Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES PRODUKSI
PEMBUATAN ASAP CAIR

DI SUSUN OLEH
Nama/NIM

Uni Adriani

(13 644 043)

Era Devi Istihaji

(13 644 046)

Yudha Pradana

(13 644 047)

Ikmas

(13 644 048)

Kelompok

: V ( Lima )

Kelas

: VII A-/S-1 Terapan

Dosen Pembimbing : Sitti Sahraeni, ST., M.Eng

LABORATORIUM PROSES PROSES


PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
PEMBUATAN ASAP CAIR

DI SUSUN OLEH
Nama / NIM

Uni Adriani

(13 644 043)

Era Devi Istihaji

(13 644 046)

Yudha Pradana

(13 644 047)

Ikmas
Kelompo

: V ( Lima )

Kelas

: VII A/S-1 Terapan

(13 644 048)

Dosen Pembimbing : Sitti Sahraeni, ST., M.Eng


Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal.................. 2016

Mengesahkan dan Menyetujui,


Dosen Pembimbing

Sitti Sahraeni, ST., M.Eng


NIP. 19741007 200112 2 003

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
-

Dapat mengoperasikan alat pirolisis.

Membuat asap cair grade 2.

1.2 Dasar Teori


1.2.1

Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa adalah salah satu bagian dari kelapa setelah

sabut kelapa yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat dijadikan
sebagai basis usaha. Tempurung kelapa ini merupakan lapisan yang
keras dengan ketebalan 3-5 mm. Tempurung kelapa yang memiliki
kualitas yang baik yaitu tempurung kelapa yang tua dan kering yang
ditunjukkan dengan warna yang gelap kecoklatan. Tempurung kelapa
termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar enam sampai
sembilan persen (dihitung berdasar berat kering) yang tersusun dari
lignin, selulosa dan hemiselulosa (Tilman, 1981 dalam Ramdan, 2012).
Data komposisi kimia tempurung kelapa dapat kita lihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
Komponen
Selulosa
Hemiselulosa
Lignin
Abu
Komponen ekstraktif
Uronat anhidrat
Nitrogen
Air

Persentase (%)
26,6
27,7
29,4
0,6
4,2
3,5
0,1
8,0

Apabila tempurung kelapa dibakar pada temperatur tinggi dalam


ruangan yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi

rangkaian proses penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan


akan menghasilkan arang, destilat, tar dan gas. Destilat ini merupakan
komponen yang sering disebut sebagai asap cair (Pranata, 2008 dalam
Ramdan 2012).
1.2.2

Proses Pirolisis
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses

pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana


material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi
fase gas. Salah satu kelebihan dari proses pirolisis adalah mampu
menghasilkan gas atau produk minyak dari limbah yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Namun proses pirolisis tidak sama
dengan proses gasifikasi dan pembakaran/pemanasan (insinerasi) biasa.
Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi dan insinerasi adalah jumlah
oksigen

yang

disuplai

ke dalam reaktor. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi hasil pirolisis, antara lain :


-

Suhu Pirolisis
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai
dengan persamaan Arhaenius yang menyatakan suhu semakin tinggi
nilainya konstanta dekomposisi termal semakin besar akibatnya laju
pirolisis bertambah dan konversi naik.

Waktu pirolisis
Waktu pirolisis yang panjang akan meningkatkan hasil gas, hasil
padatnya akan menurun. Sedangkan hasil cairnya akan meningkat,
tetapi pada kondisi waktu optimal maka hasil cairnya tidak akan
meningkat lagi.

Kadar air bahan


Kadar air dalam bahan nilainya yang tinggi akan menyebabkan
timbulnya uap air dalam proses pirolisis sehingga waktu yang
digunakan untuk pemanasan semakin banyak.

Berat Partikel

Semakin banyak bahan yang dimasukkan, menyebabkan hasil produk


cair dan arang meningkat.

1.2.3

Asap Cair
Asap cair atau Liquid Smoke yang lebih dikenal sebagai asap cair

merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil


pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan bahan yang
banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain. Cara yang
paling umum digunakan untuk menghasilkan asap pada pengasapan
makanan adalah dengan membakar serbuk gergaji kayu keras dalam
suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap. Asap tersebut dialirkan
ke rumah asap dalam kondisi sirkulasi udara dan temperatur yang
terkontrol (Sink dan Hsu, 1977 dalam M.Yunus, 2011).
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena
terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa,
dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil
diidentifikasi. Golongan-golongansenyawapenyusun asap cairadalah air
(1192 %), fenol (0,22,9 %), asam (2,89,5 %), karbonil (2,64,0 %)
dan tar (17 %) (Fatimah, 1998 dalam M. Yunus, 2011). Komponenkomponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung
jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu
seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam
yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk
asapan, karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk
pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma
dan menunjukkan aktivitas antioksidan. Komponen-komponen asap cair
meliputi :
a. Senyawa-senyawafenol

Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat


memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa
fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu.
Kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200
mg/kg. Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk
asapan adalah guaiakol dan siringol. Senyawa-senyawa fenol yang
terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang
tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang
terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugusgugus lain seperti aldehid, keton, asam, dan ester (Maga, 1987dalam
M. Yunus, 2011).

b. Senyawa-senyawa karbonil
Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada
pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini
mepunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa
karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan
siringaldehida.
c. Senyawa-senyawa asam
Senyawa- senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri
dan membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara
lain adalah asam asetat, propionat, butirat, dan valerat.

d. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis


Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk
pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti
benzo(a)pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk
karena bersifat karsinogen (Girard, 1992dalam M. Yunus 2011).

Pembentukan berbagai senyawa HPA selama pembuatan asap


tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan
kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan
udara dalam kayu. Dikatakan juga bahwa semua proses yang
menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap akan
menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses tersebut antara lain adalah
pengendapan dan penyaringan.
e. Senyawa benzo(a)pirena
Senyawa Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310C dan dapat
menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan
kulit. Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang lama
(Winaprilani, 2003 dalam M. Yunus, 2011).
1.2.4

Penggunaan Asap Cair


Asap cair memiliki berbagai manfaat dan kegunaan dalam berbagai

bidang diantara lain dalam industri pangan, industri perkebunan,


industri kayu, industri karet, pertanian, dan peternakan. Tetapi
penggunaannya didasarkan pada tingkatan atau grade asap cair.
-

Asap cair grade 1


Asap cair grade 1 digunakan sebagai pengawet makanan siap saji
seperti bakso, mie, tahu, dan bumbu-bumbu. Asap cair grade 1 ini
berwarna bening, rasa sedikit asam, aroma netral, dan merupakan
asap cair paling bagus kualitasnya serta tidak mengandung senyawa
yang berbahaya untuk diaplikasikan ke produk makanan.

Asap cair grade 2


Asapcair grade 2 dipakai untuk pengawet makanan sebagai
pengganti formalin dengan taste asap (daging asap, ikan asap)

berwarna kecoklatan transparan, rasa asam sedang, aroma asap


lemah.
-

Asap cair grade 3


Asap cair grade 3 tidak dapat digunakan untuk pengawet makanan
karena masih banyak mengandung tar yang karsinogenik. Asap cair
grade 3 tidak digunakan untuk mengawet bahan pangan tetapi
dipakai pada pengolahan karet, penghilang bau, dan pengawet kayu
agar tahan terhadap rayap.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan

2.1.1

2.1.2

Alat yang digunakan

1 set alat pirolisis

Erlenmeyer 500 mL

Gelas ukur 100 mL

Gelas kimia 100 mL

Corong

Pompa vakum

1 peralatan destilasi

Buret 50 mL

Statif

Timbangan

Bahan yang digunakan


-

Tempurung kelapa

Kertas saring whatman No. 42

Zeolit

Indikator pp

NaOH 0,1 N

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1.

Pembuatan asap cair

a. Mengecilkan ukuran tempurung kelapa


b. Menimbang sebesar 1 kg tempurung kelapa
c. Merangkai peralatan pirolisis
d. Memasukkan 1 kg bahan tempurung kelapa ke dalam reaktor
pirolisis
e. Menyambungkan kondensor
f. Melakukan proses pirolisis pada suhu 500 C selama 2,5 jam
g. Mengambil hasil asap cair yang keluar melalui kondensor.
h. Mengendapkan produk asap cair selama 3 hari

2.2.2.

Proses pemurnian

a. Menyaring produk asap cair yang telah diendapkan menggunakan


kertas saring whatman No. 42
b. Mengukur pH asap cair hasil pirolisis
c. Memasukkan produk ke dalam erlenmeyer 500 mL yang telah diisi
dengan batu didih
d. Memasang erlenmeyer pada pemanas serta menghubungkan
erlenmeyer dan kondensor menggunakan konektor
e. Menyalakan air pendingin pada kondensor
f. Mendestilasi produk sampai tidak ada lagi cairan yang menetes dari
kondensor
g. Mengukur pH destilat yang diperoleh
h. Menimbang zeolit sebanyak 3,7 gram dan masukkan ke dalam
produk
i. Merendam produk menggunakan zeolit selama 1 jam
j. Menyaring produk asap cair grade 2
2.2.3.

Analisa produk asap cair

a. Mengambil 10 ml produk asap cair grade 2


b. Mengencerkan hingga 100 ml dengan menggunakan labu ukur
c. Memipet 25 ml asap cair hasil pengenceran dan memasukan kedalam
erlenmeyer 250 ml
d. Menetesi dengan indikator PP sebanyak 2-3 tetes
e. Menitrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N sampai berubah warna
menjadi merah muda

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1. Hasil Pirolisis


No
.
1.
2.
3.
4.

Sampel

Massa (g)

Tempurung
Arang
Asap cair
Massa yang hilang

1000
474
479,8957
46,1043

Tabel 3.2. Proses Pemurnian


No
.
1.
2.

Sampel
Asap cair setelah
penyaringan
Asap cair destilat

Ph

Warna

Kuning kecoklatan

Kuning

Tabel 3.3. Analisa Produk Asap Cair


No
.
1.
2

Sampel

Volume (ml)

Asap cair perendaman


zeolit
Titran

Ph

Warna

25

Kuning bening

34,5

Bening

3.2 Data Perhitungan


Tabel 3.4. Hasil Perhitungan
Rendemen
Konsentrasi Asam Asetat
3.3 Pembahasan

47, 99 %
8,28 %

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengoperasikan alat pirolisis dan


membuat asap cair grade 2. Bahan baku yang digunakan adalah tempurung
kelapa sebanyak 1 kg. Proses pirolisis berlangsung pada suhu 500 C selama
2,5 jam. Dari proses pirolisis didapatkan hasil asap cair sebesar 479,8957
gram dengan rendemen sebesar 47,99 %. Hasil rendemen yang didapatkan
cukup besar akan tetapi sebenarnya masih dapat ditingkatkan sampai > 50 %.
Hal ini dikarenakan pada saat pengeluaran arang hasil pirolisis dari dalam
reaktor masih cukup banyak bahan baku yang belum terdekomposisi atau
masih sebagian utuh belum menjadi arang. Jika masih banyak bahan baku
yang belum diproses secara sempurna maka sebenarnya produk asap cair
belum dihasilkan secara maksimal.
Produk asap cair yang dihasilkan dari pirolisis berada pada kualitas grade
3 maka perlu dilakukan beberapa pengolahan lanjut untuk meningkatkan
kualitasnya. Asap cair hasil setelah pirolisis didiamkan selama 3 hari. Hal ini
bertujuan agar zat-zat pengotor berbentuk padatan seperti tar dapat
mengendap. Setelah itu asap cair disaring menggunakan kertas saring dan
dilakukan proses destilasi untuk meningkatkan kemurnian dari asap cair.
Selanjutnya destilat asap cair direndam dengan zeolit. Perendaman ini
bertujuan agar didapatkan produk asap cair dengan kemurnian yang lebih
baik dari segi warna dan aroma. Terakhir asap cair dilakukan analisa yaitu
kandungan asam asetat. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan
kandungan asam asetat sebesar 8,28 %. Menurut Fatimah (1998) menyatakan
bahwa kandungan asam pada asap cair hasil pirolisis adalah sebesar 2,8 % 9,5 %. Jadi dapat disimpulkan asap cair yang didapatkan hasil praktikum
telah sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
-

Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis adalah sebesar 479,8957
gram dengan rendemen 47,99 %.

Konsentrasi asam asetat dari produk asap cair yang dihasilkan adalah yaitu
8,28 %.

4.2 Saran
-

Pada saat melakukan proses pirolisis, isolasi terhadap alat pirolisis harap
dilakukan secara baik agar tidak terlalu banyak massa yang hilang dalam
bentuk uap tidak terkondensasi.

Pastikan air pendingin untuk kondensor selalu dingin agar proses


kondensasi berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ramdan S, T. (2012).Pembuatan dan Pengujian Reaktor Pirolisis pada Alat
Penghasil Asap Cair dengan Bahan Baku Tempurung Kelapa. 10 Oktober
2016. http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/98/jbptppolban-gdl-sugietaofi4854-3-bab2--1.pdf
Tim Laboratorium Operasi Teknik Kimia (2016/2017). Modul Praktikum Proses
Produksi S1 Terapan Teknologi Kimia Industri. JurusanTeknik Kimia,
Politeknik Negeri Samarinda
Yunus, M. (2012). Teknologi pembuatan asap cair dari tempurung kelapa sebagai
pengawet

makanan.

10

Oktober

http://jurnalsainsinovasi.file.wordpress.com/2013/05/7-m-yunus1.pdf

2016.

LAMPIRAN
Perhitungan :
Diketahui :
Massa tempurung kelapa

: 1000 gram

Massa botol kosong

: 29,5626 gram

Massa botol + asap cair

: 509,4583 gram

Suhu pirolisis

: 500 C

Waktu pirolisis

: 2,5 jam

Rendemen Asap Cair


Massa asap cair

= (Massa botol + asap cair) - (Massa botol kosong)


= 509,4583 gram 29,5626 gram
= 479,8957 gram

Rendemen asap cair

Massa asap cair


x 100 %
Massa tempurung kelapa

479,8957 gram
x 100 %
1000 gram

= 47,99 %
Analisa Produk Asap Cair
Penentuan Kadar Asam Asetat Asap Cair
N NaOH

: 0,1 N

V NaOH

: 34,5 mL

V sampel

: 25 mL

Faktor Pengenceran

Kadar CH3COOH

Volume labu ukur


=
Volume sampel

100 mL
10 mL

= 10

Fp x V NaOH x N NaOH x BM CH 3 COOH


x 100
V Sampel x 1000
=

10 x 34,5mL x 0,1 N x 60 gram/ gmol


x 100
25 mL x 1000

= 8,28 %

Anda mungkin juga menyukai