Disusun oleh :
Asisten :
1. Oriza Krisnata Wiwata
2. M. Dwi Nurcahyo
3. Qoimatul Fitriyah
4. Nurul Ummah Umaeroh
5. Wasilatul Imma
molekul CH2 yang lain, tetapi sejajar dengan molekul CH3. Karet gutta percha ini
umumnya lebih kuat dan kurang elastis, digunakan untuk pembungkus kabel
listrik dan sebagai bahan baku untuk bola golf. Karet merupakan politerpena yang
disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat.
Sesungguhnya isoprena merupakan produk degradasi utama karet, yang
diidentifikasi sebagaimana pada awal 1860-an. Rumus empiris karet adalah
C10H16 dan ini adalah polimer yang tinggi.
Produktivitas karet di Indonesia hanya 1,0 ton/ha, lebih rendah daripada
Malaysia (1,3 ton/ha) dan Thailand (1,9 ton/ha). Produksi karet di Indonesia,
Thailand, dan Malaysia berkontribusi 85% dari total produksi dunia. Pada tahun
2012 luas area perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,462 juta hektar dengan
komposisi perkebunan rakyat sebanyak 2,937 juta hektar, perkebunan besar milik
Negara sebanyak 0,242 juta hektar, dan perkebunan besar swasta sebanyak 0,283
juta hektar (Ditjenbun 2012).
A. Akar
Akar pohon karet termasuk ke dalam akar tunggang yang dapat menghujam
tanah hingga kedalaman sekitar 1 – 2 meter. Akar lateralnya dapat menyebar
sejauh 10 m (Andoko dan Setiawan, 1997). Tangkai daun utamanya yaitu 3 –
20 cm. Daunnya berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing atau
lancip, tepinya rata. Pada setiap tangkainya tumbuh sebanyak 3 helai daun
(Anwar,2001). Sistem perakaran tanaman karet yaitu sebagai berikut :
(1) Tanaman karet memiliki akar tunggang, akar lateral dan akar baru yang
lateral menyebar ke segala arah dimana perakaran hara vertikal sebagian
besar berada pada kedalaman 0-75 cm dari tanah.
(2) pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada lingkungan yang
sempit disekitar pohon, pada tanaman dewasa akar cabang primer mulai
membentuk cabang pada jarak 50-150 cm dari pangkal.
(3) penyebaran perakaran hara pada tanaman berumur lebih dari 5 tahun
meningkat mulai jarak ± 60 cm dari pohon kearah ujung mencapai 300 cm
setelah itu mulai berkurang.
(4) pembentukan akar hara terjadi selama-lamanya membentuk tajuk baru dan
secara berangsur pembentukan akan menurun.
(5) pada umumnya akar tunggang tanaman karet mampu mencapai kedalaman
2 meter atau lebih, sedang perakaran lateralnya mampu menyebar sampai 20
meter atau lebih. Makin tiggi intensitas sifat-sifat tanah dalam membatasi
pertumbuhan dan perkembangan akar menyebabkan penyebaran akar makin
terbatas. Akibatnya ruang gerak dan jangkauan perakaran tanaman dalam
memperoleh unsur-unsur hara, air, dan udara menjadi terbatas dan pada
gilirannya pertumbuhan bagian atas tanaman terhambat dan produksinya
turun.
B. Kulit
Susunan anatomi kulit karet berperanan penting dengan produksi lateks dan
produktivitas pohon tidak terlepas dari sifat anatomi dari sifat-sifat yang
diturunkan oleh pohon karet itu sendiri. Keret mempunyai struktur anatomi
seperti tanaman dikotil lainnya, secara umum jaringan kulit karet tersusun
dan sel-sel parenchymatis yang diantaranya terdapat jaringan pengangkut
xilem dalam pohon, keduanya dipisahkan oleh kambium. Sesuai dengan umur
tanam, kulit dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
(1) Kulit perawan (yang belum pernah disadap) yang terdiri dari kulit keras
dan kulit lunak. Kulit terdiri dari garis yang terletak pada bagian yang paling
luar dan bentuknya kasar dan bersisik.
(2) Kulit pilihan (yang sudah disadap) setelah disadap pembentukan
phelloderm relatif dibentuk lebih tebal dan secara langsung. Kadangkala
regenerasi kulit pilihan memakan waktu panjang.
C. Daun
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm dan anak daun 3-10 cm. Biasanya ada tiga anak
daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis
memanjang dan tepinya rata dengan ujung meruncing. Disamping itu juga
adanya interaksi antar hara dan perbedaan dari klon dimana titik optimum dan
titik kritis kadar hara daun yang hubungannya dengan pertumbuhan pohon
dan produksi yang maksimal harus ditetapkan
D. Biji dan Buah
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak maka akan
pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-
ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan
tanaman karet secara alami. Biji-biji yang terlontar kadang-kadang sampai
jauh, akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung.
Biji karet merupakan hasil persarian dari alat persarian terdiri dari benang sari
dan putik. Biji yang dihasilkan dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji illegitim,
legitim dan propalegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan dari
penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui dengan pasti,
sedangkan bunga jantannya tidak diketahui. Biji legitim merupakan biji yang
diperoleh dari penyerbukan silang yang bunga betina dan jantannya diketahui
dengan pasti. Sedangkan biji propalegitim merupakan biji yang diproleh dari
penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga
jantannya tidak pasti.
E. Bunga
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian
bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi,
beserta tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh
dibawah lateks sintetis, tetapi sesungguhya karet alam belum dapat digantikan
oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit
ditandingi oleh karet sintetis. Karet alam mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan karet sintetis diantaranya adalah:
a. Memiliki daya elastis dan daya lenting yang sempurna
b. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
c. Mempunyai daya aus yang tinggi
d. Tidak mudah panas (low heat built up)
e. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (goove cracking
resistance) (Tim Penulis Penebar Swadaya., 1998).
Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap
berbagai zat kimia dan harganya cenderung bisa dipertahankan tetap
stabil.Pengiriman atau suplai karet sintetis dalam jumlah lebih jarang mengalami
kesulitan.Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam.
Lateks adalah suatu sistem koloid yang terdapat partikel karet yang dilapisi
oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam serum. Lateks terdiri dari
25-45% hidrokarbon karet selebihnya merupakan bahan-bahan bukan karet
(Zahara, 2005). Lateks merupakan cairan putih kekuningan hasil dari penyadapan
kulit tanaman karet yang digunakan sebagai bahan baku olahan karet.
Menurut Zuhra (2006), komposisi lateks Hevea Brasiliensis dapat dilihat
jika lateks disentrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm, yang hasilnya adalah
sebagai berikut :
1. Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam
2. Fraksi Frey Wissling (1-3%) : karotenoid, lipida, air, karbohidrat, protein dan
turunannya.
3. Fraksi serum (48%) : senyawaan nitrogen, asam nukleat, dan nukleotida,
senyawa organik, ion anorganik dan logam.
4. Fraksi dasar (14%) : air, protein dan senyawa nitrogen, karet dan karatenoid,
lipida dan ion logam .
Komposisi kimia lateks segar dari kebun dan lateks kering disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Komponen kimia lateks segar dan lateks kering
No. Komponen kimia Lateks segar (%) Lateks kering (%)
1 Karet hidrokarbon 36 92-94
2 Protein 1,4 2,5 – 3,5
3 Karbohidrat 1,6 -
4 Lipida 1,6 2,5 – 3,2
5 Persenyawaan organik lain 0,4 -
6 Persenyawaan anorganik 0,6 0,1 – 0,5
7 Air 58,5 0,3 – 1,0
Sumber: Surya (2006)
3.1.2 Bahan
1.Lateks Segar
2. Asam Format 1%
3. Asam Asetat 1%
4. Amoniak 0,5 ml
5. Larutan CMC 1%
6. Air
7. Tissu
8. Label
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Penyaringan
Penentuan KK dan KE
Penyaringan
@ + amonia 0,5 ml
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Nilai KKK pada penambahan asam format 1% lebih besar daripada
penambahan asam asetat 1% dan semakin kecil FP maka KKK akan
semakin besar. Warna lateks yang menggumpal lebih putih bersih pada
penambahan asam format 1%, untuk parameter aroma, lateks yang
menggumpal pada kedua perlakuan beraroma lateks yang masih segar dan
tekstur dengan penambahan asam format 1% sebesar 6,93 mm/s serta
perlakuan lateks dengan penambahan asam asetat 1% sebesar 6,70 mm/s.
2. Nilai KE dan KK yang dihasilkan jauh dari nilai standar dan semakin
besar nilai KK maka air yang ditambahkan untuk pengenceran semakin
banyak. KKK 142,7% menjadi 20% membutuhkan air sebanyak 613.6 mL
dan KKK 138,788% menjadi 20% membutuhkan air sebanyak 593.94
mL.
3. Semakin banyak penambahan bahan pendadih yakni CMC 1% maka
proses pendadihan akan semakin cepat, semakin lama proses pendadihan
maka teksturnya akan semakin padat dan lama waktu penyimpanan maka
warna yang dihasilkan semakin gelap.
6.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya agar lateks yang digunakan
benar-benar segar sehingga saat digunakan untuk pengujian tidak berbau busuk
menyengat. Untuk pengamatan parameter warna, aroma, tekstur sebaiknya
menggunakan alat agar hasil yang diperoleh objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat
Penelitian Karet.
Cotton dan Wilkinson. 1997. Kimia Anorganik Dasar Cetakan Pertama. Jakarta:
UI-Press.
Ditjenbun, (2012), Peresmian Peremajaan Pertama Kebun Plasma Kelapa
SawitDi Sei Tapung, Propinsi Riau, Tanggal 3 Pebruari 2012, Drektorat.
Mili, P., Tuti, I., Chessa, A. S., Mutia, T. 2011. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan
Penggumpal Lateks dan Hubungannya dengan Susut Bobot, Kadar Karet
Kering dan Plastisitas. Prosiding Seminar Nasional AvoER ke-3.
Palembang: Universitas Sriwijaya.
Nobel, R.J. 1998. Latex in Industry 2nd ed. New York : Rubber Age.
Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember: Universitas
Jember.
Setiawan, L. dan Irvani, A. 2007. Pembuatan Asam Asetat dengan Cara Murni.
Jakarta.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1988. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000,
Budidaya dan Pengelolahan. Bogor: PT Penebar Swadya.
Fp =
KKK = ( )
Asam Asetat
Berat Lateks = = 94,85 gram
Fp= = 50,912%
KKK = ( ) = 138,788%
Asam Asetat
AT =
=
LAMPIRAN DOKUMENTASI
2.
3.
Lateks Segar
4.
Dokumentasi Keterangan
Lateks 100 mL
Penyaringan lateks
Penambahan amoniak 0,5 mL
Pengadukan