Tgl Percobaan
14 September 2009
ACC, Tgl
2010
Drs. Harjanto,MSc
NIP. 196106291990031001
BAB I
PENDAHULUAN
A = - log T
= - log
= log
Pemoto
ng
berputa
Penguat
arus
searah Pencatat
Motor
Sumber tenaga
Bahan
bakar
sampel
Oksigen
sumber
radiasi
resonansi
untuk
atomic
absorption
dianalisa dan elektroda yang lain merupakan sebuah anoda yang diletakkan
dalam sebuah tabung yang terbuat dari gelas kuarsa. Gambar 1.2 di bawah ini
merupakan gambar dari lampu katoda berongga.
Harus dari
quartz
Diis gas Neon atau
Argon dengan tekanan
rendah
Bahan
Logam
Katod
a
Anoda
sistem pembakar (burner), sehingga sistem atomizer ini juga disebut burner
nebulizer system/sistem pengabut pembakar. Adapun macam-macam atomizer
sebagai berikut:
1. Flame bekerja pada temperatur atomisasi 1700-3150C dengan jenis
kontinyu
2. Inductively coopled argon plasma, bekerja pada temperatur atomisasi
4000-5000C dengan kontinyu.
3. Direct current agent plasma, bekerja pada temperatur 4000-6000oC,
dengan jenis kontinyu.
4. Electric thermal, bekerja pada temperatur 1200-1300oC, dengan jenis
diskrit.
5. Electric arc, bekerja pada temperatur 4000-5000oC, baik untuk jenis diskrit
dan kontinyu.
6. Electric spark, bekerja pada temperatur 40000oC dengan jenis kontinyu.
Atomizer yang biasa digunakan pada spektrofotometer adalah jenis sistem
flame. Pada umumnya menggunakan energi panas yang dihasilkan baik
dengan listrik ataupun nyala api. Untuk memperoleh uap teratomisasi yang
optimum maka suhu harus diatur dengan baik, karena bila suhu terlalu tinggi
sebagian atom akan terionisasi, sehingga tidak menyerap panjang gelombang
yang diharapkan. Untuk mencapai suhu tertinggi bila dibakar dengan
asetilene, yaitu 3000oC.
Pada umumnya pengatoman terjadi pada tempat pembakaran sampel, udara,
dan gas asetilene yaitu di burner head.
a) Nebulizer system
Sistem ini berfungsi untuk mengubah larutan menjadi butir butir kabut
yang berukuran 15-20 m, dengan cara menarik larutan melalui kapiler
dengan penghisapan pancaran gas bahan bakar dan gas oksidan disemprotkan
ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersamasama aliran gas bahan bakar masuk ke dalam nyala, sedang partikel kabut
yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.
b) Burner system
kabu
t
Bahan bakar
dan oksidan
Sampel
analit
Salura
n
Dari gambar dapat dijelaskan bahwa, bahan bakar, udara dan sampel
diumpankan ke tempat campuran melalui sederet buffle kemudian menuju ke
tempat pembakaran. Pemasangan buffle dimaksudkan untuk pencampuran
bahan bakar, oksidan dan sampel agar terjadi dengan sempurna. Sampel yang
masuk pada alat ini menghasilkan cairan bermacam-macam. Tetesan yang
besar akan menumbuk buffle sehingga sampai pada nyala api dengan ukuran
yang seragam.
Larutan sampel disedot melalui pipa kapiler yang dilalui udara atau
oksigen lewat ujung yang diruncingkan dari pipa dalam nyala oleh gas-gas
yang berdesakan. Aerosol sampel jauh kurang seragam, jalan optis jauh lebih
pendek dan pembakaran dengan suara yang keras.
3. Monokromator
As = bcx
cx=
cx = Konsentrasi sampel
As = Absorbansi larutan standar
Ax = Absorbansi sampel
Cs = Konsentrasi larutan standar
b. Metode kurva kalibrasi
Metode kurva kalibrasi/standar yaitu dengan membuat kurva antara
konsentrasi larutan standar (sebagai absis) melawan absorbansi (sebagai
ordinat) di mana kurva tersebut berupa garis lurus. Dengan cara
menginterpolasikan absorbansi larutan sampel ke dalam kurva standar
tersebut kemudianAbsorbansi
akan diperoleh konsentrasi larutan sampel.
sampel
y=
y = Absorbansi
x = Konsentrsai
Absorbansi
larutan
standar
a = Intersep
b = Slope
Konsentrasi
sampel
Konsentrasi
larutan
Gambar 1.4
Kurva
standar
kalibrasi
Absorba
nsi
larutan
standar
y = Absorbansai
y=
x = Volume standar
a = Intersep
b = Slope
Konsentr
asi
cuplikan
Volume larutan
standar
selalu tersedia dan juga serapan atom dan serapan latar tidak diukur
pada panjang gelombang yang sama.
c. Koreksi dengan panjang gelombang sinar yang kontinyu
Sinar yang intensitasnya hampir merata pada daerah 1900 4300
A, dapat digunakan secara efektif untuk koreksi serapan latar, yaitu
dapat digunakan lampu D2/H2. Monokromator diatur pada panjang
gelombang garis analisis dan sinar dari lampu D2 diatur selebar
beberapa
BAB II
METODOLOGI
psig
Menghidupkan aliran listrik ke komputer dan spektrometer
Menghidupkan komputer
Menghidupkan alat spektrometer Spektra AA-220
Mengklik logo spectra AA pada layar komputer
Mengklik worksheet
Mengklik new
Mengklik worksheet details, dan mengisi form berikut ini :
Name
: kelompok 1A
Analyst
: BonSaFar
Comment
:
Sample
:2
Mengklik Ok
mengklik ok.
Selanjutnya muncul kolom analyst checklist, mengklik ok.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
Absorbansi
X
(mg/L)
x1
x2
x3
Cal Zero
0,0076
0,0046
0.0031
0.0051
Standar 1
1.000
.....e
..e
..e
..e
Standar 2
2.000
0.0611
0.0620
0.0618
0.0616
Standar 3
6.000
0.2070
0.2091
0.2103
0.2088
Standar 4
10.000
0.3833
0.3826
0.3847
0.3835
Standar 5
14.00
0.4791
0.4720
0.4735
0.4749
Standar 6
20,00
0.6767
0.6791
0.6756
0.6771
Sample 1
13.655
0.4915
0.4902
0.4909
Sample 2
9.255
0.3526
0.3119
0.3323
BAB IV
PEMBAHASAN
radiasi
tersebut.
Dengan
mengukur
intensitas
radiasi
yang
diteruskan
= 44,9 %
Standard 1
= ..e
Standard 2
= 1,8 %
Standard 3
= 0,79 %
Standard 4
= 1,6 %
Standard 5
= 0,7 %
Standard 6
= 0,2 %
Sampel 1
= 0,18 %
Sampel 2
= 8,6 %
Dan hasil analisa dibuat grafik yang merupakan kurva kalibrasi antara
konsentrasi larutan standar Vs absorbansinya. Dari grafik diperoleh persamaan y =
0.034x + 0,007. Dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi sempel dengan memasukkan absorbansi sampel pada persamaan. Dari
pembacaan alat diperoleh konsentrasi sampel.
Sampel 1= 13,655 mg/l
Sampel 2 = 9,225 mg/l
Sedangkan dari rumus persamaan diperoleh konstanta yangcukup berbeda :
Sampel 1 = 14,23 mg/l
Sampel 2 = 9,56 mg/l
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada prinsipnya alat AAS didasarkan pada banyaknya cahaya yang diserap
oleh atom-atom logam yang ada dalam sampel dimana banyaknya cahaya
yang diserap sebanding dengan konsentrasi logam tersebut dalam sampel.
2. Pengoperasian alat AAS pada umumnya sering mengalami kesalahan
karena pembuatan larutan standar yang tidak sesuai. Alat AAS memiliki
komponen-komponen
seperti
Hollow
= 44,9 %
Standard 1
= ..e
Standard 2
= 1,8 %
Standard 3
= 0,79 %
Standard 4
= 1,6 %
Standard 5
= 0,7 %
Standard 6
= 0,2 %
Sampel 1
= 0,18 %
Sampel 2
= 8,6 %
5.2. Saran
Sebaiknya dalam praktikum, mahasiswa harus lebih teliti dalam hal:
a. Membuat larutan standar dengan teliti dan kondisi alat yang
digunakan harus benar-benar kering dan bersih.
b. Memperhatikan dan melakukan prosedur percobaan sesuai
dengan petunjuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perhitungan
Perhitungan
RSD
(Relativ
Standard
Deviation)
% RSD =
=
(0.0611 0.0616) 2 (0.0620 0.00616) 2 (0.0618 0.0616) 2
3 1
= 1.15 10-3
% RSD =
1,15 x10 3
x100%
0,0616
= 1.8%
C
Larutan
Absorbansi
X
SD
% RSD
0,0031
0,0051
2,29x10-3
44,9%
..e
..e
..e
..e
..e
0,0620
0,0618
0,0616
1,15x10-3
1,8%
(mg/L)
x1
x2
x3
Cal Zero
0,0076
0,0046
Standar 1
..e
Standar 2
0,0611
Standar 3
0,2070
0,2091
0,2103
0,2088
1,67x10-3
0,79%
Standar 4
10
0,3833
0,3826
0,3847
0,3835
6x10-2
1,6%
Standar 5
14
0,4791
0,4720
0,47735
0,4749
3,74x10-3
0,7%
Standar 6
20
0,6767
0,6791
0,6756
0,6771
1,79x10-3
0,2%
Sample 1
13,655
0,4915
0,4902
0,4909
9,21x10-4
0,18%
Sample 2
9,225
0,3526
0,3119
0,3323
28x10-3
8,6%
X = Konsentrasi
Absorban
0,4909
0,3323
Konsentrasi (mg/l)
14,23
9,56