PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahan pangan yang digunakan untuk membuat masakan atau sajian menu tidak selamanya
berupa bahan pangan fresh atau segar, karena sifat bahan pangan yang mudah rusak baik karena
kerusakan fisik, kimia, atau mikrobiologi terdapat metode pengawetan makanan dengan
mengemas mengemas makanan tersebut dengan kaleng,tetrapack,botol,plastic maupun lainnya.
Saat ini tekonologi pengalengan menjadi populer dan merupakan salah satu proses
pengawetan makanan tingkat tinggi, prosesnya menjadi sedikit lebih rumit dan memerlukan
kejelian serta keahlian untuk dapat memilih serta menggunakan makanan kaleng sebagai bahan
baku pembuatan masakan tertentu. Makanan yang biasa dikalengkan adalah daging, ikan, buah
atau sayur, dan terdakanag makanan fermentasi.
Makanan kaleng dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian jika tidak berhati-hati
dalam penngunaanya. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan ketrampilan yang baik sebelum
menggunakannya. Mutu organoleptic, fisik, kimia dan mikrobiologi pada makanan kaleng
tersebut perlu diamati, agar tenaga ahli gizi dapat menggunakan bahan makanan yang awet serta
aman disajikan.
Tidak terbentuk gas. Kaleng tetap terlihat normal dan tidak menggembung karena H 2S
larut di dalam produk. Contoh kerusakannya adalah : bau busuk asam, yang disebabkan
oleh pembentukan asam oleh bakteri pembentuk spora yang tergolong Bacillus ( Bacillus
stearothermopilus pada makanan berasam rendah dan Bacillus thermoacidurans pada
makanan asam ) dan Busuk Sulfida yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora yang
memecah protein dan menghasilkan hydrogen sulfide (H 2S) sehingga makanan kaleng
menjadi busuk dan berwarna hitam. Pembentukan warna hitam pada kaleng juga dapat
disebabkan oleh mikroba, yaitu tumbuhnya bakteri pembentuk spora yang sifatnya
termofilik yaitu Colostridium nigrificans bersifat anaerobic dan Bacillus betanigrificans
bersifat anaerobic fakulatif. Penurunan PH pada kerusakan ini dapat mencapai 0,1 -1,0
unit.
Terbentuk gas. Pemebentukan gas terutama hydrogen (H2) dan karbondioksida (CO2)
sehingga kaleng menjadi kembung disebabkan oleh pertumbuhan berbagai spesiaes
bakteri pemebntuk spora yang bersifat anaerobic tergolong Colostridium yaitu C.
botulinum yang memproduksi racun yang sangat mematikan. Namun pada dasarnya
semua mikroba akan mengalami penurunan jumlah apabila dilakukan sterilisasi pada
suhu dan waktu yang pas. Menurut penelitian para ahli menemukan bahwa pemanasan
pada suhu 121,1o C (250o F) selama 0,1-0,2 menit dapat menurunkan jumlah bakteri C.
botulinum sebanyak 1 siklus log. Nilai ini bervariasi tergantung jenis bahan pangan dan
kaleng. Penampakan kaleng yang kembung dapat dibedakan atas beberpa jenis sebagai
berikut:
a. Flipper : yaitu, kaleng yang terlihat normal ,tetapi bila salah satu tutupnya ditekan
dengan jari, maka tutup lainnya akan menggembung.
b. Kembung sebelah atau springer : yaitu, salah satu tutup kaleng terlihat normal,
sedangkan tutup lainnya kembung. Tetapi jika bagian yang kembung ditekan akan
masuk ke dalam , sedangkan tutup lainnya yang tadinya normal akan menjadi
kembung.
c. Kembung lunak atau soft swells : yaitu, kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak
keras dan masih dapat ditekan dengan ibu jari.
d. Kembung keras atau hard swells : yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras
sehingga dapat ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah lanjut dimana gas
3
yang terbentuk sudah sangat banyak , kaleng dapat meledak karena sambungan
kaleng tidak dapat menahan tekanan gas dari dalam.
Makanan kaleng yang berasam tinggi dengan pH < 4,0 biasanya disebabkan oleh jenisjenis mikroorganisme yang tergolong mikrokoki, bakteri pembentuk batang yang tidak
berspora, kapang dan khamir. Karena mikroorganisme tersebut biasanya tidak tahan
panas, kantaminasi yang terjadi biasanya karena ada kebocoran kaleng.
2.5 Minuman Sari Buah
Sari buah merupakan merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah yang sudah
disaring. Pembuatn sari buah terutama ditujukan untuk meningkatkan ketahanan simpan serta
daya guna buah-buahan. Pembuatan sari buah tiap-tiap jenis buah meskipun ada sedikit
perbedaan tetapi prinsipnya sama. Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006), yang dapat dibedakan dari kandungan buahnya:
a. Sari buah, yaitu cairan yang diperoleh dari buah, baik buah tunggal atau campuran dari
beberapa buah. Total kandungan sari
BAB III
PROSEDUR
3.1 Bahan dan Alat
Alat
Saringan
Alat tulis
Timbangan
Pipet tetes
Hand Refractometer
Refraktometer atau refractometer adalah sebuah alat yang biasa digunakan untuk
mengukur kadar/ konsentrasi bahan atau zat terlarut. Misalnya kadar gula (Brix), garam
(Baume), protein, dsb. Metode kerja dari refraktometer ini dengan memanfaatkan teori
refraksi cahaya.
pH meter
pH meter adalah alat ukur elektronik yang digunakan untuk mengukur kadar pH
(keasaman atau alkalinitas) dari sebuah cairan.
Bahan
- Aquadest
- Iodium 0,1 N
Keterangan Skor :
1= Sangat tidak mendekati aspek yang diamati
2= Tidak mendekati aspek yang diamati
3= Mendekati aspek yang diamati
4= Sangat mendekati aspek yang diamati
d. Kimia
Tingkat Keasaman (pH)
1. Alat pH meter dikalibrasi terlebih dahulu
2. Sebelum dan sesudah digunakan harus dibilas dulu dibagian prop dengan aquadest
3. Kemudian di on/off kan lagi hingga muncul pH 7
4. Lalu sampel di masukkan ke dalam gelas ukur, diaduk homogeny
5. Kemudian diukur dengan pH meter sambil diaduk hingga angkanya berhenti.
6. Dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dirata-rata
Kadar Gula (Brix)
Penentuan kadar gula pada beberapa jenis produk minuman di dasarkan pada
kandungan sukrosa yang ditentukan dengan menggunakan alat Refraktometer. Prinsipnya
6
adalah untuk mengukur indeks bias cahaya, semakin tinggi padatan semakin tinggi indeks
biasnya. Jika tidak ada sampelnya warnanya biru.
1. Bilas permukaan prisma refraktometer dengan aquadest.
2. Lap permukaan prisma dengan tissue secara searah.
3. Kemudian tetesi prisma dengan sampel (minuman sari buah), lalu ditutup, jangan
sampai ada gelembung pada permukaan prisma.
4. Lakukan pembacaan kadar gula yang dinyatakan dengan presentase
5. Ulangi pengukuran sampel (minuman sari buah) minimum sebanyak 2 kali.
e. Mikrobiologi
Uji mikrobiologi pada daging, ikan buah kaleng, dan sayur asin serta yoghurt
menggunakan standart cemaran mikroba metode Total Plate Count (TPC) anaerob yang
ada pada Standart Nasional Indonesia (SNI), hasil analisa dibahas dengan
membandingkan acuan SNI.
BAB IV
HASIL
4.1 Mutu Fisik
No
Nama Sampel
Kelompok
Skor
Keterangan
.
1
Daging
sapi 1& 6
kaleng
Tanggal expired
terlampaui
Kaleng penyok
Kaleng menggembung
Kaleng bocor
Lipatan kaleng berkarat
Tercium aroma busuk
4
4
2018
Kaleng tidak penyok
Kaleng
tidak
4
4
4
menggembung
Kaleng tidak bocor
Kaleng tidak berkarat
Tidak tercium aroma
busuk
Ikan kaleng
2&7
Tanggal expired
terlampaui
Kaleng penyok
2018
Kaleng
4
2
menggembung
Kaleng tidak bocor
Kaleng berkarat pada
Kaleng menggembung
Kaleng bocor
Lipatan kaleng berkarat
penyok
Buah kaleng
Tanggal expired
terlampaui
Kaleng penyok
Kaleng menggembung
4
4
2018
Kaleng tidak pemyok
Kaleng
tidak
Kaleng bocor
Lipatan kaleng berkarat
4
4
menggembung
Kaleng tidak bocor
Lipatan kaleng tidak
berkarat
Tidak tercium aroma
busuk
4
Sayur asin
Kemasan bocor
Kemasan menggembung
4
4
Bau busuk
menggembung
Tidak tercium
Melampaui
batas
exp. 4
Date
5
Yoghurt
bau
busuk
Expaired date masih
lama
4
4
memisah
Tidak ada bau asam
Yoghurt
tidak
Kemasan Penyok
berlendir
Kemasan
penyok
Expaired
tidak
date
13
desember 2016
Keterangan Skor :
1= Sangat tidak mendekati aspek yang diamati
2= Tidak mendekati aspek yang diamati
3= Mendekati aspek yang diamati
Nama
Merk
Kelompo
Bobot bersih
Bobot tuntas
% Bobot
sampel
Daging sapi
CIP
k
1
(gram)
314
(gram)
314
tuntas
100%
2
3
4
kaleng
Ikan kaleng
Buah kaleng
Sayur asin
Pronas
Wilmond
Prima
2
3
4
169
308
216
89
183
184
52,7%
59,4%
85,1%
5
6
Yoghurt
Daging sapi
rasa
Biokul
CIP
5
6
216
314
184
314
85,1%
100%
kaleng
Ikan kaleng
Pronas
169
89
52,7%
4.3 Organoleptik
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama sampel
Daging sapi kaleng
Ikan kaleng
Buah kaleng
Sayur asin
Yoghurt
Daging sapi kaleng
Ikan kaleng
Merk
CIP
Pronas
Wilmond
Prima rasa
Biokul
CIP
Pronas
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
4.4 Kimia
No
1
Nama sampel
Daging sapi
Merk
CIP
Kelompok
1
Keasaman pH
6,57
kaleng
9
2
3
4
5
6
7
Ikan kaleng
Buah kaleng
Sayur asin
Yoghurt
Sari buah
Minuman soda
Pronas
Wilmond
Prima rasa
Biokul
Floridina
Sprite
2
3
4
5
6
7
5,85
3,74
3,83
4,14
3,42
3,21
12,4 %
11,5 %
4.5 Mikrobiologi
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama sampel
Daging sapi kaleng
Ikan kaleng
Buah kaleng
Sayur asin
Yoghurt
Daging sapi kaleng
Ikan kaleng
Merk
CIP
Pronas
Wilmond
Prima rasa
Biokul
CIP
Pronas
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Mutu Fisik Daging Sapi Kaleng
Berdasarkan pengamatan fisik dilakukan dengan cara pemeriksaan bagian luar kaleng,
pada kaleng kelompok 6 menunjukkan bahwa kaleng dalam keadaan normal. Pengamatan
fisik daging kaleng didapatkan skor 4 pada seluruh aspek yang berarti sangat mendekati
aspek yang diamati. Tampilan fisik kaleng sangat bagus tidak ada karat ataupun penyok. Hal
ini menunjukkan isi dari makanan kaleng tersebut terjamin mutunya, karena tidak ada tandatanda bahwa makanan kaleng tersebut terkontaminasi oleh mikroba ataupun kimia. Dan
makanan ini sangat amat untuk dikonsumsi.
10
Selain itu tanggal expaired pada daging sapi kaleng masih lama yaitu tahun 2018.
Pemeriksaan label juga dilakukan pada sampel daging kaleng dengan merk CIP memiliki
berat kotor/berat total 368 gram, berat bersih dan berat tuntas didapatkan angka yang sama
yaitu 314 gram, hal ini karena tidak ada penyaringan air disebabkan kandungan air pada
daging yang sangat sedikit dan tidak memungkinkan untuk ditimbang, sehingga dihasilkan
persen bobot tuntas sebanyak 100%.
5.2 Mutu Organoleptik Daging Sapi Kaleng
Pemeriksaan mutu organoleptic dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan aroma saja.
Aroma pada daging sapi kaleng masih terasa aroma daging ,hal ini menunjukkan bahwa
daging sapi kaleng masih fresh. Warna dari daging berwarna merah muda karena telah
melewati proses penggilingan dan pengawetan dalam kaleng, yang seharusnya daging fresh
berwarna merah segar.
5.3 Mutu Mikrobiologi Daging Sapi Kaleng
Permeriksaan mutu mikrobiologi ini dilakukan di lab Mikrobiologi FKUB dengan sampel
sebanyak 10 gram daging sapi kaleng selama kurang lebih 1 minggu. Uji mutu mikrobiologi
menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Hasil uji TPC didapatkan 0 CFU/g. dapat
diartikan bahwa pada sampel daging sapi kaleng tidak ada koloni yang terbentuk, dan tidak
ada pembentukan gas H2S. Berdasarkan data SNI 7388:2009 batas maksimum corned beef
atau daging sapi kaleng sebanyak 1 x 102 CFU/g dengan TPC 30oC denagn kurun waktu 72
jam. Jenis cemaran mikroba pada daging sapi kaleng adalah Colostridium perfringens yang
batasan maksimumnya negative/g. Dapat diartikan bahwa sampel daging sapi dengan TPC 0
CFU/g tidak ada cemaran mikroba dan sangat aman untuk dikonsumsi.
5.4 Mutu Kimia Minuman Sari Buah.
Pada uji mutu kimia dilakukan dua pemeriksaan , yaitu pemeriksaan pH dan kadar gula
(Brix)
1. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH sari buah dilakukan sebanyak tiga kali pemeriksaan dengan
sampel sebanyak kurang lebih 20ml yang kemudian dirata-rata. Hasil dari pengukuran
11
dengan pH meter menunjukkan angka 3,42. Kandungan sukrosa pada minuman sari buah
dapat meningkatkan nilai pH. Nilai pH ditentukan oleh banyak sedikitnya kandungan
asam yang terdapat pada minuman sari buah. Jika total asam rendah maka pH akan
cenderung menunjukan nilai yang tinggi. Kadar gula pada sari buah juga mempengaruhi
nilai pH.
2. Pemeriksaan Kadar Gula (Brix)
Pemeriksaan kadar gula dengan Hand Refractometer pada sari buah didapatkan
hasil presentase sebanyak 12,4 %. Semakin tinggi kandungan sukrosa pada sari buah
maka jumlah kadar gula yang terukut juga semakin tinggi, karena kadar gula berfungsi
sebagai penarik air dan molekul-molekul pectin. Kadar gula memilki pengaruh terhadap
pH, semakin tinggi kadar gula sukrosa maka nilai pH akan meningkat, karena ion (H +)
yang berasal dari asam-asam organic mengalami pengenceran sehingga ion (H +) yang
membentuk asam akan berkurang.
BAB VI
KESIMPULAN
Kerusakan kaleng terdiri dari tiga macam yaitu kerusakan fisik, kerusakan kimia dan
keruskan mikrobiologi. Kerusakan fisik dapat dilihat dari luar kemasan kaleng pada sampel yang
diamati, kerusakan kimia perlu dilakukan pemeriksaan lanjut mengenai zat-zat nutrient pada
makanan, kerusakan kimia dapat diliaht dari kondisi fisik luaran makanan kaleng, sedangkan
kerusakan mikrobiologi dapat dilihat melalui ada tidaknya gas yang terbentuk dan cemaran
mikroba setelah pengujian dengan metode TPC. Makanan kaleng aman dikonsumsi jika mutu
fisik dan kimia produk mendekati aspek yang diamati dan tidak ada tanda-tanda kerusakan,
sedangakn mutu mikrobiologi tidak melebihi batas maksimum dari SNI 7338 :2009. Nilai pH
pada minuman sari buah berpengaruh pada kadar gula (Brix) pada minuman tersebut. Semakin
tinggi nilai persen kadar gula maka, nilai pH akan semakin meningkat pula.
12
DAFTAR PUSTAKA
Himitepa.
2016.
Mengapa
makanan
kaleng
bisa
awet?.
copyright
2016
tanggal 6
desember 2016)
Enok Nurhasanah. 2014. Uji mikrobiologi pada makanan. Academi.edu. Copyright 2014.
https://www.academia.edu/9555948/AMMP_KALENG (diakses pada tanggal 6 desember 2016)
Aulia
Rakhman
,2013.
Uji
kualitas
makanan.
Sribd.
Copyright
2013.
13
Fadil
Sudiarto.
2006.
Dasar
Pengawetan
Pangan.
Copyright
2006
https://books.google.co.id/books?
id=8vg7esOhL08C&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepag
e&q&f=false (diakses pada tanggal 6 desember 2016)
Fadil Sudiarto, 2008. Mikrobiologi Pangan : Penuntun Praktikum. Copyright 2008
https://books.google.co.id/books?
id=lmzKmC86v7wC&pg=PP18&dq=kerusakan+kimia+pada+makanan+kaleng&hl=id&sa=X&
ved=0ahUKEwjj6Zm7jN_QAhUBQo8KHVv6AoUQ6AEIKTAA#v=onepage&q=kerusakan
%20kimia%20pada%20makanan%20kaleng&f=false (diakses pada tanggal 6 desember 2016)
Refraktometer Dan Kegunaanya . Copyright 2012 https://multimeter-digital.com/refraktometerdan-kegunaanya.html (diakses pada tanggal 6 desember 2016)
SNI 7388 :2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan. Copyright 2009.
http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni_main/sni/detail_sni/7779 (diakses pada tanggal 6 desember
2016)
Pertiwi,dkk 2014 .Pengaruh Proporsi (Buah : Sukrosa ) Dan Lama Osmosis Terhadap Kualitas
Sari Buah
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/40/47
http://registrasipangan.pom.go.id/assets/uploads/files/referensi/a3c64-hk.00.05.52.404 th2006pdf
(diakses pada tanggal 6 desember 2016)
14