2016
Betlehemia, Balilibra
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13188
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK DARI
BERBAGAI JENIS IKAN LELE DI KECAMATAN
PANCUR BATU DENGAN METODE
KJELDAHL DAN SOKLETASI
SKRIPSI
OLEH:
BALILIBRA BETLEHEMIA REFORMANDA TARIGAN
NIM 131524117
SKRIPSI
OLEH:
BALILIBRA BETLEHEMIA REFORMANDA TARIGAN
NIM 131524117
OLEH:
BALILIBRA BETLEHEMIA REFORMANDA TARIGAN
NIM 131524117
Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt. Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt.
NIP 1954062811983031002 NIP195008281976032002
Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt.
NIP 195101311976031003 NIP 195401101980032001
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana
“Penetapan Kadar Protein dan Lemak dari Berbagai Jenis Ikan Lele di Kecamatan
besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan dan Ibu Prof.
Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas
Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu
kemudahan administrasi hingga selesai. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.,
dan Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof.
Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., dan
Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku tim penguji yang telah
skripsi ini.
Bapak Drs. Y. S Tarigan, Apt., dan Ibu H. Barus yang telah memberikan doa,
dukungan dan pengorbanan baik materi maupun non materi, serta kepada kakak
Tarigan dan Balisalom Tarigan serta seluruh keluarga yang selalu setia
2013 secara khusus kepada kak Evi Siahaan, Seventria, Jessi, Esra dan
Petrika untuk dorongan, semangat dan kebersamaan selama ini, serta seluruh
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
Balilibra Betlehemia
ABSTRAK
ABSTRACT
Eating fish is very good for health. Experts advise to eat more fish than
red meat. The fish is not foreign to the people of Indonesia, because Indonesia is
rich in fish potential both capture fisheries and aquaculture, unfortunately
awareness of eating fish to the public remains low. One of the many types of fish
consumed by people is catfish. Catfish popular because apart easily obtained,
catfish, nutritious and cheap. Community Karo, catfish believed to relieve pain in
wounds experienced by mothers who had just given birth. Catfish is a fish that
live in fresh water that is easily obtained and not a few people began to cultivate
them. Catfish consists of some kind, on the market Pancur Stone Deli Serdang
North Sumatra there is a kind of local catfish, African catfish and catfish
sangkuriang. Many of the content contained in catfish, which are proteins that are
determinants of nutrition and fat. The purpose of this study was to determine
levels of protein and fat in meat catfish and compare it with other types of catfish
in the district market Pancur Stone Deli Serdang North Sumatra, thereby
increasing the value of consumption of catfish.
Catfish samples taken at the district market Pancur Stone Deli Serdang
North Sumatra purposively. Determination of protein content in catfish is done by
using the Kjeldahl method and determination of the fat content is done using
soxhletation.
From the results of the study show that the protein assay catfish
sangkuriang have the highest protein content is 16.53% and the local catfish have
the lowest levels of the protein that is 12.50%. While the African catfish has a
protein content of less than catfish sangkuriang but larger than local catfish, is
14.44%. And the determination of the fat content of research results show that the
sangkuriang catfish has the highest fat content is 19.10% and catfish local has the
lowest fat content is 12.93%. While the African catfish has a fat content which is
less than the sangkuriang catfish but larger than the catfish local, is 16.07%.
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................ vi
LAMPIRAN ............................................................................................... 42
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
untuk lebih banyak mengonsumsi ikan dibandingkan dengan daging merah. Ikan
sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia, karena Indonesia kaya akan potensi
mengonsumsi ikan pada masyarakat masih rendah. Tingkat konsumsi ikan rata-
sumber protein tinggi, bahkan untuk jenis tertentu kandungan proteinnya lebih
Salah satu jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan
lele. Bagi masyarakat Karo, ikan lele lebih banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu yang
baru melahirkan karena diyakini dapat menghilangkan rasa sakit pada luka yang
dialami oleh ibu-ibu setelah melahirkan. Ikan lele digemari semua lapisan
masyarakat sebagai protein hewani alternatif yang harganya murah. Ikan lele
mudah diolah, bergizi tinggi dan rasanya enak. Ikan lele mudah dipelihara,
disimpan dan dipasarkan baik berupa ikan hidup maupun ikan segar
Ikan lele merupakan salah satu hasil peternakan yang kaya akan gizi.
Keunggulan utama ikan ini adalah nilai protein yang tinggi sehingga ikan mudah
vitamin yang larut lemak (vitamin A dan D). Ikanmengandung asam lemak tak
jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses
protein merupakan bagian yang sangat penting pada sebagian besar jaringan tubuh
(Winarno, 2002).
protein hewani dan protein nabati. Dalam analisa bahan makanan yang lebih teliti,
dipergunakan faktor konversi lain yang sudah diketahui jumlahnya, bila secara
umum faktor konversi dianggap 6,25 dengan asumsi kandungan nitrogen dalam
ekonomis jika dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Ikan sebagai
tertentu(Astawan, 2008).
lemak dalam makanan, yang pertama adalah sebagai sumber energi. Lemak
adalah bentuk energi berlebih yang disimpan oleh hewan (Muchtadi, 2000).
Lemak ikan mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh
2007).
metode Kjeldahl. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl sering
disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein). Metode ini digunakan untuk
menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung,
karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan
mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi, diperoleh nilai protein
dalam bahan makanan itu (Winarno, 2002). Peneliti memilih metode Kjeldahl
yang lain seperti metode lowry, biuret, spektrofotometer UV, turbidimetri atau
dkk., 1989).
suatu bahan makanan. Penulis memilih metode soxhlet ini dibandingkan dengan
Instrumentasikarena pelarut yang digunakan lebih sedikit dan larutan sari yang
dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan
untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi (Harper
1979).
kadar protein ikan lele yaitu sekitar 17%. Dalam bukunya, Astawan (2008), juga
gram/100 gram.
melakukan penelitian tentang Penetapan Kadar Protein dan Lemak dari Berbagai
Jenis Ikan Lele di Kecamatan Pancur Batu dengan Metode Kjeldahl dan Sokletasi.
1.2 PerumusanMasalah
kecamatanPancurBatu?
1.3 Hipotesis
sebagai berikut:
a. Ikan lele sangkuriang, ikan lele dumbo dan ikan lele lokal mengandung
b. Kadar protein dan lemak yang paling tinggi terkandung dalam ikan lele
sangkuriang, kemudian diikuti ikan lele dumbo dan ikan lele lokal.
a. Untuk mengetahui data kadar protein dan lemak yang terdapat pada
berbagai jenis ikan lele yang ada di kecamatan Pancur Batu dengan
b. Untuk mengetahui jenis ikan lele apakah yang memiliki kadar protein dan
kandungan protein dan lemak pada berbagai jenis ikan lele yang terdapat di
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, yang berarti yang utama
atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus
Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting
5000 sampai jutaan. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul
protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan
Asam amino adalah asam karboksilat yang terdiri atas atom karbon yang
terikat pada satu gugus karboksil (-COOH), satu gugus amino (-NH2), satu gugus
hidrogen (-H) dan satu gugus radikal (-R) atau rantai cabang. Di dalam makanan
ada 20 jenis asam amino yang berbeda, masing-masing memiliki struktur dasar
yang sama, yang membedakan hanyalah gugus R pada salah satu sisinya. Jika R
adalah hidrogen, maka asam amino tersebut adalah glisin, jika R adalah gugus
metil (-CH3), maka asam amino tersebut adalah alanin (Almatsier, 2004).
NH2 CCOOH
Tubuh memerlukan 20 jenis asam amino yang terdiri dari 11 asam amino
non-esensial dan 9 asam amino esensial. Asam amino non-esensial adalah asam
amino yang dapat disintesis tubuh yang sehat dalam jumlah yang cukup,
sedangkan asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis
oleh tubuh dalam jumlah yang cukup sehingga harus terdapat dalam diet
(Wardlaw, dkk., 2004). Klasifikasi asam amino dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut:
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino berbeda
dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Perbedaan sifat antara asam
mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan asam
karboksilat atau amina. Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat
akan melepas ion H+, sedangkan gugus amino akan menerima ion H+. Oleh
adanya gugus tersebut maka asam amino dapat membentuk ion yang bermuatan
positif dan juga bermuatan negatif (zwitterion) atau ion amfoter (Poedjiadi, 1994).
i. Struktur primer, pada struktur ini ikatan antar asam amino hanya ikatan peptida.
ii. Struktur sekunder adalah struktur protein di mana asam amino bukan hanya
dihubungkan oleh ikatan peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen.
iii. Struktur tersier adalah rantai polipeptida yang cenderung untuk membentuk
iv. Struktur kuartener adalah struktur yang terbentuk dari beberapa bentuk tersier.
sebagai berikut:
protein fibriler adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot,
ii. Protein globuler (steroprotein) yaitu protein yang berbentuk bola. Protein ini
banyak terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur dan daging.
i. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah
ii. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah
iii. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam asam atau basa
iv. Prolamin (gliadin): larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air
vi. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer. Contohnya adalah
ii. Protein konyugasi dan senyawa non protein: protein yang mengandung
senyawa lain yang non protein disebut protein konyugasi sedangkan protein yang
ii. Protein kurang sempurna (hanya sedikit mengandung asam amino esensial).
iii. Protein tidak sempurna (tidak atau sedikit mengandung asam amino esensial).
a. Untukpertumbuhandanpemeliharaanjaringan
Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis yang konstan secara bergantian
di pecah-pecah : sekitar 3% protein tubuh diganti setiap hari, dinding usus kecil
yang diganti setiap hari 4-6 hari memerlukan sintesis protein sebanyak 70 gr
Hormon yang diproduksi dalam tubuh, seperti insulin, epinefrin dan tiroksin
adalah protein, sebagai tambahan setiap sel dalam tubuh mengandung banyak
sekali enzim yang berbeda dan semua adalah protein, enzim ini mengkatalisis
banyak sekali perubahan biokimia yang essensial untuk kesehatan sel-sel jaringan.
Bila protein darah berkurang, tekanan protein yang menarik cairan kembali ke
sirkulasi darah tidak sekuat tekanan osmotik yang menekannya keluar dari aliran
darah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya akumulasi cairan dalam jaringan
yang membuatnya menjadi lunak dan nampak mengembung dan dikenal sebagai
d. Transpor nutrient
dinding usus sampai ke darah; dari darah ke jaringan, dan menembus membran sel
kedalam sel. Sebagian besar zat yang membawa nutrien spesifik adalah protein.
Protein dalam darah berfungsi sebagai buffer yaitu bahan yang dapat bereaksi
baik dengan asam atau basa untuk menetralkannya. Hal ini merupakan fungsi
yang sangat penting karena sebagian jaringan tubuh tidak dapat berfungsi bila pH-
f. Pembentukan antibodi
kemampuan untuk melawan pengaruh zat racun tersebut menjadi rendah, sehingga
nabati. Nilai protein dalam berbagai bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut ini:
dan kuaterner protein tanpa perubahan pada struktur primer. Denaturasi mengubah
daya cerna dari suatu protein, terkadang pula membuat makanan menjadi lebih
lezat. Denaturasi dapat terjadi secara parsial atau sempurna, dapat pula bersifat
sebagai berikut:
telur menyebabkan protein pada putih telur mengalami denaturasi dan membentuk
2. Perubahan pH yang drastis. Penambahan asam atau basa pekat pada larutan
protein menyebabkan perubahan sifat rantai samping yang dapat terionisasi dan
4. Pelarut organik seperti alkohol, aseton atau eter. Pelarut-pelarut ini dapat
denaturasi ketika diaduk atau dikocok dengan kuat. Contohnya, pengocokan putih
jumlah N dalam bahan telah diketahui, maka jumlah protein dihitung dengan
bahan pangan. Pada protein tertentu yang telah diketahui komposisinya dengan
tepat, maka faktor konversi yang lebih tepatlah yang dipakai (Sudarmadji, dkk.,
1989).
2.2.1Metode Kjeldahl
Metode kjeldahl dilakukan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini
basa untuk menetralisasi suasana reaksi dan kemudian didestilasi dengan asam
dan dititrasi untuk mengatahui jumlah N yang dikonversi (Estiasih, dkk., 2012).
a. Tahap Destruksi
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon (C) dan hidrogen (H)
(H2O). Elemen Nitrogen akan berubah menjadi amonium sulfat. Banyaknya asam
katalisator. Dengan penambahan katalisator, maka titik didih asam sulfat akan
dipertinggi sehingga proses destruksi akan berjalan lebih cepat. Katalisator yang
digunakan yang dapat mempercepat proses oksidasi dan juga dapat menaikkan
titik didih asam sulfat. Proses destruksi diakhiri jika larutan telah menjadi warna
R C C
C O
R C N H
H n
b. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, amonium sulfat dapat dipecah menjadi amonia, yaitu
dibebaskan ditangkap oleh larutan asam. Asam yg dapat dipakai adalah H2SO4.
Agar kontak antara larutan asam dengan amonia berjalan sempurna, maka ujung
selang pengalir destilat harus tercelup kedalam larutan asam. Destilasi diakhiri
c. Tahap Titrasi
maka sisa asam sulfat yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan NaOH
0,025 N menggunakan indikator mengsel (indikator campuran metil red dan metil
blue). Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah nitrogen.
untuk semua jenis bahan pangan, tidak memerlukan biaya yang mahal untuk
Adapun kerugiannya adalah yang ditentukan adalah jumlah total nitrogen yang
terdapat didalamnya bukan hanya nitrogen dari protein, waktu yang diperlukan
relatif lebih lama (minimal 4 jam untuk menyelesaikannya), presisi yang lemah,
pereaksi yang digunakan ada yang bersifat beracun, korosif dan berbahaya bagi
(Chang, 2003).
2.2.2Metode Spektrofotometri
Penentuankadar protein
denganmenggunakaninstrumentdibagimenjadiduayaitu: i)
digunakanuntukmenghitungkonsentrasi protein
denganterlebihdahuludistandarisasidengan protein
standar.Metodeinidapatdenganmudahdiaplikasikandansederhana,
nm (Simonian, 2005).
a. Pereaksi Biuret
Cu2+dariCuSO4 dalamsuasanabasaakanmembentukkompleksdenganikatanpeptida,
dkk., 2012).
danmetodeturbidimetrisehinggaabsorpsiwarnanyarelativestabil,
bilabahanmengandunglemakdankarbohidrat yang
sangattinggidapatmenyebabkanlarutanmenjadiburamsehinggatidakdapatditembusc
b. Pereaksi Lowry
kemudiandenganadanyapereaksifosfotungstik-
fosfomolibdatakanmengoksidasirantaisampingasam amino
sehinggamenghasilkanwarnadankonsentrasi protein
terbentukdibacapadapanjanggelombang 750 nm
Keuntungan analisis dengan pereaksi ini adalah 50-100 kali lebih sensitif
daripada metode biuret, 10-20 kali lebih sensitif daripada metode absorpsi UV
pada 280 nm, kurang terganggu oleh turbiditas sampel, lebih spesifik daripada
metode lainnya, sederhana, dapat diselesaikan dalam 1–1,5 jam. Kerugian analisis
dengan pereaksi Lowry adalah variasi warnanya yang lebih banyak dibanding
dengan pereaksi Biuret, warna yang terbentuk tidak secara tepat menggambarkan
c. Pereaksi Bradford
memperkenalkanpenggunaanpereaksiCoomassive Blue
iniakanberikatandengan protein,
warnaakanberubahdarikemerahanmenjadikebiruan,
Prinsip metode ini adalah dengan adanya air dan penambahan Kalium
gugus dimethilol sehingga tidak mengganggu reaksi antara NaOH dengan gugus
asam dari asam amino dan konsentrasi protein dapat ditentukan. Titrasi formol ini
kurang tepat untuk menentukan kadar protein dan lebih tepat digunakan untuk
Pada metode ini sampel dioksidasi pada suhu sangat tinggi (700-900°C).
Hasil oksidasi menghasilkan gas O2, N2 dan CO2. Gas nitrogen yang dilepaskan
Kjeldahl tetapi waktu analisis yang diperlukan lebih singkat dari metode Kjeldahl,
yang mahal, tidak mengukur kadar protein yang sesungguhnya karena yang
2.3 Lemak
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang
dalam suhu kamar berbentuk cair. Secara pasti tidak ada batasan yang jelas untuk
Pada struktur kimianya terdiri dari ikatan antara asam-asam lemak dan
gliserol. Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai trigliserida atau
lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang baik karbon jenuh atau tidak
jenuh terdiri atas 4 sampai 24 buah atom karbon. Rantai atom yang jenuh adalah
mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh (Poedjadi, 1994).
Dalam proses hidrolisis, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim
O
H2C – O – C – R1 CH2 - OH
O O
HC – O – C – R2 + 3H2O 3R – C + CH - OH
O OH
Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O). Lemak bersifat tidak larut dalam air tetapi larut
dalam dalam pelarut lemak, seperti benzene, eter, petroleum dan sebagainya.
Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi berbentuk padat pada suhu kamar
disebut lemak, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah berbentuk cair
disebut minyak. Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu
ruangan, sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak
yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan
lemak cair atau yang biasa mengandung asam lemak tidak jenuh (Poedjadi, 1994).
contohnyalemakataugliserida.
b. Lemak gabungan, yaitu ester asam lemak dengan rantai panjang, contohnya
fosfolipid.
pada jaringan adiposa yang berfungsi untuk menjaga agar organ tubuh dan syaraf
akibat luka. Disamping itu lemak membantu transport atau absorbsi vitamin-
vitamin yang larut dalam lemak. Didalam lambung, lemak menekan sekresi
Sumber Keterangan
Berasal dari tanaman - biji-biji palawija.
(lemaknabati) Contoh: minyak jagung,biji kapas
- kulit buah tanaman tahunan.
Contoh: minyak zaitun,minyak kelapa sawit
- biji-bijitanamantahunan.
Contoh:kelapa,coklat,intisawit
Berasal dari - susu hewan peliharaan
hewan(lemak hewani) contoh: lemak susu
- daginghewanpeliharaan
contoh: lemaksapi,oleosterin
- hasil laut
contoh: minyak ikan sardin,minyak ikan paus.
Sumber: Winarno (2002).
menjadi:
menggunakanpenyarianberulangdanpemanasan.
Penggunaanmetodesokletasiadalahdengancaramemanaskanpelaruthinggamembent
ukuapdanmembasahisampel.Pelarut yang
sudahmembasahisampelkemudianakanturunmenujulabupemanasandankembalime
njadiuapuntukmembasahisampel,
sehinggapenggunaanpelarutdapatdihematkarenaterjadisirkulasipelarut
bukan merendam sampel. Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet, karena sampel terendam dalam
menyebabkan lemak cair naik ke leher botol. Leher botoltelah diberi skala yang
presisi hingga 0,1%. Metode ini tidak menentukan kadar fosfolipid dalam sampel,
karena berada di fase air atau di antara fase lemak dan air (Rohman, 2007).
Metode ini mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam sulfat
dan isoamilalkohol, dengan bentuk botol yang sedikit berbeda. Metode ini lebih
mencegah pengarangan gulakarena panas dan asam sulfat, yang pada metode
Ada banyak metode instrumen tersedia untuk penentuan kadar lemak total
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam
ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan
dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang
menyembul dari daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp.
yang berasal dari bahasa Yunani "chlaros", berarti "kuat dan lincah". Dalam
bahasa Inggris lele disebut dengan beberapa nama, seperti catfish, mudfish dan
walking catfish. Ikan lele mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin,
agak pipihmemanjang serta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari
sekitar bagian mulutnya. Ikan lele dilengkapi dengan alat pernapasan tambahan
pada lembar insang kedua dan keempat berupa modifikasi insang berbentuk bunga
oksigen langsung dari udara. Karena itulah, lele dapat hidup pada lingkungan
perairan dengan kadar oksigen rendah dan kadar CO2 tinggi (Suyanto, 1992).
Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam
hari dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele
dicirikan dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta
licin. Ikan Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin)
berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele
ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar.
Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang
berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki
merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah
termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa
tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil
ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar
(Witjaksono, 2009).
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus
Ciri-ciri khusus ikan lele lokal adalah panjang kepala sekitar 5-6 cm.
Panjang badan sekitar 16-18 cm. Barbels spesies ini terdiri dari 4 helai, 2 pada
rahang atas sekitar 6 cm hingga menyentuh patil dan 3,5 cm dekat pada nares.
Dua barbels terdapat pada rahang bawah berukuran sekitar 5 cm dan 3,8 cm.
Memiliki sirip dorsal memanjang dari ujung kepala belakang hingga mengenai
pectoral memiliki patil yang tajam. Warna tubuh bagian dorsal hitam pekat.
Bagian lateral memiliki bintik-bintik putih kecil yang banyak. Warna bagian
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Ciri-ciri khusus ikan lele dumbo adalah panjang kepala sekitar 8-10 cm.
Panjang badan sekitar 21,5 cm. Barbels spesies ini terdiri dari 4 helai, 2 pada
rahang atas sekitar 6 cm hingga menyentuh patil dan 3,5 cm dekat pada nares.
Dua barbels terdapat pada rahang bawah berukuran sekitar 5 cm dan 3,8 cm.
Memiliki sirip dorsal memanjang dari ujung kepala belakang hingga mengenai
bagian sirip ekor. Tidak memiliki sirip lemak. Sirip anal memanjang. Sirip
pectoral memiliki patil yang tidak tajam. Warna tubuh bagian dorsal hingga lateral
ventral putih dari ventral kepala hingga ujung sirip anal (Departemen Biologi
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus var. Sangkuriang
Ciri-ciri khusus ikan lele sangkuriang adalah panjang kepala sekitar 5,5
cm. Panjang ekor 3,6 cm, tinggi badan 4,2 cm, lebar kepala 4,1 cm. Barbels
spesies ini terdiri dari 8 helai, yang terdiri dari 4 pada rahang atas dan 4 rahang
bawah. Dua pasang pada rahang atas sekitar 6,8 cm hingga menyentuh patil dan
2,6 cm dekat pada nares. Dua pasang barbels terdapat pada rahang bawah
berukuran sekitar 5,5 cm dan 3 cm. Memiliki sirip dorsal memanjang dari ujung
kepala belakang hingga mengenai bagian sirip ekor. Tidak memiliki sirip lemak.
Sirip anal memanjang. Sirip pectoral memiliki patil yang tidak tajam. Bagian
dorsal hingga lateral berwarna hitam kemerah-merahan, bagian ventral putih dari
ventral kepala hingga ujung sirip anal (Departemen Biologi Fakultas MIPA
Protein yang terdapat dalam ikan merupakan protein yang amat penting
dan istimewa karena bukan hanya berfungsi sebagai penambah jumlah protein
konsumsi tetapi juga sebagai pelengkap mutu protein dalam pola makan. Ikan lele
amino esensial seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut :
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kjehldal dan
Sokletasi yaitu untuk menentukan kadar protein dan lemak yang berasal dari
berbagai jenis ikan lele di daerah kecamatan Pancur Batu. Penelitian ini dilakukan
3.1 Alat-Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, H2SO4 pekat,
katalisator campuran K2SO4 dan CuSO4, NaOH 40% b/v, NaOH 0,02 N, indikator
Larutkan 800 mg pellet NaOH dalam akuades bebas CO2 sampai 1000 mL
Larutan NaOH 40% (b/v) dibuat dengan melarutkan 40 gram pellet NaOH
mg metil biru dan dilarutkan dengan 100 mL alkohol 96% (SNI, 1992).
Pancur Batu, yaitu ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang yang
diambil secara purposif. Metode pengambilan sampel purposif ini ditentukan atas
Sampel daging ikan lele di cuci bersih dengan air mengalir kemudian
ditimbang 5 gram dan keringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 3 jam.
Setelah kering, daging ikan lele dihaluskan dalam lumpang dan ditimbang.
sebanyak 3 kali.
Setelah larut ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphtalein dan dititrasi dengan
larutan NaOH yang akan di standarisasi sampai warna merah jambu yang
asam oksalat x 2
Normalitas larutan NaOH= x 100%
0,126 x mL NaOH
3.4.4 Penetapan Kadar Air
menggunakan oven. Ditimbang dengan cepat kurang lebih2 gram sampel yang
sudah dihaluskan kedalam kurs aluminium yang telah diketahui beratnyadan telah
penimbangan sampai diperoleh berat yang konstan (SNI, 1992). Kadar air dalam
Ditimbang seksama 0,2 gram sampel yang telah yang telah dihaluskan,
campuran K2SO4 dan CuSO4, dan 3 mL H2SO4 95%. Destruksi sampai cairan
berwarna hijau jernih lebih kurang selama ± 3 jam dan didinginkan. Ditambahkan
hingga diperoleh 125 mL. Destilat dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi
perubahan warna dari biru menjadi hijau. Dilakukan hal yang sama terhadap
N = Normalitas NaOH
gram dibungkus dengan kertas saring, kemudian diletakkan dalam alat ekstraksi
Soxhlet. Alat kondensor dipasang diatasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut
dilakukan refluks selama 6 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak dan
berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung
kembali. Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan
dalam oven pada suhu 105oC hingga mencapai berat yang tetap, kemudian
Hasil identifikasi sampel menunjukkan bahwa sampel yang diuji adalah ikan
lele lokal (Clarias batrachus), ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan ikan lele
Kadar air pada ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang yang
Tabel 4.2HasilKadar Air dalam ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele
sangkuriang.
dari ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang berturut-turut yang
Pada Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa ikan lele sangkuriang memiliki
kadar protein yang paling tinggi yaitu 16,53% dan ikan lele lokal memiliki kadar
protein yang paling rendah yaitu 12,50%. Sedangkan ikan lele dumbo memiliki
kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang tetapi lebih besar dari
dari ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang berturut-turut yang
Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa ikan lele sangkuriang memiliki
kadar lemak yang paling tinggi yaitu 19,10% dan ikan lele lokal memiliki kadar
protein yang paling rendah yaitu 12,93%. Sedangkan ikan lele dumbo memiliki
Faktor penting dalam budidaya ikan adalah pemberian pakan. Pakan yang
diberikan harus berkualitas tinggi, bergizi dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi
ikan yang dibudidayakan, serta tersedia secara terus menerus sehingga tidak
(Kordi, 2009).
terkandung dalam pakan ikan. Penggunaan pakan ikan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan kandungan protein ikan lele sangkuriang dan ikan lele
dumbo lebih besar dibandingkan dengan kandungan protein ikan lele lokal. Kadar
halinidikarenakanikanlelesangkuriangdanikanlele dumbo
lainnya adalah dipengaruhi oleh pergerakan ikan lele. Ikan lele sangkuriang dan
ikan lele dumbo yang diternakkan memiliki pergerakan tubuh yang terbatas
memiliki pergerakan tubuh yang bebas sehingga lebih banyak tenaga yang
butuhkan untuk bergerak, menyebabkan kandungan protein dan lemak pada ikan
20%.Mudahdicernasertalangsungdapatdigunakanolehjaringantubuhdansebagianbe
karena tidak mengandung banyak lemak. Oleh karena itu, ikan lele lokal masih
menjadi pilihan bagi masyarakat untuk dikonsumsi meskipun harga ikan lele lokal
jauh lebih tingi dibandingkan dengan harga ikan lele dumbo dan sangkuriang.
5.1 Kesimpulan
kandungan protein paling tinggi, yaitu 16,53% dan ikan lele lokal memiliki
dumbo memiliki kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang
kandungan lemak paling tinggi, yaitu 19,10% dan ikan lele lokal memiliki
dumbo memiliki kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang
5.2 Saran
3 yang terkandung dalam ikan lele lokal, ikan lele sangkuriang dan ikan lele
dumbo.
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 77-78.
Astawan, M. (2008). Jeroan Bagi Kesehatan. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hal. 26.
Atkins, C.S. (2007). Diet Atkins. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo Kelompok
Gramedia. Hal: 42.
Budiyanto, M.A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi Revisi. Malang: UMM
Press. Hal.37-40.
Chang, S.K.C. (2003). Protein Analysis. Dalam Buku Food Analysis. Edisi III.
Editor: S. Suzanne Nielsen. New York: Plenum Publisher. Hal. 135-138.
Djaeni, A. (2008). Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hal. 39-41.
Estiasih, T., Wijayanti, N., Purwantiningrum, I., Bekti, W., Nurcholis, M.,
Heppy, F., Maligan, J.M., dan Sarita, I. (2012). Modul Praktikum
Krohn, R.I. (2005). The Colorimetric Detection and Quantitation of Total Protein.
Dalam Buku Handbook of Food Analytical Chemistry. Editor: Ronald E.
Wrolstad. New Jersey: John Wiley and Sons Inc. Hal. 77-90.
Najiyati. (1992). Morfologi Ikan Lele Lokal. Bogor: Teknologi Budidaya. Hal.7.
Sediaoetama, A.D. (2008). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia.
Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Hal. 53, 59, 75.
Ustunol, Z. (2015). Applied Food Protein Chemistry. UK: John Wiley and Sons,
Ltd. Hal. 44.
Ikanlele
Dibersihkandandiambildagingnya
sampaidiperolehbobotkonstan
dihaluskandalam lumpang
DagingIkanlele
yang
telahdihaluskan
dimasukkankedalamLabu kjedahl
95%
perubahan warna
dari biru menjadi
hijau
Ikanlele
Dibersihkandandiambildagingnya
sampaidiperolehbobotkonstan
dihaluskandalam lumpang
DagingIkanlele
yang
telahdihaluskan
ditimbangsebanyak2 gram
dibungkusdengankertassaring
dipasangalatkondensordanlabulemak yang
jernih
Hasilrefluks
ditimbangsampaidiperolehberatkonstan
Kadar lemak
No. Berat Asam Oksalat (gram) Volume NaOH (mL) Normalitas NaOH
(N)
1. 0,1063 78,6 0,02146
2. 0,1055 77,9 0,02149
3. 0,1042 75,9 0,02179
0,1063 x 2
Data I = =0,02146 N
0,126 x 78,6 mL
0,1055 x 2
Data I = =0,02149 N
0,126 x 77,9 mL
0,1042 x 2
Data I = =0,02179 N
0,126 x 75,9mL
= 78,11%
2. W1 = 4,2880
W2 =9,4405
W3 = 5,2869
9,4405−5,2869
Kadar air (%) = x 100%
9,4405−4,2880
= 80,61%
3. W1 = 4,2868
W2 =9,3993
W3 = 5,4072
9,3993−5,4072
Kadar air (%) = x 100%
9,3993−4,2868
= 78,08%
78,11+80,61+78,08
Kadar air rata-rata (%) =
3
= 78,94%
2. W1 = 4,2683
W2 =9,3357
W3 = 7,0545
9,3357−7,0545
Kadar air (%) = x 100%
9,3357−4,2683
= 45,02%
3. W1 = 4,2665
W2 =9,3452
W3 = 7,0595
9,3452−7,0595
Kadar air (%) = x 100%
9,3452−4,2665
= 45,47%
45,61+45,02+45,47
Kadar air rata-rata (%) =
3
= 45,37%
= 40,13%
2. W1 = 4,0947
W2 =9,1519
W3 = 7,2016
9,1519−7,2016
Kadar air (%) = x 100%
9,1519−4,0947
= 38,56%
3. W1 = 4,2407
W2 =9,3038
W3 = 7,2189
= 41,18%
40,13+38,56+41,18
Kadar air rata-rata (%) =
3
= 39,96%
= 17,02 %
= 16,43 %
= 16,13 %
= 16,53 %
= 15,52 %
= 12,76 %
= 15,03 %
= 14,44 %
= 11,97 %
= 12,96 %
= 12,57 %
= 12,50 %
Volume
No. Sampel Bobot Sampel (gram) NaOH 0,02N Kadar (%)
(mL)
I 0,2009 4,70 17,02
Ikan Lele
1. II 0,2036 5,10 16,43
Sangkuriang
III 0,2024 5,40 16,13
0,3365 𝑔𝑔
= x 100%
2,0096 𝑔𝑔
= 16,74 %
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak II (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
0,4209 𝑔𝑔
= x 100%
2,0106 𝑔𝑔
= 20,93 %
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak III (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
0,3944𝑔𝑔
= x 100%
2,0078 𝑔𝑔
= 19,64 %
= 19,10 %
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak I (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
0,2801 𝑔𝑔
= x 100%
2,0010 𝑔𝑔
= 14,00%
0,4101 𝑔𝑔
= x 100%
2,0173 𝑔𝑔
= 20,33%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak III (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
0,2786 𝑔𝑔
= x 100%
2,0074 𝑔𝑔
= 13,88 %
= 16,07 %
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak I (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
0,2761 𝑔𝑔
= x 100%
2,0059 𝑔𝑔
= 13,76 %
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak II (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
0,2543 𝑔𝑔
= x 100%
2,0191 𝑔𝑔
= 12,59 %
0,2501 𝑔𝑔
= x 100%
2,0121 𝑔𝑔
= 12,43%
= 12,93 %
Keterangan :