Anda di halaman 1dari 18

PENETAPAN KADAR Cu DALAM

SAMPEL AIR LIMBAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

I. TUJUAN

Menetapkan kadar Cu dalam sampel air limbah secaraspektorfotometri serapan


atom nyala.

II. PRINSIP

Ion logam Cu yang terlarut dalam air limbah ditetapkan kadarnya dengan
menggunakan spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Larutan standar logam dan air
limah yang telah disaring diaspirasikan ke alat AAS, kemudian dijadikan aerosol oleh
nebulyzer,sampel yang berbentuk aerosol atau kabut halus dibakaroleh nyala api
supaya senyawaan organik terbakar dan ion-ion logam teratomisasi dan berada dalam
keadaan ground state. Logam yang telah teratomisasi diberikan radiasi resonansi yang
berasal dari lampu katoda, sehinggan logam tersebut mengalami eksitasi. Atom logam
yang tereksitasi sesuai dengan radiasi resonansi lampu katoda. Besarnya intensitas
radiasi resonansi lampu katoda yang diserap oleh atom-atom logam sebanding dengan
konsentrasi logam tersebut.

III. DASAR TEORI

Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang


didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya
elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat
labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasarsambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk
energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia danenergi listrik.
Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan
absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat
khas karenamempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom
bebas.

Spektrofotometri molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang di


pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga menyerap
radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi
lebih sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena keadaan energi
elektronik tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi atom
terdiri dari garis-garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam
spektrokopi molekul.

Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari


unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi, dapat dengan mudah
membuat matriksyang sesuai dengan standar, waktu analisa sangat cepat dan mudah
dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, teknik AAS
menjadi alat yang canggih dalam analisis ini disebabkan karena sebelum pengukuran
tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan karena kemungkinan
penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan
katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur
logam sebanyak 62 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari
lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke
dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi tersebut
diteruskan ke detector melalui monokromator. Chopper digunakan untuk
membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah
arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi
atau sampel. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka
atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar
naik ke tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan
menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi
cahaya terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang
dibutuhkan oleh atom tersebut.
Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi unsur
yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis unsur-
unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi dasar
yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini biasanya berasal
dari nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau asetilen-N2O,
tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit menjadi uap atom
bebas pada tingkat energi dasar (ground state). Disini berlaku hubungan yang dikenal
dengan hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara
SSA.

Ada tiga komponen alat yang utama dalam SSA, yaitu (1) unit atomisasi, berupa
nyala api dari pembakaran bahan bakar tertentu dengan oksidan ; (2) sumber energi,
berupa hollow cathode; dan (3) unit pengukur fotometrik, terutama berupa detektor
yang dapat mendeteksi intensitas cahaya yang melaluinya.

1. Sumber Sinar
Berfungsi memberikan radiasi sinar pada atom-atom netral hingga terjadi absorbsi,
yang diikuti peristiwa eksitasi atom. Energi eksitasi atom bersifat terkuantisasi, oleh
karena itu sumber sinar harus memberikan radiasi sinar yang spesifik pula. Energi
sinar yang khas dapat diperoleh dari peristiwa emisi sinar dari lampu katoda berongga
(Hollow Cathode Lamp).
Pada umumnya sumber cahaya yang digunakan adalah Hollow Cathode Lamp
(HCL) yang memberikan energi sinar khas untuk setiap unsur. Elektroda Hollow
Cathode Lamp biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapasi dengan
unsur murni atau campuran dari unsur murni yang dikehendaki. Hollow Cathode
Lamp dapat berupa unsur tunggal atau kombinasi beberapa unsur (Ca, Mg, Al, Fe,
Mn, Cu, Zn, Pb, dan Sn). Lampu katode terbuat dari gelas yang membungkus suatu
katode (suatu logam berbentuk silinder yang bagian dalamnya dilapisi dengan logam
yang jenisnya sama dengan unsur logam analit yang akan dieksitasi). Anoda tungsten
berbentuk kawat / batang, kedua elektrode diselubungi oleh tabung gelas yang diisi
gas inert seperti argon atau neon pada tekanan rendah (1-5 torr). Lampu ini
mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2-20 MA. Sumber sinar
berfungsi untuk memberikan radiasi sinar pada atom-atom netral hingga terjadi
absorbsi yang diikuti peristiwa eksitasi atom. Keunggulan dari HCL adalah
menghasilkan radiasi yang sinambung dengan monokromator resolusi yang baik,
sehingga hukum Lambert-Beer dapat dipakai menghasilkan intensitas radiasi yang
kuat.

Pemancaran radiasi resonansi (sinar) terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan,
arus lustrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion yang
bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada katoda yang
menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi ini
bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan energi
eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan melalui atom yang
berada dalam nyala.

2. Chopper
Merupakan modulasi mekanik dengan tujuan mengubah sinar dari sumber sinar
menjadi berselang-seling (untuk membedakan sinar dari emisi atom dalam nyala yang
bersifat kontinyu). Isyarat selang-seling oleh detektor diubah menjadi isyarat bolak-
balik, yang oleh amplifier akan digandakan, sedang emisi kontinyu bersifat searah dan
tidak digandakan oleh amplifier.

3. Alat Pembakar (Proses Atomisasi)


Alat pembakar terdiri dari udara (O2), campuran O2 dan N2O, dan gas alam
seperti propana, butana, asetilen, dan H2 dan asilen. Ada tiga cara atomisasi
dalamAAS :

a) Memakai Nyala (pembakar)


Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat
mengabsorpsi radiasi yangdipancarkan oleh lampu katode tabung. Pada
cara ini larutan dikabutkan terlebih dahulusebelum dimasukkan ke
pembakar atau burner. Udara bertekanan (kompresor) sebagaioksidan
ditiupkan ke dalam ruang pengkabut (nebulizer) sehingga akan mengisap
larutansampel dan membentuk aerosol kemudian dicampur dengan bahan
bakar, diteruskan kepembakar sedangkan butir-butir yang besar akan
mengalir keluar melalui pembuangan(waste). Keunggulannya adalah
memberikan hasil yang bagus dan mudah cara kerjanya.Sedangkan
kekurangannya adalah efesiensi pengatoman didalam nyala rendah,
sehingga membatasi tingkat kepekaan analisis yang dapat dicapai.Ada tiga
jenis nyala dalamspektrometer serapan atom yaitu:

 Udara – Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (18000C) dibandingkan jenis nyala
lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik, jika
elemen yang akan diukur mudahterionisasi seperti Na, K, Cu.

 Udara – Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS, nyala ini
menghasilkantemperatur sekitar 23000C yang dapat mengatomisasi
hampir semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca,Mo juga
dapat dianalisa menggunakan jenis nyala inidengan memvariasi rasio
jumlah bahan bakar terhadap gas pengoksidasi.

 Nitrous Oksida – Asetilen


Jenis nyala ini paling panas (30000C) dan sangat baik digunakan untuk
menganalisissampel banyak mengandung logam-logam oksida seperti
Al, Si, Ti,W.

b) Tanpa Nyala (memakai tungku Grafit)


Tungku grafit dipanaskan dengan listrik (electrical thermal). Suhu dari
tungku dapatdiprogram, sehingga pemanasan larutan dilakukan secara
bertahap:
 Tahap pengeringan (desolvasi)
 Tahap pengabuan (volatilisasi, disosiasi)
 Tahap pendinginan
 Tahap atomisasi
c) Tanpa Panas (dengan penguapan)
Digunakan untuk menetapkan raksa (Hg) karena raksa pada suhu biasa
mudah menguap danberada dalam keadaan atom bebas.

4. Nebulizer
Berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan
ukuran partikel 15-20 μm) dengan cara menarik larutan melalui kapiler dengan
pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-
partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar,
masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan ke saluran
pembuangan.

5. Spray Chamber
Berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas oksidan, bahan
bakar, dan aerosol yang mengandung sampel sebelum memasuki burner.

6. Ducting
Merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap
bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya bagi lingkungan
sekitar.

7. Kompresor
Merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS pada waktu pembakaran
atom.

8. Burner
Burner merupakan sistem tempat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap
garam yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala. Merupakan
bagian paling terpenting didalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat
pencampuran gas asetilen, dan aquabides agar tercampur merata, dan dapat terbakar
pada pemantik api secdara baik dan merata. Lubang yang berada pada burner
merupakan lubang pemantik api, dimana pada lubang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda tergantung pada
konsentrasi logam yang diukur.

9. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom
didalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi
radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan
radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Berkas cahaya dari lampu katode berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan
difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator dalam alat
AAS akan memisahkan, mengisolasi, dan mengontrol intensitas energi yang
diteruskan ke detektor.
Monokromator berfungsi untuk mengisolasi sinar yang diperlukan (salah satu atau
lebih garis-garis resonansi dengan λ tertentu) dari sinar (spektrum) yang dihasilkan
oleh lampu katoda berongga, dan meniadakan λ yang lain. Monokromator dalam AAS
diletakkan setelah tempat sampel, hal tersebut guna menghilangkan gangguan yang
berasal dari spektrum kontinyu yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas bahan
bakar yang tereksitasi didalam nyala.

10. Detektor
Berfungsi untuk menentukan intensitas radiasi foton dari gas resonansi yang
keluar dari monokromator dan mengubahnya menjadi arus listrik. Detektor yang
paling banyak digunakan adalah photo multifier tube. Terdiri dari katoda yang dilapisi
senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan
elektron.
Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak
menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu
menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda
besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik.

11. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.

12. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan didalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian
rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi keatas, karena bila hal ini terjadi
dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel
sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.

IV. BAGAN KERJA

1. Pembuatan larutan Induk Cu 1000 mg/L

Ditimbang Dimasukkan ke
garamCuSO4. dalam labu takar
5H2O sebanyak 100 mL
0,3929 g

Ditera dengan Ditambah 10 tetes


aquadest dan HNO3 (1:3)
dihomogenkan

2. Pembuatan standar kerja Cu 100 mg/L

Larutan induk Cu
1000 mg/L Dipipet 10 mL
Ditera dengan Dimasukkan ke
HNO3 0,05 N dan dalam labu takar
dihomogenkan 100 mL

3. Pembuatan Deret Standar

Larutan Standar Cu 100 mg/L

0ppm 1ppm 2ppm 3ppm 4ppm 5ppm


0 mL 0,5 mL 1 mL 1,5mL 2mL 2,5mL

LabuTakar50 mL

Ditera dengan HNO3 0,05 N dan dihomogenkan

4. Perparasi Sampel Air Limbah

Air limbah Ditampung filtrate


Disaring hasil penyaringan
(dihomogenkan)
Ditera dengan Dimasukkan ke
Dipipet 5 mL
HNO3 0,05 N labu takar 50 mL

Dihomogenkan
dan diulang 5
kali

V. PERHITUNGAN

1. Larutan Standar Induk Cu 1000 mg/L

g
Ar Cu ( ⁄ ) × bobot garam Cu (mg)
mg mol
C standar induk ( ⁄ ) =
L g
Mr garam Cu ( ⁄ ) ×Volume standar (L)
mol

Bobot garam Cu
mg g
C standar induk ( ⁄ ) × Mr garam Cu ( ⁄ ) × Volume standar (L)
L mol
(mg)=
g
Ar Cu ( ⁄ )
mol

mg g
1000 ( ⁄ ) × 249,5 ( ⁄ ) × 0,1 (L)
L mol
Bobot garam Cu (mg)=
g
63,5 ( ⁄ )
mol

BobotgaramCu = 392,9 mg = 0,3929 g


2. Pembuatan Larutan Standar Kerja Cu 100 mg/L
mg
C standar induk ( ⁄L) × Vol yang dipipet (mL) = C standar kerja

mg
( ⁄L) × Vol labu takar (mL

mg mg
1000( ⁄L) × Vol yang dipipet(mL) = 100( ⁄L) × 50 mL

Volume yang dipipet = 5 mL

3. Pembuatan Deret Standar

 VI x C1 = V2 x C2  VI x C1 = V2 x C2

V1 x 100 ppm = 0 ppm x 50 mL V1 x 100 ppm = 3 ppm x 50 mL

V1 = 0 mL V1 = 1,5 mL

 VI x C1 = V2 x C2  VI x C1 = V2 x C2

V1 x 100 ppm = 1 ppm x 50 mL V1 x 100 ppm = 4 ppm x 50 mL

V1 = 0,5 mL V1 = 2 mL

 VI x C1 = V2 x C2  VI x C1 = V2 x C2

V1 x 100 ppm = 2 ppm x 50 mL V1 x 100 ppm = 5 ppm x 50 mL

V1 = 1 mL V1 = 2,5 mL

VI. DATA PENGAMATAN

A. Tabel Data Pengamatan Fisik Sampel dan Reagen

Nama Bahan atau Pengamatan Fisik


No
Reagen Warna Bau Wujud

Sampel Air
1 Tidak Berwarna Bau Limbah Cair Larutan
Limbah

2 Garam Cu Tidak Berwarna Tidak Berbau Cair Larutan


B. Tabel Data Pembuatan Larutan Standar Induk Cu

Volume Labu Takar


Bobot Garam Cu (mg) Warna Larutan Perhitungan Konsentrasi
(ml)

392,9 100 Tidak Berwarna 999,96

C. Data Pembuatan Deret Larutan Standar

Volume
Konsentrasi Volume Labu Takar
Konsentrasi Deret
No Standar Induk yang Digunakan Absorbansi
Standar yang Dibuat
yang dipindahkan (mL)
(mL)

1 5 50 0 -0,0011

2 5 50 1 0,0514

3 5 50 2 0,1019

4 5 50 3 0,1309

5 5 50 5 0,3726

r 0,9639

b(slope) 0,0722

a(intersep) -0,0277

Yr 0,1311

Xr 2,2
Kurva Kalibrasi Cu
0.4
0.35 y = 0.0722x - 0.0277
0.3 R² = 0.9291

0.25
Absorbansi 0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi

D. Data Preparasi Sampel dan Penentuan Kadar Cu dalam Sampel

Vol sampel
Vol Labu kadar analit
Vol sampel yang C terukur di
No Takar Akhir fp dalam
(mL) dipindahkan alat (mg/L)
(mL) sampel
(mL)

1 1000 5 50 10 4,559998502 45,59998502

2 1000 5 50 10 4,496274664 44,96274664

3 1000 5 50 10 4,525365982 45,25365982

4 1000 5 50 10 4,729005204 47,29005204

5 1000 5 50 10 5,143210154 51,43210154

E. Gambar Fishbone Sumber Krtidakpastian Pengukuran Cu

 Kal  Kal

 Labu takar
 Reg  Pipet

 Efek
 Efek T T Kadar Cu
(mg/L)

PM
F. Data Ketidakpastian Asal Kurva Kalibrasi

data standar Xi (mg/L) Yi (Abs) Yc (abs) (yi-yc)2 Xi-Xr (Xi-Xr)2

1 0 -0,0011 -0,0277 0,000706 -2,2 4,84

2 1 0,0514 0,0445 0,000047 -1,2 1,44

3 2 0,1019 0,1167 0,000219 -0,2 0,04

4 3 0,1309 0,1889 0,003363 0,8 0,64

5 5 0,3726 0,3333 0,001547 2,8 7,84

 11 0,6557 0,005883 14,8

1/n 0,2

Yo 0,31094

b(slope) 0,0722

a(intersep) -0,0277

b2 0,005210889

n-2 3

1+1/n 1,2

(Yo-Yr)2 0,03232804

b2(Xi-Xr)2 0,077121155

(Yo-Yr)2/b2 (Xi-Xr)2 0,419185114

√1+1/n+(Yo-Yr)2/b2 (Xi-Xr)2 1,272472048

rsd 0,04428204

rsd/b 0,613439475

reg 0,780584585

G. Data Ketidakpastian Asal Faktor Presisi Metode

Ulangan Abs C Cu terukur Fp Kadar Cu Keterangan


larutan uji (mg/L) dalam sampel
(mg/L)

1 0,3015 4,5599985024 10 45,6000

2 0,2969 4,4962746640 10 44,9627

3 0,2990 4,5253659815 10 45,2537


Syarat
4 0,3137 4,7290052042 10 47,2901 keberterimaan PM
5 0,3436 5,1432101539 10 51,4321 adalah % RSD <
5%
rerata 0,31094 4,690770901 46,9077

mPM atau SD 2,6854

%RSD 5,7248

Yo Cs xo CSx

H. Data Ketidakpastian Asal Faktor Pengenceran (Labu Takar)

 Volume
Labu
Labu Takar
Takar
(mL)

Koef Muai Volume  (efek T)


Ketidakpastian Variasi Suhu k
Air ( C-1) (mL) (mL)
Tempratur
0,00021 50 10 1,73 0,0607
0,0922
Data Kal. Spek Pabrik
Ketidakpastian Asal k  kal (mL)
(mL)
Spesifikasi
(Kalibrasi) Pabrik
0,12 1,73 0,0694
I. Data Ketidakpastian Asal Faktor Pengenceran (Pipet)

m Volume
Pipet
pipet (mL)

Koef Muai
Ketidakpastian Volume (mL) Variasi Suhu k  (efek T) (mL)
Air ( C-1)
Tempratur
0,00021 5 10 1,73 0,0061
0,0106
Ketidakpastian
Asal Spesifikasi Data Kal. Spek Pabrik (mL) k  kal (mL)
(Kalibrasi)
Pabrik 0,015 1,73 0,0087

J. Kuantifikasi Ketidakpastian Asal Faktor Pengenceran

 vol Labu Takar vol labu takar


 vol pipet (mL) vol pipet (mL) fp  fp
(mL) (mL)

0,092168894 0,010583719 50 5 10 0,028068926

K. Kuantifikasi Ketidakpastian Gabungan Penetapan Cu dalam Air Limbah

 xi / xi
Sumber
Nilai (Xi) Satuan  Xi ( xi / xi )2
Ketidakpastian 

Kurva Kalibrasi 4,6908 mg/L 0,7806 0,1664 0,0277

Presisi Metode 46,9077 mg/L 2,6854 0,0572 0,0033

Pengenceran (m
10 - 0,0281 0,0028 0,00001
Fp)

 0,0310

Nilai Ketidakpastian Gabungan m CSx 8,2559

Nilai Ketidakpastian Gabungan diperluas (U) yaitu 2 m CSx 16,5118

Pelaporan 46,91 
16,51

VII. KESIMPULAN

Persamaan regresi y = 0,0722x - 0,0277 ; r = 0,9291


% RSD sampel adalah 5,72 %
Pelaporan 46,91 ± 16,51 mg/L

VIII. DAFTAR PUSTAKA

MAULANA, MUHAMMAD. 2011. Dasar Teori AAS. Sumber :

https://id.scribd.com/document/339994236/Dasar-Teori-AAS (diakses pada 8 April

2019 pukul 15.16 WIB)

NUGRAHA, ANDHIKA. 2017. Laporan Praktikum Kimia Instrumen Penentuan

Konsentrasi Cu Dalam Sampel Sarden Dengan Menggunakan AAS.Sumber:

https://www.academia.edu/36586737/Laporan_praktikum_penentuan_kadar_Cu_deng

an_metode_AAS?auto=download(diakeses pada 9 april 2019 pukul 20.08 WIB)

IX. TES FORMATIF

1. Berapakah nilai sensitivitas larutan standar Cu?

Nilai sensitivitas larutan standar Cu dapat dilihat dari nilai slope yaitu 0,0722.

2. Mengapa larutan Cu direkomendasikan untuk mengkonfirmasi sensitivitas


instrument SSA?

Karena larutan Cu meghasilkan nilai sensitivitas yang baik pada alat dan tidak
memerlukan nyala yang tinggi dalam proses atomisasi.

3. Mengapa sumber radiasi yang berasal dari lampu katoda dikategorikan radiasi
resonansi?
Radiasi resonansi yaitu radiasi yang berasal dari di-eksitasi atom dari tingkat
ekstiasi tinggi ke tingkat dasar. Unsur Cu di dalam nyala api memiliki sifat
yang khas, yaitu akan menyerap radiasi yang datang. Sinar yang diabsorbsi
paling kuat biasanya adalah sinar yang berasal dari transisi electron ke tingkat
terendah. Sinar ini disebut garis resonansi. Radiasi resonansi memiliki
panjang gelombang yang kharakteristik untuk setiap atom bebas dimana
sumber radiasi harus sama dengan analit yang diukur , misalnya logam Cu,
harus menggunakan lampu katoda Cu.

4. Apakah Cu dapat dianalisis menggunakan nyala api yang berasal dari udara
dan gas elpiji?

Ya bisa, karena nyala api yang dihasilkan oleh campuran udara dan gas elpiji
memiliki temperature ± 2250˚C dan masih mampu mengeksitasi atom logam
Cu.

Anda mungkin juga menyukai