDPE 550 2900 1,3
PVC 150 970 4,0
PP 240 800 0,7
PS 310 1050 8,0
Sumber : Buckle et al. (1985)
F. KEMASAN TRADISIONAL
Penyimpanan bahan pangan pada suhu dingin baik dalam keadaan beku
maupun tidak beku merupakan salah satu penyimpanan yang telah lama
dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan pangan (Harper, 1976).
Menurut Soesarsono, 1981; Buckle, 1978, penyimpanan pada suhu
rendah diperlukan untuk bahan pangan, karena cara ini dapat mengurangi :
a. Kegiatan respirasi dan metabolisme lainnya.
b. Proses penuaan (aging) yang disebabkan oleh adanya proses pematangan
(ripening), pelunakan (softening), dan perubahan-perubahan warna dan
tekstur.
c. Kehilangan air dan pelayuan.
d. Kerusakan karena bakteri, kapang dan khamir.
e. Proses-proses lain yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan
menurunnya mutu.
Suhu pada saat metabolisme berlangsung dengan sempurna disebut
suhu optimum. Pada suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suhu
optimum, metabolisme akan berjalan kurang sempurna (Winarno dan Fardiaz,
1973; Will et al, 1981), bahkan berhenti sama sekali pada kisaran suhu yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pada umumnya proses respirasi akan
berlangsung terus hingga setelah bahan dipanen. Respirasi adalah suatu proses
metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa
makromolekul seperti karbohidrat, protein dan lemak yang akan menghasilkan
CO2, air dan sejumlah besar elektron-elektron (Winarno dan Aman, 1981).
Respirasi ini terus berlangsung sampai bahan menjadi mati dan kemudian
membusuk yang merupakan tahap akhir kehidupan dalam pertanian.
Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperpanjang
masa hidup jaringan-jaringan di dalam bahan pangan tersebut. Hal ini
disebabkan bukan saja karena laju respirasi menurun, tetapi juga karena
pertumbuhan mikroba penyebab kebusukan dapat diperlambat. Pendinginan
tidak dapat membunuh mikroba tetapi hanya bersifat menghambat
pertumbuhannya.
Cara pengawetan dengan suhu rendah dibedakan menjadi dua, yaitu
pendinginan (cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan adalah
penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan yaitu -2-10°C.
Pendinginan yang biasa dilakukan sehari-hari dalam lemari es umumnya
mencapai suhu 5-8°C (Winarno dan Fardiaz, 1973). Pendinginan biasanya
akan mengawetkan bahan pangan sebelum beberapa hari atau beberapa
minggu tergantung dari jenis bahan pangannya. Sedangkan pembekuan dapat
mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau beberapa tahun.
Perbedaan yang lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam
hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroba dalam bahan pangan.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan bahan pangan tidak dapat
menyebabkan kematian mikroba, sehingga bila bahan pangan beku
dikeluarkan dari penyimpanan dan dibiarkan mencair lagi (thawing),
pertumbuhan mikroba pembusuk dapat berjalan dengan cepat.
Penggunaan suhu rendah terutama untuk beberapa hasil pertanian
tertentu perlu mendapat perhatian karena kerusakan fisiologis dapat lebih
cepat terjadi terutama pada suhu rendah, misal kerusakan akibat proses
pendinginan (chilling injuries) dan kerusakan akibat proses pembekuan
(freezing injuries). Penggunaan suhu rendah yang kurang tepat dapat
mengakibatkan kerusakan fisiko-kimia. Jenis kerusakan yang mungkin terjadi
adalah ”chilling injuries”, ”freezing injuries” dan “freezing burn” (Syarief dan
Halid, 1993).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras ketan hitam
yang dibeli dari Pasar Anyar, kota Bogor dan ragi yang dibeli dari Pasar
Gunung Batu. Bahan lain yang diperlukan adalah kemasan dengan wadah
berbahan dasar PP dan tutup berbahan dasar PE, kemasan dengan wadah dan
tutup berbahan dasar PP, dan kemasan berbahan dasar bambu biasa disebut
besek yang dialasi daun pisang, serta bahan-bahan kimia untuk analisis yang
berupa CuSO4, Na2SO4, H2SO4 pekat, akuades, NaOH 50%, HCl 0,02 N,
indikator mengsel (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan etil biru
0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2:1), NaOH 0,02 N, pelarut heksan,
H2SO4 0,325 N, NaOH 1,25 N, aceton/alkohol, NaOH 0,1 N, indikator PP,
larutan buffer.
Alat yang digunakan untuk penelitian terdiri atas alat untuk proses dan
alat untuk analisis. Peralatan untuk proses berupa lemari es yang memiliki
ruangan chiller suhu 10 sampai 15°C. Sedangkan alat untuk analisis terdiri atas
neraca analitik, cawan alumunium/porselen, oven, desikator, pemanas
destruksi, tanur listrik, labu Kjeldahl, alat destilasi, hand refractometer, kertas
saring, kapas, alat ekstrasi Soxhlet, pH-meter, serta alat-alat gelas yang
digunakan dalam penelitian.
B. METODE PENELITIAN
1. Karakteristik Kemasan
3. Penelitian Utama
Direndam semalaman
Gambar 2. Diagram alir pembuatan tape ketan hitam dalam kemasan dan
volume ketan yang berbeda
Tape Ketan Hitam
Gambar 3. Diagram alir kajian penurunan mutu tape ketan hitam selama
penyimpanan pada suhu rendah (dingin)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK KEMASAN
y = 0.5109x + 0.5725
25.00
R2 = 0.8553
20.00
15.00 y = 0.5254x + 0.3913
R2 = 0.8504
10.00
5.00
0.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
(a)
21.00
0.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Waktu Fermentasi (Jam)
(b)
40.00
25.00
y = 0.5297x - 0.3370
20.00 R2 = 0.8490
15.00
y = 0.5399x + 0.2101
10.00 R2 = 0.8457
5.00
0.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Waktu Fermentasi (Jam)
(c)
Keterangan : (a). Grafik peningkatan kadar gula pada volume 90%
(b). Grafik peningkatan kadar gula pada volume 75%
(c). Grafik peningkatan kadar gula pada volume 60%
Gambar 4. Grafik peningkatan kadar gula (derajat brix) pada kemasan dan
volume ketan yang berbeda
Kenaikan kadar gula yang dihasilkan akan semakin tinggi dengan
semakin lamanya tape difermentasi. Peningkatan kadar gula selama
fermentasi terus terjadi meskipun reaksi perubahan gula menjadi alkohol
berjalan cepat. Selama fermentasi, pati dipecah menjadi molekul-molekul
glukosa oleh enzim α-amilase yang disebut tahap sakarifikasi (Algaratman,
1977), sehingga meningkatkan kadar gula pada tape ketan. Apabila
molekul-molekul glukosa dipecah lebih lanjut akan menghasilkan alkohol
dan asam organik. Asam-asam yang dihasilkan selama fermentasi yaitu
asam laktat, asam asetat, dan asam suksinat. Proses pemecahan glukosa
menjadi etanol terjadi melalui jalur Heksosa difosfat (HDP) yang disebut
juga jalur Embden Meyerhoff-Parnas (EMP) (Rose, 1977). Skema Embden
Meyerhoff-Parnas dapat dilihat pada Lampiran 6.
Berdasarkan Gambar 4, kadar gula yang dihasilkan berkisar antara
0
0–35,3 brix. Kadar gula tertinggi terjadi pada kemasan I dengan nilai
maksimum 35,30brix. Data hasil analisis pada pembuatan tape ketan dapat
dilihat pada Lampiran 9. Pada grafik dapat dilihat bahwa semua faktor
perlakuan menghasilkan kenaikan kadar gula yang relatif kecil. Perbedaan
nilai slope kenaikan kadar gula tidak jauh berbeda di antara ketiga kemasan
yang digunakan. Di antara tiga kemasan yang digunakan pada volume 90%
nilai slope kenaikan kadar gula yang dihasilkan terlihat jelas perbedaannya.
Volume 90% memiliki ruang hampa yang sedikit sehingga kandungan O2
yang tersedia hanya sedikit. Berdasarkan Gambar 4 juga dapat dilihat
bahwa yang memiliki nilai slope peningkatan kadar gula terbesar yaitu
kemasan I (0,5551) dan yang memiliki nilai slope peningkatan kadar gula
terkecil yaitu kemasan II (0,5109).
Pada volume 75%, di antara ketiga kemasan yang digunakan dapat
dilihat nilai slope kenaikan kadar gula yang dihasilkan tidak jauh berbeda,
begitu juga dengan volume 60%. Pada volume 75% yang memiliki nilai
slope peningkatan kadar gula terbesar yaitu kemasan I (0,3306) dan yang
memiliki nilai slope peningkatan kadar gula terkecil yaitu kemasan II dan
III (0,2975).
Pada volume 90% dan 75% kemasan I memiliki nilai slope
peningkatan kadar gula terbesar, karena kemasan I memiliki rongga-rongga
pada wadah dan tutup kemasannya. Hal ini menyebabkan lebih mudahnya
gas dan uap air terutama gas O2 yang terdapat dalam kemasan, sehingga
proses perombakan karbohidrat menjadi gula oleh kapang lebih cepat
terjadi dibandingkan dengan kemasan II. Kemasan II dengan volume 90%,
75%, dan 60% memiliki nilai slope peningkatan kadar gula terkecil.
Kecilnya nilai slope peningkatan kadar gula pada kemasan II disebabkan
oleh lebih rapatnya jenis kemasan tersebut dan memiliki sistem penutupan
yang lebih rapat (air sealed mendekati nol) yang menyebabkan gas dan uap
air sulit keluar masuk ke dalam kemasan sehingga mempengaruhi proses
fermentasi.
Kemasan III dengan volume 60% memiliki nilai slope kenaikan
kadar gula lebih besar dibandingkan dengan kemasan II. Kedua kemasan
ini mempunyai bahan dasar yang sama pada wadahnya yaitu polipropilen.
Namun tutup pada kemasan II berbahan dasar polietilen, sedangkan tutup
pada kemasan III berbahan dasar polipropilen. Walaupun kemasan III
mempunyai tutup berbahan dasar polipropilen yang sifat permeabilitas
terhadap udara lebih rendah dibandingkan dengan polietilen, tetapi sistem
penutupannya kurang rapat (air sealed tidak mendekati nilai nol) seperti
pada kemasan II sehingga dapat menahan udara lebih sedikit masuk ke
dalam kemasan. Akibatnya udara lebih mudah masuk ke dalam kemasan
sehingga proses perombakan karbohidrat menjadi gula lebih banyak.
Proses pembentukan glukosa terjadi secara aerob yang membutuhkan O2,
terbentuknya glukosa karena aktivitas kapang Chlamydomucor oryzae
yang menghasilkan enzim amilase sehingga pati diubah menjadi glukosa.
Di antara ketiga volume dan ketiga kemasan ini, yang memiliki
nilai slope peningkatan kadar gula terbesar adalah kemasan I dengan
volume 90%. Tape yang dihasilkan kemasan I dengan volume 90%
memiliki kadar gula yang lebih banyak. Hal ini didukung dengan hasil uji
organoleptik yaitu rasa manis yang dihasilkan lebih disukai oleh
konsumen.
Uji organoleptik ditujukan untuk mengetahui penerimaan panelis
terhadap rasa. Hasil uji organoleptik tersebut menunjukkan bahwa rasa
manis sudah terasa pada jam ke-12 pada kemasan I dengan ketiga volume
yang berbeda. Sedangkan pada kemasan II dan III, tape ketan terasa manis
pada jam ke-18. Semakin lama tape difermentasi, rasa manis yang
dihasilkan akan semakin tinggi terutama pada jam ke-48. Tiga jenis
kemasan dan tiga jenis volume yang menghasilkan rasa manis paling tinggi
yaitu pada kemasan I dengan volume 90% (Lampiran 7). Berdasarkan hasil
analisis kimia dan uji organoleptik yang dilakukan, kemasan I dengan
volume 90% merupakan kemasan yang dipilih untuk pembuatan tape
ketan.
49.00
y = 0.5778x + 5.8667
44.00
R2 = 0.9135
39.00
Total Asam (%)
24.00
y = 0.7133x + 4.6578
19.00
R2 = 0.9070
14.00
9.00
4.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
(a).
44.00
9.00
4.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
45.00
(b).
40.00 y = 0.5711x + 1.2267
R2 = 0.9896
35.00
Total Asam (%)
30.00
y = 0.6289x + 7.0400
25.00 R2 = 0.9145
20.00
15.00 y = 0.7133x + 3.3244
R2 = 0.9527
10.00
5.00
0.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
(c).
Keterangan : (a). Grafik peningkatan total asam tertitrasi pada volume 90%
(b). Grafik peningkatan total asam tertitrasi pada volume 75%
(c). Grafik peningkatan total asam tertitrasi pada volume 60%
amilase
2(C5H10O5)n + n H2O 2C6H12O6
Chlamydomucor oryzae
Pati Glukosa
& Rhyzopus oryzae
zimase
C6H12O6 + H2O 2 C2H5OH + 2 CO2
S. cerevisiae
Glukosa Etanol
6.50
y = -0.0298x + 5.8731
6.00 R2 = 0.9413
y = -0.0313x + 5.9691
5.50
R2 = 0.9314
pH
5.00
y = -0.0324x + 5.9607
R2 = 0.9344
4.50
4.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
(a).
7.00
y = -0.0298x + 5.9447
6.50 R2 = 0.9177
6.00
y = -0.0283x + 5.8822
R2 = 0.9189
pH
5.50
y = -0.0351x + 6.0076
5.00
R2 = 0.9063
4.50
4.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Waktu Fermentasi (Jam)
Kemasan I Kemasan II Kemasan III Kemasan I Kemasan II Kemasan III
(b).
6.50
y = -0.0343x + 6.1673
R2 = 0.9134
6.00
y = -0.0279x + 5.9442
5.50
R2 = 0.9109
pH
5.00
y = -0.0277x + 5.8358
R2 = 0.9022
4.50
4.00
0 6 12 18 24 30 36 42 48
(c).
Keterangan : (a). Grafik penurunan derajat keasaman pada volume 90%
(b). Grafik penurunan derajat keasaman pada volume 75%
(c). Grafik penurunan derajat keasaman pada volume 60%
4. Analisis Proksimat
Dari Tabel 6, dapat dilihat kadar abu yang terdapat pada ketan
mentah lebih tinggi dibandingkan dengan kadar abu pada ketan kukus dan
tape ketan. Kadar abu pada ketan mentah sebesar 2,2124% menurun
menjadi 1,0064% pada ketan kukus. Sedangkan kandungan kadar abu pada
tape ketan mengalami peningkatan yaitu 1,1733%. Kadar abu suatu bahan
pangan menunjukkan besarnya jumlah mineral yang terkandung dalam
bahan pangan tersebut (Apriyantono et al., 1989). Pada proses pengabuan,
zat-zat organik diuraikan menjadi air dan karbondioksida, tetapi bahan
anorganik (mineral) tidak diurai menjadi air dan karbondioksida.
Penurunan nilai kadar abu dari ketan mentah menjadi ketan kukus
disebabkan karena sebagian mineral yang terkandung dalam ketan mentah
menghilang karena perendaman yang cukup lama sebelum diolah menjadi
ketan kukus. Menurut Departemen Kesehatan RI (1990), kadar abu per 100
gram pada ketan yang ditumbuk yaitu sebesar 1,5 g dan pada ketan yang
sudah dikukus yaitu sebesar 0,6 g sedangkan pada tape sebesar 0,6 g.
Kadar air pada ketan mentah mengalami peningkatan dari 0,1192%
menjadi 0,4879% pada ketan kukus, hal ini disebabkan ketan kukus banyak
menyerap air saat perendaman sebelum dimasak dan saat pemasakan.
Menurut Setiono (1975) dalam Rohmah (1997), beras dengan kadar air
kurang dari 14% akan lebih aman disimpan sedangkan beras dengan kadar
air lebih dari 14% akan menyebabkan pertumbuhan mikroba dan
perkembangbiakkan serangga bertambah cepat.
Perubahan ketan kukus menjadi tape ketan menyebabkan
peningkatan kadar air yang cukup tinggi, yaitu dari 0,4879% menjadi
0,5379%. Peningkatan tersebut disebabkan karena bahan mengalami proses
fermentasi, sehingga pada saat proses fermentasi akan dihasilkan cairan
yang terdiri dari air, asam, alkohol, dan ester.
Kadar protein ketan mentah menjadi ketan kukus meningkat dari
10,8478% menjadi 11,8609%. Kadar protein pada tape ketan mengalami
kenaikan sebesar 17,5756%. Menurut Winarno, et al., (1980), protein dapat
mengalami kerusakan oleh pengaruh-pengaruh panas, reaksi kimia dengan
asam atau basa, dan sebab-sebab lainnya. Disamping itu protein dapat
mengalami denaturasi, degradasi dan menghasilkan komponen-komponen
yang menimbulkan bau busuk. Denaturasi protein dapat dihambat dengan
cara menurunkan suhu penyimpanan serendah mungkin
(Wirakartakusumah, 1992). Degradasi protein secara anaerobik dilakukan
oleh enzim proteolitik, yang dibedakan menjadi dua yaitu endopeptidase
dan eksopeptidase. Eksopeptidase dibedakan menjadi dua yaitu
aminopeptidase yang membutuhkan terminal bebas –NH2 dan
membutuhkan ion metal untuk aktifitasnya, dan karboksipeptidase yang
menghidrolisa peptida yang mempunyai terminal –COOH.
Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar lemak kasar
yang terkandung pada ketan mentah menjadi ketan kukus mengalami
penurunan (Tabel 6). Kandungan kadar lemak kasar yang terdapat pada
tape ketan mengalami peningkatan, namun tidak terlalu besar seperti ketan
kukus. Kadar lemak kasar mengalami penurunan karena oksidasi tetap
berlangsung sesuai dengan permeabilitas kemasan terhadap oksigen. Selain
itu, penurunan kadar lemak kasar juga disebabkan oleh aktivitas enzim
lipase yang disekresikan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme ini
menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol serta
menghidrolisis fosfolipid menjadi senyawa bernitrogen dan fosfor.
Sifat-sifat lemak yang penting dalam teknologi pangan adalah
lemak akan menjadi lunak langsung dengan pemanasan karena tidak
mempunyai titik cair yang tinggi, jika dipanaskan lebih lanjut mula-mula
akan menguap, kemudian menyala dan terbakar (suhu pada saat-saat
tersebut berturut-turut disebut suhu penguapan, suhu nyala, dan suhu
bakar), lemak dapat menjadi tengik jika dioksidasi atau jika asam-asam
lemak dibebaskan dari gliserol oleh enzim, dan lemak dapat membentuk
emulsi dengan air dan udara. Gelembung-gelembung lemak dapat
bersuspensi dengan air seperti didalam susu atau krim dimana jumlah air
lebih banyak, atau air dapat bersuspensi dengan lemak seperti pada
mentega dimana jumlah lemak lebih banyak.
Kadar karbohidrat yang dihasilkan mengalami peningkatan pada
ketan mentah menjadi ketan kukus sebesar 82,5571% menjadi 84,7957%.
Sedangkan pada tape ketan mengalami penurunan yang cukup besar yaitu
sebesar 78,8204%. Karbohidrat memegang peranan penting dalam biologi
khususnya dalam respirasi, yang dapat dioksidasi menjadi enersi. Zat-zat
penting yang termasuk karbohidrat adalah gula, dekstrin, pati, selulosa,
pektin dan gum. Kadar karbohidrat mengandung kadar serat dalam tape
ketan. Karena itu serat makanan pada umumnya merupakan karohidrat atau
polisakarida. Berbagai jenis makanan nabati pada umumnya mengandung
serat makanan. Menurut Winarno (1997), karbohidrat juga mempunyai
peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya
rasa, warna, tekstur dan lain-lain.
1. Sifat Kimia
a. Kadar Gula
35
30
y = 1.4024x + 1.4329
25 R2 = 0.9067
Derajat Brix
20
y = 1.4085x + 0.9848
15 R2 = 0.8082
10
y = 0.5671x + 0.9680
5 R2 = 0.8769
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Penyimpanan (Hari)
Kemasan I Kemasan III Kemasan IV Kemasaan I Kemasan III Kemasan IV
70.00
65.00
y = 1.6439x + 45.225
R2 = 0.831
Total Asam (%)
60.00
y = 1.1973x + 49.128
55.00 R2 = 0.8281
50.00
y = 1.5921x + 43.54
R2 = 0.8333
45.00
40.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Penyimpanan (Hari)
5.00
4.90
y = -0.0388x + 5.2257
4.80 R2 = 0.8617
4.70
4.60
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Penyimpanan (Hari)
Glukosa
Glikolisis
Asam Piruvat
Piruvat dekarboksilase
Mg2+, Thiamin Pirofosfat
Asetaldehid + CO2
Alkohol dehidrogenase
NADH2
Etanol
2.5
2
Kadar Alkohol (%)
1.5
0.5
0
Awal Penyimpanan Akhir Penyimpanan
Titik Pengamatan
2. Analisis Organoleptik
a. Rasa
7.5 R2 = 0.9491
7.0
6.5 y = -0.1869x + 7.8320
6.0 R2 = 0.9629
5.5
5.0 y = -0.1552x + 7.6430
4.5 R2 = 0.9488
4.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
b. Aroma
7.5
7.0 y = -0.2356x + 8.1467
R2 = 0.9540
6.5
6.0 y = -0.2018x + 7.9435
5.5 R2 = 0.9554
5.0
4.5
4.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
c. Tekstur
8.5
y = -0.1761x + 7.8972
8.0
R2 = 0.9523
Tingkat kesukaan
7.5
7.0 y = -0.1664x + 7.9204
6.5 R2 = 0.9507
6.0
5.5 y = -0.1647x + 7.9479
5.0 R2 = 0.9500
4.5
4.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pada Gambar 14, nilai kesukaan terhadap tekstur tape ketan dapat
dilihat dari nilai slope penurunan mutu organoleptik terhadap tekstur tape
ketan yang paling rendah yaitu kemasan IV (-0,1647) sedangkan yang
memiliki nilai slope penurunan mutu organoleptik terhadap tekstur tape
ketan paling tinggi pada kemasan I (-0,1761). Tingginya nilai slope
penurunan mutu organoleptik terhadap tekstur tape ketan pada kemasan I
dapat dikatakan bahwa tekstur tape ketan selama penyimpanan paling
lembek dengan semakin lamanya penyimpanan. Sedangkan pada
kemasan IV yang memiliki nilai slope penurunan mutu organoleptik
terhadap tekstur tape ketan yang terendah memiliki nilai tekstur tape
ketan tidak begitu lembek. Hasil nilai kesukaan terhadap tekstur tape
merupakan selera dari konsumen.
Tekstur dipengaruhi oleh kadar air. Menurut Syarief dan Halid
(1993), air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena air
dapat mempengaruhi kekerasan, penampakan, citarasa, dan nilai gizinya.
Tekstur tape menjadi lunak atau mengalami pengerutan. Jaringan
permukaan tape yang keriput atau mengkerut terjadi pada suhu dingin
karena terjadi proses pengerasan. Proses pengerasan terjadi karena
adanya pengeringan pada lapisan luar tape. Tekstur yang lunak terjadi
karena pembentukan cairan sebagai hasil samping dari proses fermentasi.
Cairan tersebut keluar dari jaringan sehingga tekstur menjadi lunak.
Pembentukan cairan selain menyebabkan tekstur menjadi lunak, juga
mengakibatkan penyusutan jaringan yang selanjutnya menyebabkan
kekeriputan (Jonsen, 1984).
Lembeknya tekstur tape ketan yang dihasilkan selama
penyimpanan dipengaruhi oleh sifat kemasan yang digunakan. Pada
kemasan IV tekstur tape ketan yang dihasilkan paling rendah karena
memiliki nilai O2TR yang rendah daripada kemasan I (Tabel 5), sehingga
cairan yang terbentuk dari hasil samping fermentasi tidak terlalu banyak
yang dapat mempengaruhi tektur tape ketan selama penyimpanan.
Sedangkan pada kemasan I tekstur yang dihasilkan berdasarkan nilai
slope penurunan mutu organoleptik dengan yang diamati oleh indera
penglihatan berbeda. Berdasarkan indera penglihatan tekstur tape ketan
semakin lama disimpan akan semakin kering, hal ini disebabkan pada
kemasan I memiliki rongga-rongga sehingga selama penyimpanan
terpengaruh oleh peranan air terhadap bahan pangan dengan lingkungan
sekitar. Fenomena yang dapat terjadi berupa perpindahan air berbentuk
uap air dari bahan ke atmosfer, maupun sebaliknya. Perpindahan uap air
antara komponen yang berbeda pada satu kemasan, atau antar bahan
makanan dan atmosfir dapat disebabkan karena komposisi produk
tersebut dan ruangan sekitar yang berkaitan dengan kelembaban udara
pada lemari pendingin. Ruang pendingin yang digunakan memiliki
kelembaban yang rendah, sedangkan tape ketan memiliki kelembaban
yang cukup tinggi. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan perpindahan
air yang terjadi dari bahan ke lingkungan.
Penentuan seorang panelis menilai tape ketan tersebut sudah tidak
layak untuk dikonsumsi dengan melihat nilai skor di bawah 6. Semakin
rendahnya penilaian panelis terhadap tekstur selama penyimpanan dapat
disebabkan tekstur tape ketan yang semakin lembek. Jika dilihat dari
hasil analisis organoleptik tape ketan selama penyimpanan, pada hari ke-
10 untuk kemasan I dan III sudah tidak layak dikonsumsi karena panelis
sudah memberikan skor di bawah 6 (5,9 dan 5,8). Namun, untuk
kemasan IV masih layak untuk dikonsumsi sampai hari ke-12 karena
panelis masih memberikan skor 6,1 pada penilaian organoleptik terhadap
tekstur. Hasil analisis organoleptik tape ketan selama penyimpanan dapat
dilihat pada Lampiran 4.
d. Penerimaan Umum
7.5
y = -0.2199x + 8.0780
7.0 R2 = 0.9526
6.5
6.0 y = -0.1771x + 7.8033
5.5 R2 = 0.9529
5.0
4.5
4.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A. KESIMPULAN
Pada pembuatan tape ketan, jenis kemasan dan volume ketan yang
berbeda akan mempengaruhi fementasi tape ketan, karena persediaan oksigen
yang terdapat dalam kemasan mempengaruhi terjadinya proses fermentasi.
Analisis kimia yang dilakukan menunjukkan bahwa kemasan yang terbaik di
antara kemasan lainnya yaitu kemasan I dengan volume 90%. Hal ini dilihat
dari nilai slope kadar gula yang tertinggi yaitu 0,5551 dengan nilai slope total
asam terendah yang bernilai 0,5778 dan nilai slope pH sebesar -0,0298, selain
itu juga didukung oleh uji organoleptik dari rasa manis yang dihasilkan.
Analisis fisiko kimia tape ketan pada awal dan akhir penyimpanan
menunjukkan penurunan pada tape ketan yang disimpan pada semua jenis
kemasan. Kadar gula mengalami peningkatan selama penyimpanan yang
dikarenakan fermentasi masih terjadi dan mengubah karbohidrat menjadi
glukosa. Kemasan yang menunjukkan peningkatan kadar gula tertinggi yaitu
kemasan IV (1,4085). Nilai total asam selama penyimpanan juga meningkat.
Peningkatan total asam berhubungan dengan kadar alkohol yang dihasilkan
dan lamanya fermentasi. Tape ketan yang disimpan dalam kemasan III
memiliki nilai slope peningkatan total asam terendah (1,1951). Nilai pH
selama penyimpanan berkorelasi dengan total asam yang semakin meningkat.
Nilai slope penurunan pH pada kemasan I yang terendah (-0.0077). Sedangkan
kadar alkohol pada akhir penyimpanan yang tidak mengalami penurunan yaitu
kemasan III dan IV (2%).
Hasil uji organoleptik, baik rasa, aroma, tekstur dan penerimaan umum
terhadap tape ketan selama penyimpanan menunjukkan panelis lebih menyukai
tape ketan yang disimpan pada kemasan IV yang dilihat dari penurunan nilai
slope terkecil (-0,1552, -0,2018, -0,1647, dan -0,1771), dengan rasa manis,
asam dan aroma alkohol yang bervariasi. Sehingga berdasarkan analisa
terhadap penurunan mutu yang terjadi selama penyimpanan suhu dingin, tape
ketan masih layak dikonsumsi hingga 11 hari waktu penyimpanan yang
menggunakan kemasan IV.
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Menggunakan volume ketan yang 90% agar mendapatkan volume ketan
yang lebih optimal.
2. Pada penyimpanan dianjurkan menggunakan kemasan yang tertutup rapat
selain untuk dapat mempertahankan mutu, juga dapat melindungi
kontaminasi dari bahan lainnya.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan uji kadar pati untuk mengetahui
kandungan pati setelah fermentasi dan penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Berlian, N., dan E. Rahayu. 1995. Bambu : Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan
Indonesia, Jakarta.
Jonsen. 1984. Mempelajari Penyimpanan Tape Ubi Kayu (Manihot sp) Sebagai
Bahan Mentah Untuk Industri. Skripsi. Fateta. IPB. Bogor.
Juliano, B. O. 1972. The Rice Grain Caryopsis and its Composition. Di dalam D.
F. Houston (ed). Rice chemistry and Technology. American Association of
Cereal Chemist, Inc. Minnesota.
Paine, F A. 1977. The Packaging Media. Blackle and Sons LTD. Scotland.
Pawitan, D. 1986. Mempelajari daya tahan berbagai jenis plastik terhadap radiasi
UV. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Robertson, G.L. 1993. Food Packaging : Principles and Practice. Marcel Dekker
Inc., New York.
Soedarsono, J. 1972. Some Note on Ragi Tape for Tape Fermentation. Ilmu
Pertanian I (16) : 235-241.
Widowati. 1993. Studi tentang Pengaruh Jenis Plastik dan Teknik Pengemasan
Terhadap Umur Simpan Roti Tawar. Skripsi. FATETA. IPB. Bogor.
Winarno, F.G. dan B.S.L. Jenie. 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wirakartakusumah, M.A., K. Abdullah, dan A.M Syarif. 1992. Sifat Fisik Bahan
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan
Tinggi. PAU, Bogor.
http://lc.bppt.go.id/ladang_bambu/upload/kemasan.pdf
Lampiran 1. Perhitungan nilai transmission rate masing-masing kemasan
Diket : * Kemasan I
Ukuran wadah : p = 13,2 cm; l = 12 cm; t = 9 cm
Bobot : wadah = 28,4 g
tutup = 32,8 g
Ketebalan : wadah = 1,78; 1,69; 1,65; 1,25; 1,56 = 1,59 mm
tutup = 1,24; 1,44; 1,46; 1,56; 1,27 = 1,39 mm
* Kemasan II
Ukuran kemasan : diameter bawah = 13,5 cm
diameter atas&tutup = 18,5 cm
tinggi = 8,5 cm
Bobot : wadah = 115,8 g
tutup = 50,5 g
Ketebalan : wadah = 0,25; 0,211; 0,213; 0,211; 0,28 = 0,233 mm
tutup = 1.68; 1,68; 1,60; 1,59; 1,64 = 1,64 mm
* Kemasan III
Ukuran kemasan : Bagian atas wadah : p = 18,5 cm; l = 11,5 cm
t = 10,7 cm
Bagian bawah wadah : p = 17,5 cm; l = 10,5 cm
Ketebalan : wadah = 1,275; 1,26; 1,28; 1,165; 1,1 = 1,22 mm
tutup = 1,22; 1,24; 1,25; 1,33; 1,28 = 1,26 mm
Bobot : wadah = 89,0 g
tutup = 33,2 g
* Kemasan IV
Ukuran kemasan : p = 27 cm; l = 13,8 cm; t = 9 cm
Ketebalan : wadah = 2,325; 2,33; 2,315; 2,15; 2,75 = 2,37 mm
tutup = 1,55; 1,58; 1,53; 1,525; 1,54 = 1,54 mm
Bobot : wadah = 193,7 g
tutup = 69,3 g
Koefisien permeabilitas P (cm3 cm cm-2 s-1 Pa-1) polimer terhadap gas dan air
Polimer Permean T˚C P x 10-13
O2 30 1,7
Polipropilen CO2 30 6,9
H2O 30 51,0
O2 25 5,18
Polietilen CO2 25 21
H2O 25 93
Sumber : Piringer dan Baner (2000)
Faktor konversi untuk beberapa satuan terhadap koefisien permeabilitas
Into [cm3] [cm] [cm3] [cm] [cm3] [cm]
From [cm2] [s] [cm Hg] [cm2] [s] [Pa] [m2] [hari] [atm]
[cm3] [cm] 1 7,5 . 10-4 6,57 . 1010
[cm2] [s] [cm Hg]
[cm3] [mm] 10-1 7,5 . 10-5 6,57 . 109
[cm2] [s] [cm Hg]
[cm3] [cm] 1,32 . 10-2 9,87 . 10-6 8,64 . 108
[cm2] [s] [atm]
[cm3] [mil] 3,87 . 10-14 2,90 . 10-17 2,54 . 10-3
[cm2] [hari] [atm]
[in3] [mil] 9,82 . 10-12 7,37 . 10-15 6,45 . 10-1
[100in2] [hari] [atm]
[cm3] [cm] 1,52 . 10-11 1,14 . 10-14 1
2
[m ] [hari] [atm]
[cm3] [cm] 1,54 . 10-11 1,16 . 10-14 1,01
[m2] [hari] [bar]
[cm3] [cm] 1,33 . 103 1 8,75 . 1013
[cm2] [s] [Pa]
Dit : a. Gramatur
b. Densitas
c. O2TR
d. CO2TR
e. WVTR
Jawab :
* Kemasan I
Luas wadah = [ 2 (p x l) + 2 (l x t) + 2 (p x t) ]
= [ 2 (13,2 x 12) + 2 (12 x 9) + 2 ( 13,2 x 9) ]
= (316,8 + 216 + 237,6)
= 770,4 cm2
* Kemasan II
Luas lingkaran atas = π R2 = 3,14 x 9,252 = 268,67 cm2
Luas lingkaran bawah = π r2 = 3,14 x 6,752 = 143,07 cm2
Luas selimut = ½ ( atas + bawah ) x t
= ½ ( 2πR + 2πr) x t
= ½ [ (2 x 3,14 x 9,25) + (2 x 3,14 x 6,75) ] x 8,5
= ½ (58,09 + 42,39) x 8,5
= 427,04 cm2
Luas wadah = Luas lingkaran atas + Luas selimut + Luas lingkaran bawah
= 268,67 + 427,04 + 143,07
= 838,78 cm2
* Kemasan III
Luas atas = p x l = 18,5 x 11,5 = 212,75 cm2
Luas bawah = p x l = 17,5 x 10,5 = 183,75 cm2
Luas selimut = ½ ( atas + bawah ) x t
= ½ [ (2 x p x l) atas + (2 x p x l) bawah ] x t
= ½ [ (2 x 18,5 x 11,5) + ( 2 x 17,5 x 10,5) ] x 10,7
= ½ (425,5 + 367,5) x 10,7
= 4242,55 cm2
Luas wadah = Luas lingkaran atas + Luas selimut + Luas lingkaran bawah
= 212,75 + 4242,55 + 183,75
= 4639,05 cm2
* Kemasan IV
Luas wadah = [ 2 (p x l) + 2 (l x t) + 2 (p x t) ]
= [ 2 ( 27 x 13,8) + 2 ( 13,8 x 9) + 2 ( 27 x 9) ]
= (745,2 + 248,4 + 486)
= 1479,6 cm2
gramatur (g/m2)
b. Densitas =
tebal plastik (m) x 1000
368,64 g/m2
Kemasan I : Densitas wadah = = 231,85 kg/m3
0,00159 m x 1000
1380,58 g/m2
Kemasan II : Densitas wadah = = 5925,24 kg/m3
0,000233 m x 1000
1879,63 g/m2
Densitas tutup = = 1146,12 kg/m3
0,00164 m x 1000
161,85 g/m2
Kemasan III : Densitas wadah = = 157,25 kg/m3
0,00122 m x 1000
1560,52 g/m2
Densitas tutup = = 1238,51 kg/m3
0,00126 m x 1000
1309,14 g/m2
Kemasan IV : Densitas wadah = = 552,38 kg/m3
0,00237 m x 1000
1857,22 g/m2
Densitas tutup = = 1205,99 kg/m3
0,00154 m x 1000
3. Oxygen Transmission Rate (O2TR)
8,75 x 1013 cm3 cm m-2 hari-1 atm-1
PPP = 1,7 x 10-13 cm3 cm cm-2 s-1 Pa-1 x
1 cm3 cm cm-2 s-1 Pa-1
m2
3 -2 -1 -1
= 14,875 cm cm m hari atm x
10000 cm2
-3 2 -1 -1
= 1,4875 x 10 cm hari atm
0,21 atm – 0
O2TR tutup = 268,67 cm2 x 4,5325 x 10-3 cm2 hari-1 atm-1x
0,164 cm
= 1,56 cm3/hari
Total O2TR kemasan II = 11,25 cm3/hari + 1,56 cm3/hari = 12,81 cm3/hari
Kemasan III :
0,21 atm – 0
2 -3 2 -1 -1
O2TR wadah = 4639,05 cm x 1,4875 x 10 cm hari atm x
0,122 cm
3
= 11,88 cm /hari
0,21 atm – 0
2 -3 2 -1 -1
O2TR tutup = 212,75 cm x 1,4875 x 10 cm hari atm x
0,126 cm
3
= 0,53 cm /hari
Total O2TR kemasan III = 11,88 cm3/hari + 0,53 cm3/hari = 12,41 cm3/hari
Kemasan IV :
0,21 atm – 0
O2TR wadah = 1479,6 cm2 x 1,4875 x 10-3 cm2 hari-1 atm-1x
0,237 cm
= 1,95 cm3/hari
0,21 atm – 0
2 -3 2 -1 -1
O2TR tutup = 372,6 cm x 4,5325 x 10 cm hari atm x
0,154 cm
3
= 2,30 cm /hari
Total O2TR kemasan IV = 1,95 cm3/hari + 2,30 cm3/hari = 4,25 cm3/hari
0,21 atm – 0
x = 45,64 cm3/hari
0,0233 cm
0,21 atm – 0
x = 6,32 cm3/hari
0,164 cm
Total CO2TR kemasan II = 45,64 cm3/hari + 6,32 cm3/hari = 51,96 cm3/hari
Kemasan III :
CO2TR wadah = 4639,05 cm2 x 6,0375 x 10-3 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 48,21 cm3/hari
0,122 cm
CO2TR tutup = 212,75 cm2 x 6,0375 x 10-3 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 2,14 cm3/hari
0,126 cm
Total CO2TR kemasan III = 48,21 cm3/hari + 2,14 cm3/hari = 50,35 cm3/hari
Kemasan IV :
CO2TR wadah = 1479,6 cm2 x 6,0375 x 10-3 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 7,92 cm3/hari
0,237 cm
CO2TR tutup = 372,6 cm2 x 1,8375 x 10-2 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 9,34 cm3/hari
0,154 cm
CO2TR kemasan large = 7,92 cm3/hari + 9,34 cm3/hari = 17,26 cm3/hari
0,21 atm – 0
x = 337,36 cm3/hari
0,0233 cm
WVTR tutup = 268,67 cm2 x 8,1375 x 10-2 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 27,99 cm3/hari
0,164 cm
Total WVTR kemasan II = 337,36 cm3/hari + 27,99 cm3/hari = 365,35
cm3/hari
Kemasan III :
WVTR wadah = 4639,05 cm2 x 4,4625 x 10-2 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 356,34 cm3/hari
0,122 cm
WVTR tutup = 212,75 cm2 x 4,4625 x 10-2 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 15,82 cm3/hari
0,126 cm
Total WVTR kemasan III = 356,34 cm3/hari + 15,82 cm3/hari = 372,16
cm3/hari
Kemasan IV :
WVTR wadah = 1479,6 cm2 x 4,4625 x 10-2 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 58,51 cm3/hari
0,237 cm
WVTR tutup = 372,6 cm2 x 8,1375 x 10-2 cm3 cm cm-2 hari-1 atm-1
0,21 atm – 0
x = 41,35 cm3/hari
0,154 cm
WVTR kemasan large = 58,51 cm3/hari + 41,35 cm3/hari = 99,86 cm3/hari
Lampiran 2. Prosedur pengujian
1. Analisa Proksimat
1. Kadar Air (AOAC, 1995)
Sampel sebanyak 2 – 5 gram ditimbang dan ditaruh dalam cawan
alumunium/porselen yang telah diketahui bobot keringnya. Selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu 100 - 105oC selama 3 – 5 jam. Setelah
itu sampel dan cawan alumunium/porselen diangkat dan didinginkan
dalam desikator hingga suhu ruang. Timbang bobot akhirnya dan ulangi
pekerjaan ini hingga bobot akhir konstan.
bobot awal sampel (g) – bobot akhir sampel (g)
Kadar Air (%) = x 100%
bobot awal sampel (g)
6. Kadar Gula
Sampel diperas dengan menggunakan kain diatas prisma untuk
diukur berapa kadar gula yang terkandung dalam sampel tersebut pada
refraktometer. Lalu lihat nilainya pada tempat yang terang, nilai yang
dibaca yaitu diantara warna kuning dan hitam.
9. pH
Kalibrasi pH meter dengan larutan buffer pH (lakukan setiap saat
akan melakukan pengukuran). Celupkan elektroda yang telah dibersihkan
dengan air suling ke dalam contoh yang akan diperiksa (konsentrasi
larutan pati 10 % bk). Sesuaikan suhu dari contoh. Catat dan baca harga
pH pada skala pH meter yang ditunjukkan jarum.
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada garis sesuai dengan respon yang ditimbulkan untuk
masing-masing parameter dengan keterangan nilai sebagai berikut :
162
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rasa :
Asam Manis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tekstur :
Sangat kering Lembek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aroma :
Asam Tape
Penerimaan umum : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
216
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rasa :
Asam Manis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tekstur :
Sangat kering Lembek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aroma :
Asam Tape
Penerimaan umum : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
261
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rasa :
Asam Manis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tekstur :
Sangat kering Lembek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aroma :
Asam Tape
Penerimaan umum : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
84
Lampiran 4. Hasil analisis organoleptik tape ketan selama penyimpanan
Pengamatan (Hari)
Organoleptik Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kemasan I 8.0 7.2 7.8 7.5 6.5 6.7 5.9 6.5 6.6 6.1 5.5 6.4 5.4 6.2
Rasa Kemasan III 7.8 7.1 7.4 7.0 6.6 6.5 6.3 6.5 6.6 5.8 5.6 6.2 5.0 5.5
Kemasan IV 7.5 7.1 7.6 7.0 6.8 6.5 6.1 6.4 6.5 5.9 6.1 5.9 5.2 5.8
Kemasan I 7.9 7.4 7.5 7.1 6.9 6.8 6.5 6.7 6.5 5.9 5.5 6.3 5.6 5.4
Tekstur Kemasan III 8.2 7.2 7.8 6.9 6.4 6.8 6.5 6.3 6.2 5.8 5.3 5.8 5.3 5.1
Kemasan IV 8.0 7.0 7.6 7.1 7.0 6.9 6.8 6.6 7.0 6.7 6.3 6.1 5.5 5.7
Kemasan I 8.2 7.2 7.8 6.9 6.4 6.8 6.5 6.3 6.2 5.8 5.3 5.8 5.3 5.1
Aroma Kemasan III 8.1 7.2 7.9 7.4 6.6 6.5 6.0 6.5 6.3 6.1 5.5 6.0 5.2 5.2
Kemasan IV 8.2 7.2 7.7 7.1 6.5 6.7 6.3 6.3 6.1 6.2 5.6 5.8 5.1 5.3
Kemasan I 8.1 7.2 7.9 7.4 6.6 6.5 6.0 6.5 6.3 6.1 5.5 6.0 5.2 5.2
Penerimaan
Umum Kemasan III 7.5 7.1 7.6 7.0 6.8 6.5 6.1 6.4 6.5 5.9 6.1 5.9 5.2 5.8
Kemasan IV 7.6 7.2 7.7 7.2 6.8 6.7 6.2 6.5 6.3 6.1 6.1 5.8 5.0 5.5
85
Lampiran 5. Hasil nilai korelasi, slope dan intercept pembuatan tape ketan
y = ax+b
Analisis Perlakuan 2
R a b
Volume 90%
Kemasan I 0.9413 -0.0298 5.8731
Kemasan II 0.9314 -0.0313 5.9691
Kemasan III 0.9344 -0.0324 5.9607
Volume 75%
Kemasan I 0.9177 -0.0298 5.9447
Derajat Keasaman (pH)
Kemasan II 0.9189 -0.0283 5.8822
Kemasan III 0.9063 -0.0351 6.0076
Volume 60%
Kemasan I 0.9134 -0.0343 6.1673
Kemasan II 0.9043 -0.0177 5.5280
Kemasan III 0.9022 -0.0244 5.8358
Volume 90%
Kemasan I 0.9135 0.5778 5.8667
Kemasan II 0.9002 0.6311 3.9644
Kemasan III 0.9070 0.7133 4.6578
Volume 75%
Kemasan I 0.9121 0.6378 4.6933
Total Asam Tertitrasi
Kemasan II 0.9302 0.6933 6.4711
Kemasan III 0.9448 0.7111 4.8000
Volume 60%
Kemasan I 0.9896 0.5711 1.2267
Kemasan II 0.9145 0.6289 7.0400
Kemasan III 0.9527 0.7133 3.3244
Volume 90%
Kemasan I 0.8709 0.5551 0.7283
Kemasan II 0.8553 0.5109 0.5725
Kemasan III 0.8504 0.5254 0.3913
Volume 75%
Kemasan I 0.9311 0.3306 2.5645
Kadar Gula
Kemasan II 0.9200 0.2975 2.5269
Kemasan III 0.9200 0.2975 2.5269
Volume 60%
Kemasan I 0.8772 0.5362 0.9638
Kemasan II 0.8490 0.5297 0.3370
Kemasan III 0.8457 0.5399 0.2101
86
Lampiran 6. Skema Embden Meyerhoff-Parnas Pathway
CO2
+ +
NAD NADH+H Asam Piruvat
Etanol Asetaldehida
87
Lampiran 7. Hasil Organoleptik Pembuatan Tape Ketan
Wadah + Volume
Organoleptik Jam
K II, 90% K II, 75% K II, 60% K I, 90% K I, 75% K I, 60% K III, 90% K III, 75% K III, 60%
Tekstur Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal
Rasa 0 Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan
Aroma Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan
Tekstur Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal Kenyal
Rasa 6 Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan
Aroma Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan Ketan
Tekstur Kenyal Kenyal Kenyal Lembek Lembek Lembek Kenyal Kenyal Kenyal
Rasa 12 Ketan Ketan Ketan Manis Manis Manis Ketan Ketan Ketan
Aroma Ketan Ketan Ketan Tape Tape Tape Ketan Ketan Ketan
Tekstur Lembek Lembek Lembek Lembek+ Lembek+ Lembek+ Lembek Lembek Lembek
Rasa 18 Manis Manis Manis Manis+ Manis+ Manis Manis Manis Manis
Aroma Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape
Tekstur Lembek Lembek Lembek Lembek++ Lembek++ Lembek++ Lembek Lembek Lembek
Rasa 24 Manis+ Manis+ Manis Manis+ Manis+ Manis+ Manis Manis+ Manis+
Aroma Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape
Tekstur Lembek+ Lembek+ Lembek+ Lembek++ Lembek++ Lembek++ Lembek+ Lembek+ Lembek+
Rasa 30 Manis+ Manis+ Manis+ Manis++ Manis++ Manis+ Manis+ Manis+ Manis+
Aroma Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape
Tekstur Lembek++ Lembek++ Lembek++ Lembek+++ Lembek+++ Lembek+++ Lembek+ Lembek+ Lembek+
Rasa 36 Manis++ Manis++ Manis+ Manis++ Manis++ Manis++ Manis+ Manis+ Manis+
Aroma Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape
Tekstur Lembek+++ Lembek+++ Lembek+++ Lembek++++ Lembek++++ Lembek++++ Lembek++ Lembek++ Lembek++
Rasa 42 Manis++ Manis++ Manis++ Manis++++ Manis+++ Manis++ Manis++ Manis++ Manis++
Aroma Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape
Tekstur Lembek++++ Lembek++++ Lembek++++ Lembek+++++ Lembek+++++ Lembek++++ Lembek+++ Lembek+++ Lembek+++
Rasa 48 Manis+++ Manis+++ Manis++ Manis+++++ Manis++++ Manis+++ Manis++ Manis++ Manis++
Aroma Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape Tape
88
Lampiran 8. Hasil nilai korelasi, slope, dan intercept selama panyimpanan
y = ax+b
Analisis Perlakuan
R2 a b
Total Asam
Kemasan III 0.9100 1.1951 49.3617
Tertitrasi
Derajat Keasaman
Kemasan III 0.8617 -0.0388 5.2257
(pH)
89
Lampiran 9. Data hasil analisis pada pembuatan tape ketan
Waktu Fermentasi (Jam)
Analisis Perlakuan 0 6 12 18 24 30 36 42 48
Volume 90%
Kemasan I 0 10 11 11 12 12 13 15 35.3
Kemasan II 0 10 10 10 11 12 12 13 33
Kemasan III 0 10 10 10 11 12 12 13 34
Volume 75%
Kadar Gula (derajat brix) Kemasan I 0 10 11 11 12 12 13 15 34
Kemasan II 0 10 10 10 11 12 12 13 34
Kemasan III 0 10 10 10 11 12 12 13 33
Volume 60%
Kemasan I 0 10 11 11 12 12 13 15 34
Kemasan II 0 10 10 10 11 12 12 13 34.3
Kemasan III 0 10 10 10 11 12 12 13 35
Volume 90%
Kemasan I 3.2 4 16 16.8 25.6 28.8 27.2 25.6 30.4
Kemasan II 3.2 5.6 8 12.8 27.2 28 29.6 32 25.6
Kemasan III 11.2 6.4 10.4 13.6 19.2 26.4 30.4 45.6 32.8
Volume 75%
Total Asam (%) Kemasan I 3.2 5.6 8 18.4 27.2 28 30.4 32 27.2
Kemasan II 11.2 6.4 12.8 16.8 24 24.8 38.4 40 33.6
Kemasan III 3.2 5.6 14.4 20 20.8 32 31.2 38.4 31.2
Volume 60%
Kemasan I 3.2 4 6.4 12 15.2 16.8 22.4 24 30.4
Kemasan II 11.2 12 6.4 18.4 20 28 31.2 40 32
Kemasan III 3.2 4.8 11.2 15.2 24.8 27.2 28.8 38.4 30.4
Volume 90%
Kemasan I 6.21 5.67 5.42 5.09 5.03 4.88 4.79 4.73 4.6
Kemasan II 6.21 5.79 5.72 5.1 5.07 4.88 4.76 4.64 4.79
Kemasan III 6.21 5.95 5.48 5.07 4.99 4.84 4.76 4.7 4.65
Volume 75%
Derajat Keasaman (pH) Kemasan I 6.21 5.7 5.8 5.05 5.03 4.9 4.88 4.79 4.71
Kemasan II 6.21 5.71 5.52 5.13 5.02 4.9 4.78 4.72 4.83
Kemasan III 6.53 5.78 5.32 5.08 4.95 4.95 4.63 4.66 4.59
Volume 60%
Kemasan I 6.21 6.17 6.07 5.2 4.99 4.95 4.91 4.8 4.79
Kemasan II 6.21 5.74 5.24 5.17 5.13 4.96 4.94 4.8 4.84
Kemasan III 6.21 5.73 5.33 5.14 4.91 4.85 4.87 4.73 4.77
90
Lampiran 10. Data hasil analisis selama penyimpanan tape ketan
90