F. Kusnandar, P. Hariyadi
dan E. Syamsir 10
Sub-topik 10.1. Prinsip Pembekuan
Pendahuluan
Pembekuan merupakan salah satu metode pengawetan pangan, dimana
produk pangan diturunkan suhunya sehinga berada di bawah suhu bekunya.
Selama proses pembekuan terjadi pelepas energi (panas sensibel dan panas
laten). Pembekuan menurunkan aktivitas air dan menghentikan aktivitas mikroba
(bahkan beberapa dirusak), reaksi enzimatis, kimia dan biokimia. Dengan demi-
kian, produk beku dapat memiliki daya awet yang lama (beberapa bulan hingga
tahun).
Dari persamaan (1) dapat dilihat bahwa penurunan suhu beku merupakan
fungsi dari konsentrasi dan Berat Molekul (BM) dari komponen terlarut. Karena
nilai Rg, TAo, BMA dan λ tetap (konstanta), maka rumus di atas dapat disederha-
nakan menjadi rumus berikut (persamaan 10.2):
ΔT f = K .m (2)
λ ⎛ 1 1 ⎞
⎜⎜ − ⎟⎟ = ln X A (3)
R g ⎝ TAo TA ⎠
Contoh 1:
Suatu adonan es krim (ice cream mix) memiliki komposisi sebagai berikut:
10% butterfat, 12% solid non-fat (54.5% dari solid non fat ini adalah laktosa),
15% sukrosa, 0.22% stabilizer dan 62.78% air. Berapakah penurunan titik beku
ice cream mix tersebut?
Jawab:
Asumsikan bahwa hanya gula (laktosa dan sukrosa) yang mempunyai efek
menurunkan titik beku larutan.
2
Rg TA0 BM A m
ΔT f =
λ
BM sukrosa = BM laktosa = 342 mol/g
343.1
mol gula
m = 342 = 1.003 m
1000 gair
⎛ J ⎞ 2⎛ g ⎞⎛ mol ⎞
⎜ 8.314 ⎟(273) ⎜18 ⎟⎜⎜1.003 ⎟
⎝ mol.K ⎠ ⎝ mol ⎠⎝ kg ⎟⎠
ΔT f = = 1.86°K
J
1000.335
kg
Contoh 2:
Buah anggur diketahui memiliki kadar air 84.7%, titik beku (Tf) -1.8oC dan
panas laten (λ) 6003 J/mol. Hitunglah berapa fraksi mol air, fraksi mol zat
terlarut dan bobot molekul zat yang terlarut tersebut!
Jawab:
Rg = 8.314 J/mol.K
TA=-1.8oC = 271.2K
J
6003
mol ⎛ 1 − 1 ⎞
⎜ ⎟ = ln X A
J ⎝ 273K 271.2 K ⎠
8.314
mol.K
lnXA = -0.01755
Dengan mensubstitusi nilai fraksi mol ke dalam rumus perhitungan fraksi mol,
dapat diperkirakan nilai berat molekul zat terlarut:
84.7
X A = 0.9826 18
84.7 15.3
+
18 BM E
Tabel 1 adalah panas laten beberapa bahan pangan yang dihitung dengan
menggunakan persamaan (1).
λ ⎛ kJ ⎞
Bahan pangan Kadar air (%) ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ kg ⎠
Selada 94.8 317.6
Strawberi 90.8 304.5
Kacang panjang 88.9 297.8
Kentang 77.8 260.0
Daging kambing 58.0 194.3
Kacang merah, biji kering 12.5 41.9
Kurma kering 24.0 80.4
Kurva Pembekuan
Dalam proses pembekuan, air dari bahan pangan berangsur-angsur beru-
bah wujudnya dari air menjadi es, kemudian diturunkan lagi suhunya sehingga
berada di bawah titik bekunya. Proses pembekuan harus dikendalikan. Untuk
melihat proses pembekuan dan energi yang terlibat dalam proses pembekuan,
maka dibuat kurva pembekuan
Proses pembekuan
Dalam proses pembekuan, suhu bahan pangan diturunkan menjadi lebih
rendah dari suhu titik bekunya. Dengan demikian, terjadi perubahan fase air dari
cair, kemudian membeku pada titik bekunya dan lewat beku (berada di bawah
titik bekunya). Proses perubahan fase dari cair ke lewat beku ini membebaskan
panas. Profil perubahan fase air dalam produk pangan dari cair ke beku akan
berbeda dengan perubahan fase air murni (Gambar 1).
Proses pembekuan air terdiri dari tahap penurunan suhu air, dilanjutkan
dengan perubahan wujud air menjadi es, kemudian terjadi penurunan suhu kem-
bali. Dalam proses pembekuan, baik pada air murni maupun sistem pangan,
terjadi fenomena supercooling, yaitu suhu air menurun di bawah suhu bekunya,
tetapi kemudian meningkat lagi ke suhu titik bekunya (lihat Gambar 1). Suhu air
pada kondisi supercooling berada pada fase cair. Suhu supercooling dapat men-
capai 10oC di bawah titik bekunya. Setelah berada pada suhu titik bekunya, air
akan mulai membeku.
Berbeda halnya dengan proses pembekuan air murni, air yang terdapat
dalam bahan pangan merupakan suatu larutan. Sesuai dengan sifat koligatif
larutan, suhu pembekuan air menjadi lebih rendah. Jika pada air murni proses
pembekuan terjadi pada suhu konstan, maka di dalam sistem larutan proses
pembekuan terjadi pada suhu yang tidak sama (titik beku semakin menurun).
Hal ini karena pada proses pembekuan air, sebagian air yang menjadi pelarut
akan membeku yang menyebabkan konsentrasi larutan akan semakin tinggi.
Sebagai akibatnya, titik beku sistem pangan akan menurun. Pada titik eutetik,
sebagian air sudah membeku yang menyebabkan solut mengalami kondisi lewat
jenuh dan mulai membentuk kristal. Saat kristalisasi solut ini dilepaskan panas
laten (perubahan fase berlangsung pada suhu konstan). Selanjutnya, solut akan
menurun suhunya hingga mencapai suhu yang diinginkan (Gambar 1).
Q1 = m Cp1 T1 (1)
Daerah II: Perubahan fase dari cair ke padat (es) pada suhu konstan
Q2 = mw L, dimana (2)
Daerah III: Bahan beku turun suhunya hingga mencapai suhu tertentu
Q3 = mCp3T3 (3)
T3 = perbedaan suhu