Anda di halaman 1dari 78

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2016

Penetapan Kadar Protein dan Lemak


dari Berbagai Jenis Ikan Lele di
Kecamatan Pancur Batu dengan
Metode Kjeldahl dan Sokletasi

Betlehemia, Balilibra
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13188
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK DARI
BERBAGAI JENIS IKAN LELE DI KECAMATAN
PANCUR BATU DENGAN METODE
KJELDAHL DAN SOKLETASI

SKRIPSI

OLEH:
BALILIBRA BETLEHEMIA REFORMANDA TARIGAN
NIM 131524117

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK DARI
BERBAGAI JENIS IKAN LELE DI KECAMATAN
PANCUR BATU DENGAN METODE
KJELDAHL DAN SOKLETASI

SKRIPSI

OLEH:
BALILIBRA BETLEHEMIA REFORMANDA TARIGAN
NIM 131524117

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK DARI BERBAGAI JENIS


IKAN LELE DI KECAMATAN PANCUR BATU DENGAN
METODE KJELDAHL DAN SOKLETASI

OLEH:
BALILIBRA BETLEHEMIA REFORMANDA TARIGAN
NIM 131524117

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 01 Februari 2016

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt. Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt.
NIP 1954062811983031002 NIP195008281976032002

Pembimbing II, Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.


NIP 1954062811983031002

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt.
NIP 195101311976031003 NIP 195401101980032001

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.


NIP 195201041980031002

Medan, Juni 2016


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan Fakultas Farmasi,

Dr. Masfria, M.S., Apt


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Salam kasih dan damai sejahtera,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana

Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“Penetapan Kadar Protein dan Lemak dari Berbagai Jenis Ikan Lele di Kecamatan

Pancur Batu dengan Metode Kjeldahl dan Sokletasi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan dan Ibu Prof.

Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas

Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu

kemudahan administrasi hingga selesai. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.,

dan Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., selaku dosen pembimbing

yang telah membimbing selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof.

Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., dan

Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku tim penguji yang telah

memberikan petunjuk, saran dan arahan kepada penulis dalam menyempurnakan

skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada orangtua tercinta,

Bapak Drs. Y. S Tarigan, Apt., dan Ibu H. Barus yang telah memberikan doa,

dukungan dan pengorbanan baik materi maupun non materi, serta kepada kakak

Universitas Sumatera Utara


terkasih Balimeita Tarigan dan adik terkasih Baliadventri Tarigan, Balision

Tarigan dan Balisalom Tarigan serta seluruh keluarga yang selalu setia

memberikan doa, semangat dan motivasi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman ekstensi

2013 secara khusus kepada kak Evi Siahaan, Seventria, Jessi, Esra dan

Petrika untuk dorongan, semangat dan kebersamaan selama ini, serta seluruh

pihak yang telah banyak membantu penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2016


Penulis

Balilibra Betlehemia

Universitas Sumatera Utara


PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK DARI BERBAGAI JENIS
IKAN LELE DI KECAMATAN PANCUR BATU DENGAN
METODE KJELDAHL DAN SOKLETASI

ABSTRAK

Mengonsumsi ikan sangat baik untuk kesehatan.Para ahli menyarankan


untuk lebih banyak mengonsumsi ikan dibandingkan dengan daging merah. Ikan
sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia, karena Indonesia kaya akan potensi
ikan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, sayangnya kesadaran
mengonsumsi ikan pada masyarakat masih rendah.Salah satu jenis ikan yang
banyak dikonsumsi masyarakat adalah ikan lele. Ikan lele digemari karena selain
mudah diperoleh, ikan lele bergizi tinggi dan harganya murah. Pada Masyarakat
Karo, ikan lele diyakini dapat menghilangkan rasa sakit pada luka yang dialami
oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Ikan lele merupakan ikan yang hidup di air
tawar yang mudah diperoleh dan tidak sedikit orang-orang mulai
membudidayakannya. Ikan lele terdiri dari beberapa jenis, di pasar Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara terdapat jenis ikan lele lokal, ikan lele
dumbo dan ikan lele sangkuriang. Banyak kandungan yang terdapat dalam ikan
lele, diantaranya adalah protein yang merupakan penentu gizi dan lemak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein dan lemak dalam daging
ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriangyang ada di pasar
kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dan
membandingkannya,sehingga dapat meningkatkan nilai konsumsi masyarakat
terhadap ikan lele.
Sampel ikan lele diambil di pasar Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara secara purposif. Penentuan kadarprotein dalam ikan lele
dilakukan dengan menggunakan metode kjeldahl dan penentuan kadar lemak
dilakukan dengan menggunakan metode sokletasi.
Dari hasil penelitian penetapan kadar protein menunjukkan bahwa ikan
lele sangkuriang memiliki kadar protein yang paling tinggi yaitu 16,53% dan ikan
lele lokal memiliki kadar protein yang paling rendah yaitu 12,50%. Sedangkan
ikan lele dumbo memiliki kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele
sangkuriang tetapi lebih besar dari ikan lele lokal, yaitu 14,44%. Dan hasil
penelitian penetapan kadar lemak menunjukkan bahwa ikan lele sangkuriang
memiliki kadar lemak yang paling tinggi yaitu 19,10% dan ikan lele lokal
memiliki kadar lemak yang paling rendah yaitu 12,93%. Sedangkan ikan lele
dumbo memiliki kadar lemak yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang tetapi
lebih besar dari ikan lele lokal, yaitu 16,07%.

Kata kunci: daging ikan lele, protein,lemak, kjeldahl, sokletasi

Universitas Sumatera Utara


DETERMINATION OF PROTEIN AND FAT CONTENTOF VARIOUS
TYPES OF FISH CATFISH IN DISTRICT PANCUR AND STONE
WITHKJELDAHL METHOD SOXHLETATION

ABSTRACT

Eating fish is very good for health. Experts advise to eat more fish than
red meat. The fish is not foreign to the people of Indonesia, because Indonesia is
rich in fish potential both capture fisheries and aquaculture, unfortunately
awareness of eating fish to the public remains low. One of the many types of fish
consumed by people is catfish. Catfish popular because apart easily obtained,
catfish, nutritious and cheap. Community Karo, catfish believed to relieve pain in
wounds experienced by mothers who had just given birth. Catfish is a fish that
live in fresh water that is easily obtained and not a few people began to cultivate
them. Catfish consists of some kind, on the market Pancur Stone Deli Serdang
North Sumatra there is a kind of local catfish, African catfish and catfish
sangkuriang. Many of the content contained in catfish, which are proteins that are
determinants of nutrition and fat. The purpose of this study was to determine
levels of protein and fat in meat catfish and compare it with other types of catfish
in the district market Pancur Stone Deli Serdang North Sumatra, thereby
increasing the value of consumption of catfish.
Catfish samples taken at the district market Pancur Stone Deli Serdang
North Sumatra purposively. Determination of protein content in catfish is done by
using the Kjeldahl method and determination of the fat content is done using
soxhletation.
From the results of the study show that the protein assay catfish
sangkuriang have the highest protein content is 16.53% and the local catfish have
the lowest levels of the protein that is 12.50%. While the African catfish has a
protein content of less than catfish sangkuriang but larger than local catfish, is
14.44%. And the determination of the fat content of research results show that the
sangkuriang catfish has the highest fat content is 19.10% and catfish local has the
lowest fat content is 12.93%. While the African catfish has a fat content which is
less than the sangkuriang catfish but larger than the catfish local, is 16.07%.

Keywords: catfish meat , protein , fat , kjeldahl , soxhlet

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................ vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 4

1.3 Hipotesis .............................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Protein ................................................................................ 6

2.1.1 Asam Amino .............................................................. 6

2.1.2 Sifat-sifat asam amino ............................................... 7

2.1.3 Penggolongan Protein ................................................ 8

2.1.4 Fungsi Protein ............................................................ 10

2.1.5 Sumber Protein .......................................................... 11

Universitas Sumatera Utara


2.1.6 Denaturasi Protein .................................................... 12

2.2 Analisis Protein .................................................................. 12

2.2.1 Metode Kjeldahl ........................................................ 12

2.2.2 Metode Spektrofotometri ........................................... 16

2.2.3 Metode Titrasi Formol ............................................... 18

2.2.4 Metode Dumas ........................................................... 19

2.3 Lemak ................................................................................. 19

2.3.1 Sifat-sifat lemak ......................................................... 20

2.3.2 Penggolongan Lemak ................................................ 21

2.3.3 Fungsi Lemak ............................................................ 21

2.3.4 Sumber Lemak ........................................................... 21

2.4 Analisis Lemak ................................................................... 22

2.4.1 Metode Sokletasi ....................................................... 22

2.4.2 Metode Goldfish ........................................................ 23

2.4.3 Metode Babcock ........................................................ 23

2.4.4 Metode Gerber ........................................................... 24

2.4.5 Metode Instrumentasi ................................................ 24

2.5 Ikan Lele ............................................................................. 24

2.5.1 Ikan Lele Lokal .......................................................... 26

2.5.2 Ikan Lele Dumbo ....................................................... 26

2.5.3 Ikan Lele Sangkuriang ............................................... 27

2.5.4 Komposisi Gizi Ikan Lele .......................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 29

3.1 Alat-alat .............................................................................. 29

Universitas Sumatera Utara


3.2 Bahan-bahan ....................................................................... 29

3.3 Pembuatan Pereaksi ............................................................ 29

3.3.1 Larutan NaOH 0,02N ................................................ 29

3.3.2 Larutan NaOH 40% ................................................... 30

3.3.3 Larutan H2SO4 0,02N ................................................ 30

3.3.4 Larutan Indikator Mengsel ........................................ 30

3.3.5 Katalisator K2SO4 dan CuSO4 .................................... 30

3.4 ProsedurPenelitian ............................................................... 30

3.4.1 Pengambilan Sampel .................................................. 30

3.4.2 Preparasi Sampel ........................................................ 30

3.4.3 Pembakuan NaOH 0,02N ........................................... 31

3.4.4 Penetapan Kadar Air .................................................. 31

3.4.5 Penetapan Kadar Protein ............................................ 31

3.4.6Penetapan Kadar Lemak .............................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 33

4.1 Identifikasi Sampel .............................................................. 33

4.2 Kadar Air dalam Sampel ..................................................... 33

4.2Hasil Penetapan Kadar Protein ............................................ 33

4.4Hasil Penetapan Kadar Lemak .............................................. 34

BABV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 37

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 37

5.2 Saran .................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 38

LAMPIRAN ............................................................................................... 42

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Asam Amino .............................................................. 7

2.2 Nilai Protein Berbagai Bahan Makanan ...................................... 11

2.3 Faktor konversi ............................................................................. 15

2.4 Klasifikasi Lemak Berdasarkan Sumbernya ................................ 22

2.5 Komposisi Gizi Pada Ikan Lele ................................................... 28

4.2 Hasil Kadar Air ............................................................................ 32

4.3 Hasil Penetapan Kadar Protein Pada Ikan Lele ........................... 33

4.4 Hasil Penetapan Kadar Lemak Pada Ikan Lele ............................. 33

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Dasar Asam Amino ................................................... 7

2.2 Alat Destruksi .......................................................................... 11

2.3. Alat Destilasi ........................................................................... 12

2.4 Alat Soxhlet ............................................................................. 21

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Sampel yang digunakan ............................................. 42

2. Gambar alat-alat yang digunakan............................................. 43

3. Bagan Alir Penetapan Kadar Protein ....................................... 46

4. Bagan Alir Penetapan Kadar Lemak ........................................ 47

5. Perhitungan Pembakuan NaOH 0,02N..................................... 48

6. Perhitungan Kadar Air pada Sampel ........................................ 50

7. Perhitungan Penetapan Kadar Protein.............................................. 53

8. Data Kadar Protein Pada Ikan Lele .................................................. 56

9. Perhitungan Penetapan Kadar Lemak ...................................... 57

10. Data Kadar Lemak Pada Ikan Lele .......................................... 60

11. Hasil Determinasi Sampel ...................................................... 61

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Mengonsumsi ikan sangat baik untuk kesehatan. Para ahli menyarankan

untuk lebih banyak mengonsumsi ikan dibandingkan dengan daging merah. Ikan

sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia, karena Indonesia kaya akan potensi

ikan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, sayangnya kesadaran

mengonsumsi ikan pada masyarakat masih rendah. Tingkat konsumsi ikan rata-

rata perkapita di Indonesia beberapa tahun lalu hanya 23 kg/orang/tahun.

Sedangkan di Jepang mencapai 110 kg/orang/tahun. Padahal ikan merupakan

sumber protein tinggi, bahkan untuk jenis tertentu kandungan proteinnya lebih

tinggi dari daging (Atkins, 2007).

Salah satu jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan

lele. Bagi masyarakat Karo, ikan lele lebih banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu yang

baru melahirkan karena diyakini dapat menghilangkan rasa sakit pada luka yang

dialami oleh ibu-ibu setelah melahirkan. Ikan lele digemari semua lapisan

masyarakat sebagai protein hewani alternatif yang harganya murah. Ikan lele

mudah diolah, bergizi tinggi dan rasanya enak. Ikan lele mudah dipelihara,

disimpan dan dipasarkan baik berupa ikan hidup maupun ikan segar

(Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

Ikan lele merupakan salah satu hasil peternakan yang kaya akan gizi.

Keunggulan utama ikan ini adalah nilai protein yang tinggi sehingga ikan mudah

untuk dicerna karenadaging ikan lebih lembut dibandingkan dengan hewani

Universitas Sumatera Utara


lainnya. Selainkaya akan protein, vitamin yang banyak terdapat padaikan adalah

vitamin yang larut lemak (vitamin A dan D). Ikanmengandung asam lemak tak

jenuh. Dibandingkan dengan lemak hewanilainnya, lemak ikan sangat sedikit

mengandung kolesterol. Hal ini sangatmenguntungkan bagi kesehatan karena

kolesterol yang berlebih dapatmenyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh

darah dan penyakit jantung koroner (Astawan, 2008).

Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-

jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses

pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran. Dalam setiap sel hidupnya

protein merupakan bagian yang sangat penting pada sebagian besar jaringan tubuh

(Winarno, 2002).

Dalam kualifikasi protein berdasarkan sumbernya, telah kita ketahui

protein hewani dan protein nabati. Dalam analisa bahan makanan yang lebih teliti,

dipergunakan faktor konversi lain yang sudah diketahui jumlahnya, bila secara

umum faktor konversi dianggap 6,25 dengan asumsi kandungan nitrogen dalam

protein adalah 16 % (Djaeni, 2008). Sumber protein hewani dapat dipenuhi

dengan mengkonsumsi ikan. Ikan merupakan sumber pangan yang relatif

ekonomis jika dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Ikan sebagai

bahan makanan telah diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan

tertentu(Astawan, 2008).

Disamping kandungan protein, ikan juga mengandung lemak. Peranan

lemak dalam makanan, yang pertama adalah sebagai sumber energi. Lemak

adalah bentuk energi berlebih yang disimpan oleh hewan (Muchtadi, 2000).

Lemak ikan mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh

Universitas Sumatera Utara


dan sebagian besar kandungan lemaknya adalah asam lemak tak jenuh (Atkins,

2007).

Metode yang digunakan peneliti untuk penetapan kadar protein adalah

metode Kjeldahl. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl sering

disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein). Metode ini digunakan untuk

menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung,

karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan

mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi, diperoleh nilai protein

dalam bahan makanan itu (Winarno, 2002). Peneliti memilih metode Kjeldahl

karena metode ini lebih mudah pelaksanaannya dibandingkan dengan metode

yang lain seperti metode lowry, biuret, spektrofotometer UV, turbidimetri atau

kekeruhan, pengecatan, dan penentuan protein dengan titrasi formol (Sudarmadji,

dkk., 1989).

Metode yang digunakan peneliti untuk penetapan kadar lemak adalah

metode sokletasi. Soxhlet biasa digunakan dalam pengekstraksian lemak pada

suatu bahan makanan. Penulis memilih metode soxhlet ini dibandingkan dengan

metode Goldfish, metode Babcock, metode Gerber dan metode

Instrumentasikarena pelarut yang digunakan lebih sedikit dan larutan sari yang

dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan

untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi (Harper

1979).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Amri (2002), diperoleh

kadar protein ikan lele yaitu sekitar 17%. Dalam bukunya, Astawan (2008), juga

Universitas Sumatera Utara


disebutkan bahwa ikan lele mengandungprotein yang cukup tinggi yaitu 17,7

gram/100 gram.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memiliki keinginan untuk

melakukan penelitian tentang Penetapan Kadar Protein dan Lemak dari Berbagai

Jenis Ikan Lele di Kecamatan Pancur Batu dengan Metode Kjeldahl dan Sokletasi.

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Berapakah kadar protein dan lemak yang terkandung pada ikanlelelokal,

ikanleledumbodanikanlele sangkuriang yang ada di

kecamatanPancurBatu?

b. Apakahkadarprotein dan lemak pada 3 jenisikanlele yang ada di

kecamatanPancurBatu, yaituikanlelelokal, ikanleledumbodanikanlele

sangkuriang memiliki nilai yang berbeda?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Ikan lele sangkuriang, ikan lele dumbo dan ikan lele lokal mengandung

protein dan lemak.

b. Kadar protein dan lemak yang paling tinggi terkandung dalam ikan lele

sangkuriang, kemudian diikuti ikan lele dumbo dan ikan lele lokal.

Universitas Sumatera Utara


1.4 TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui data kadar protein dan lemak yang terdapat pada

berbagai jenis ikan lele yang ada di kecamatan Pancur Batu dengan

menggunakan metode Kjeldahl dan sokletasi.

b. Untuk mengetahui jenis ikan lele apakah yang memiliki kadar protein dan

lemak yang paling tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaatdaripenelitianiniadalahsebagai informasi bagi masyarakat tentang

kandungan protein dan lemak pada berbagai jenis ikan lele yang terdapat di

kecamatan Pancur Batu sehingga dapat meningkatkan nilai konsumsi masyarakat

terhadap ikan lele.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Protein

Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, yang berarti yang utama

atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus

Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting

dalam setiap organisme. Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, dan

N. Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara

5000 sampai jutaan. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul

protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan

peptida(Sediaoetama, 2008; Poedjiadi, 1994).

Komposisi dasar dari protein sekitar 55 % karbon, 7 % hidrogen, 23 %

oksigen, 16 % nitrogen, 1 % sulfur dan kurang dari 1 % fosfor. Protein dapat

digolongkan menurut struktur susunan molekulnya, larutannya, adanya senyawa

lain dalam molekul, tingkat degradasinya dan fungsinya (Winarno, 1984).

2.1.1 Asam Amino

Asam amino adalah asam karboksilat yang terdiri atas atom karbon yang

terikat pada satu gugus karboksil (-COOH), satu gugus amino (-NH2), satu gugus

hidrogen (-H) dan satu gugus radikal (-R) atau rantai cabang. Di dalam makanan

ada 20 jenis asam amino yang berbeda, masing-masing memiliki struktur dasar

yang sama, yang membedakan hanyalah gugus R pada salah satu sisinya. Jika R

adalah hidrogen, maka asam amino tersebut adalah glisin, jika R adalah gugus

metil (-CH3), maka asam amino tersebut adalah alanin (Almatsier, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Struktur dasar asam amino dapat dilihat pada Gambar 2.1.

NH2 CCOOH

Gambar 2.1 Struktur Dasar Asam Amino (Almatsier, 2004)

Tubuh memerlukan 20 jenis asam amino yang terdiri dari 11 asam amino

non-esensial dan 9 asam amino esensial. Asam amino non-esensial adalah asam

amino yang dapat disintesis tubuh yang sehat dalam jumlah yang cukup,

sedangkan asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis

oleh tubuh dalam jumlah yang cukup sehingga harus terdapat dalam diet

(Wardlaw, dkk., 2004). Klasifikasi asam amino dapat dilihat pada tabel 2.1

berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Asam Amino

Asam Amino Esensial Asam Amino Semi Asam Amino Non-


Esensial Esensial
Histidin Arginin Alanin
Isoleusin Sistin Asparagin
Leusin Glutamin Asam aspartat
Lisin Glisin Asam glutamat
Metionin Prolin Serin
Fenilalanin Tirosin
Treonin
Triptofan
Valin
Sumber: Wardlaw, dkk. (2004).

2.1.2 Sifat-sifat asam amino

Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut

organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino berbeda

dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Perbedaan sifat antara asam

Universitas Sumatera Utara


amino dengan asam karboksilat dan terlihat pula pada titik leburnya. Asam amino

mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan asam

karboksilat atau amina. Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat

akan melepas ion H+, sedangkan gugus amino akan menerima ion H+. Oleh

adanya gugus tersebut maka asam amino dapat membentuk ion yang bermuatan

positif dan juga bermuatan negatif (zwitterion) atau ion amfoter (Poedjiadi, 1994).

2.1.3 Penggolongan Protein

Menurut Girindra (1993), berdasarkan strukturnya protein digolongkan

atas empat golongan yaitu:

i. Struktur primer, pada struktur ini ikatan antar asam amino hanya ikatan peptida.

ii. Struktur sekunder adalah struktur protein di mana asam amino bukan hanya

dihubungkan oleh ikatan peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen.

iii. Struktur tersier adalah rantai polipeptida yang cenderung untuk membentuk

struktur yang kompleks.

iv. Struktur kuartener adalah struktur yang terbentuk dari beberapa bentuk tersier.

Menurut Budiyanto (2004), berdasarkan keanekaragaman penyusun

struktur protein maka penggolongan protein dilakukan dengan berbagai kriteria

sebagai berikut:

a. Berdasarkan bentuknya protein digolongkan atas dua golongan yaitu:

i. Protein fibriler (skleroprotein) yaitu protein yang berbentuk serabut. Contoh

protein fibriler adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot,

keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah.

ii. Protein globuler (steroprotein) yaitu protein yang berbentuk bola. Protein ini

banyak terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur dan daging.

Universitas Sumatera Utara


b. Berdasarkan kelarutannya dalam air atau pelarut lain, protein digolongkan atas

beberapa golongan yaitu:

i. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah

albumin telur, albumin serum, laktalbumin dalam susu.

ii. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah

miosinogen dalam otot dan ovoglobulin dalam kuning telur.

iii. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam asam atau basa

encer. Contohnya adalah glutelin gandum, orizenin beras.

iv. Prolamin (gliadin): larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air

maupun alkohol absolut. Contohnya adalah prolamin dalam gandum.

v. Protamin: larut dalam air dan tidak terkoagulasi dalam panas.

vi. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer. Contohnya adalah

histon dalam hemoglobin.

c. Berdasarkan senyawa pembentuknya dibagi atas dua golongan yaitu:

i. Protein sederhana (protein saja) contohnya adalah hemoglobin.

ii. Protein konyugasi dan senyawa non protein: protein yang mengandung

senyawa lain yang non protein disebut protein konyugasi sedangkan protein yang

tidak mengandung senyawa non protein disebut protein sederhana.

Contohnyaglikoprotein terdapat pada hati, lipoprotein terdapat pada susu dan

kasein terdapat pada kuning telur.

d. Berdasarkan asam amino pembentuknya, protein digolongkan sebagai berikut:

i. Protein sempurna (mengandung semua asam amino esensial).

ii. Protein kurang sempurna (hanya sedikit mengandung asam amino esensial).

iii. Protein tidak sempurna (tidak atau sedikit mengandung asam amino esensial).

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Fungsi Protein

Menurut Muchtadi (2000), protein memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Untukpertumbuhandanpemeliharaanjaringan

Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis yang konstan secara bergantian

di pecah-pecah : sekitar 3% protein tubuh diganti setiap hari, dinding usus kecil

yang diganti setiap hari 4-6 hari memerlukan sintesis protein sebanyak 70 gr

perhari, untungnya tubuh sangat efisien dalam menghemat protein dan

menggunakan kembali asam-asam amino hasil pemecahan suatu jaringan untuk

membentuk kembali jaringan yang sama atau jaringan lain.

b. Pembentukan senyawa tubuh yang esensial

Hormon yang diproduksi dalam tubuh, seperti insulin, epinefrin dan tiroksin

adalah protein, sebagai tambahan setiap sel dalam tubuh mengandung banyak

sekali enzim yang berbeda dan semua adalah protein, enzim ini mengkatalisis

banyak sekali perubahan biokimia yang essensial untuk kesehatan sel-sel jaringan.

c. Regulasi keseimbangan air

Bila protein darah berkurang, tekanan protein yang menarik cairan kembali ke

sirkulasi darah tidak sekuat tekanan osmotik yang menekannya keluar dari aliran

darah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya akumulasi cairan dalam jaringan

yang membuatnya menjadi lunak dan nampak mengembung dan dikenal sebagai

tanda awal dari defisiensi protein.

d. Transpor nutrient

Protein berperan penting dalam transpor nutrient dari usus, menembus

dinding usus sampai ke darah; dari darah ke jaringan, dan menembus membran sel

kedalam sel. Sebagian besar zat yang membawa nutrien spesifik adalah protein.

Universitas Sumatera Utara


e. Mempertahankan netralitas tubuh

Protein dalam darah berfungsi sebagai buffer yaitu bahan yang dapat bereaksi

baik dengan asam atau basa untuk menetralkannya. Hal ini merupakan fungsi

yang sangat penting karena sebagian jaringan tubuh tidak dapat berfungsi bila pH-

nya berubah dari normal.

f. Pembentukan antibodi

Kemampuan untuk menghilangkan racun dari tubuh di kontrol oleh enzim

yang terutama berlokasi dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein,

kemampuan untuk melawan pengaruh zat racun tersebut menjadi rendah, sehingga

individu yang menderita kekurangan protein lebih mudah mengalami keracunan.

2.1.5 Sumber Protein

Berdasarkan sumbernya, protein terdiri dari protein hewani dan protein

nabati. Nilai protein dalam berbagai bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.1

berikut ini:

Tabel 2.1Nilai Protein Berbagai Bahan Makanan (gram/100 gram)

Sumber Protein Nilai Protein Sumber Protein Nilai Protein


Hewani Nabati
Daging 18,8 Kacang kedelai 34,9
Hati 19,7 Kacang hijau 22,2
Babat 17,6 Kacang tanah 25,3
Jeroan 14,0 Kacang merah 29.1
Daging kelinci 16,6 Beras 7,4
Ikan 17,0 Jagung 9,2
Kerang 16,4 Tepung terigu 8,9
Udang 21,0 Jampang 6,2
Ayam 18,2 Kenari 15,0
Telur 12,8 Kelapa 3,4
Susu sapi 3,2 Daun singkong 6,6
Telur ayam 13,1 Singkong 1,1
Telur bebek 12,0 Kentang 2,0
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (Djaeni, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.1.6Denaturasi Protein

Denaturasi protein terjadi akibat perubahan pada struktur sekunder, tersier,

dan kuaterner protein tanpa perubahan pada struktur primer. Denaturasi mengubah

sifat-sifat dari protein seperti hilangnya aktivitas enzim. Kebanyakan protein

makanan dikonsumsi dalam keadaan terdenaturasi. Denaturasi protein dapat

diinginkan maupun tidak tergantung pada keadaannya. Denaturasi meningkatkan

daya cerna dari suatu protein, terkadang pula membuat makanan menjadi lebih

lezat. Denaturasi dapat terjadi secara parsial atau sempurna, dapat pula bersifat

reversibel maupun irreversibel(Ustunol, 2015).

Menurut Brown dan Rogers (1981), penyebab denaturasi protein adalah

sebagai berikut:

1. Pemanasan. Kebanyakan protein globular mengalami denaturasi ketika

dipanaskan pada suhu diatas 50-60°C. Contohnya, pendidihan atau penggorengan

telur menyebabkan protein pada putih telur mengalami denaturasi dan membentuk

massa yang tidak larut.

2. Perubahan pH yang drastis. Penambahan asam atau basa pekat pada larutan

protein menyebabkan perubahan sifat rantai samping yang dapat terionisasi dan

menganggu interaksi ion atau garam.

3. Deterjen. Penambahan natrium dodesilsulfat pada larutan protein dapat

menyebabkan konformasi protein terbuka dan memaparkan rantai samping

nonpolar protein. Rantai samping ini kemudian distabilkan oleh interaksi

hidrofobik dengan rantai panjang hidrofobik dari deterjen.

4. Pelarut organik seperti alkohol, aseton atau eter. Pelarut-pelarut ini dapat

menganggu ikatan hidrogen dari protein.

Universitas Sumatera Utara


5. Perlakuan mekanis. Kebanyakan protein globular dalam larutan mengalami

denaturasi ketika diaduk atau dikocok dengan kuat. Contohnya, pengocokan putih

telur untuk membuat krim.

6. Urea dan guanidin hidroklorida. Pereaksi ini menyebabkan gangguan pada

ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik protein.

2.1.7 Faktor Konversi


Umumnya campuran protein murni terdiri dari 16% nitrogen. Apabila

jumlah N dalam bahan telah diketahui, maka jumlah protein dihitung dengan

mengalikan jumlah N dengan faktor konversi 6,25 (100/16). Besarnya faktor

konversi tergantung pada persentase nitrogen yang menyusun protein dalam

bahan pangan. Pada protein tertentu yang telah diketahui komposisinya dengan

tepat, maka faktor konversi yang lebih tepatlah yang dipakai (Sudarmadji, dkk.,

1989).

Tabel 2.2 Faktor konversi

No. Jenis Bahan Faktor Konversi


1. Biji-bijian, bir, ragi 6,25
2. Buah-buahan, teh, anggur 6,25
3. Beras 5,95
4. Roti, makaroni, mie 5,70
5. Makanan ternak 6,25
6. Kedelai 5,75
7. Susu 6,38
8. Makanan pada umumnya 6,25
9. Kacang tanah 5,46
10. Gelatin 5,55
Sumber: Sudarmadji, dkk (1989).

2.2 Analisis Protein

Analisis protein dapatdilakukandenganduacarayaitu (i)

secaralangsungmenggunakanzatkimia yang spesifikterhadap protein dan (ii)

Universitas Sumatera Utara


secaratidaklangsungdenganmenghitungjumlah nitrogen yang terkandung di

dalambahan (Rhee, 2005).

2.2.1Metode Kjeldahl
Metode kjeldahl dilakukan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam

bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini

adalah kadar nitrogennya (Winarno, 1986).

Prinsip metode Kjeldahl ini adalah senyawa-senyawa yang mengandung

nitrogen tersebut mengalami oksidasi dan dikonversi menjadi ammonia dan

bereaksi dengan asam pekat membentuk garam amonium. Kemudian ditambahkan

basa untuk menetralisasi suasana reaksi dan kemudian didestilasi dengan asam

dan dititrasi untuk mengatahui jumlah N yang dikonversi (Estiasih, dkk., 2012).

Tahapan kerja pada metode Kjeldahl dibagi tiga, yaitu:

a. Tahap Destruksi

Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga

terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon (C) dan hidrogen (H)

teroksidasi menjadi karbon monoksida (CO), karbondioksida (CO2), dan air

(H2O). Elemen Nitrogen akan berubah menjadi amonium sulfat. Banyaknya asam

sulfat yang digunakan untuk destruksi diperhitungkan terhadap kandungan

protein, karbohidrat dan lemak. Untuk mempercepat destruksi maka ditambahkan

katalisator. Dengan penambahan katalisator, maka titik didih asam sulfat akan

dipertinggi sehingga proses destruksi akan berjalan lebih cepat. Katalisator yang

digunakan yang dapat mempercepat proses oksidasi dan juga dapat menaikkan

titik didih asam sulfat. Proses destruksi diakhiri jika larutan telah menjadi warna

hijau jernih. Reaksi yang terjadi pada proses destruksi :

Universitas Sumatera Utara


H O

R C C

NH O +H2SO4 CO2+ H2O + (NH4)2SO4

C O

R C N H

H n

Gambar 2.2 Alat Destruksi

(Sudarmadji, dkk., 1989).

b. Tahap Destilasi

Pada tahap destilasi, amonium sulfat dapat dipecah menjadi amonia, yaitu

dengan penambahan larutan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Amonia yg

dibebaskan ditangkap oleh larutan asam. Asam yg dapat dipakai adalah H2SO4.

Agar kontak antara larutan asam dengan amonia berjalan sempurna, maka ujung

selang pengalir destilat harus tercelup kedalam larutan asam. Destilasi diakhiri

jika semua amonia sudah terdestilasi sempurna menggunakan indikator mengsel

sebagai indikator penunjuk.

Universitas Sumatera Utara


Reaksi yang terjadi pada tahap destilasi yaitu :

(NH4)2SO4+ 2NaOH 2NH3 + Na2SO4 + 2H2O

Gambar 2.3 Alat Destilasi

c. Tahap Titrasi

Apabila penampung destilat yang digunakan adalah larutan asam sulfat,

maka sisa asam sulfat yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan NaOH

0,025 N menggunakan indikator mengsel (indikator campuran metil red dan metil

blue). Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah nitrogen.

Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi ini yaitu:

NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4

Kelebihan H2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2H2O

(Sudarmadji, dkk., 1989).

Dari hasil titrasi dapat dihitung % N. Hasil % N tersebut dapat digunakan

untuk memperkirakan kadar protein kasarnya.

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan menggunakan metode Kjeldahl ini adalah dapat diaplikasikan

untuk semua jenis bahan pangan, tidak memerlukan biaya yang mahal untuk

pengerjaannya, dapat dimodifikasi sesuai kuantitas protein yang dianalisis.

Adapun kerugiannya adalah yang ditentukan adalah jumlah total nitrogen yang

terdapat didalamnya bukan hanya nitrogen dari protein, waktu yang diperlukan

relatif lebih lama (minimal 4 jam untuk menyelesaikannya), presisi yang lemah,

pereaksi yang digunakan ada yang bersifat beracun, korosif dan berbahaya bagi

kesehatan, dan adanya variasi faktor konversi untuk masing-masing sampel

(Chang, 2003).

2.2.2Metode Spektrofotometri

Penentuankadar protein

denganmenggunakaninstrumentdibagimenjadiduayaitu: i)

metodepengukuranlangsungpadapanjanggelombang 205 nm dan 280 nm dan ii)

metodepembentukanwarnadenganpereaksitertentu (Simonian, 2005).

1. Metodepengukuranlangsungpadapanjanggelombang 205 nm dan 280 nm

Absorbansipadapanjanggelombang 205 nm dan 280 nm

digunakanuntukmenghitungkonsentrasi protein

denganterlebihdahuludistandarisasidengan protein

standar.Metodeinidapatdenganmudahdiaplikasikandansederhana,

cocokuntuklarutan protein yang

telahdimurnikan.Penetapannyaberdasarkanabsorbansisinar ultraviolet olehasam

amino triptopan, tirosindanikatandisulfida sistein yang

menyerapkuatpadapanjanggelombangtersebut, terutamapanjanggelombang 280

nm (Simonian, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2. Metodepembentukanwarnadenganpereaksitertentu

a. Pereaksi Biuret

Prinsippenetapan protein metode Biuret adalahpadakondisibasa,

Cu2+dariCuSO4 dalamsuasanabasaakanmembentukkompleksdenganikatanpeptida,

kompleks ini akan menghasilkanwarnaungu, merah violet, ataubiru violet,

sehinggakadar protein sampeldapatditetapkandenganspektrofotometer (Estiasih,

dkk., 2012).

Keuntungandarimetodeiniadalahprosedur yang sederhana,

tidakmemerlukanbiaya yang mahal, waktu yang digunakanrelativesingkat,

deviasiwarnasangatsedikitbiladibandingkandengan Lowry, Bradford

danmetodeturbidimetrisehinggaabsorpsiwarnanyarelativestabil,

sangatsedikitsenyawayangberinteraksidenganpereaksi Biuret, dantidakmendeteksi

nitrogen darisumber non-protein.Kerugiannyaadalahkurangsensitif

dibandingkandengan Lowry, konsentrasigaram ammonium yang sangattinggi,

adanyavariasiwarnauntukbeberapa protein tertentu,

bilabahanmengandunglemakdankarbohidrat yang

sangattinggidapatmenyebabkanlarutanmenjadiburamsehinggatidakdapatditembusc

ahaya UV (Chang, 2003).

b. Pereaksi Lowry

Prinsip penetapan protein metode Lowrytidakjauhberbedadengan Biuret,

dimana ion tembagaakanmembentukkompleksdenganikatanpeptida

kemudiandenganadanyapereaksifosfotungstik-

fosfomolibdatakanmengoksidasirantaisampingasam amino

sehinggamenghasilkanwarnadankonsentrasi protein

Universitas Sumatera Utara


dapatdiukurdenganspektrofotometer. Warnakebiruan yang

terbentukdibacapadapanjanggelombang 750 nm

(sensitivitastinggiuntukkonsentrasi protein tinggi) atau 500 nm

(mempunyaisensitivitasrendahuntukkonsentrasi protein tinggi) (Chang, 2003).

Keuntungan analisis dengan pereaksi ini adalah 50-100 kali lebih sensitif

daripada metode biuret, 10-20 kali lebih sensitif daripada metode absorpsi UV

pada 280 nm, kurang terganggu oleh turbiditas sampel, lebih spesifik daripada

metode lainnya, sederhana, dapat diselesaikan dalam 1–1,5 jam. Kerugian analisis

dengan pereaksi Lowry adalah variasi warnanya yang lebih banyak dibanding

dengan pereaksi Biuret, warna yang terbentuk tidak secara tepat menggambarkan

konsentrasi protein, reaksinya sangat dipengaruhi oleh senyawa-senyawa

pengganggu seperti glukosa danlemak (Chang, 2003).

c. Pereaksi Bradford

Padatahun 1976, Marion Bradford

memperkenalkanpenggunaanpereaksiCoomassive Blue

untukpenetapansecarakuantitatifkonsentrasi total protein.Coomasive Blue

iniakanberikatandengan protein,

warnaakanberubahdarikemerahanmenjadikebiruan,

danabsorpsimaksimumdariwarnaakanberubahdari 465 nm menjadi 595 nm

(Krohn, 2005; Chang, 2003).

Keuntungananalisisdenganpereaksi Bradford adalahcepat

(reaksihanyaberlangsungselama 2 menit), reprodusibel, sensitif,

tidakmengalamigangguanoleh ammonium sulfat, polifenol, karbohidratataukation-

kationseperti K+, Na+, dan

Universitas Sumatera Utara


Mg2+.Kerugiannyaadalahanalisisinitergangguolehadanyadeterjennonionik

danionik, komplekswarna-protein dapatbereaksidengankuvetkuarsa

(menggunakankuvetkacaatauplastik), warnaberbedatergantungpadajenis protein

sehingga protein standarharusdipilihdenganhati-hati (Chang, 2003).

2.2.3 Metode Titrasi Formol

Prinsip metode ini adalah dengan adanya air dan penambahan Kalium

oksalat, protein akan dihidrolisis menjadi asam-asam amino. Selanjutnya dengan

penambahan formaldehid akan memblokade gugus basa asam amino membentuk

gugus dimethilol sehingga tidak mengganggu reaksi antara NaOH dengan gugus

asam dari asam amino dan konsentrasi protein dapat ditentukan. Titrasi formol ini

kurang tepat untuk menentukan kadar protein dan lebih tepat digunakan untuk

menunjukkan proses hidrolisis protein (Estiasih, dkk., 2012).

2.2.4 Metode Dumas

Pada metode ini sampel dioksidasi pada suhu sangat tinggi (700-900°C).

Hasil oksidasi menghasilkan gas O2, N2 dan CO2. Gas nitrogen yang dilepaskan

dikuantitasi menggunakan kromatografi gas dengan detektor konduktivitas termal

(Thermal Detector Conductivity/TDC) kemudian jumlah nitrogen yang diperoleh

dikonversi. Jumlah nitrogen sebanding dengan kadar proteinnya (Chang, 2003).

Keuntungan metode ini adalah merupakan metode alternatif dari metode

Kjeldahl tetapi waktu analisis yang diperlukan lebih singkat dari metode Kjeldahl,

tidak menggunakan senyawa yang berbahaya, banyak sampel dapat diukur

sekaligus karena perkembangan alatnya yang sudah menggunakan sistem

otomatis. Adapun kekurangan metode ini adalah membutuhkan instrumen analisis

yang mahal, tidak mengukur kadar protein yang sesungguhnya karena yang

Universitas Sumatera Utara


diukur adalah total nitrogen sehingga nitrogen non-protein juga terukur sebagai

protein, memiliki variasi faktor konversi, membutuhkan sampel dalam jumlah

besar untuk analisis (Chang, 2003).

2.3 Lemak

Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu

ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang

dalam suhu kamar berbentuk cair. Secara pasti tidak ada batasan yang jelas untuk

membedakan lemak dan minyak ini (Sudarmadji, dkk., 1989).

Pada struktur kimianya terdiri dari ikatan antara asam-asam lemak dan

gliserol. Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai trigliserida atau

lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam

karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang baik karbon jenuh atau tidak

jenuh terdiri atas 4 sampai 24 buah atom karbon. Rantai atom yang jenuh adalah

rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang

mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh (Poedjadi, 1994).

Dalam proses hidrolisis, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan

gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim

tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol

dalam garam asam lemak atau sabun (Poedjadi, 1994).

O
H2C – O – C – R1 CH2 - OH
O O
HC – O – C – R2 + 3H2O 3R – C + CH - OH
O OH

Universitas Sumatera Utara


H2C – O – C – R3 CH2 - OH
Trigliserida Asam Lemak Gliserol

2.3.1 Sifat-sifat Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom karbon (C),

hidrogen (H) dan oksigen (O). Lemak bersifat tidak larut dalam air tetapi larut

dalam dalam pelarut lemak, seperti benzene, eter, petroleum dan sebagainya.

Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi berbentuk padat pada suhu kamar

disebut lemak, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah berbentuk cair

disebut minyak. Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu

ruangan, sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak

yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan

lemak cair atau yang biasa mengandung asam lemak tidak jenuh (Poedjadi, 1994).

2.3.2 Penggolongan Lemak

Menurut Poedjadi (1994), senyawa yang termasuk lemak dapat dibagi

dalam beberapa golongan, yaitu:

a. Lemaksederhana, yaitu ester asam lemakdenganrantaipendek,

contohnyalemakataugliserida.

b. Lemak gabungan, yaitu ester asam lemak dengan rantai panjang, contohnya

fosfolipid.

c. Derivat lemak, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis,

contohnya gliserol dan sterol.

2.3.3 Fungsi Lemak

Didalam tubuh, lemak digunakan sebagai cadangan energi yang disimpan

pada jaringan adiposa yang berfungsi untuk menjaga agar organ tubuh dan syaraf

Universitas Sumatera Utara


tidak berubah kedudukannya, dan melindungi tubuh agar tidak mudah rusak

akibat luka. Disamping itu lemak membantu transport atau absorbsi vitamin-

vitamin yang larut dalam lemak. Didalam lambung, lemak menekan sekresi

lambung, dengan demikian memperlambat rasa lapar seseorang (Poedjadi, 1994).

2.3.4 Sumber Lemak

Menurut Winarno (2002),berdasarkan sumbernya protein terdiri dari

protein hewani dan protein nabati.

Tabel 3.Klasifikasi Lemak Berdasarkan Sumbernya

Sumber Keterangan
Berasal dari tanaman - biji-biji palawija.
(lemaknabati) Contoh: minyak jagung,biji kapas
- kulit buah tanaman tahunan.
Contoh: minyak zaitun,minyak kelapa sawit
- biji-bijitanamantahunan.
Contoh:kelapa,coklat,intisawit
Berasal dari - susu hewan peliharaan
hewan(lemak hewani) contoh: lemak susu
- daginghewanpeliharaan
contoh: lemaksapi,oleosterin
- hasil laut
contoh: minyak ikan sardin,minyak ikan paus.
Sumber: Winarno (2002).

2.4 Analisis Lemak

Menurut Rohman (2007), karakteristik fisikokimia dari lemak yang

digunakan untuk membedakan lemak darikomponen lain dalam makanan adalah

kelarutannya dalam pelarut organik, ketidakcampuran dengan air dan karakteristik

fisik. Metode analisis berdasarkan ketiga karakteristik di atas diklasifikasikan

menjadi:

(i) ekstraksi solven

Universitas Sumatera Utara


(ii) ekstraksi non-solven

(iii) metode instrumental.

2.4.1 Metode Sokletasi

Sokletasimerupakan proses ekstraksi yang

menggunakanpenyarianberulangdanpemanasan.

Penggunaanmetodesokletasiadalahdengancaramemanaskanpelaruthinggamembent

ukuapdanmembasahisampel.Pelarut yang

sudahmembasahisampelkemudianakanturunmenujulabupemanasandankembalime

njadiuapuntukmembasahisampel,

sehinggapenggunaanpelarutdapatdihematkarenaterjadisirkulasipelarut

yangselalumembasahisampel. Proses inisangatbaikuntuksenyawa yang

tidakterpengaruholehpanas (Darwin, 2000). Gambar alat soxhlet dapat dilihat

pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Alat Soxhlet

2.4.2 Metode Goldfish

Metode Goldfish merupakan metode yang mirip dengan metode Soxhlet

kecuali labu ekstraksinya dirancang sehingga solven hanya melewati sampel,

bukan merendam sampel. Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk

Universitas Sumatera Utara


ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi“saluran solven” dimana solven akan

melewati jalur tertentu dalam sampel sehingga ekstraksimenjadi tidak efisien.

Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet, karena sampel terendam dalam

solven (Rohman, 2007).

2.4.3 Metode Babcock

Sejumlah sampel dipipet secara akurat ke dalam botol Babcock. Asam

sulfat dicampurdengan susu, yang akan mendigesti protein, menghasilkan panas

dan merusak lapisan yangmengelilingi droplet lemak, sehingga melepaskan

lemak. Sampel kemudian disentrifuse saatmasih panas (55-60°C) yang akan

menyebabkan lemak cair naik ke leher botol. Leher botoltelah diberi skala yang

menunjukkan persen lemak. Metode ini membutuhkan waktu 45menit, dengan

presisi hingga 0,1%. Metode ini tidak menentukan kadar fosfolipid dalam sampel,

karena berada di fase air atau di antara fase lemak dan air (Rohman, 2007).

2.4.4 Metode Gerber

Metode ini mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam sulfat

dan isoamilalkohol, dengan bentuk botol yang sedikit berbeda. Metode ini lebih

cepat dan sederhanadibanding metode Babcock. Isoamil alkohol digunakan untuk

mencegah pengarangan gulakarena panas dan asam sulfat, yang pada metode

Babcock menyebabkan sulitnya pembacaanskala. Sama seperti metode Babcock,

metode ini tidak menentukan posfolipid (Rohman, 2007).

2.4.5 Metode Instrumentasi

Ada banyak metode instrumen tersedia untuk penentuan kadar lemak total

dalam makanan.Berdasarkan prinsip fisikokimianya, metode-metode ini

dikategorikan berdasarkan 3 prinsip yaitu: (i) penentuan sifat fisik, (ii)

Universitas Sumatera Utara


pengukuran kemampuan absorpsi radiasi gelombangelektromagnetik, dan (iii)

pengukuran kemampuan memantulkan radiasi gelombangelektromagnetik.

Masing-masing metode mempunyai keuntungan dan kerugian, sertakelompok

sampel makanan yang memungkinkan untuk diuji (Rohman,2007).

2.5 Ikan Lele

Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam

ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan

dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang

menyembul dari daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp.

yang berasal dari bahasa Yunani "chlaros", berarti "kuat dan lincah". Dalam

bahasa Inggris lele disebut dengan beberapa nama, seperti catfish, mudfish dan

walking catfish. Ikan lele mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin,

agak pipihmemanjang serta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari

sekitar bagian mulutnya. Ikan lele dilengkapi dengan alat pernapasan tambahan

pada lembar insang kedua dan keempat berupa modifikasi insang berbentuk bunga

yang disebut arborescent organ yang memungkinkan lele untuk mengambil

oksigen langsung dari udara. Karena itulah, lele dapat hidup pada lingkungan

perairan dengan kadar oksigen rendah dan kadar CO2 tinggi (Suyanto, 1992).

Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam

hari dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele

dicirikan dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta

licin. Ikan Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin)

berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele

Universitas Sumatera Utara


memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata

ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar.

Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang

berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki

alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini

merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah

termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa

tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil

ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar

(Witjaksono, 2009).

2.5.1 Ikan LeleLokal

Menurut Linnaeus (1758), klasifikasi ikan lele lokal adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus

Ciri-ciri khusus ikan lele lokal adalah panjang kepala sekitar 5-6 cm.

Panjang badan sekitar 16-18 cm. Barbels spesies ini terdiri dari 4 helai, 2 pada

rahang atas sekitar 6 cm hingga menyentuh patil dan 3,5 cm dekat pada nares.

Dua barbels terdapat pada rahang bawah berukuran sekitar 5 cm dan 3,8 cm.

Memiliki sirip dorsal memanjang dari ujung kepala belakang hingga mengenai

Universitas Sumatera Utara


bagian sirip ekor. Tidak memiliki sirip lemak. Sirip anal memanjang. Sirip

pectoral memiliki patil yang tajam. Warna tubuh bagian dorsal hitam pekat.

Bagian lateral memiliki bintik-bintik putih kecil yang banyak. Warna bagian

ventral kehitam-hitaman dan keabu-abuan (Departemen Biologi Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara, 2015).

2.5.2 Ikan LeleDumbo

Menurut Linnaeus (1758), klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

Ciri-ciri khusus ikan lele dumbo adalah panjang kepala sekitar 8-10 cm.

Panjang badan sekitar 21,5 cm. Barbels spesies ini terdiri dari 4 helai, 2 pada

rahang atas sekitar 6 cm hingga menyentuh patil dan 3,5 cm dekat pada nares.

Dua barbels terdapat pada rahang bawah berukuran sekitar 5 cm dan 3,8 cm.

Memiliki sirip dorsal memanjang dari ujung kepala belakang hingga mengenai

bagian sirip ekor. Tidak memiliki sirip lemak. Sirip anal memanjang. Sirip

pectoral memiliki patil yang tidak tajam. Warna tubuh bagian dorsal hingga lateral

berwarna hitam keabu-abuan, dengan bintik-bintik putih berukuran besar, bagian

ventral putih dari ventral kepala hingga ujung sirip anal (Departemen Biologi

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, 2015).

Universitas Sumatera Utara


2.5.3 Ikan LeleSangkuriang

Menurut Burchell (1822), klasifikasi ikan lele sangkuriang adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus var. Sangkuriang

Ciri-ciri khusus ikan lele sangkuriang adalah panjang kepala sekitar 5,5

cm. Panjang ekor 3,6 cm, tinggi badan 4,2 cm, lebar kepala 4,1 cm. Barbels

spesies ini terdiri dari 8 helai, yang terdiri dari 4 pada rahang atas dan 4 rahang

bawah. Dua pasang pada rahang atas sekitar 6,8 cm hingga menyentuh patil dan

2,6 cm dekat pada nares. Dua pasang barbels terdapat pada rahang bawah

berukuran sekitar 5,5 cm dan 3 cm. Memiliki sirip dorsal memanjang dari ujung

kepala belakang hingga mengenai bagian sirip ekor. Tidak memiliki sirip lemak.

Sirip anal memanjang. Sirip pectoral memiliki patil yang tidak tajam. Bagian

dorsal hingga lateral berwarna hitam kemerah-merahan, bagian ventral putih dari

ventral kepala hingga ujung sirip anal (Departemen Biologi Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara, 2015).

2.5.4 Komposisi Gizi Ikan Lele

Protein yang terdapat dalam ikan merupakan protein yang amat penting

dan istimewa karena bukan hanya berfungsi sebagai penambah jumlah protein

konsumsi tetapi juga sebagai pelengkap mutu protein dalam pola makan. Ikan lele

Universitas Sumatera Utara


selain mengandung gizi yang penting seperti protein juga mengandung asam

amino esensial seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.5 Komposisi Gizi pada Ikan Lele

No. Zat Gizi Jumlah (%)


1. Protein 17,7
2. Lemak 4,8
3. Mineral 1,2
4. Karbohidrat 0,3
5. Air 76
Sumber: (Astawan, 2008).

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kjehldal dan

Sokletasi yaitu untuk menentukan kadar protein dan lemak yang berasal dari

berbagai jenis ikan lele di daerah kecamatan Pancur Batu. Penelitian ini dilakukan

di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

pada bulan Agustus 2015 – September 2015. Identifikasi sampel dilakukan di

Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, oven, timbangan analitik,

lumpang dan alu, cawan aluminium, desikator, hot plate,soxhlet,labu Kjeldahl,

buret, penjepit tabung, bola karet dan spatula.

Universitas Sumatera Utara


3.2 Bahan-Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, H2SO4 pekat,

katalisator campuran K2SO4 dan CuSO4, NaOH 40% b/v, NaOH 0,02 N, indikator

metilen biru dan Heksana.

3.3 Pembuatan Pereaksi

3.3.1 Larutan NaOH 0,02 N

Larutkan 800 mg pellet NaOH dalam akuades bebas CO2 sampai 1000 mL

(Ditjen POM., 1979).

3.3.2 Larutan NaOH 40%

Larutan NaOH 40% (b/v) dibuat dengan melarutkan 40 gram pellet NaOH

dalam 100 mL akuades bebas CO2(Ditjen POM, 1979).

3.3.3 Larutan H2SO4 0,02 N

H2SO4 0,02 N diperoleh dengan mencampurkan 0,5 mL H2SO4 95% dan

akuades bebas CO2 didalam labu 1000 mL (Ditjen POM, 1979).

3.3.4 Indikator Mengsel

Indikator mengsel dibuat dengan melarutkanmerah metil 425 mg dan 500

mg metil biru dan dilarutkan dengan 100 mL alkohol 96% (SNI, 1992).

3.3.5 Katalisator Campuran K2SO4 dan CuSO4

Katalisator campuran diperoleh dengan mencampurkan 1 gram K2SO4 dan 1

gram CuSO4.5H2O (AOAC, 2000).

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Universitas Sumatera Utara


Sampel yang digunakan adalah 3 jenis ikan lele yang ada di kecamatan

Pancur Batu, yaitu ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang yang

diambil secara purposif. Metode pengambilan sampel purposif ini ditentukan atas

dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik

yang sama dengan sampel yang diteliti (Sudjana, 2005).

3.4.2 Preparasi Sampel

Sampel daging ikan lele di cuci bersih dengan air mengalir kemudian

ditimbang 5 gram dan keringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 3 jam.

Setelah kering, daging ikan lele dihaluskan dalam lumpang dan ditimbang.

Perlakuan penimbangan dan penetapan kadar protein dan lemak dilakukan

sebanyak 3 kali.

3.4.3 Pembakuan NaOH 0,02 N

Ditimbang seksama 0,050 gram asam oksalat (C2H2O4.2H2O) BM=126,

dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan akuades 25 mL.

Setelah larut ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphtalein dan dititrasi dengan

larutan NaOH yang akan di standarisasi sampai warna merah jambu yang

bertahan selama 30 detik (Sudarmadji, dkk., 1984).

asam oksalat x 2
Normalitas larutan NaOH= x 100%
0,126 x mL NaOH
3.4.4 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan cara pemanasan dengan

menggunakan oven. Ditimbang dengan cepat kurang lebih2 gram sampel yang

sudah dihaluskan kedalam kurs aluminium yang telah diketahui beratnyadan telah

dikeringkan selama 30 menit pada suhu 105ºC. Diratakan dengan menggoyangkan

Universitas Sumatera Utara


secara perlahan. Dimasukkan kedalam ovendengan suhu 105ºC selama 3 jam.

Didinginkan dalam desikator, ditimbang. Ulangi pemanasan, pendinginan dan

penimbangan sampai diperoleh berat yang konstan (SNI, 1992). Kadar air dalam

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Bobot cuplikan sebelum dikeringkan


Kadar Air (%) = x 100%
Kehilangan bobot setelah dikeringkan

3.4.5 Prosedur Penetapan Kadar Protein (Metode Kjeldahl)

Ditimbang seksama 0,2 gram sampel yang telah yang telah dihaluskan,

dimasukkan ke dalam labu kjeldahl, selanjutnya ditambahkan 2 gram katalisator

campuran K2SO4 dan CuSO4, dan 3 mL H2SO4 95%. Destruksi sampai cairan

berwarna hijau jernih lebih kurang selama ± 3 jam dan didinginkan. Ditambahkan

dengan 10 mL akuades, dipindahkan kedalam erlenmeyer. Campuran

ditambahkan dengan 20 mL NaOH 40%. Disediakan penampung yang berisi 25

mL H2SO4 0,02 N dan 3 tetes indikator campuran di dalam erlenmeyer. Destilasi

hingga diperoleh 125 mL. Destilat dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi

perubahan warna dari biru menjadi hijau. Dilakukan hal yang sama terhadap

blanko (AOAC, 2000).

(A-B) x N x 0,014 x 6,25


Kadar Protein(%) = x 100%
Bobot Sampel
Keterangan:

A = mL NaOH untuk titrasi blanko

B = mL NaOH untuk titrasi sampel

N = Normalitas NaOH

3.4.6 Prosedur Penetapan Kadar lemak

Universitas Sumatera Utara


Analisa lemak dilakukan dengan metode Soxhlet. Sampel sebanyak 5

gram dibungkus dengan kertas saring, kemudian diletakkan dalam alat ekstraksi

Soxhlet. Alat kondensor dipasang diatasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut

lemak heksana sebanyak 150 mL dimasukkan ke dalam labu lemak, kemudian

dilakukan refluks selama 6 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak dan

berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung

kembali. Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan

dalam oven pada suhu 105oC hingga mencapai berat yang tetap, kemudian

didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang.

Bobot Lemak (g)


Kadar Lemak (%) = x 100 %
Bobot Sampel (g)

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi sampel menunjukkan bahwa sampel yang diuji adalah ikan

lele lokal (Clarias batrachus), ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan ikan lele

sangkuriang (Clarias gariepinus var. Sangkuriang) famili Clariidae, dapat dilihat

pada Lampiran 11.

4.2 Kadar Air dalam Sampel

Penetapan kadar air dalam sampel dilakukan dengan metode Gravimetri.

Kadar air pada ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang yang

diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2HasilKadar Air dalam ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele
sangkuriang.

No. Sampel Kadar Air (%)


1. Ikan Lele Lokal 39,96
2. Ikan Lele Dumbo 45,37
3. Ikan Lele Sangkuriang 78,94

4.3 Hasil Penetapan Kadar Protein dalam Ikan Lele

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat kadar protein

dari ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang berturut-turut yang

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Hasil Penetapan Kadar Protein Pada Ikan Lele

No. Sampel Kadar Protein (%)


1. Ikan Lele Lokal 12,50
2. Ikan Lele Dumbo 14,44
3. Ikan Lele Sangkuriang 16,53

Pada Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa ikan lele sangkuriang memiliki

kadar protein yang paling tinggi yaitu 16,53% dan ikan lele lokal memiliki kadar

protein yang paling rendah yaitu 12,50%. Sedangkan ikan lele dumbo memiliki

kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang tetapi lebih besar dari

ikan lele lokal, yaitu 14,44%.

4.4 Hasil Penetapan Kadar Lemak dalam Ikan Lele

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat kadar lemak

dari ikan lele lokal, ikan lele dumbo dan ikan lele sangkuriang berturut-turut yang

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.4 Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Ikan Lele

No. Sampel Kadar Lemak (%)


1. Ikan Lele Lokal 12,93
2. Ikan Lele Dumbo 16,07
3. Ikan Lele Sangkuriang 19,10

Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa ikan lele sangkuriang memiliki

kadar lemak yang paling tinggi yaitu 19,10% dan ikan lele lokal memiliki kadar

protein yang paling rendah yaitu 12,93%. Sedangkan ikan lele dumbo memiliki

Universitas Sumatera Utara


kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang tetapi lebih besar dari

ikan lele lokal, yaitu 16,07%.

Faktor penting dalam budidaya ikan adalah pemberian pakan. Pakan yang

diberikan harus berkualitas tinggi, bergizi dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi

ikan yang dibudidayakan, serta tersedia secara terus menerus sehingga tidak

mengganggu proses produksi dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal

(Kordi, 2009).

Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral adalah nutrien yang

terkandung dalam pakan ikan. Penggunaan pakan ikan merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan kandungan protein ikan lele sangkuriang dan ikan lele

dumbo lebih besar dibandingkan dengan kandungan protein ikan lele lokal. Kadar

protein tertinggiterdapatdalamikanlelesangkuriangdanikanlele dumbo,

halinidikarenakanikanlelesangkuriangdanikanlele dumbo

mendapatpakanternakikandalam proses pertumbuhannya. Sedangkan,

ikanlelelocaltidakmendapatpakanternakikandalam proses pertumbuhannya. Faktor

lainnya adalah dipengaruhi oleh pergerakan ikan lele. Ikan lele sangkuriang dan

ikan lele dumbo yang diternakkan memiliki pergerakan tubuh yang terbatas

karena tempat dan lingkungannya jugaterbatas. Sedangkan, ikan lele lokal

memiliki pergerakan tubuh yang bebas sehingga lebih banyak tenaga yang

butuhkan untuk bergerak, menyebabkan kandungan protein dan lemak pada ikan

lele lokal lebih kecil.

Lemakikanjauhlebihrendah, kandunganlemaknya 1%-

20%.Mudahdicernasertalangsungdapatdigunakanolehjaringantubuhdansebagianbe

sarkandunganlemaknyaadalahasam lemaktakjenuh (Atkins, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Najiyati (1992), daging ikan lele lokal sangat gurih dan renyah

karena tidak mengandung banyak lemak. Oleh karena itu, ikan lele lokal masih

menjadi pilihan bagi masyarakat untuk dikonsumsi meskipun harga ikan lele lokal

jauh lebih tingi dibandingkan dengan harga ikan lele dumbo dan sangkuriang.

Penentuan kadar lemak dengan metode ekstraksi dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut,

suhu pelarut dan tipe pelarut (Darmasih, 1997).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ikan lele sangkuriang memiliki

kandungan protein paling tinggi, yaitu 16,53% dan ikan lele lokal memiliki

kandungan protein paling rendah, yaitu 12,50%. Sedangkan ikan lele

dumbo memiliki kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang

tetapi lebih besar dari ikan lele lokal, yaitu 14,44%.

b. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ikan lele sangkuriang memiliki

kandungan lemak paling tinggi, yaitu 19,10% dan ikan lele lokal memiliki

kandungan lemak paling rendah, yaitu 12,93%. Sedangkan ikan lele

dumbo memiliki kadar protein yang lebih kecil dari ikan lele sangkuriang

tetapi lebih besar dari ikan lele lokal, yaitu 16,07%.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan identifikasi asam amino dan penetapan kadar omega-

3 yang terkandung dalam ikan lele lokal, ikan lele sangkuriang dan ikan lele

dumbo.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Agustono., M. Hadidan Y. Cahyoko. (2009). PemberianTepungLimbahUdang


yang
DifermentasidalamRangsumPakanBuatanterhadapLajuPertumbuhan,
RasioKonversiPakandanKelangsunganHidupBenihIkanNila.Skripsi.Sura
baya: UniversitasAirlangga

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 77-78.

Amri, KdanKhairuman. (2002). Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. Jakarta:


Agromedia Pustaka. Hal.7-9.

AOAC. (2000). Official Methods of Analysis. 16th edition. Association of Official


Analytical Chemist inc. Virginia: Arlington

Astawan, M. (2008). Jeroan Bagi Kesehatan. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hal. 26.

Atkins, C.S. (2007). Diet Atkins. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo Kelompok
Gramedia. Hal: 42.

Badan Standarisasi Nasional. (2006). Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-


2354-2006. Penetapan Kadar Protein Metode Kjeldahl. Jakarta: Dewan
Standarisasi Indonesia

Budiyanto, M.A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi Revisi. Malang: UMM
Press. Hal.37-40.

Chang, S.K.C. (2003). Protein Analysis. Dalam Buku Food Analysis. Edisi III.
Editor: S. Suzanne Nielsen. New York: Plenum Publisher. Hal. 135-138.

Darmasih. (1997). Prinsip Soxhlet.peternakan.litbang.deptan.go.id/wer/ptek97-


24.pdf (Diakses pada tanggal 19 September 2015)

Darwin, KdanMuhilal.(1996). KecukupanGizi yang Dianjurkan. Jakarta: PT.


GramediaPustakaUtama. Hal.16.

Ditjen. POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Djaeni, A. (2008). Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hal. 39-41.

Estiasih, T., Wijayanti, N., Purwantiningrum, I., Bekti, W., Nurcholis, M.,
Heppy, F., Maligan, J.M., dan Sarita, I. (2012). Modul Praktikum

Universitas Sumatera Utara


Biokimia dan Analisis Pangan. Malang: Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya. Hal. 43.
Girindra, A. (1993). Biokimia 1. Jakarta: Gramedia. Hal. 80-82.

Harper, V. W Rodwell dan P. A Mayes. (1979). Biokimia. Jakarta: Penerbit EGC.


Hal. 57-59.

Krohn, R.I. (2005). The Colorimetric Detection and Quantitation of Total Protein.
Dalam Buku Handbook of Food Analytical Chemistry. Editor: Ronald E.
Wrolstad. New Jersey: John Wiley and Sons Inc. Hal. 77-90.

Muchtadi, D. (2000). Sayur-sayuran; SumberSeratdanAntioksidan; Mencegah


PenyakitDegeneratif.Bogor : FATETA. Hal. 41.

Najiyati. (1992). Morfologi Ikan Lele Lokal. Bogor: Teknologi Budidaya. Hal.7.

Puspowardoyo, H dan Djarijah, A. (2003). Pembenihan dan Pembesaran Lele


Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal.6-9.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. Hal. 81-85, 118-


119.

Rhee, K.C. (2005). Determination of Total Nitrogen. Dalam Buku Handbook of


Food Analytical Chemistry. Editor: Ronald E. Wrolstad. New Jersey:
John Wiley and Sons Inc. Hal. 105.

Rohman, A. (2007). Kimia FarmasiAnalisis. Yogyakarta:PustakaPelajar.Hal.38-


43.

Sediaoetama, A.D. (2008). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia.
Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Hal. 53, 59, 75.

Simonian, M.H. (2005). Spectrophotometric Determination of Protein


Concentration. Dalam Buku Handbook of Food Analytical Chemistry.
Editor: Ronald E. Wrolstad. New Jersey: John Wiley and Sons Inc. Hal.
115-117.

Sudarmadji, S. B. Haryono dan Suhardi . (1989). Analisa Bahan Makanan dan


Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty bekerjasama dengan Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada. Hal. 119,
141-147.

Sudjana.(2005). MetodeStatistika. Bandung: Tarsito. Hal. 168.

Ustunol, Z. (2015). Applied Food Protein Chemistry. UK: John Wiley and Sons,
Ltd. Hal. 44.

Universitas Sumatera Utara


Wardlaw, G.M., Hampl, J.H., dan Disilvestro, R.D. (2004). Perspective in
Nutrition. Edisi keenam. New York: McGraw Hill, Inc. Hal. 226, 234.
Winarno, F.G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama. Hal. 114-117.

Witjaksono. (2009). Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp.


Melalui Penerapan Teknologi Ketinggian Media Air 15 Cm, 20 Cm, 25
Cm, dan 30 Cm.Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Sampel yang Digunakan

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo

Gambar 2. Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 3. Ikan Lele Lokal

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Gambar alat-alat yang digunakan

Gambar 4. Alat Kjeldahl

Gambar 5. Alat Destilasi

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. Alat Titrasi

Gambar 7. Alat Soxhlet

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8. Oven Gambar 9. Timbangan analitik

Gambar 10. Desikator

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Bagan Penetapan Kadar Protein

Ikanlele

Dibersihkandandiambildagingnya

dikeringkandalam oven padasuhu 80°C

sampaidiperolehbobotkonstan

dihaluskandalam lumpang
DagingIkanlele
yang
telahdihaluskan

ditimbangsebanyak 0,2 gram

dimasukkankedalamLabu kjedahl

ditambahkan 2 gram katalisator campuran dan 3 mL H2SO4

95%

destruksi sampai cairan berwarna hijau jernih lebih kurang

selama ± 3 jam dan didinginkan

ditambahkan dengan 10 mL akuades

dipindahkan kedalam erlenmeyer

ditambahkan dengan 20 mL NaOH 40%

disediakan penampung yang berisi 25 mL H2SO4 0,02 N

dan 3 tetes indikator campuran di dalam erlenmeyer

destilasi hingga diperoleh 125 mL


destilat

destilat dititrasi dengan NaOH 0,02 N

perubahan warna
dari biru menjadi
hijau

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Bagan Penetapan Kadar Lemak

Ikanlele

Dibersihkandandiambildagingnya

dikeringkandalam oven padasuhu 80°C

sampaidiperolehbobotkonstan

dihaluskandalam lumpang
DagingIkanlele
yang
telahdihaluskan

ditimbangsebanyak2 gram

dibungkusdengankertassaring

diletakkan dalam alat soxhlet

dipasangalatkondensordanlabulemak yang

sudahdiisidenganlarutanheksana sebanyak 150 mL

direfluksselama ± 6 jam atausampaidiperolehlarutan yang

jernih

Hasilrefluks

diuapkandalam oven padasuhu 105°C

ditimbangsampaidiperolehberatkonstan

Kadar lemak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Perhitungan Pembakuan NaOH 0,02 N

No. Berat Asam Oksalat (gram) Volume NaOH (mL) Normalitas NaOH
(N)
1. 0,1063 78,6 0,02146
2. 0,1055 77,9 0,02149
3. 0,1042 75,9 0,02179

gram asam oksalat x 2


Normalitas larutan NaOH =
0,126 x mL NaOH

0,1063 x 2
Data I = =0,02146 N
0,126 x 78,6 mL

0,1055 x 2
Data I = =0,02149 N
0,126 x 77,9 mL

0,1042 x 2
Data I = =0,02179 N
0,126 x 75,9mL

Normalitas rata-rata (Nr) danpersenDeviasi (% d)

𝑁𝑁1+𝑁𝑁2 0,02146 + 0,02149


Nr1 = = = 0,021475 N
2 2

𝑁𝑁1−𝑁𝑁𝑁𝑁1 0,02146 − 0,021475


%d = x 100% = � �x 100% = 0,06%
𝑁𝑁𝑁𝑁1 0,021475

𝑁𝑁1+𝑁𝑁3 0,02146 + 0,02179


Nr2 = = = 0,021625 N
2 2

𝑁𝑁1−𝑁𝑁𝑁𝑁2 0,02146 − 0,021625


%d = x 100% = � �x 100% = 0,76%
𝑁𝑁𝑁𝑁2 0,021625

Universitas Sumatera Utara


𝑁𝑁2+𝑁𝑁3 0,02149 + 0,02179
Nr3 = = = 0,02164 N
2 2

𝑁𝑁2−𝑁𝑁𝑁𝑁3 0,02149 − 0,02164


%d = x 100% = � �x 100% = 0,69%
𝑁𝑁𝑁𝑁3 0,02164

NormalitasNaOHadalahNormalitas rata-rata denganpersendeviasi (%d) terkecil,


yaitu %d = 0,06% denganNormalitas 0,02147 N.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6.Perhitungan Kadar Air pada Sampel
W 2− W 3
Kadar Air (%) = X 100%
W 2−W 1

Dik : W1 = Berat kosong


W2 = Berat kosong + sampel
W3 = Berat kosong dan sampel setelah dikeringkan

Perhitungan kadar air pada ikan lele sangkuriang


1. W1 = 4,2699
W2 =9,3749
W3 = 5,3872
9,3749− 5,3872
Kadar air (%) = x 100%
9,3749−4,2699

= 78,11%

2. W1 = 4,2880
W2 =9,4405
W3 = 5,2869
9,4405−5,2869
Kadar air (%) = x 100%
9,4405−4,2880

= 80,61%

3. W1 = 4,2868
W2 =9,3993
W3 = 5,4072
9,3993−5,4072
Kadar air (%) = x 100%
9,3993−4,2868

= 78,08%

78,11+80,61+78,08
Kadar air rata-rata (%) =
3

= 78,94%

Perhitungan kadar air pada ikan lele dumbo


1. W1 = 4,2467
W2 =9,2898
W3 = 6,9894
9,2898−6,9894
Kadar air (%) = x 100%
9,2898−4,2467

Universitas Sumatera Utara


= 45,61%

2. W1 = 4,2683
W2 =9,3357
W3 = 7,0545
9,3357−7,0545
Kadar air (%) = x 100%
9,3357−4,2683

= 45,02%

3. W1 = 4,2665
W2 =9,3452
W3 = 7,0595
9,3452−7,0595
Kadar air (%) = x 100%
9,3452−4,2665

= 45,47%

45,61+45,02+45,47
Kadar air rata-rata (%) =
3

= 45,37%

Perhitungan kadar air pada ikan lele lokal


1. W1 = 4,2286
W2 =9,2681
W3 = 7,2438
9,2681−7,2438
Kadar air (%) = x 100%
9,2681−4,2286

= 40,13%

2. W1 = 4,0947
W2 =9,1519
W3 = 7,2016
9,1519−7,2016
Kadar air (%) = x 100%
9,1519−4,0947

= 38,56%

3. W1 = 4,2407
W2 =9,3038
W3 = 7,2189

Universitas Sumatera Utara


9,3038−7,2189
Kadar air (%) = x 100%
9,3038−4,2407

= 41,18%

40,13+38,56+41,18
Kadar air rata-rata (%) =
3

= 39,96%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Perhitungan Kadar Protein

a. Perhitungan Kadar Protein padaIkanLele Sangkuriang


𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25
Kadar protein I (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −4,70 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2042 𝑔𝑔

= 17,02 %

𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


Kadar protein II (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −5,1 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2069 𝑔𝑔

= 16,43 %

𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


Kadar protein III (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −5,4 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2073 𝑔𝑔

= 16,13 %

𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼


Rata-rata kadar protein (%) =
3

17,02 % + 16,43 % + 16,13 %


=
3

= 16,53 %

b. Perhitungan Kadar Protein padaIkanLele Dumbo


𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25
Kadar protein I (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −6,1 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2070 𝑔𝑔

= 15,52 %

Universitas Sumatera Utara


𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25
Kadar protein II (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −9,1 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2075 𝑔𝑔

= 12,76 %

𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


Kadar protein III (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −6,6 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2075 𝑔𝑔

= 15,03 %

𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼


Rata-rata kadar protein (%) =
3

15,52 % + 12,76 % + 15,03 %


=
3

= 14,44 %

c. Perhitungan Kadar Protein padaIkanLele Lokal

𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


Kadar protein I (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −10,0 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2071 𝑔𝑔

= 11,97 %

𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


Kadar protein II (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −9,3 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


= x 100%
0,2014 𝑔𝑔

= 12,96 %

𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚𝑚𝑚 )−𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25


Kadar protein III (%) = x 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )

Universitas Sumatera Utara


23,2 𝑚𝑚𝑚𝑚 −9,6 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 0,02147 𝑥𝑥 0,014 𝑥𝑥 6,25
= x 100%
0,2032 𝑔𝑔

= 12,57 %

𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼


Rata-rata kadar protein (%) =
3

11,97 % + 12,96 % + 12,57 %


=
3

= 12,50 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Data Perhitungan Kadar Protein pada Ikan Lele

Volume
No. Sampel Bobot Sampel (gram) NaOH 0,02N Kadar (%)
(mL)
I 0,2009 4,70 17,02
Ikan Lele
1. II 0,2036 5,10 16,43
Sangkuriang
III 0,2024 5,40 16,13

I 0,2070 6,10 15,52


Ikan Lele
2. II 0,2075 9,10 12,76
Dumbo
III 0,2075 6,60 15,03

I 0,2071 10,00 11,97


Ikan Lele
3. II 0,2014 9,30 12,96
Lokal
III 0,2032 9,60 12,57

Blanko NaOH (mL) 23,2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Perhitungan Kadar Lemak

a. Perhitungan Kadar LemakpadaIkanLele Sangkuriang


𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak I (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,3365 𝑔𝑔
= x 100%
2,0096 𝑔𝑔

= 16,74 %

𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak II (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,4209 𝑔𝑔
= x 100%
2,0106 𝑔𝑔

= 20,93 %

𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak III (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,3944𝑔𝑔
= x 100%
2,0078 𝑔𝑔

= 19,64 %

𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼


Rata-rata kadar lemak (%) =
3

16,74 % + 20,93 % + 19,64 %


=
3

= 19,10 %

b. Perhitungan Kadar LemakpadaIkanLele Dumbo

𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak I (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,2801 𝑔𝑔
= x 100%
2,0010 𝑔𝑔

= 14,00%

Universitas Sumatera Utara


𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak II (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,4101 𝑔𝑔
= x 100%
2,0173 𝑔𝑔

= 20,33%

𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak III (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,2786 𝑔𝑔
= x 100%
2,0074 𝑔𝑔

= 13,88 %

𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼


Rata-rata kadar lemak (%) =
3

14,00 % + 20,33 % + 13,88 %


=
3

= 16,07 %

c. Perhitungan Kadar LemakpadaIkanLele Lokal

𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak I (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,2761 𝑔𝑔
= x 100%
2,0059 𝑔𝑔

= 13,76 %

𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak II (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,2543 𝑔𝑔
= x 100%
2,0191 𝑔𝑔

= 12,59 %

Universitas Sumatera Utara


𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Kadar lemak III (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

0,2501 𝑔𝑔
= x 100%
2,0121 𝑔𝑔

= 12,43%

𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼+ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼


Rata-rata kadar lemak (%) =
3

13,76 % + 12,59 % + 12,43 %


=
3

= 12,93 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Data Perhitungan Lemak pada Ikan Lele

Bobot Sampel A (gram) B (gram) Bobot Lemak Kadar


No. Sampel
(gram) (A-B) (%)
I 2,0059 2,4367 2,1606 0,2761 13,76
Ikan Lele
1. II 2,0191 2,4454 2,1911 0,2543 12,59
Lokal
III 2,0121 2,4423 2,1922 0,2501 12,93

I 2,0010 2,4283 2,1482 0,2801 14,00


Ikan Lele
2. II 2,0173 2,4403 2,0302 0,4101 20,33
Dumbo
III 2,0074 2,3994 2,1198 0,2786 16.07

I 2,0096 2,4348 2,0983 0,3365 16,74


Ikan Lele
3. II 2,0106 2,4332 2,0123 0,4209 20,93
Sangkuriang
III 2,0078 2,4676 2,0732 0,3944 19,64

Keterangan :

A = Sampel kering dalam kertas saring sebelum sokletasi

B = Sampel kering dalam kertas saring setelah sokletasi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Hasil Determinasi Sampel

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai