Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman karet (Hevea brasilliensis, Muell. Arg.) merupakan tanaman
introduksi yang berasal dari Brazil. Karet masuk ke Indonesia pada tahun 1864,
mula-mula tanaman karet ditanam di kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.
Kemudian dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan
komersial (Setiawan dan Andoko, 2005).
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi
kehidupan manusia sehari-hari, hal ini berkaitan dengan mobilitas manusia dan
merupakan salah satu komponen barang yang terbuat dari karet seperti ban
kendaraan, sabuk transmisi, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam
maupun karet sintetik terus meningkat dengan meningkatnya standar hidup
manusia. Upaya peningkatan produksi tanaman tersebut terus dilakukan terutama
dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen (Damanik, dkk., 2010).
Prospek industri karet masih terbuka luas dengan bergesernya konsumsi
karet dunia dari Eropa dan Amerika ke Asia.Industri karet di Indonesia harus
mampu berproduksi maksimal, apalagi pasokan karet domestik semakin besar
pasca pembatasan ekspor. Indonesia memiliki areal tanaman karet paling luas di
dunia, yaitu 3,4 juta ha dengan produksi karet per tahun 2,7 juta ton dan
produksinya 1,0 ton/ha. Indonesia memiliki wilayah cukup luas untuk tanaman
karet, tetapi produksinya masih berada di bawah Malaysia (1,3 ton/ha) dan
Thailand (1,9 ton/ha) (Anonim, 2012).
Rendahnya produksi tanaman karet di Indonesia karena belum maksimal
dalam pemeliharaan, terutama pemeliharaan tanaman karet yang belum
menghasilkan (TBM). Pemeliharaan TBM perlu ditingkatkan, agar getah karet
yang disadap dapat maksimal dan produksi tanaman karet tinggi. Upaya yang
dilakukan dalam pemeliharaan TBM dengan pemupukan. Pemupukan bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menjaga keseimbangan hara tanah
dan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman

1
2

terhadap serangan hama penyakit dan mempertahankan kesuburan tanah. Selain


itu dilakukan pengendalian hama dan penyakit, bertujuan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman. Tanaman karet yang terserang hama
maupun penyakit pertumbuhannya akan terhambat, karena kondisi tanaman yang
kurang baik, sehingga tanaman tidak dapat berproduksi maksimal bahkan
menyebabkan kematian tanaman. Tanaman TBM merupakan tanaman muda dan
belum menghasilkan, oleh sebab itu untuk menunjang pertumbuhan tanaman agar
berproduksi maksimal, perlu dilakukan pemeliharaan dengan baik.

1.2 Permasalahan
Luas areal karet di Indonesia mencapai 3.4 juta ha, dan 2.9 juta ha di
antaranya lahan perkebunan rakyat (smallholders) atau sekitar 80% dari total
perkebunan karet Indonesia, sementara luas areal negara (goverment) yaitu
259.366 ha dan untuk perkebunan swasta (private) luas arealnya yaitu 269.315 ha
(Anonim, 2013). Produksi tanaman karet per tahun di Indonesia yaitu 2,7 juta ton
dan produksi 1,0 ton/ha. Indonesia memiliki wilayah cukup luas untuk tanaman
karet, tetapi produksinya masih berada di bawah Malaysia (1,3 ton/ha) dan
Thailand (1,9 ton/ha) (Anonim, 2012).
Rendahnya produksi tanaman karet di Indonesia, karena kurangnya
pemeliharaan tanaman karet terutama yang belum menghasilkan (TBM). Tanaman
karet TBM merupakan tanaman muda dan belum diketahui hasilnya, rentan
terhadap serangan hama maupun penyakit. Tanaman TBM dengan kurangnya
pemeliharaan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman tidak
dapat berproduksi maksimal dan dapat menyebabkan kematian tanaman. Hal
tersebut dapat diatasi dengan pemeliharaan TBM yang baik, yaitu dengan cara
pemupukan, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama
penyakit.

1.3 Tujuan
1 Untuk memenuhi persyaratan kurikulum program studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Tidar.
3

2 Mengetahui cara budidaya tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM).


3 Mengetahui bagaimana cara pemeliharaan tanaman karet yang belum
menghasilkan (TBM).

1.4 Manfaat
1 Memperoleh informasi dan keterampilan mengenai cara budidaya tanaman
karet yang belum menghasilkan (TBM).
2 Memperoleh informasi dan keterampilan mengenai cara pemeliharaan tanaman
karet yang belum menghasilkan (TBM).
3 Dapat mengetahui permasalahan di lapangan mengenai pemeliharaan tanaman
karet yang belum menghasilkan (TBM).

1.5 Ruang Lingkup


Balai Penelitian Getas merupakan unit kerja PT. Riset Perkebunan
Nusantara (PT. RPN), didirikan pada tahun 1964, merupakan tempat penelitian
independen yang dibangun oleh BUMN perkebunan di Indonesia guna
mendukung usaha perkebunan karet. Balai Penelitian Getas memiliki tujuan
melakukan penelitian untuk budidaya dan sosial ekonomi Kalimantan dan
kawasan timur Indonesia, melaksanakan pengembangan perkebunan karet melalui
paket aplikasi teknologi berdasarkan pada spesifikasi agroekosistem wilayah
setempat dan menyediakan pelayanan jasa analisis lab dan kerjasama yang
didukung oleh tenaga kerja profesional dibidang prapanen dan sosial ekonomi.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet


Tanaman karet merupakan tanaman introduksi yang berasal dari Brazil.
Tanaman karet memiliki nama lain yaitu rambung, getah, gota, kejai ataupun
hevea. Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Klasis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Havea brasilliensis, Muell, Arg. (Anonim, 2015).
Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang
batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Akar tunggang dapat menunjang
tanah pada kedalaman 1 – 2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh
10 m. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah bulu akar yang
berada pada kedalaman 0 – 60 cm dan jarak 2,5 m dari pangkal pohon (Setiawan
dan Andoko, 2005).
Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh dengan tinggi 15 – 25 m
dan berbatang kayu. Batang tanaman karet biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan di atas (Nazarrudin dan Paimin, 2006). Jaringan kulit pada tanaman
karet tersusun dari sel-sel parenchymatis yang diantaranya terdapat jaringan
pengangkut xilem dan floem, keduanya dipisahkan oleh kambium. Tanaman karet
mengandung getah yang disebut lateks, pembuluh lateks terletak 0,5 – 1,5 mm
dari lapisan kulit paling luar yaitu pada bagian kulit lunak. Sesuai dengan umur
tanaman, kulit tanaman karet dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama kulit
perawan (yang belum pernah disadap) yang terdiri dari kulit keras dan kulit lunak.
Kedua kulit pulihan (yang sudah disadap) setelah disadap pembentukan
5

phelloderm relatif dibentuk lebih tebal dan secara langsung (Siregar dan
Suhendry, 2013).
Daun tanaman karet merupakan daun majemuk (folium compositum)
tersusun berselang-seling, yang terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak
daun, panjang tangkai daun utama 3 - 20 cm dan anak daun 3 - 10 cm. Daun
tanaman karet bentuknya menjari, terdapat tiga anak daun pada sehelai daun, anak
daun berbentuk oval memanjang dan tepinya rata dengan ujung meruncing
(Siregar dan Suhendry, 2013). Daun pucuk yang pertama keluar adalah daun
trifoliate, laminae menggantung paralel arah ke bawah terhadap petiole dengan
warna kemerah merahan dengan bertambahnya waktu, daun akan berubah
menjadi hijau dengan membentuk sudut daun yang mungkin meningkat terhadap
trifoliate, laminae dewasa berwarna hijau tua pada bagian permukaan atas dan
sekitarnya (Ali, 2009).
Bunga tanaman karet akan muncul (tumbuh) dari ranting-ranting yang
bersemi setelah gugur daun selesai. Bunga tanaman karet tergolong bunga
berumah dua (monoecious), bunga tersusun (terangkai) dalam malai yang setiap
malai atau tangkai bunga tersusun banyak bunga (bunga majemuk). Bunga karet
terdiri atas tangkai bunga, daun kelopak atau sepal berwarna hijau, daun mahkota
berwarna putih kekuningan, benang sari, kepala putik, dan bakal buah.Bunga
karet berukuran kecil dan berbentuk bintang. Pada satu tangkai bunga yang
berbentuk majemuk tersebut, terdapat bunga betina dan bunga jantan. Bunga
betina terdiri dari putik (pistillum),bakal buah (ovarium) yang berisi bakal biji
(ovulum) dan sel telur (ovum). Bunga jantan hanya mengandung benang sari
(stamen) menghasilkan serbuk sari (pollen). Penyerbukan bunga dapat terjadi
secara penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Penyerbukan silang
dibantu oleh serangga. Putik yang telah diserbuki benang sari, akan tumbuh
menjadi buah dan bakal biji akan menjadi biji (Cahyono, 2010).
Buah tanaman karet memiliki pembagian ruang, masing-masing ruang
berbentuk setengah bola, jumlah ruang pada buah karet terdiri dari tiga sampai
enam ruang, garis tengah buah 3 - 5 cm. Buah yang telah masak akan pecah
dengan sendirinya (Siregar dan Suhendry, 2013).
6

Biji tanaman karet merupakan hasil perbanyakan secara generatif. Biji


tanaman karet yang dihasilkan dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji illegitim,
legitim dan propillegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan dari
penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui, sedangkan bunga
jantannya tidak diketahui. Biji legitim merupakan biji yang diperoleh dari
penyerbukan silang yang bunga betina dan jantannya diketahui dengan pasti.
Sedangkan biji propillegitim merupakan biji yang diproleh dari penyerbukan
silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga jantannya tidak pasti
(Siregar dan Suhendry, 2013).
Tanaman karet ditanam pada zone antara 150° LS dan 150° LU, dengan
suhu harian 25°C - 30°C. Tanaman karet menghendaki curah hujan optimal antara
2.000 - 2.500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 - 150 hh/tahun dan
menghendaki curah hujan merata sepanjang tahun. Tanaman karet membutuhkan
sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 - 7 jam/hari. Tanaman karet tumbuh
optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan
laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30°C, akan
mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik (Anonim, 2010).
Tanaman karet menghendaki jenis tanah vulkanis maupun alluvial, dengan
pH 5 - 6. Tanah yang dikehendaki mempunyai aerasi dan drainase yang baik,
tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir,
kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm (Anonim, 2010).

2.2 Pemeliharaan Tanaman Karet


Pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM) merupakan
usaha-usaha untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet sebelum disadap
dan bertujuan untuk memaksimalkan produksi tanaman karet. Rendahnya
produksi tanaman karet di Indonesia karena belum maksimal pemeliharaan TBM.
Pemeliharaan tanaman mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karet.
Pemeliharaan tanaman karet TBM adalah sebagai berikut:

1. Penyulaman
7

Persentase kematian bibit yang bisa ditolerir dalam budidaya tanaman


karet adalah sebesar 5%. Oleh sebab itu diperlukan penyulaman untuk
mengganti bibit yang mati maupun bibit. Penyulaman dilakukan saat tanaman
berumur 1 - 2 tahun, bibit yang digunakan berupa bibit stum tinggi berumur 1 -
2 tahun agar tanaman dapat seragam (Anonim, 2010).
Sebelum penyulaman dilakukan, perlu diketahui penyebab kematian
bibit. Apabila kematian disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah bekas
tanaman harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman dilakukan pada pagi
hari pukul 06.00 - 09.00 atau sore hari pukul 15.00 - 17.00, saat cuaca tidak
terlalu panas untuk mengurangi risiko kematian (Anonim, 2010).
2. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman,
menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman, meningkatkan produksi
tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit
dan mempertahankan kesuburan tanah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemupukan ada lima tepat yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat frekuensi,
tepat waktu, tepat sasaran (Anonim, 2015).
a. Tepat jenis
Jenis pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pupuk yang diberikan pada tanaman karet berupa pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik diberikan untuk memperbaiki struktur tanah, jenis
pupuk organik yang diberikan berupa kompos dari tanaman enceng gondok.
Jenis pupuk anorganik yang diberikan pada tanaman karet berupa urea, SP
36 dan KCl. Macam bentuk pupuk yang diberikan yaitu butiran, tepung dan
tablet (Tabel 1).
b. Tepat frekuensi
Pada TBM 1-3 frekuensi pemupukan diusahakan 4 kali per tahun,
sedangkan untuk TBM 4 dan 5 frekuensi pemupukan minimal 2 kali per
tahun. Untuk memperbaiki struktur tanah perlu diberikan bahan organik
pada TBM 1-5 (Tabel 1).
c. Tepat waktu
8

Pupuk diberikan pada saat paling dibutuhkan tanaman dan saat


perkembangan maksimum pembentukan akar. Waktu pemupukan akhir
musim penghujan Januari-April (semester 1) dan awal musim kemarau
September-Desember (semester 2) (Tabel 1).
d. Tepat dosis
Dosis pupuk pada tanaman karet yang belum menghasilkan
denganrekomendasi dari PTPN IX sebagai berikut:
Tabel 1. Dosis Pemupukan TBM
Umur Urea SP 36 KCL Letak
Bulan
(tahun) g/tanaman (cm)
1 Januari-Februari 20 20 20 10-30
Maret-April 30 20 20 10-30
September-Oktober 40 30 30 20-50
November-Desember 50 50 50 20-50
Jumlah 140 120 120
2 Januari-Februari 50 50 50 30-75
Maret-April 75 50 50 30-75
September-Oktober 75 50 50 30-75
November-Desember 75 75 75 30-75
Jumlah 275 225 225
3 Januari-Februari 75 75 75 30-100
Maret-April 100 75 75 30-100
September-Oktober 100 75 75 30-100
November-Desember 100 75 75 30-100
Jumlah 375 300 300
4 Januari-Februari 100 100 100 30-150
Maret-April 150 100 100 30-150
November-Desember 150 100 100 30-150
Jumlah 400 300 300
5 Januari-Februari 150 100 100 30-150
Maret-April 150 100 100 30-150
September-Oktober 150 100 100 30-150
Jumlah 450 300 300
Sumber : Vademecum Budidaya Tanaman Karet, 2015

e. Tepat sasaran
9

Pemberian pupuk yang efektif diberikan pada lokasi feeder root


terbanyak. Pada TBM feeder root terbanyak yaitu dekat dengan batang,
semakin lama semakin menjauh, mengikuti perkembangan tajuk tanaman.

Pemupukan pada tanaman karet untuk pupuk anorganik dapat dilakukan


dengan cara diberikan langsung ke tanah. Pemupukan dengan butiran
(granular) dilakukan dengan cara tanah di sekitar pohon dicangkul ringan
terlebih dahulu kemudian pupuk ditabur, pupuk dibenamkan di beberapa
tempat di sekitar pohon, dan pupuk dibenam dalam parit dangkal di sekitar
pohon atau memanjang sepanjang barisan tanaman. Pemupukan dengan tablet
dengan cara dibenamkan ke dalam tanah di sekitar tanaman dengan jumlah
sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu (2 tahun).
Pemupukan ini dilakukan sesaat setelah tanam dan baru diulangi lagi pada
waktu persediaan pupuk dalam tanah sudah habis (tahun ke-3). Sedangkan
untuk pupuk organik diletakkan pada gondang-gandung (Anonim, 2009).
3. Pengendalian hama penyakit
Dalam budidaya tanaman karet, terdapat beberapa hama dan penyakit
yang menyerang tanaman karet. Gangguan hama dan penyakit harus
dikendalikan dengan baik agar tanaman tumbuh secara optimal dan
produksinya tinggi (Anonim, 2010).
a. Hama
Beberapa hama penting pada tanaman karet TBM yang perlu
dikendalikan yaitu:
- Rayap Microtermes inspiratus, rayap tersebut menggerogoti bibit yang
baru saja ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga
menimbulkan kerusakan yang sangat berat. Pengendaliannya bisa dengan
kultur teknis, mekanis, dan kimiawi.
- Kutu, hama ini menusuk pucuk batang dan daun muda untuk mengisap
cairan yang ada di dalamnya. Bagian tanaman yang diserang berwarna
kuning dan akhirnya mengering, sehingga pertumbuhan tanaman
terhambat. Pengendalian kutu menggunakan insektisida sistemik
(Anonim, 2010).
b. Penyakit
10

Beberapa penyakit penting yang menyerang tanaman karet TBM


yaitu:
- Jamur akar putih (JAP), cendawan penyebab penyakit akar putih adalah
Rigidoporus lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar,
pangkal batang, dan tunggul tanaman. Gejala tanaman karet yang terserang
penyakit JAP yaitu daun tanaman karet memucat, dengan tepi ujungnya
terlipat ke dalam, selanjutnya gugur dan ujung rantingnya mati.
Pengendalian JAP secara kimia dapat dilakukan menggunakan belerang
dan secara hayati menggunakan Trichoderma sp (Anonim, 2015).
- Penyakit jamur upas, disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor.
Gejala penyakit berupa munculnya benang-benang berwarna putih seperti
sutera di pangkal atau bagian atas percabangan. Batang yang terinfeksi
mengeluarkan cairan lateks berwarna coklat kehitaman, lama-lama kulit
tanaman yang terinfeksi akan membusuk, berwarna hitam, mengering, dan
mengelupas. Pada serangan yang lebih parah, tajuk percabangan akan mati
dan mudah patah oleh tiupan angin. Pengendalian penyakit secara kimiawi
menggunakan bubur berdeaux (Anonim, 2015).
- Penyakit gugur daun Colletotrichum, penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Colletotrichum gloeosporioides dengan gejala berupa daun
muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, bagian ujung mati,
menggulung, dan akhirnya berguguran. Sementara itu, serangan pada daun
tua menunjukkan gejala-gejala adanya bercak coklat atau hitam,
berlubang, mengeriput, dan sebagian ujungnya mati. Pengendalian
penyakit dengan menyemprotkan fungisida Dithane M 45 0,25%, Manzate
M 200 0,2%, Cobox 0,5%, dan Capravit 0,5% seminggu sekali selama
lima kali (Anonim, 2015).
- Penyakit gugur daun Corynespora, penyebab penyakit Corynespora adalah
cendawan Corynespora cassiicola dengan hifa berwarna hitam pucat pada
permukaan daun seperti menyirip, daun lemas, ujungnya mati, dan
menggulung. Daun-daun tersebut menjadi kuning, coklat kemerahan, dan
akhirnya gugur. Pengendalian dilakukan menggunakan fungisida
Mankozeb dan Tridemorf (Anonim, 2015).
11

- Penyakit gugur daun oidium (Oidium heveae). Gejeala penyakit


munculnya seperti tepung putih di permukaan daun, daun-daun muda
tampak layu dan tepi-tepinya keriting, setelah beberapa hari daun tersebut
gugur. Pengendalian penyakit ini secara kimiawi, dengan menggunakan
serbuk belerang cirrus dengan dosis 6-7 kg/ha interval 3-7 kali dengan
aplikasi 3-4 kali (Anonim, 2015).
4. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dalam budidaya karet bertujuan membebaskan
tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan, karena adanya
gulma dapat menciptakan lingkungan yang lembab sehingga cocok untuk
berkembangbiak hama dan penyakit. Umumnya pengendalian gulma dilakukan
tiga kali dalam setahun untuk menghemat tenaga dan biaya (Anonim, 2010).
Cara pengendalian gulma yaitu secara manual, kimiawi, biologis dan
terpadu yaitu sebagai berikut:
a. Secara manual yaitu pengendalian dengan tenaga manusia dengan
menggunakan cangkul, garpu dan sabit. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian gulma secara manual yaitu untuk gulma yang berkayu jangan
hanya dibabat tetapi harus digali sampai akarnya.
b. Secara kimiawi yaitu pengendalian dengan bahan-bahan kimia (herbisida).
Menurut cara kerjanya herbisida digolongkan dalam dua kelompok yaitu:
- Herbisida kontak
Merupakan herbisida yang hanya mematikan bagian tanaman yang terkena
herbisida tersebut. Contoh dalam merek dagang antara lain: Graxon
(paraquatdiklorida), Paracol (paraquat + diuron).
- Herbisida sistemik
Merupakan herbisida yang apabila dikenakan pada salah satu bagian
tanaman akan menyebar dan meresap keseluruh bagian, kemudian akan
mematikan keseluruhan bagian gulma. Contoh dalam merek dagangnya
antara lain: Daun sempit: Elang 480 SL dan Posat 480 AS (Glyphosate).
Daun lebar: Sidamin 865 AS (Dimethylamina).
c. Secara biologis yaitu dengan menggunakan tanaman penutup tanah atau
Legume Cover Crop (LCC). Keuntungan yang diperoleh dengan penanaman
LCC antara lain: Dapat menghasilkan seresah bahan organik dengan C/N
12

rasio yang terendah, mencegah terjadinya erosi dan memperkecil perbedaan


temperatur antara siang dan malam hari.
d. Secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan mengkombinasikan
pengendalian manual, kimiawi dan biologis.
5. Pewiwilan
Pewiwilan atau penunasan dilakukan untuk memperoleh tanaman yang
baik dengan batang yang lurus dan mulus. Tanaman yang berumur 1-2 tahun
dengan kondisi tanah kurang subur umumnya tumbuh tunas yang tidak
diinginkan, sehingga tunas yang demikian perlu dipangkas sampai ketinggian
2,75 m. Rotasi pewiwilan dilakuakan 7 - 10 hari sekali terutama pada tahun
pertama setelah penanaman. Keterlambatan pewiwilan akan mengakibatkan
batang yang tidak lurus dan kulit tidak mulus serta menghambat pertumbuhan
tanaman (Anonim, 2015).
6. Penanaman tanaman penutup tanah
Penamaman tanaman penutup tanah di lahan karet dilakukan untuk
mencegah erosi dan mempercepat matang sadap (Anonim, 2010). Tanaman
penutup tanah yang paling sering digunakan adalah kacang-kacangan seperti
Centrosema pubescens (CP), Pueraria javanica (PJ), Calopogonium
caeruleum (CM), Mucuna cochinchinensis (MC). Tanaman kacang-kacangan
memiliki bintil akar yang bisa menambah kesuburan tanaman. Penanaman
tanaman penutup tanah ini bisa dilakukan dengan cara menyebarkan benih
secara merata di antara larikan tanaman karet sebagai tanaman utama. Bisa
juga ditugalkan dengan jarak 40 - 50 cm di antara larikan tanaman karet
(Anonim, 2010).
BAB 3
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu


Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang pemeliharaan tanaman karet
yang belum menghasilkan (TBM) dilaksanakan selama 30 hari di Balai
Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet.Pelaksanaan kegiatan praktik kerja
lapangan pada Bulan Maret sampai April 2018 dengan 5 hari kerja dalam satu
minggu.

3.2 Materi dan Metode


Materi praktik kerja lapangan terdiri dari materi umum dan materi
khusus. Materi secara umum meliputi pengenalan struktur organisasi dan
kegiatan di Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet, sedangkan materi
khusus adalah pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM)
di Balai Penelitian Getas.

3.3 Metode Praktik Kerja Lapangan


Metode yang akan digunakan dalam Praktik kerja lapangan ini adalah :
1 Partisipasi aktif, yaitu ikut serta secara langsung dalam kegiatan
pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM),
2 Observasi, yaitu pengamatan visual mengenai cara pemeliharaan tanaman
karet yang belum menghasilkan (TBM),
3 Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan kepada koordinator dan
berbagai pihak yang terkait di Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian
Karet (Lampiran).

3.4 Metode Pengumpulan Data


1 Pengumpulan data secara langsung :
a Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan, peninjauan,
dan praktik secara langsung di lapangan, dan

13
14

b Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan


secara langsung kepada pihak yang terkait di Balai Penelitian Getas,
Pusat Penelitian Karet (Lampiran).
2 Pengumpulan data secara tidak langsung :
Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan
menelaah buku maupun referensi yang terkait dengan pemeliharaan
tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM).

3.5 Rencana Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan dijadwalkan pada Bulan
Maret sampai Mei 2018 dengan 5 hari kerja dalam satu minggu. Keseluruhan
kegiatan pelaksanaan praktik kerja lapangan meliputi observasi lokasi,
pembuatan proposal, pelaksanaan, pengambilan data, analisis masalah, dan
penyusunan laporan akhir serta ujian.

BAB 4
KEADAAN UMUM BALAI PENELITIAN GETAS, PUSAT PENELITIAN
KARET, SEMARANG, JAWA TENGAH

4.1 Keadaan Umum Balai Penelitian Getas


15

Gambar 1. Kantor Balai Penelitian Getas

Praktik kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Balai Penelitian


Getas (Balit Getas) yang terletak di Desa Getas Jl. Pattimura km 6 Salatiga,
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Secara
geografis Balit Getas berbatasan dengan Desa Popongan di bagian timur,
Desa Bendosari di sebelah barat, Desa Kadipiro pada sebelah selatan, Desa
Bantar di sebelah utara (Gambar 1). Balit Getas terletak di ketinggian 450
mdpl, dengan topografi 15 %. Suhu rata-rata 27°C dengan kelembaban sekitar
90%. Jenis tanahnya adalah inseptisol dengan pH tanah 5,6. Berdasarkan
klasifikasi Schmidt - Ferguson Balit Getas termasuk kedalam tipe C dimana
memiliki 8 bulan basah dan 4 bulan kering dengan curah hujan 2.500 mm/
tahun.

4.2 Sejarah Singkat Balai Penelitian Getas


Balai Penelitian Getas didirikan oleh BPU - PPN Karet, tanggal 1
Januari 1964 dengan nama RC Merbuh. Tanggal 10 Desember 1964
dipindahkan ke Getas dan diganti namanya menjadi RRC Getas. RRC Getas
dibiayai oleh BPU-PPN Karet dengan tugas membantu Direksi PNP di Jawa
Tengah dan Jawa Timur dalam memecahkan masalah pengusahaan
perkebunan karet. Tahun 1968 terjadi reorganisasi dilingkungan PPN, BPU -
PPN Karet dilikuidasi.
Pengelolaan RRC Getas selanjutnya diserahkan kepada Direksi PNP
X, XI, XII, XIII, XVIII dan XXVI, yaitu PNP di Sumatera Selatan, Lampung
16

dan Jawa yang mempunyai perkebunan karet. Tahun 1975 wilayah kerja RRC
Getas bertambah dengan PNP XXIX dan XXX, tetapi tidak lama kemudian
PNP XXX dibubarkan. RRC Getas sebagai unit riset yang berdiri sendiri,
milik bersama delapan PNP/PTP.
Tahun 1977 kegiatan penelitian RRC Getas tidak hanya terfokus pada
karet tetapi ditambah dengan kelapa, kakao, kopi, cengkeh, kapuk dan lain -
lain sehingga namanya diganti menjadi RC Getas. Tanggal 24 November
1987 PTP membentuk AP3I yang ditugasi untuk mengelola pusat penelitian
komoditas perkebunan. AP3I mengkordinasikan Sembilan lembaga penelitian
dengan diberi nama Puslitbun sesuai dengan lokasinya. RRC Getas
bergabung kedalam AP3I dan namanya diganti menjadi Puslitbun Getas.
Adanya reorganisasi dilingkup AP3I pada tahun 1993 maka Puslitbun yang
menangani karet disatukan dalam Pusat Penelitian Karet sehingga Puslitbun
Getas diganti namanya menjadi Balai Penelitian Getas yaitu sebagai unit
penelitian dibawah kordinasi Pusat Penelitian Karet. Pemusatan kegiatan
Balai Penelitian Getas adalah melakukan penelitian dan pengembangan
budidaya karet untuk menghasilkan paket teknologi yang sesuai dengan
agroekosistem di Kawasan Timur Indonesia.

4.3 Visi dan Misi Balai Penelitian Getas


a. Visi
Menjadikan perusahaan berbasis riset perkebunan karet berkelas
dunia dan berkelanjutan.

b. Misi
1 Menghasilkan inovasi, merekayasa dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan pelaku bisnis perkebunan
karet.
2 Memasyarakatkan secara intensif inovasi teknologi hasil penelitian
kepada pengguna.
3 Menyediakan jasa kepakaran dibidang perkebunan dan industri karet.
4 Mendukung terciptanya industri berbasis karet yang ramah lingkungan
guna mempertahankan kelestarian agroindustri.
17

5 Melakukan upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan nilai dan


laba industri, kesejahteraan karyawan dan manfaat bagi pemangku
kepentingan lainnya.

4.4 Tugas dan Tujuan Balai Penelitian Getas


Penelitian perkebunan karet bertujuan untuk menopang industri
perkebunan secara terus menerus dengan penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir
sehingga tercapai industri perkebunan yang berkesinambungan. Secara rinci
tujuan penelitian karet adalah :
a. Menghasilkan paket teknologi produksi melalui peningkatan produktivitas
klon, teknik budidaya dan sistem eksploitasi.
b. Menghasilkan teknologi pengolahan untuk meningkatkan mutu produksi.
c. Menghasilkan teknologi untuk meningkatkan pendapatan kebun karet
melalui perbaikan teknologi sistem usaha tani.
d. Menghasilkan paket teknologi yang ramah terhadap lingkungan melalui
pemanfaatan kayu karet sebagai substansi kayu alam dan pemanfaatan
limbah perkebunan karet.
e. Menyiapkan teknologi hilir untuk produksi barang jadi dalam rangka
meningkatkan nilai tambah dan pemanfaatan potensi pasar dalam negeri.
Balai Penelitian Getas, mengemban tugas utama melakukan penelitian
dan pengembangan tanaman karet dengan tujuan berikut :
a. Mempertinggi produksi dan mutu hasil serta efesiensi pengelolaan
tanaman karet sehingga meningkatkan pendapatan usaha tani perkebunan
dan devisa negara.
b. Mendayagunakan pemanfaatan serta pelestarian sumber daya alam.
c. Memajukan industri perkebunan karet melalui pengembangan teknologi
serta memperluas kesempatan kerja.
d. Menghasilkan dan mengembangkan metode penerapan teknologi usaha
tani perkebunan yang sesuai tingkat kebutuhannya.
Tugas pokok Balai Penelitian Getas dijabarkan dalam kegiatan
sebagai berikut :
18

a. Meneliti dan merumuskan persoalan - persoalan yang timbul atau diduga


akan timbul yang dihadapi oleh perusahaan perkebunan karet di wilayah
kerja yang pemecahannya memerlukan jasa penelitian.
b. Menyelenggarakan penelitian dalam usaha memecahkan persoalan dan
dalam usaha mendapatkan serta mengembangkan cara-cara pengusahaan
pertanaman karet yang lebih efisien dan ekonomis.
c. Mengusahakan agar usaha - usaha penelitian yang diselenggarakan bersifat
teknis ekonomis.
d. Mengusahakan agar usaha - usaha penelitian yang diselenggarakan bersifat
teknis ekonomis.
e. Menyampaikan hasil - hasil penelitian yang diperoleh sendiri atau yang
diperoleh pihak lain kepada pimpinan perusahaan dalam wilayah kerjanya.
f. Membantu pimpinan perusahaan diwilayah kerjanya dalam menerapkan
dan mengembangkan hasil - hasil penelitian dalam praktek.
g. Memberikan penyuluhan dan jasa lainnya pada perusahaan dalam wilayah
kerjanya dibidang pertanaman karet.
h. Menyelenggarakan tugas - tugas informasi perkaretan dilingkungan
wilayah kerjanya.
i. Menyelenggarakan hubungan dan mengadakan kerjasama dengan
instasi/lembaga penelitian lain diwilayah kerjanya.
j. Melakukan tugas lain yang ditetapkan oleh Direktur Pusat Penelitian
Karet.
Balai Peneltian Getas secara langsung maupun melalui Pusat
Penelitian Karet dalam menjalankan tugasnya menjalin kerjasama dengan
lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi dan instansi lain baik dalam
maupun luar negeri. Bentuk-bentuk kerjasama yang dilaksanakan antara lain
dalam bidang penelitian, pelayanan, penyediaan tenaga peneliti untuk
mengajar, penyelenggaraan berbagai macam kursus untuk peningkatan
pengetahuan/keterampilan dibidang perkebunan.

4.5 Sasaran Balai Penelitian Getas


a. Tersedianya dan termanfaatkannya paket teknologi produksi, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas lateks kebun lebih dari 3.000 kg
kk/ha/th dan produktivitas kayu karet mencapai lebih dari 300 m³/ha.
19

b. Tersedianya dan termanfaatkannya paket teknologi pengolahan dan


pengembangan produk, sehingga dapat meningkatkan mutu, nilai tambah
dan daya saing produk hilir karet.
c. Tersedianya dan termanfaatkannya paket teknologi yang ramah
lingkungan, sehingga dapat meningkatkan daya saing komoditas dan
produk pengolahan dan hilir karet di pasar global.
d. Tersedianya dan termanfaatkannya paket informasi dan rekomendasi
kebijakan, sehingga dapat meningkatkan peluang pasar dan menciptakan
iklim usaha dan pola usaha yang kondusif bagi peningkatan daya saing
produk agribisnis karet.

4.6 Program Penelitian


Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan kaidah ilmiah yang
benar, memanfaatkan sumber daya secara optimum dan mengikuti tertib
administrasi yang berlaku. Sebagai lembaga Balai berperan dalam
menghasilkan paket teknologi, konsep kebijakan dan pelayanan yang
diharapakan dapat meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya alam secara optimal, meningkatkan kualitas produksi serta
meningkatkan nilai tambah produk perkebunan dengan selalu
mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Program Balai Penelitian
Getas dirumuskan sebagai berikut :
a. Menghasilkan bahan tanam unggul yang berdaya hasil tinggi serta tahan
hama dan penyakit.
b. Meningkatkan produktivitas melalui perbaikan teknis budidaya.
c. Mempertahankan serta meningkatkan kesuburan tanah melalui konservasi
tanah dan pemupukan yang efisien.
d. Mengendalikan kerugian produksi akibat serangan hama dan penyakit
serta tumbuhan pengganggu.
e. Meningkatkan efisiensi usaha tani dalam rangka meningkatkan daya saing
komoditas dipasaran internasional dan meningkatkan pendapatan.

4.7 Kegiatan Penelitian


Umumnya penelitian dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
20

a. Pemilihan atau identifikasi masalah.


b. Pengumpulam informasi.
c. Penyusunan hipotesis dan rencana penelitian.
d. Pelaksanaan percobaan dan atau pengamatan.
e. Penarikan dan penyampai hasil.
Prioritas penelitian ditetapkan berdasarkan keperluan pembangunan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dengan memperhatikan
asas - asas sebagai berikut :
a. Manfaat nilai tambah.
b. Pemecahan masalah.
c. Terobosan.
d. Wawasan lingkungan.
Kegiatan penelitian Balai Penelitian Getas mengutamakan kuantitas dan
kualitas produksi serta berusaha memecahkan masalah yang timbul atau
diduga akan timbul dibidang pengusahaan komoditas karet. Kegiatan
penelitian tersebut didukung oleh kelengkapan atau disiplin ilmu sebagai
berikut :
a. Agronomi : mengarahkan penelitiannya untuk mendapatkan dan
mengembangkan teknik budidaya dalam rangka meningkatkan
produktifitas tanaman. Aspek - aspek yang diteliti meliputi teknik
pembiakan, teknologi benih, jarak tanam, pengolahan tanah.
b. Pemuliaan : mengarahkan penelitian untuk memperoleh klon dan varietas
unggul berhasil tinggi dengan habitus yang mengarah pada efisiensi kultur
teknis, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta mempunyai daya
adaptasi yang baik terhadap pengaruh lingkungan. Upaya yang ditempuh
antara lain seleksi pohon induk, pengujian primer dan sekunder, pengujian
lokal, pengujian sifat-sifat genetis dan pelestarian plasma nutfah.
c. Tanah dan pemupukan : mengarahkan penelitian pemupukan yang efektif
dan efisien dengan tetap mempertahankan kelestarian sumber daya alam.
d. Perlindungan tanaman : mengarahkan penelitiannya untuk mendapatkan
cara-cara pengendalian hama dan penyakit tanaman serta gulma secara
efektif dan efisien, tanpa negatif terhadap lingkungan. Aspek-aspek yang
diteliti meliputi niologi serangga dan nematode dalam kaitannya dengan
21

pengendalian hayati, uji efikasi pestisida, ketahanan terhadap penyakit dan


pengendalian hama.
e. Ekonomi dan statistik : mengarahkan penelitiannya untuk dapat menekan
harga pokok dan meningkatkan daya saing komoditi karet.
f. Eksploitasi / sadapan : mengarahkan penelitiannya untuk menemukan cara
- cara penyadapan yang lebih efisien dalam meningkatkan produksi lateks.

4.8 Kegiatan Pengembangan


Hasil penelitian dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Hasil penelitian yang dipakai sebagai bahan penyusunan paket teknologi.
b. Hasil penelitian yang dapat dipergunakan dalam penyusunan paket
kebijakan.
c. Hasil penelitian yang merupakan informasi baru untuk mengembangkan
ilmu dan teknologi.
Hasil - hasil penelitian perkebunan karena beberapa alasan pada
umumnya tidak dapat segera diserap oleh pengguna. Sehubungan dengan hal
tersebut penelitian ini diikiuti kegiatan pengembangan yang bertugas
melakukan penelitian pengembangan dan atau menyebarluaskan secara
teratur hasil-hasil penelitian dan melakukan kegiatan pelayanan. Tridharma
Balai Penelitian Getas adalah penelitian, pengembangan dan pelayanan
perkebunan yang dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian yang bermanfaat untuk para anggota petani
perkebunan dan penggunan lainnya.
b. Melakukan pengembangan penelitian dan membuat paket informasi untuk
para anggota dan petani perkebunan.
c. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pengguna.
Tugas pengembangan hasil penelitian meliputi tugas penyaluran hasil
penelitian, pemberian advis serta penyebaran informasi di bidang perkebunan,
baik kepada perkebunan besar, perkebunan swasta maupun kepada
perkebunan rakyat yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
22

a. Penyampaian lewat pertemuan, seminar, symposium dan forum lainnya.


b. Pemberian advis secara langsung kepada pihak-pihak yang memerlukan.
c. Pelayanan kebutuhan analisis laboratorium contoh bahan pupuk, air
pengolahan, analisis tanah, daun dan lain-lain.
d. Penyediaan tenaga staf peneliti untuk penyelenggaraan kursus, latihan,
up-grading bidang perkebunan.
e. Pelayanan jasa perpustakaan.
f. Pelayanan kebutuhan bahan tanaman karet dan tanaman buah-buahan.
Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan perkebunan, pemerintah, perkebunan rakyat, industri, lemabaga
pendidikan serta pihak lain yang memerlukan.

4.9 Fasilitas Balai Penelitian Getas


Perpustakaan Balai Penelitian Getas memiliki koleksi buku teks 984
judul, majalah 108 judul, laporan tahunan 19 judul, data statistik 12 judul,
laporan survei tanah 58 judul, tesis/disertasi 81 judul, dokumen 331 judul,
brosur 73 judul, terbitan pemerintah 40 judul. Selain itu perpustakaan
dilengkapi dengan satu unit komputer dan internet. Kebun percobaan untuk
keperluan penelitian dilakukan percobaan di kebun - kebun PTPN kebun
percobaan disekitar Balai Penelitian Getas seluas ± 15,5 ha digunakan untuk
kebun entres dan lain - lain.
Laboratorium Balai Penelitian Getas dapat melakukan pekerjaan
analisis kimia tanah, analisis fisika tanah, analisis daun, analisis bahan lain
dengan menggunakan peralatan yang cukup modern pada tingkat ketelitian
yang tinggi. Balai Penelitian Getas dapat memberikan pelayanan jasa teknis
meliputi jasa - jasa konsultan, pelatihan, pemetaan tanah detail, studi
kesesuaian lahan, studi kelayakan, rekomendasi pemupukan dan lain - lain.
Balai Penelitian Getas menyediakan berbagai macam bahan tanaman buahan
hasil perbanyakan secara vegetatif misalnya belimbing, durian, manga,
rambutan, klengkeng, melinjo, salak pondoh, duku, manggis dan lain-lain.

4.10 Sumber Daya Manusia


a. Jumlah dan Status Karyawan
23

Karyawan Balai Penelitian Getas per 31 Desember 2017 terdiri


dari 1 orang Pimpinan (merangkap Peneliti), 1 orang Koordinator
Peneliti (merangkap Peneliti), 12 orang peneliti, pembantu teknisi 5
orang dan 36 penunjang. Balit Getas menggunakan karyawan lepas
teratur guna menunjang aktivitas sebanyak 3 orang, karyawan lepas 15
dan 11 orang tenaga kontrak.
b. Tenaga Peneliti
Karyawan Peneliti Balai Penelitian Gets per 31 Desember 2017
ada 12 orang dan 2 orang calon peneliti.

4.11 Struktur Organisasi Balai Penelitian Getas


24

Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Penelitian Getas

BAB 5
PEMBAHASAN

Tanaman karet TBM merupakan tanaman muda dan belum diketahui


hasilnya, rentan terhadap serangan hama maupun penyakit. Pemeliharaan tanaman
karet TBM yang baik akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman karet dan
25

meningkatkan produksi lateks yang dihasilkan, serta meningkatkan ketahanan


tanaman karet terhadap serangan hama dan penyakit. Dilakukan beberapa
kegiatan pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM) dalam
pelaksanaan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan di Balai Penelitian Getas,
Pusat Penelitian Karet, Semarang, Jawa Tengah.
5.1 Peralatan dalam pemeliharaan tanaman karet TBM
Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman karet TBM
berupa cangkul, garpu, clurit, gunting pangkas, meteran, bark tester,
spreyer, timbangan, ember, karet gelang. Masing-masing peralatan
digunakan pada proses pemeliharaan yang berbeda.
5.2 Pemeliharaan tanaman karet TBM
Pemeliharaan tanaman karet TBM merupakan upaya yang dilakukan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, memaksimalkan produksi
lateks yang dihasilkan oleh tanaman serta meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit. Kegiatan dalam pemeliharaan
tanaman karet TBM diantaranya sebagai berikut :
5.2.1 Penyulaman
Penyulaman tanaman karet TBM dilakukan pada tanaman
karet yang mati atau pertumbuhannya terhambat. Hal ini dilakukan
agar semua tanaman tumbuh seragam. Penyulaman tanaman karet
TBM dilakukan saat tanaman berumur 1 – 3 tahun. Bibit sulaman
yang disediakan sebanyak 10%, yaitu menggunakan bibit polibeg
untuk TBM I, sedangkan TBM II dan TBM III menggunakan bibit
stum tinggi. Bibit polibeg merupakan bibit yang batang bawahnya
ditanam langsung di polibeg, kemudian diokulasi. Bibit stum tinggi
atau disebut juga dengan bibit tunggul tinggi merupakan tanaman
okulasi yang dipotong pada tinggi kurang lebih 3 m di atas pertautan
okulasi pada waktu dipindahkan ke lapangan dari pembibitan. Umur
bibit stump tinggi yang digunakan yaitu 1 - 2 tahun.
5.2.2 Induksi percabangan
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang
tumbuh meninggi tanpa membentuk percabangan. Tanaman dengan
pertumbuhan seperti ini pertumbuhan batangnya lambat, sehingga
terlambat mencapai matang sadap. Selain itu tanaman mudah diterpa
26

angin dan bagian ujung tanaman mudah patah, akibatnya akan


tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang
terbentuk menjadi tidak simetris. Untuk memacu pertumbuhan TBM
karet agar matang sadap tepat waktu dan tanaman yang lebih kuat
menahan terpaan angin salah satunya dengan melakukan induksi
percabangan. Induksi percabangan bertujuan untuk merangsang
tumbuhnya cabang, dengan induksi diharapkan cabang yang
terbentuk banyak, daun tumbuh lebat sehingga hasil fotosintesis
tinggi dan fotosintat dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhan
batang, baik tinggi tanaman maupun lilit batang. Induksi
percabangan dilaksanakan di TBM 1 pada ketinggian 2,75 m -
3,00 m. Beberapa cara yang dilakukan dalam induksi percabangan:
a. Folding atau penyanggulan
Folding atau penyanggulan dilakukan pada saat kondisi
daun dalam keadaan dorman. Sistem ini bertujuan untuk menekan
pertumbuhan batang kearah atas, sehingga energi digunakan
untuk mendorong pertumbuhan primordia cabang. Tahapan dalam
induksi percabangan penyanggulan yaitu:
- Melipat daun - daun dari payung teratas sehingga menutupi
tunas pucuk atau titik tumbuh, kemudian diikat dengan karet
gelang (Gambar 3).

Gambar 3. Induksi percabangan dengan metode folding


27

- Setelah dua minggu ikatan karet akan terlepas dengan


sendirinya dan percabangan mulai terbentuk.
b. Klipping
Induksi percabangan klipping dilakukan dengan cara
merempel atau membuang pucuk muda yang masih berwarna
merah tembaga dengan menyisakan 3 - 5 tangkai daun terbawah
(Gambar 4). Setelah 2 - 3 minggu kemudian tunas cabang akan
tumbuh. Perempelan daun bertujuan untuk menekan pertumbuhan
daun, sehingga energi dihasilkan tanaman digunakan untuk
mendorong tumbuhnya primordia cabang.

Gambar 4. Induksi percabangan dengan metode klipping

c. Topping atau pemotongan pucuk


28

Induksi percabangan ini dilakukan apabila dengan sistem


folding dan klipping mengalami kegagalan. Sistem topping ini
dilaksanakan pada saat awal musim penghujan dengan cara
memotong pucuk tanaman dengan menyisakan 4-5 tangkai daun
(mata prima) menggunakan alat yang tajam (Gambar 5 dan 6).
Induksi percabangan dengan sistem ini bertujuan untuk menkan
pertumbuhan pucuk tanaman sehingga energi yang dihasilkan
tanaman digunakan untuk mendorong tumbuhnya primordia
cabang.

Gambar 6. Setelah pemotongan


pucuk

Gambar 5. Pemotongan pucuk

5.2.3 Pewiwilan
Pewiwilan bertujuan untuk mendapatkan bidang sadap yang
baik yaitu batang tanaman karet tumbuh lurus dan mulus. Tunas
yang diwiwil merupakan tunas air yang tidak produktif. Rotasi
pewiwilan dilakukan 7- 10 hari sekali terutama pada tahun pertama
setelah penanaman. Pewiwilan dapat dilakukan dengan cara manual
maupun menggunakan pisau yang tajam (Gambar 8).
29

Gambar 7. Tunas pada TBM yang


diwiwil
Gambar 8. Pewiwilan

5.2.4 Gondang-gandung
Gondang-gandung yaitu melubangi tanah disalah satu sisi
tanaman karet TBM, kemudian diisi dengan pupuk kandang dan
bahan-bahan organik (Gambar 9). Prinsip dalam pembuatan
gondang-gandung adalah terpotongnya akar lateral sehingga dapat
merangsang pertumbuhan percabangan akar. Pembuatan gondang-
gandung dilakukan diakhir musim penghujan, dengaan ukuran
40 cm x 60 cm x 100 cm menggunakan cangkul. Lokasi gondang-
gandung berganti-ganti setiap semesternya. Setelah pembuatan,
gondang-gandung diisi dengan pupuk organik berupa kompos dari
tanaman enceng gondog dan seresah tanaman. Pemupukan anorganik
30

juga dapat dimasukkan ke dalam gondang-gandung setelah akar


serabut baru tumbuh, sehingga pupuk dapat terserap optimal.

Gambar 9. Gondang-gandung
pada TBM 1 Gambar 10. Gondang-gandung
pada TBM 3

Pembuatan gondang-gandung memiliki beberapa fungsi


yaitu:
- Menambah bahan organik dalam tanah, yang berasal dari
penambahan pupuk organik, seresah tanaman maupun kompos.
- Dapat memperbaiki lengas tanah, karena penambahan bahan
organik sehingga tanah mampu menyimpan air yang lebih
banyak.
- Sebagai lokasi pupuk anorganik, agar pemupukan yang dilakukan
dapat efisien dan pupuk dapat terserap secara optimal.

5.2.5 Pemupukan
Pemupukan tanaman karet TBM sangat penting karena di
dalam budidaya tanaman karet unsur hara yang berada di dalam
tanah dimanfaatkan oleh tanaman secara terus menerus, sehingga
kondisi hara di dalam tanah semakin berkurang. Oleh sebab itu
31

dilakukan pemupukan untuk mensuplai hara yang dibutuhkan


tanaman karet. Penambahan unsur hara ke dalam tanah akan
meningkatkan kesuburan tanah, sehingga tanaman karet dapat
tumbuh optimal, produksi lateks yang dihasilkan dapat maksimal dan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan ada lima
tepat yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat frekuensi, tepat waktu, tepat
sasaran.
1. Tepat jenis
Berdasarkan jenis pupuk yang digunakan terdiri dari:
- Pupuk anorganik yang berupa pupuk Urea, SP36 dan KCL
(Tabel 3).
- Pupuk organik yang berupa seresah atau sisa-sisa tanaman dan
kompos dari enceng gondog.
Pemupukan pada tanaman karet TBM untuk pupuk
anorganik dilakukan dengan cara diberikan langsung ke tanah.
Beberapa cara pemupukan dibedakan berdasarkan bentuk pupuk,
yaitu:
- Pemupukan dengan butiran (granular) dilakukan dengan cara
tanah di sekitar pohon dicangkul ringan terlebih dahulu
kemudian pupuk ditabur, pupuk dibenamkan di beberapa tempat
di sekitar pohon, dan pupuk dibenam dalam parit dangkal di
sekitar pohon atau memanjang sepanjang barisan tanaman.
- Pemupukan dengan tablet dengan cara dibenamkan ke dalam
tanah di sekitar tanaman dengan jumlah sesuai dengan dosis
yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu (2 tahun).
- Sedangkan untuk pupuk organik diletakkan pada gondang-
gandung, diberikan setelah penanaman.
2. Tepat frekuensi
Pada TBM 1-3 frekuensi pemupukan dilakukan 4 kali per
tahun, sedangkan untuk TBM 4 dan 5 frekuensi pemupukan
32

minimal 2 kali per tahun. Untuk memperbaiki struktur tanah


diberikan bahan organik pada TBM 1-5 (Tabel 3).
3. Tepat waktu
Pupuk diberikan pada saat paling dibutuhkan tanaman dan
saat perkembangan maksimum pembentukan akar. Waktu
pemupukan dilakukan diakhir musim penghujan yaitu
Januari-April (semester 1) dan awal musim kemarau September-
Desember (semester 2) (Tabel 2).
4. Tepat dosis
Dosis pupuk pada tanaman karet yang belum
menghasilkan dengan rekomendasi dari PTPN IX sebagai berikut:
Tabel 2. Dosis Pemupukan Tanaman Karet TBM
Umur Urea SP 36 KCl Letak
Bulan
(tahun) g/tanaman (cm)
1 Januari-Februari 20 20 20 10-30
Maret-April 30 20 20 10-30
September-Oktober 40 30 30 20-50
November-Desember 50 50 50 20-50
Jumlah 140 120 120
2 Januari-Februari 50 50 50 30-75
Maret-April 75 50 50 30-75
September-Oktober 75 50 50 30-75
November-Desember 75 75 75 30-75
Jumlah 275 225 225
3 Januari-Februari 75 75 75 30-100
Maret-April 100 75 75 30-100
September-Oktober 100 75 75 30-100
November-Desember 100 75 75 30-100
Jumlah 375 300 300
4 Januari-Februari 100 100 100 30-150
Maret-April 150 100 100 30-150
November-Desember 150 100 100 30-150
Jumlah 400 300 300
5 Januari-Februari 150 100 100 30-150
Maret-April 150 100 100 30-150
September-Oktober 150 100 100 30-150
Jumlah 450 300 300
Sumber : Vademecum Budidaya Tanaman Karet, 2015
33

Berikut merupakan cara dan lokasi pemupukan pada


masing-masing TBM:
1. Pemupukan pada TBM 1 dilakukan dengan cara ditugal
sedalam 10 cm dengan jarak 30 cm – 50 cm dari tanaman.
2. Pemupukan pada TBM 2 dilakukan dengan cara ditugal
sedalam 10 cm dengan jarak 30 cm – 75 cm dari tanaman.
3. Pemupukan pada TBM 3 dilakukan secara melingkar
mengikuti kanopi tanaman, dengan jarak 30 cm – 100 cm dari
tanaman.
4. Pemupukan pada TBM 4 dilakukan secara larikan dengan
jarak 150 cm dari tanaman.
5. Pemupukan pada TBM 5 dilakukan secara larikan dengan
jarak 150 cm dari tanaman. Pemupukan secara larikan
dilakukan karena pertumbuhan tajuk tanaman telah berhenti,
sehingga lokasi pemupukan akan sama. Selain itu pemupukan
secara larikan bertujuan untuk memudahkan dalam
pemupukan, menghemat waktu, tenaga dan biaya.
5. Tepat sasaran
Pemberian pupuk yang efektif diberikan pada lokasi
feeder root terbanyak. Pada TBM feeder root terbanyak yaitu
dekat dengan batang, semakin lama semakin menjauh, mengikuti
perkembangan tajuk tanaman (Tabel 2).

5.2.6 Pengendalian hama dan penyakit


Pemeliharaan kebun khususnya perlindungan tanaman
terhadap hama dan penyakit merupakan kegiatan yang sangat
penting dan harus dilakukan dengan cermat. Kerugian yang sangat
besar akibat gangguan hama dan penyakit tidak hanya menyebabkan
penurunan produksi baik kualitas maupun kuantitas tetapi juga
menyebabkan naiknya biaya produksi, rehabilitasi maupun
pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida yang tidak
terkendali. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian terhadap
34

hama maupun penyakit. Berikut beberapa pengendalian hama dan


penyakit yang menyerang tanaman karet TBM yaitu sebagai berikut:

1. Hama
Hama yang sering menyerang pada tanaman karet TBM
yaitu tungau dengan nama latin Polyphagotarsonemus latus
(Banks) dan Tetranychus urticae (Koch). Gejala yang muncul
jika tanaman terserang hama ini yaitu daun muda menggulung
kebawah, warna daun menguning dan lama-lama mati
(Gambar 11).

Gambar 11. Tanaman karet terserang hama tungau

Cara pengendalian hama tungau ini dapat dilakukan


dengan cara:
- Menjaga kesehatan tanaman dengan cara mencukupi
kebutuhan hara tanaman dan menjaga kebersihan lingkungan
area pertanaman.
- Menggunakan larutan belerang dengan konsentrasi 0,2 %,
disemprotkan di bawah daun.

2. Penyakit
Beberapa penyakit yang menyerang tanaman karet TBM
dan cara pengendaliannya yaitu:
- Penyakit gugur daun oidium (Oidium heveae)
35

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu


terdapat seperti tepung putih di permukaan daun, jika
menyerang daun muda daunya akan gugur atau cacat (Gambar
12).

Gambar 12. Gejala penyakit gugur daun oidium

Cara pengendalian penyakit oidium ini yaitu dengan


menggunakan serbuk belerang, dengan dosis 6-7 kg/ha interval
aplikasinya 5-7 hari dan dilakukan dengan alat hand duster
pada pagi hari pukul 05.00 - 08.00 wib.
- Penyakit gugur daun colletotrichum (Colletotrichum
gloeosporoides)
Gejala penyakit ini yaitu daun muda tampak lemas
berwarna hitam, keriput, bagian ujung mati, menggulung, dan
akhirnya berguguran (Gambar 14). Pada daun tua adanya
bintik hitam, mengeriput, dan sebagian ujungnya mati
(Gambar 13).
36

Gambar 13. Penyakit gugur daun Gambar 14. Penyakit gugur daun
colletotrichum pada colletotrichum pada
daun tua daun muda

Cara pengendalian penyakit gugur daun colletotrichum ini


dengan cara menyemprotkan fungisida Mancozeb Dithane M
45 0,025 %, seminggu sekali sebanyak lima kali.
- Penyakit gugur daun corynespora (Corynespora casssiicola)
Gejala penyakit ini yaitu terdapat hifa bebercak hitam
pucat pada permukan daun seperti menyirip, daun lemas,
ujungnya menggulung dan akhirnya gugur (Gambar 16).

Gambar 15. Gejala penyakit gugur daun corynespora

Pengendalian penyakit ini dengan menggunakan


Mancozeb Dithane M 45 0,025 %, seminggu sekali sebanyak
lima kali. Pengaplikasiannya dilakukan pada pagi hari pukul
09.00 - 11.00 wib.

5.2.7 Pengendalian gulma


Gulma merupakan tumbuhan yang hidup di area pertanaman
dan merupakan pesaing tanaman pokok dalam memperoleh zat hara,
udara dan cahaya matahari. Keberadaan gulma menciptakan
lingkungan yang lembab sehingga cocok untuk berkmbangbiaknya
37

hama dan penyakit. Pengendalian gulma pada tanaman karet TBM


dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Secara manual dengan menggunakan cangkul, garpu maupun
sabit, untuk membersihkan gulma yang berada disekitar tanaman.
2. Secara kimiawi (herbisida) dengan menggunakan dua jenis
herbisida yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik.
Herbisida kontak digunakan yaitu dengan merek dagang Graxon
(paraquatdiklorida), paracol (paraquat + diuron). Herbisida
sistemik yang digunakan untuk gulma yang berdaun sempit yaitu
Elang 480 SL dan Posat 480 AS (Gliphosate), sedangkan untuk
gulma yang berdaun lebar menggunakan Sidamin865 AS
(Dimethylamina). Pengaplikasian herbisida ini dilakukan dengan
menyemprotkan herbisda menggunakan sprayer.
3. Secara biologis yaitu dengan menggunakan tanaman penutup
tanah atau Legume Cover Crop (LCC).
4. Secara terpadu yaitu dengan mengkombinasikan pengendalian
secara manual, biologis maupun kimia.

5.2.8 Penanaman tanaman penutup tanah

Gambar 16. Tanaman LCC


Penanaman tanaman penutup tanah memiliki manfaat untuk
mencegah erosi tanah, menambah kesuburan tanah karena tanaman
legume mampu menyuplai hara yang dibutuhkan tanaman, sebagai
sumber bahan organik tanah yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan
38

mampu menjaga lengas tanah. Beberapa jenis tanaman penutup


tanah yang digunakan yaitu:
1. Calopogonium mucunoides (CM)
2. Centrosema pubescens (CP)
3. Calopogonium caeruleum (CC)
4. Mucuna bracteata (MB)
5. Pueraria javanica (PJ)

5.2.9 Pengukuran lilit batang dan ketebalan kulit


Pengukuran lilit batang pada TBM 1 dilakukan pada akhir
tahun, sedangkan pada TBM selanjutnya dilakukan setiap semester
atau enam bulan sekali. Cara pengukuran lilit batang yaitu diukur
ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi, dengan menggunakan
meteran (Gambar 18).

Gambar 18. Pengukuran lilit batang

Pengukuran tebal kulit pada TBM dilakukan pada akhir


tahun. Cara pengukuran ketebalan kulit yaitu diukur ketinggian 100
cm dari pertautan okulasi, dengan menggunakan alat bark tester
(Gambar 19).
39

Gambar 19. Pengukuran ketebalan kulit

Tabel 3. Standar lilit batang dan ketebalan kulit pada tanaman karet
TBM I - TBM V

Standar Lilit Batang dan Tebal Kulit

Umur Lilit batang (cm) Tebal kulit (mm)

TBM I 8 2-3
TBM II 18 3-4

TBM III 30 4-5

TBM IV 40 5-6

TBM V 48 6-7

Sumber: Vademecum Budidaya Karet, 2015


40

BAB 6
KESIMPULAN

Pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM) merupakan


usaha yang dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet sebelum
disadap dan bertujuan untuk memaksimalkan produksi tanaman karet. Rendahnya
produksi tanaman karet di Indonesia karena belum maksimal dalam pemeliharaan
tanaman karet TBM. Usaha yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman karet
TBM yaitu penyulaman, induksi percabangan, pewiwilan, pembuatan gondang-
gandung, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma,
penanaman tanaman penutup tanah, pengukuran lilit batang dan ketebalan kulit.
Upaya dalam pemeliharaan tanaman karet TBM yang paling utama yaitu
pemupukan. Dalam budidaya tanaman karet unsur hara yang berada di dalam
tanah akan berkurang. Oleh sebab itu perlu adanya pemupukan, pupuk diberikan
untuk menambah unsur hara di dalam tanah, sehingga tanah menjadi subur.
Kemudian unsur hara tersebut akan dimanfaatkan oleh tanaman karet agar
pertumbuhan tanaman karet dapat optimal, produksi lateks yang dihasilkan
maksimal dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama maupun
penyakit. Pupuk yang digunakan berupa pupuk anorganik dan pupuk organik.
41

DAFTAR PUSTAKA

Ali, E.S. 2009.Botani dan Morfologi Tanaman Karet.Sekolah Tinggi Ilmu


Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Medan.1 h.
Anonim. 2009. Teknis Budidaya Tanaman Karet. Kementrian Pertanian Direktorat
Jenderal Perkebunan. Jakarta.3 h.
_______. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.6 h.
_______. 2012. Perbesar Serapan Karet Alam di Pasar
Domestik.http://www.kemenperin.go.id/artikel/11698/Perbesar-Serapan-
karet-Alam-di-Pasar-Domestik Diakses pada tanggal 22 Desember 2017.
_______. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2011 – 2013. Direktorat
Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian. Jakarta.
_______. 2014. Pedoman Budidaya Karet (Hevea brasilliensis) yang Baik.
Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 24 h.
_______. 2015. Vademecum Budidaya Tanaman Karet. Perkebunan Nusantara IX.
8 h.
Cahyono. 2010.Cara Sukses Berkebun Karet. Pustaka Mina. Jakarta.2 h.
Bastari, D. H. 2008. The Production of Indonesian Natural Rubber and Its
Outlook. Slide presentation of Gapkindo in The Fifth Shanghai Derivetives
Market Forum. 24 p.
Nazarudin dan Paimin.2006. Strategi Pemasaran dan Pengolahan Karet.Penebar
Swadaya. Jakarta. 1 h.
Purwanta, J. H., Kiswanto danSlameto. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka. Jakarta.1 h.
Siregar, T. dan I. Suhendry. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Penebar
Swadaya. Jakarta.7 h.

LAMPIRAN
42

A. Masalah Umum
1. Dimana lokasi Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet?
Jawaban: Balai Penelitian Getas (Balit Getas) yang terletak di Desa Getas
Jl. Pattimura km 6 Salatiga, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Balit Getas
berbatasan dengan Desa Popongan di bagian timur, Desa
Bendosari di sebelah barat, Desa Kadipiro pada sebelah selatan,
Desa Bantar di sebelah utara.
2. Apa saja tugas yang diemban oleh Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian
Karet?
Jawaban: Balai Penelitian Getas, mengemban tugas utama melakukan
penelitian dan pengembangan tanaman karet dengan tujuan
berikut :
a. Mempertinggi produksi dan mutu hasil serta efesiensi
pengelolaan tanaman karet sehingga meningkatkan
pendapatan usaha tani perkebunan dan devisa negara.
b. Mendayagunakan pemanfaatan serta pelestarian sumber daya
alam.
c. Memajukan industri perkebunan karet melalui pengembangan
teknologi serta memperluas kesempatan kerja.
d. Menghasilkan dan mengembangkan metode penerapan
teknologi usaha tani perkebunan yang sesuai tingkat
kebutuhannya.
3. Varietas tsanaman karet apa yang dikembangkan di Balai Penelitian Getas,
Pusat Penelitian Karet?
Jawaban: Varietas tanaman karet dikembangkan di Balai Penelitian Getas
beupa PB 260, IRR112 dan IRR 118.
4. Apa saja produk unggulan yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Getas,
Pusat Penelitian Karet?
Jawaban: Produk unggulan yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Getas
berupa:
- Bahan tanam karet berupa bibit klonal dan biji karet
43

- Biofungisida Trico Combi G berupa agensia hayati berbahan


aktif Trichoderma spp. Untuk mencegah dan mengendalikan
jamur akar putih
- Teknologi stimulan gas RIGG-9
- Bahan tanam non karet berupa tanaman hortikultura tahunan
seperti kelapa kopyor, jambu air citra, jambu merah, jeruk
bali, sirsak, durian dan lain-lain
- Alat pengukur ketebalan kulit tanaman karet (Bark tester)
5. Kemana saja produk unggulan yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Getas,
Pusat Penelitian Karet dipasarkan?
Jawaban: Produk unggulan yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Getas
digunakan oleh PT perkebunan maupun perkebunan rakyat yang
berada di Jawa, Kalimatan dan Sumatra.

B. Masalah Khusus
1. Apa definisi pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan
(TBM)?
Jawaban: Pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM)
merupakan usaha-usaha untuk memaksimalkan pertumbuhan
tanaman karet sebelum disadap dan bertujuan untuk
memaksimalkan produksi tanaman karet.
2. Apa tujuan pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM)?
Jawaban: Pemeliharaan tanaman karet yang belum meghasilkan (TBM)
bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman karet
sebelum disadap agar tercapai produksi yang maksimal.
3. Apa saja macam pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan
(TBM)?
Jawaban: Pemeliharaan tanaman karet yang belum meghasilkan (TBM)
terdiri dari:
a. Penyulaman bertujuan untuk menggantikan tanaman yang mati
dan menyeragamkan tanaman.
b. Pemupukan bertujuan untuk menyuplai hara yang dibutuhkan
tanaman karet, pupuk yang digunakan berupa pupuk organik
dan pupuk kimia.
c. Pengedalian hama penyakit bertujuan agar tanaman karet
tumbuh optimal sehingga produksinya tinggi.
44

d. Pengendalian gulma bertujuan untuk membebaskan tanaman


karet dari gangguan gulma atau tanaman lain yang tumbuh di
lahan.
e. Pewiwilan bertujuan untuk memperoleh tanaman yang baik
dengan batang yang lurus dan mulus.
f. Penanaman tanaman penutup tanah betujuan untuk mencegah
erosi tanah, mencegah gulma tumbuh, dapat menjadi sumber
bahan organik dan menyuplai unsur hara.
4. Bagaimana cara pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan
(TBM)?
Jawaban: Pemeliharaan tanaman karet yang belum meghasilkan (TBM)
dapat dikelompokkan berdasarkan umur TBM yaitu TBM 1, TBM
2, TBM 3, TBM 4 dan TBM 5. Pada TBM 1 – TBM 3
pemeliharaan tanaman dilakukan sangat intensif. Pemberian
pupuk dilakukan untuk memenuhi unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman setiap TBM memiliki dosis pupuk dan cara
pemupukan yang berbeda. Pengendalian gulma dan penyakit juga
dilakukan sedini mungkin agar tanaman dapat tumbuh dengan
optimal dan homogen. Pewiwilan juga dilakukan agar tanaman
karet tumbuh dengan batang yang lurus dan mulus.

5. Kapan pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM)?


Jawaban: Pemeliharaan tanaman karet yang belum meghasilkan (TBM)
dapat dikelompokkan berdasarkan umur TBM yaitu TBM 1, TBM
2, TBM 3, TBM 4 dan TBM 5.

6. Apa saja alat yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman karet yang
belum menghasilkan (TBM)?
Jawaban: Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan TBM berupa
cangkul, garpu, clurit, gunting pangkas, meteran, bark tester,
spreyer, timbangan, ember, karet gelang.
7. Apa saja permasalahan di dalam pemeliharaan (TBM)?
Jawaban: Permasalahan di dalam pemeliharaan (TBM) kondisi iklim yang
tidak menentu seperti angin yang kencang dapat menyebabkan
45

kerusakan tanaman. Pada musim penghujan perkembangan


penyakit tanaman meningkat. Setelah memasuki TBM 4 dan
TBM 5 pengendalian gulma kurang intensif, sehingga kedaan
tanah lembab hama dan penyakit tanaman juga menigkat.

Anda mungkin juga menyukai